Hubungan persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaran di SMA negeri 2 Klaten

(1)

i

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG SERTFIKASI DENGAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Bernadinus Charel Yoga Aditya Darma 081324017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus Yang selalu menuntun langkahku

Kedua orang tuaku,

Fx.Darmono dan Fr.Sri Suyani yang selalu membimbing, mendoakan, dan memberikan cinta kasih serta pengorbanan

Kedua Adikku, Charlo dan Chanachel

Keluarga Besarku,

Riski Cahya Putri dan Charissa Radinka Kirana Putri

Almamaterku,


(5)

v

MOTTO

“Apa yang dikatakan kepada-Mu, buatlah itu !” ( Yoh. 2:5)

“ Beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atas-Mu ”

( Mrk. 5:19)

“ Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapa-Mu adalah murah hati ” ( Luk. 6:36)

“Orang yang menaati-Nya dan mengajar orang lain berbuat yang sama akan

menjadi besar di dalam Kerajaan Surga”

( Mat. 5:19b)

“ Jadilah dirimu sendiri, jangan jadi diri orang lain ”

( Bernadinus Charel )

“ Hidup adalah anugrah Tuhan ”


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG SERTIFIKASI DENGAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 KLATEN

Bernadinus Charel Yoga Aditya Darma Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten (2) mengetahui persepsi guru SMA Negeri 2 Klaten tentang program sertifikasi Guru (3) mengetahui hubungan persepsi guru SMA Negeri 2 Klaten tentang sertifikasi guru dengan peningkatan kualitas pembelajaran

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Klaten pada bulan Januari 2013. Populasi dari penelitian ini adalah Guru-guru SMA Negeri 2 Klaten yang berjumlah 59 guru. Teknik pengambilan sampel dengan teknik Sampling Jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Data dianalis dengan menggunakan analisis korelasi rank kendall.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten termasuk kategori baik. Guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) Guru-guru SMA Negeri 2 Klaten memiliki persepsi positif tentang sertifikasi. Guru mendukung pelaksanaan program sertifikasi dan terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten dengan koefisien korelasi sebesar 0,429 dengan nilai signifikan 0,000 < α= 0,05.


(9)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTIONS OF TEACHER CERTIFICATION AND QUALITY LEARNING IN TWO STATE SENIOR

HIGH SCHOOL KLATEN

Bernadinus Charel Yoga Aditya Darma Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to find out : (1) the quality of learning in Two State Senior High School Klaten (2) the perception of high school teachers of Two State Senior High School Klaten about certification program (3) the relationship between the perceptions of Two State Senior High School Klaten teacher certification and the increase in the quality of learning

This research is a case study and conducted at Two State Senior High School Klaten in January 2013. The population of this study were 59 teachers of Two State Senior High School Klaten. The technique of taking sample was saturated sampling technique. Data were collected by using a questionnaire and were tested by validity and reliability. Data were analyzed by using the Kendall rank correlation analysis.

The results show that: (1) the quality of learning in Two State Senior High School Klaten is in a good category. Teacher and students have an important role for improving the quality of learning. (2) teachers of Two State Senior High School Klaten have a positive perception towards the certification. Teachers support the implementation of the certification program and there is a positive and significant relationship between teachers' perceptions about the quality of teaching certification in Two State Senior High School Klaten and correlation coefficient is 0.429 and significant value is 0.000 <α = 0.05.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan rahmat-NYA, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

a. ALLAH BAPA DI SURGA yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dan menguatkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

b. Bapak Dr. Ir. P. Wiryono P.,S.J., selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

c. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam melancarkan proses penyusunan skripsi


(11)

xi

d. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan semangat. e. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

f. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk mengoreksi abstract penulis.

g. Mbak Titin yang selalu memberikan kelancaran dalam proses skripsi.

h. Kedua Orang Tuaku Bapak Fx.Darmono dan Ibu Fr.Sri Suyani serta adikku Charlo dan Nachel tercinta, atas doa, semangat, serta menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka selama penulis menyusun skripsi ini.

i. Riski Cahya Putri dan Charissa Radinka Kirana Putri yang telah memberi doa, semangat, serta menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka selama penulis menyusun skripsi ini.

j. Bapak Drs. Kawit Sudiyono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Klaten yang telah membantu memberikan ijin penelitian serta kelancaran dalam penelitian k. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 2 Klaten yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu penulis dalam kelancaran penelitian.

l. Beni Septiyanto dan Akbar Ananto yang sudah memberikan semangat, membantu dan menemani penulis dalam kelancaran Skripsi

m. Teman-teman PE 08 Beni, Rian,Yoga, Lintang, Pendol, Doni, Dika, Akbar, Anita, Ayuk, Asti yang telah memberi semangat dalam kelancaran penyusunan skripsi


(12)

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... .. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... . iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii


(14)

xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Definisi Operasional ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kualitas Pembelajaran ... 10

B. Persepsi Guru ... 12

C. Hakikat Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru ... 15

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 44

E. Kerangka Pemikiran ... 45

F. Hipotesis ... 46

BAB III. METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 48


(15)

xv

2. Objek Penelitian ... 48

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 49

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 51

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 59

H. Teknik Analisis Data ………... 65

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 71

A. Sejarah Singkat SMA Negeri 2 Klaten ... 71

B. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Klaten ... 71

C. Tujuan Sekolah SMA Negeri 2 Klaten ... 72

D. Variabel Kualitas Pembelajaran dan persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 73

BAB V. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Karakteristik Responden ... 76

1. Karakteristik Responden Penelitian... 77

a. Kualitas Pembelajaran ... 77

b. Persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 78

B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 78


(16)

xvi

2. Uji Homogenitas ... 80

3. Pengujian Hipotesis ... 80

C. Hasil Pembahasan Data ... 82

1. Persepsi Guru Tentang Sertifikasi dengan Kualitas Pembelajaran... 82

BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

C. Keterbatasan Penelitian ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(17)

xvii

DAFTAR TABEL Tabel III.1 Daftar Nama Guru dan Jumlah Guru dalam

Penelitian ... 44

Tabel III.2 Operasional Variabel Persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 52

Tabel III.3 Skor Pernyataan Persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 55

Tabel III.4 Skor Pernyataan Kualitas Pembelajaran ... 59

Tabel III.5 Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 61

Tabel III.6 Hasil Uji Validitas Untuk Kualitas Pembelajaran ... 62

Tabel III.7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Guru Tentang Sertifikasi ... 65

Tabel III.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pembelajaran... 65

Tabel III.9 Kreteria Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... …….. 70

Tabel V.1 Kualitas Pembelajaran Responden ... 77


(18)

xviii

Tabel V.3 Rangkuman Hasil pengujian Normalitas Variabel Persepsi Guru Tentang Sertifikasi Dengan

Kualitas Pembelajaran ... 79 Tabel V.4 Tabel Homogenitas ... 80 Tabel V.5 Tabel Kendall’tau_b Persepsi Guru Tentang Sertifikasi


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 92

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 101

Lampiran 3 Normalitas dan Homogenitas ... 106

Lampiran 4 Hasil uji Validitas dan Reabilitas ... 114

Lampiran 5 Pengujian Hipotesis ... 118

Lampiran 6 Kategori Kecenderungan Variabel ... 120


(20)

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran guru sebagai agen pembelajar berfungsi untuk meningkatkatkan pendidikan nasional. Hal ini ditegaskan dalam peraturan menteri (Permen) No.18 tahun 2007 : “kedudukan guru sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Idealnya profesi guru itu harus merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : memiliki bakat, minat panggilan jiwa dan idealism serta komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya. Sejalan dengan itu menurut surya ( 2008:2) bahwa “professional merupakan pengakuan formal yang didasarkan terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau kerja tertentu”.


(22)

Hal itu menguatkan pernyataan dalam Rancangan Undang-undang (RUU) No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (4) bahwa “ professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian

dan pengabdian diri kepada pihak lain”. Guru sebagai tenaga professional berada

di garda terdepan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru pula yang telah melahirkan orang-orang pintar dengan berbagai keahlian seperti dokter, insiyur, menteri bahkan presiden. Tak heran apabila guru dielu-elukan mendapat gelar kehormatan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, namun banyak kalangan menilai bahwa kesejahteraan guru belum sepadan dengan gelar kehormatanya yang luhur dan mulia yang disandangnya. Sudah banyak kalangan yang risau terhadap nasib guru, organisasi profesi semacam PGRI misalnya sudah pernah menuntut agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan guru.

Demikian juga para pakar, pengamat dan pemerhati pendidikan tak henti-hentinya mereka berteriak menyuarakan opininya melalui berbagai media masa, gerakan masa dan berbagai tekanan terhadap pemerintah baru surut setelah presiden dengan persetujuan DPR memutuskan dan menetapkan Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tanggal 30 Desember 2005. Lahirnya Undang-undang ini jelas membawa angin segar bagi guru dab dosen, setidaknya pemerintah sudah menunjukan kemauan politik untuk mengangkat harkat dan martabat guru pada tingkat yang lebih terhormat. Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tersebut pasal 14 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap guru berhak


(23)

memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social, sedangkan pasal 15 ayat (1) menyatakan bahwa yang dimaksud penghasilan diatas minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan diatas dasar prestasi.

Untuk mendapatkan tambahan penghasilan yang setara dengan satu kali gaji pokok guru diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat masa kerja dan kualifikasi yang sama, bukanlah persoalan yang mudah karena pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik atau dikenal dengan lulus sertifikasi. Dengan ketentuan itu, guru yang belum lulus sertifikasi tidak akan mendapatkan tunjangan profesi yang setara dengan satu kali gaji pokok, sekarang ini sedang diperbincangkan syarat kualifikasi guru yang dapat diuji sertifikasi, artinya tidak semua guru dapat mengikuti uji sertifikasi.

Guru yang dapat mengikuti uji sertifikasi ialah guru yang memenuhi kualifikasi akademik sebagaimana yang diatur dalam PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan UU guru. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, dengan terlaksananya sertifikasi guru diharapkan akan berdampak


(24)

pada peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

Semakin meningkat kualitas dan profesionalitas seorang guru, semakin baik pula kualitas negara tersebut. Itu asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu negara. Pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui pendidikan diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia antara lain, melakukan program sertifikasi guru. Mulyasa (2009: 17-22) bahwa sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional: (1) mampu mengembangkan tanggung jawab yang baik (2) mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat (3) mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah (4) mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas. Wijaya dkk (1991: 29) berpendapat


(25)

bahwa guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, guru betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan. Kewibawaan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru. Guru yang mempunyai kewibawaan berarti mempunyai kesungguhan, suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab yang berat untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di lingkungan sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar (Mulyasa, 2007: 5).

Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depannya semua guru diharapkan harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Lewat program sertifikasi guru inilah upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sertifikasi guru, adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sehingga akan berdampak positif bagi kemajuan pendidikan.


(26)

Konsekuensinya bagi guru yang lolos sertifikasi adalah mendapatkan tunjangan yang besar, dan seorang guru berharap atau ingin bisa lolos dalam sertifikasi.

Mulai tahun 2013 program sertifikasi guru melalui program sertifikasi pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG). Mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian, disini ada salah satu contoh dari surat kabar kompas bahwa pelaksanaan sertifikasi lewat PLPG, lebih dari 32 ribu guru sedang menjalani pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diselenggarakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemdikbud), akan tetapi semua peserta diklat tersebut dapat mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), kalau mereka memenuhi nilai yang ditentukan didiklat, maka mereka dapat langsung mengikuti PLPG 2013.

Persepsi guru dihubungkan dengan kualitas pembelajaran untuk upaya peningkatan kualitas pembelajaran, tidak terlepas dari kualitas guru dalam proses pembelajaran. Guru dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan dan wawasan dibidangnya, jika diartikan lebih dalam proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan. Pembelajaran sebagai wujud dari kinerja guru, maka segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu,menjiwai,dan menghayati tugas-tugas yang relevan dengan tingkat kebutuhan,minat,bakat dan tingkat kemampuan guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran dengan penggunaan ragam teknologi pembelajaran yang memadai.


(27)

Sertifikasi guru ini diharapkan dapat meningkatkan kemajuan pendidikan. Memang pemerintah selain terus menambah jumlah guru juga harus meningkatkan kualitasnya. Tapi tentunya ada skala prioritas, dan rasanya sertifikasi memberikan dampak maksimal dengan tunjangan sertifikasi yang besar seharusnya menghasilkan sesuatu yang jelas. Misalnya saja bagi guru yang sudah sertifikasi haruslah mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan apa yang dipelajarinya dengan baik, misalnya dengan patokan nilai.. Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh sertifikasi guru terhadap kualitas pembelajaran dengan judul “ Hubungan Persepsi Guru Tentang Sertifikasi Dengan Kualitas Pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten”

B. Batasan Masalah

Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar dirinya, diantaranya adalah Persepsi guru tentang sertifikasi. Berdasarkan identifikasi dan disesuaikan dengan lokasi dan fokus penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 2 Klaten, maka peneliti lebih memfokuskan perhatiannya pada Persepsi Guru Tentang Sertifikasi Dengan Kualitas Pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten ?


(28)

3. Bagaimana hubungan persepsi guru tentang sertifikasi guru dengan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten ?

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional dari masing-masing variabel akan diuraikan sebagai berikut :

1. Persepsi Guru Tentang Sertifikasi

Persepsi guru tentang sertifikasi adalah pandangan guru terhadap 4 jalur sertifikasi guru yaitu pemberian sertifikat pendidik secara langsung (PSPL) , portofolio, pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), dan pendidikan profesi guru (PPG).

2. Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran dilihat dari unsur-unsur kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan yang dibahas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Ingin mengetahui kualitas pembelajaran di SMA N 2 Klaten

2. Ingin mengetahui persepsi guru SMA N 2 Klaten tentang program sertifikasi guru


(29)

3. Untuk mengetahui hubungan persepsi guru SMA N 2 Klaten tentang sertifikasi guru dengan peningkatan kualitas pembelajaran

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan informasi bagi SMA Negeri 2 Klaten tentang Sertifikasi Tentang Kualitas Pembelajaran Sebagai gambaran bagi Dinas Klaten dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru.

b. Sebagai bahan masukan bagi para guru selaku tenaga pengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam menerapkan teori dan mendapatkan gambaran dan pengalaman praktis dalam penelitian survei mengenai bidang pendidikan.


(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Pembelajaran 1. Definisi Kualitas

Juran (1962) “kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya.”Crosby (1979) “kualitas adalah kesesuaian dengan

kebutuhan yang meliputiavailability, delivery, realibility, maintainability, dan cost effectiveness.”Feigenbaum (1991) “kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture , dan maintenance,dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengankebutuhan dan harapan pelanggan. Elliot (1993) “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbedadan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.

Kualitas pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem


(31)

11 selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil. Kualitas pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Berkenaan dengan ini mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar. (Suhardan 2010:67).


(32)

12

B. Persepsi Guru 1. Definisi Persepsi

Stephen P. Robbins (1999: 46) mendefinisikan, ”Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka”. Menurut Desmita (2009: 118), “Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) oleh sistem alat indera”. Sedangkan menurut Samsunuwiyati & Lieke Indieningsih

Kartono (2006: 83), ”Persepsi adalah pengaturan stimuli menjadi satuan

utuh, penuh arti dan penting”. Ahli lain, Slameto (2010: 102) menyatakan, ”Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia”.

2. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, Bimo.2005). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel,


(33)

13 1969). Dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek (Branca, 1964). Menurut Davidoff (1981:100) dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1965).

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Walgito (2005:101) adalah sebagai berikut :

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagi reseptor.

2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan


(34)

14 stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Persepsi adalah penglihatan, tanggapan, daya memahami/menanggapi (Echols & Shadily, 1992). Dengan demikian yang dimaksud persepsi kepala sekolah tentang kemampuan mengajar guru adalah tanggapan, penilaian, pandangan, pendapat, atau reaksi kepala sekolah terhadap kemampuan mengajar guru. Lebih jelasnya yang dimaksud persepsi di sini adalah bagaimana pendapat, pandangan atau penilaian kepala sekolah terhadap kemampuan guru dalam mengelola pengajaran, bukan menyangkut kemampuan guru itu sendiri. Menurut Rakhmat (1998: 51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang


(35)

15 terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003:445) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi yang dimaksud di sini adalah bahwa setiap individu yang berbeda-beda memiliki keinginan untuk memberikan arti dan melihat sesuatu yang sama dengan cara yang berbeda-beda, sehingga mereka memberikan penafsiran yang berbeda pula tentang apa yang dilihat atau yang dialaminya. Hamner and Organ dalam Indrawijaya (2002:45) mengemukakan bahwa persepsi adalah :Suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami, dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

C. Hakikat Standar Kompetensi dan Program Sertifikasi Guru

Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memilki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan jaman (Mulyasa, 2007). Beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional antara lain :


(36)

16 1) Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, 2) Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, 3) Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah, 4) Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas

1. Pengertian Guru

Pengertian guru menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, guru (dari Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. 2. Peran dan Fungsi Guru

Menurut Mulyasa (2007:9) peran dan fungsi guru dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Sebagai pendidik dan pengajar

Bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur dan terbuka, serta peka terhadap


(37)

17 perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran.

b. Sebagai anggota masyarakat

Bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki ketrampilan membina kelompok, ketrampilan bekerjasama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.

c. Sebagai pemimpin

Bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.

d. Sebagai administrator

Bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.


(38)

18 e. Sebagai pengelola pembelajaran

Bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.

3. Pengertian Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005, di kemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas :

Pasal 1 butir 11 : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen


(39)

19 Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 11 butir 1 : Sertifikasi pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Pasal 16 : Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalisme guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional. Adapun tujuan dan manfaat sertifikasi guru, sertifikasi guru bertujuan untuk (a) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (c) meningkatkan martabat guru, (d) meningkatkan profesionalisme guru.


(40)

20 Manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut : (1) melindungi profesi guru dari Pratik-pratik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, (2) melindungi masyarakat dari Pratik-pratik

pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak professional, dan (3) meningkatkan kesejahteraan guru.

4. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Menurut H. Suyatno, M.Pd (2008) tujuan sertifikasi sebagai berikut : a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;

c. Meningkatkan martabat guru; d. Meningkatkan profesionalitas guru.

Sedangkan manfaat sertifikasi sebagai berikut :

a. Melindungi profesi guru dari praktek yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru;

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional;

c. Meningkatkan kesejahteraan guru. 5. Profesionalisme Guru


(41)

21 Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dari pengertian di atas seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.


(42)

22 6. Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan diuraikan sebagai berikut: a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi


(43)

23 pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Menurut Mulyasa (2007:117) kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.

c. Kompetensi profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik


(44)

24 memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.

7. Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Menurut Dirjendikti Kemendiknas (2010:2) dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


(45)

25 d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Guru.

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam jabatan.

g. Keputusan Mendiknas Tahun 2009 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).

h. Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam jabatan.

i. Surat Edaran Ketua KSG Nomor 1357/D/T/2009, tanggal 10 Agustus 2009 tentang Kesepakatan Rapat KSG tanggal 17 Juli 2009.

j. Surat Edaran Ketua KSG Nomor 1876/D/T/2009, tanggal 19 Oktober 2009, tentang Kesepakatan Rapat KSG tanggal 14 Oktober 2009.

8. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio

a. Pengertian Portofolio

Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/ prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Portofolio ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama


(46)

26 guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran. Keefektifan pelaksanaan peran sebagai agen pembelajaran tergantung pada tingkat kompetensi guru yang bersangkutan, yang mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia (RI) no. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan,

komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari

atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

b. Fungsi Portofolio

Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) adalah untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan


(47)

27 pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik, dan karya pengembangan profesi. Portofolio juga berfungsi sebagai:

(1) wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan;(3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum); dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.


(48)

28 c. Komponen portofolio

1) Kualifikasi akademik

Kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D-IV), baik di dalam maupun di luar negeri. Khusus untuk peserta sertifikasi yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-IV sesuai Ketentuan Peralihan Pasal 66 PP 74 Tahun 2008, komponen kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru peserta sertifikasi. Bukti fisik kualifikasi akademik berupa ijazah atau serttifikat diploma.

2) Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen pendidikan dan pelatihan ini


(49)

29 berupa sertifikat atau piagam yang dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara.

3) Pengalaman mengajar

Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas, atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan).

4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

Komponen dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. Pelaksanaan pembelajaran adalah kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kinerja guru tersebut meliputi tahapan pra


(50)

30 pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (pengusaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut). 5) Penilaian dari atasan dan pengawas

Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama.

6) Prestasi akademik

Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan), pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor), dan pembimbingan siswa


(51)

31 kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR, dan lainlain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

7) Karya Pengembangan Profesi

Karya pengembangan profesi adalah hasil karya dan/atau aktivitas guru yang menunjukkan adanya upaya pengembangan profesi. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional; artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal (kabupaten/kota) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester; media/ alat pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas (individu/ kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dan lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.


(52)

32 Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi guru dalam forum ilmiah (seminar, semiloka, simposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis forum ilmiah lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber, dan sertifikat/ piagam bagi peserta.

9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial adalah keikutsertaan guru menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, dan/ataumendapat tugas tambahan. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain: pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), dan Ikatan Sarjana Manajemen


(53)

33 Pendidikan Indonensia (ISMaPI), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan. Mendapat tugas tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.

10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/ geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.


(54)

34 9. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru (PLPG)

Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) untuk melengkapi portofolio, atau (b) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Untuk menjamin standardisasi mutu proses dan hasil PLPG, perlu disusun rambu-rambu penyelenggaraan PLPG.

a. Dasar Hukum

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan profesionalitas guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut:

1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.


(55)

35 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2005

tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.

b. Tujuan

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal skor kelulusan pada penilaian portofolio.

10.Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Di samping sertifikasi melalui portofolio bagi guru dalam jabatan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi memprogramkan Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi Guru dalam Jabatan yang diakhiri dengan sertifikasi, sehingga guru yang bersangkutan memperoleh sertifikat pendidik (jika memenuhi syarat). Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peran guru sangat penting. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008 tentang Guru, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 8 Tahun 2009 tentang


(56)

36 Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan, menegaskan peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru merupakan jabatan profesional yang menuntut agar guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam upaya meningkatkan mutu guru sebagaimana diamanahkan Undang-Undang no. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008, menyebutkan bahwa guru harus berpendidikan minimal S1/D-IV dan wajib memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).

a. Pengertian Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Menurut Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 kependidikan dan S-1 atau D-IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional


(57)

37 sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.

b.Landasan Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

1) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

2) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

4) Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 8 Tahun 2009

tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan. c. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Mengacu pada Undang-Undang no. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum program pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,


(58)

38 mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus program pendidikan profesi guru seperti yang tercantum dalam permendiknas no. 8 Tahun 2009 Pasal 2 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

d. Sistem Rekruitmen Peserta PPG Sertifikasi Guru 2012 1) Seleksi Administrasi Oleh Dinas Pendidikan

a) Guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau satuan pendidikan (TK dan SD) yang diampu, keikutsertaan dalam pendidikan profesi berdasarkan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran dan/atau satuan pendidikan yang diampunya. b) Calon peserta PPG mendaftar ke Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dengan menyerahkan dokumen berikut: (1) Format isian calon peserta PPG (Format P1).


(59)

39 (2) Foto kopi ijazah S-1/D-IV yang sudah dilegalisasi oleh perguruan tinggi asal atau Kopertis untuk lulusan PTS yang sudah tidak beroperasi.

(3) Foto kopi SK pengangkatan sebagai PNS bagi guru PNS, SK GTY atau SK dari Pemda bagi guru bukan PNS. (4) Foto kopi SK pengangkatan sebagai guru bukan PNS

(guru tetap pada satuan pendidikan tempat yang bersangkutan mengajar) dari kepala sekolah dan/atau yayasan.

(5) Surat pernyataan kesediaan mengikuti pendidikan dan meninggalkan tugas mengajar yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan kepala sekolah.

(6) Surat persetujuan dari Kepala Sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan.

(7) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

(8) Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang.

c) Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan seleksi administrasi calon peserta PPG dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen.


(60)

40 d) Calon peserta PPG yang dinyatakan lulus seleksi administrasi selanjutnya dikirim ke LPTK dalam daftar hasil seleksi administrasi calon peserta PPG dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file (softcopy) (Format P2).

2) Seleksi Akademik Oleh LPTK

a) LPTK melakukan verifikasi dokumen berdasarkan dokumen

yang dikirim oleh Dinas Pendidikan

Provinsi/Kabupaten/Kota.

b) LPTK melakukan seleksi akademik menggunakan tes dan non tes yang meliputi hal-hal berikut:

(1) Tes penguasaan bidang studi (sesuai dengan program PPG yang akan diikuti).

(2) Tes kemampuan bahasa Inggris. (3) Tes potensi akademik.

(4) Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan observasi kinerja

c) LPTK menetapkan hasil seleksi sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan melaporkan ke Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dit. Diktendik) Ditjen Dikti dan Badan


(61)

41 Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP & PMP) dengan menggunakan Format P3.

11.Pemberian Sertifikat Pendidik Secara Langsung (PSPL)

Sertifikasi guru pola PSPL diperuntukan bagi guru yang diangkat jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki :

1. Guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b. 2. Guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3

dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.

3. Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas bimbingan dan konseling dengan golongan paling rendah IV/b


(62)

42 atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b.

4. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada satuan pendidikan yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas kepengawasan dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau

5. Guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah IV/c, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c (melalui in passin)

12. Persyaratan Sertifikasi Guru 2012

a. Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan.


(63)

43 1) bagi pengawas satuan pendidikan selain dari guru yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (1 Desember 2008), atau

2) bagi pengawas selain dari guru yang diangkat setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru harus pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru.

d. Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK pengangkatan sebagai guru dari Bupati/Walikota atau dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.

e. sudah menjadi guru pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan (30 Desember 2005).

f. Pada tanggal 1 Januari 2013 belum memasuki usia 60 tahun.

g. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). h. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan

pendidikan yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila:

1)pada 1 Januari 2012 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau


(64)

44 2)mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat).

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yasbiati (2009) dengan judul “Pengaruh Persepsi Guru Tentang Sertifikasi Terhadap Kualitas

Pembelajaran’’. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan

beasarnya hubungan antara variabel. Melalui studi ini ingin diketahui sejauh mana perbedaan salah satu variabel ada hubugannya dengan perbedaan dalam variabel yang lain, yang ditetapkan melalui koefisien korelasi, dengan studi kasus pada guru-guru SD Negeri Nagawangi 1Tasikmalaya di jalan Situ Ciraja Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cilhideung Kota Tasikmalaya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaran adalah sebesar 0,434 menunjukkan korelasi sedang. Artinya kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di SD Negeri Nagawangi 1 Tasikmalaya menunjukkan kualitas baik dan dipengaruhi sedang oleh adanya program sertifikasi. Oleh karena angka koefisien korelasi itu signifikan pada taraf keberartian 0,05. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri


(65)

45 Nagarawangi 1 Kota Tasikmalaya yang beralamat di jalan Situ Ciraja Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cilhideung Kota Tasikmalaya sejak bulan Juli-November 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total artinya semua populasi yaitu guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut dijadikan sampel 20. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, observasi, dan dokumentasi.

Dari penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaraan di SD Negeri Nagarawangi 1 Tasikmalaya

E. Kerangka Pemikiran

Sertifikasi guru berlaku bagi guru yang berstatus PNS maupun swasta, merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di Negara kita secara berkelanjutan.

Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut :

Persepsi guru tentang Sertifikasi ( Variabel X)

Kualitas Pembelajaran ( Variabel Y )


(66)

46

F. Hipotesis

Hipotesis diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. (Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam Iskandar (2008 : 56), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah :

H1: Terdapat hubungan yang signifikan persepsi guru tentang sertifikasi guru dengan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Klaten


(67)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 2002:120). Penelitian ini diterapkan untuk meneliti persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaraan

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Klaten di Jl.Angsana, Trunuh, Klaten Selatan, kabupaten Klaten. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Klaten karena guru-guru SMA tersebut banyak yang mengikuti sertifikasi dan masih ada yang berstatus sebagai guru honorer. Kualitas lulusan dari SMA Negeri 2 Klaten dianggap mampu bersaing dengan kualitas lulusan dari sekolah SMA lainnya di Kabupaten Klaten. Guru juga merupakan unsur yang penting dalam menentukan kualitas lulusan peserta didik.


(68)

48 Selain itu menurut penulis pendidikan SMA itu juga penting bagi peserta didik dan guru yang mengajar di pendidikan SMA juga harus memiliki kualitas pendidikan yang baik dan kompeten. Diharapkan dengan adanya sertifikasi ini dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Klaten agar kualitas pendidikan SMA Negeri 2 Klaten lebih meningkat. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013. C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak atau lembaga yang memberikan informasi. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian yang akan diteliti adalah guru-guru SMA Negeri 2 Klaten Jl.Angsana, Trunuh, Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang ingin diteliti (Amirin.1986:92). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah hubungan persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaraan.


(69)

49 D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru SMA Negeri 2 Klaten yang berjumlah 59 guru.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah semua guru-guru SMA Negeri 2 Klaten yang sudah mengikuti program sertifikasi maupun yang belum mengikuti program sertifikasi. Sampel guru dalam penelitian ini diambil dari seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 59 guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Klaten. Sementara sampel guru akan diambil dari semua total sekolah SMA Negeri 2 Klaten. Berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel :

Tabel III.1

Daftar Nama Guru dan Jumlah Guru dalam Penelitian

NO NAMA GURU

1 Drs. Kawit Sudiyono, M.Pd 2 Drs. Basuki Djoko S

3 Drs. Sutar 4 Drs. Wahdjo

5 Drs. H.Sukarno, MM 6 Dra. Pudyastuti 7 Dra. Triasrini WD 8 Dra. Indaryani

9 Dra. Ratna Damayanti 10 Drs. Suwardhi


(70)

50

NO NAMA GURU

12 Drs. Djumal 13 Dra. Tri Suwarni 14 Dra. Sri Wuryani 15 Drs. Didit Handoyo TH 16 Dra. Tatik Sugiarti 17 Sukarno S.Pd 18 Kustiah S.Pd 19 Dra. Sita Sundari 20 Drs. Sumardi

21 Dra. Sadar Intantiningarum 22 Drs. Sugeng Wahyudi

23 Drs. Topo Trikoyo Darmanto 24 Dra. Wahyuni

25 Dra. C.Ambar Krismoyo 26 Drs. M.Sulaiman, M.Mis 27 Agus Suranto

28 C.Herman Pitoyowati S.Pd 29 R Nunuk Indarastuti S.Pd 30 Rahayu S.Pd

31 Endang Kristanti S.pd 32 Parmono S.Pd

33 Sri Murniati S.Pd 34 Drs. Nur Cahyo BJ 35 Sri Supadmiyantini S.Pd 36 Drs. Tukimin MM 37 Supardi S.pd 38 Nety Sukaati S.Pd 39 Drs. Agus Waryanto 40 Sudartati S.Pd

41 Yatrik Suwarni S.pd 42 Drs. Kristiyanto 43 Supoyo S.pd 44 Matdana Topo 45 Harjanti S.pd 46 Agus Purnama S.pd 47 Sri Suyani S.Ag 48 Sri Wahyuni S.Pd 49 Budi Setiyarso ST


(71)

51

Sumber : Dokumen SMA 2 Negeri Klaten, 2013 3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dibuat berdasarkan populasi yang ada dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sugiyono ( 2001:61)

E.Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Persepsi Guru Tentang Sertifikasi

Persepsi guru tentang sertifikasi adalah proses menerima dan mengorganisasikan sertifikasi melalui panca indera. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru. Sertifikasi guru harus mencakup komponen portofolio guna memperoleh sertifikat pendidik. Komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan

NO NAMA GURU

50 Drs. Jaka Hadi S

51 Dra. Rini Sulistyowati M.Mis 52 Dra. Winarni

53 Nurul Faizah S.pd

54 Sri Atut Moworetno S.pd 55 Isworo Setyorini S.Th 56 Sugimo S.Pd

57 Dianita Hastiningirum S.Pd 58 Slamet S.Ag

59 Niken Rudatin S.T , S.Pd Jumlah

Guru 59


(72)

52 dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (10) penghargaan

yang relevan dengan bidang pendidikan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru tentang sertifikasi

Tabel III.2

Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Tentang Sertifikasi

No Dimensi Indikator Nomor

Kuisioner

1. Kualifikasi akademik

1.Pendidikan formal seorang guru

2.Guru yang mempunyai ijazah S1 tetapi bukan S1 pendidikan

1 2

4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

9. Membuat RPP sebelum pembelajaran


(73)

53

No Dimensi Indikator Nomor

Kuisioner

5. Penilaian dari atasan dan pengawas

10. Ketaatan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama 11. Memiliki etos kerja

yang tinggi.

12. Dasar penilaian dari atasan adalah kemampuan dalam berkomunikasi dan bekerjasama 10 11 12

6. Prestasi akademik 13. Kompetensi profesional ditunjukan

keikutsertaan guru dalam mengikuti lomba 14. Prestasi akademik

ditunjukan dalam mendampingi siswa mengikuti perlombaan

13

14

7. Karya

pengembangan profesi

15. Kompetensi profesional dapat ditunjukan melalui penerbitan buku atau artikel

16.Bukti karya

pengembangan profesi harus disahkan oleh kepala dinas

15

16

8. Keikutsertaan dalam forum

17. Profesionalitas guru ditunjukkan guru dalam partisipasi mengikuti


(74)

54

No Dimensi Indikator Nomor

Kuisioner

ilmiah forum ilmiah

18.Profesionalitas

ditunjukkan dari peran guru sebagai

narasumber

18

10. Penghargaan yang relevan dengan bidang

pendidikan

21.Guru yang pernah mengajar di daerah terpencil diberi pengakuan

22. Bukti pengakuan guru disahkan oleh kepala dinas

21

22

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner dan masing-masing pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor dalam skala likert terdiri dari 4 jawaban yaitu P (3), NT (2), N (1) Pemberian skor dan kreteria penilaian pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut :

1. Persepsi Positif : Guru menunjukkan dekungan atau persetujuan terhadap pelaksanaan program sertifikasi guru


(75)

55 2. Persepsi Netral : Guru menunjukkan makna biasa-biasa saja tentang

program sertifikasi

3. Persepsi Negatif : Guru tidak menunjukkan dukungan terhadap pelaksanaan program sertifikasi guru

Tabel III.3

Skor Pernyataan Persepsi Guru Tentang Sertifikasi Jawaban Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Positif 3 1

Netral 2 2

Negatif 1 3

2. Variabel Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan disekolah. Kualitas pembelajaran juga bisa untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin disekolah. Dalam variabel kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari masing-masing kualitas yang dimiliki seorang guru dalam suatu sekolah. Ada 7 macam kualitas pembelajaran yaitu tujuan mengajar, guru yang mengajar, siswa yang belajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian atau evaluasi, dan situasi pengajaran. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut :


(76)

56 a. Tujuan mengajar

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran dan tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk tujuan mengajar dapat diberi angka 1, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data.

b. Guru yang mengajar

Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Pandangan guru terhadap anak didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di dalam kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang anak didik ini akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk guru yang mengajar dapat diberi angka 2, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data.


(77)

57 c. Siswa yang belajar

Setiap siswa memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda-beda, kepribadian mereka juga berbeda-beda, intelektualitas mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi, biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi kualitas belajar. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk siswa yang belajar dapat diberi angka 3, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data.

d. Metode mengajar

Pemilihan metode dalam mendemonstrasikan mata pelajaran atau dalam menyampaikan materi pelajaran jelas sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk metode mengajar dapat diberi angka 4, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data.

e. Alat bantu mengajar

Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya akan memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran. Selain itu juga pemilihan alat bantu yang sesuai yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran juga memberikan peran dalam mempermudah pemahaman pesrta didik terhadap materi yang disampaikan. Variabel kualitas


(78)

58 pembelajaran ini untuk alat bantu mengajar dapat diberi angka 5, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data. f. Penilaian atau evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu syarat ataupun faktor yang tidak apat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Bahan evaluasi cara atau bentuk evaluasi serta pemilihan waktu untuk melakukan evaluasi juga mempunyai pengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk penilaian atau evaluasi dapat diberi angka 6, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data.

g. Situasi pengajaran

Situasi dan kondisi yang diciptakan oleh seorang tenaga pengajar tentu akan memberikan dampak terhadap pemahaman dan kenyamanan dalam belajar. Kondisi yang kondusif akan membantu para siswa untuk lebih optimal dalam menyerap pesan yang disampaikan dari sebuah materi pelajaran. Variabel kualitas pembelajaran ini untuk situasi pengajaran dapat diberi angka 7, dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengisian data. Pemberian skor dan kreteria penilaian pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Pembelajaran Baik : Bahwa guru dan siswa memegang peran dan tanggung jawab penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran


(79)

59 2. Kualitas Pembelajaran cukup baik : Bahwa guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran hanya menghandalkan atau terfokus dengan satu konsep pembelajaran

3. Kualitas Pembelajaran kurang baik : Bahwa guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran masih rendah, rendah dalam arti proses dalam pengajarannya

Tabel III.4

Skor Pernyataan Kualitas Pembelajaran

Jawaban Skor

Baik 3

Cukup Baik 2

Kurang Baik 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pernyataan yang diberikan kepada responden untuk diisikan dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk


(80)

60 mengumpulkan data mengenai hubungan persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaran.

G. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian Menurut Sugiyono (2006). Tujuan uji validitas mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.

Validitas dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment dengan rumus (Arikunto. 2002:225) :

Keterangan :

N =total responden

Y =total skor dari seluruh item X =total skor dari setiap item


(1)

LAMPIRAN VI

(KATEGORI

KECENDERUNGAN

VARIABEL)


(2)

KATEGORI KECENDERUNGAN VARIABEL

Berdasarkan skor-skor yang ada pada data penelitian, maka penulis dapat mengelompokan persepsi ke dalam kategori yang positif, netral, negatif dan untuk mengelompokan kualitas pembelajaran ke dalam kategori yang baik, cukup baik, kurang baik. Untuk menilai skor yang ada, penulis menggunakan Penilaian Acuan Patokan ( PAP II).

Kategori kecenderungan menurut Penilaian Acuan Patokan ( PAP II) untuk penilaian persepsi guru tentang sertifikasi sebagai berikut :

Tingakat penguasaan kompetensi Kategori kecenderungan variabel

66% - 100% Positif

56% - 65% Netral

0 - 55% Negatif

Berdasarkan kategori diatas, maka dilakukan analisis sebagai berikut : Skor tertinggi yang diharapkan 22 x 3 = 66

Skor terrendah yang diharapkan 22 x 1 = 22

Penilaian persepsi guru tentang sertifikasi berdasarkan PAP II dapat ditentukan sebagai berikut :

66% x 66 = 43,5 dibulatkan 44 56% x 66 = 36,9 dibulatkan 37 55% x 66 = 36,3 dibulatkan 36

Skor Penilaian

44-66 Positif

37-43 Netral


(3)

Kategori kecenderungan menurut Penilaian Acuan Patokan ( PAP II) untuk penilaian kualitas pembelajaran sebagai berikut :

Tingakat penguasaan kompetensi Kategori kecenderungan variabel

66% - 100% Baik

56% - 65% Cukup baik

0 - 55% Kurang baik

Berdasarkan kategori diatas, maka dilakukan analisis sebagai berikut : Skor tertinggi yang diharapkan 11 x 3 = 33

Skor terrendah yang diharapkan 11 x 1 = 11

Penilaian kualitas pembelajaran berdasarkan PAP II dapat ditentukan sebagai berikut :

66% x 33 = 21,7 dibulatkan 22 56% x 33 = 18,4 dibulatkan 19 55% x 33 = 18,1 dibulatkan 18

Skor Penilaian

22-33 Baik

19-21 Cukup baik


(4)

LAMPIRAN VII


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Persepsi terhadap profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi Pada Guru SMA Negeri 2 Medan.

0 35 66

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG MANAJEMEN PEMBELAJARAN GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI 1 GADINGREJO

1 11 16

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KREDIBILITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN LOYALITAS KERJA GURU DI SMA NEGERI 2 PEMATANG SIANTAR.

0 2 30

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA GURU SMA NEGERI KABUPATEN LANGKAT.

0 0 25

PENGARUH PERSEPSI SERTIFIKASI GURU DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU PADA GURU SMA NEGERI 2 SURAKARTA.

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI GURU DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI.

0 0 16

KINERJA GURU DITINJAU DARI PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN TUNTUTAN KINERJA GURU DITINJAU DARI PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN TUNTUTAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI 2 REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 17

PENDAHULUAN KINERJA GURU DITINJAU DARI PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN TUNTUTAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI 2 REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 17

Hubungan persepsi guru tentang sertifikasi dengan kualitas pembelajaran di SMA negeri 2 Klaten.

0 2 147

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU EKONOMI DENGAN KEPUASAN BELAJAR SISWA SMA Negeri 1 Ngaglik dan SMA Negeri 2 Ngaglik, Sleman

0 0 215