Analisis perencanaan obat berdasarkan abc indeks kritis di Apotek Sanata Dharma tahun 2006-2008 - USD Repository

ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI APOTEK SANATA DHARMA TAHUN 2006-2008 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh: Akursius Rony NIM : 058114110

  

ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS

DI APOTEK SANATA DHARMA

TAHUN 2006-2008

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh:

Akursius Rony

NIM : 058114110

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  With God all things are possible

Matthew 19:26 banyak hal yang telah terjalani dan itu belum selesai.......

  kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus.......... untuk bapa dan mama serta saudara-saudaraku........ untuk almarhum nenek dan kakek........ untuk dia......,, dan almamaterku......

  

PRAKATA

Hal yang paling indah adalah bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Puji

dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas kekuatan, kasih, bimbingan, dan

dorongan yang telah Ia diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks

Kritis di Apotek Sanata Dharma tahun 2006-2008” ini dengan baik sebagai salah

  

satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari

berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi.

  

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada:

  

2. Sri Siwi Rahayu, S.Si., Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah memberikan ijin menggunakan Apotek Sanata Dharma sebagai tempat untk menjalankan penelitian.

  

3. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing, menasihati, dan memberikan ilmu selama penyusunan skripsi sehingga menjadi semangat dan sumber inspirasi.

  

4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., yang bersedia menjadi dosen penguji dan yang telah

memberikan saran serta masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

5. Bapak Drs. Djaman Ginting Manik, Apt., yang bersedia menjadi dosen penguji

dan yang telah memberikan saran serta masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

6. Fx. Budianto selaku administratif dan karyawan Fakultas Farmasi USD yang

telah membantu dan mau direpotkan oleh penulis selama pelaksanaan penelitian di Apotek.

  

7. Bapa Alexius Gupung dan Mama Theresia Atin yang telah mendoakan,

membesarkan, mendidik, dan tempat bersandar bagi penulis dengan penuh kasih saying serta pengobanan tanpa henti sehingga menjadi panutan yang sangat berarti.

  

8. Cece Wati, Bang Olok, dan Bang Ipit yang telah monjadi motivator dan inspirator

bagi penulis dalam penyusunan skripsi.

  

9. Om Uyup, Bang Aloy, Aso, Kak Deta, Nathaniel, Wina, Sera, Michael, Une, dan

adik-adik Une yang banyak memberi semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  

10. Maria Elfina Silvia yang telah mendukung, memberi semangat dan doa, serta mau

menjadi tempat keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Mariati yang telah menjadi motivator penulis dalam penulisan skripsi ini.

  

12. Donald dan Feri D.S yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

di kontrakan.

  

13. Teman-teman kelas C angkatan 2005 dan FKK angkatan 2005 yang telah

memberikan keceriaan, motivasi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhir

kata, penulis menyadari bahwa saran yang membangun akan bermanfaat untuk

perbaikan bagi penulis. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

  Penulis

INTISARI

  Ketidakefisienan dan ketidakefektifan pengelolaan obat memberikan dampak

negatif baik secara medis maupun ekonomis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

sistem pengelolaan obat pada tahap perencanaan di Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta sehingga dapat dijadikan dasar dalam meningkatkan efektivitas dan

efisisensi perencanaan dalam rangka menjamin ketersediaan obat.

  Penelitian menggunakan rancangan penelitian studi kasus non eksperimental

yang bersifat retrospektif. Data meliputi pengeluaran dan harga satuan barang. Selain

itu dilakukan wawancara dengan Apoteker Pengelola Apotek. Hasil analisis ABC

nilai pakai, nilai investasi dan VEN digabung sehingga didapat hasil analisis ABC

indeks kritis. ABC indeks kritis ini yang akan membawa kepada perencanaan untuk

pertimbangan pengadaan.

  Hasil analisis nilai pakai tahun 2006-2008, rata-rata jumlah golongan A

sebanyak 123 jenis, golongan B sebanyak 248 jenis, dan golongan C sebanyak 1631.

Hasil analisis nilai investasi, rata-rata jumlah golongan A sebanyak 294 jenis,

golongan B sebanyak 285 jenis, dan golongan C sebanyak 1424. Hasil analisis VEN,

ada 105 jenis yang masuk golongan A, 223 jenis masuk golongan B, dan 1752 jenis

masuk golongan C. Profil rata-rata nilai indeks kritis, golongan A sebanyak 110 jenis,

golongan B sebanyak 248 jenis, dan golongan C sebanyak 1645. Jumlah sediaan yang

direkomendasikan di Apotek Sanata Dharma sebanyak 403 dan 1647 sediaan

dieliminasi.

  Kata Kunci : Apotek, perencanaan, ABC indeks kritis, sediaan

ABSTRACT

  Inefficient and ineffectiveness of drugs management brings about negative

impacts both medically and economically. This research aims to find out the planning

phase of the drugs system in Sanata Dharma Dispensary of Yogyakarta so that it can

be the basic of increasing the effectiveness and efficiency of the plan in order to

guarantee the drugs availability.

  This research used a retrospective non-experimental case study. The data

covered the outcome and per item price. Moreover, an interview has been conducted

with a Pharmacist as the Dispensary Manager. The result of the ABC “Nilai Pakai”

(Use Value), “Nilai Investasi” (Investment Value) and VEN were collected to obtain

the ABC critical index analysis. This ABC critical index itself would bring to the

planning of the availability consideration.

  The result of the Use Value in 2006 to 2008 was that the average quantity of

A Group as much as 123 varieties, B Group as much as 248 varieties, and C Group as

much as 1631. The result of Investment Value analysis was that the average quantity

of A Group as much as 294 varieties, B Group as much as 285 varieties, and C Group

as much as 1424. The result of the VEN analysis showed that there were 105 varieties

enter the A group, 223 varieties enter the B Group, and 1752 varieties enter the C

Group. The critical index value profile was that A Group as much as 110 varieties, B

Group as much as 248 varieties, and C Group as much as 1645. The product quantity

recommended in Sanata Dharma Dispensary as much as 403 and 1647 product were

eliminated.

  Keywords: Dispensary, planning, ABC critical index, supply

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………….……………………………….... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………....... iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….……..... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….………...... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….……………...... vi

PRAKATA………………………………………………………….………………… vii

  

INTISARI……………………………………………………………………………..... x

ABSTRACT……………………………………………………………………………………….. xi

  

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………… xv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….... xviii

BAB I PENGANTAR…..……………………………………………………………...

  1 A. Latar Belakang…………………………………………………………….

  1 1. Permasalahan…………………………………………………………..

  3 2. Keaslian penelitian……………………………………………………..

  4 3. Manfaat penelitian……………………………………………………..

  4 B. Tujuan Penelitian………………………………………………………….

  5 1. Tujuan umum…………………………………………………………..

  5 2. Tujuan khusus…………………………………………………………..

  5

  6 A. Apotek……………………………………………………………………..

  19 F. Perencanaan Perbekalan Farmasi…………………….…………………..

  33 E. Tempat Penelitian………………………………………………………..

  33 D. Alat Penelitian……………………………………………………………

  30 C. Subjek Penelitian………………………………………………………….

  30 B. Definisi Operasional……………………………………………………..

  30 A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………..

  29 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………….

  24 I. Keterangan Empiris………………………………………………………

  22 H. Analisis ABC………………………………………………………………

  20 G. Pengadaan Perbekalan Farmasi………..…………………………………

  18 2. Fungsi persediaan……………………………………………………….

  6 1. Definisi………………………………………………………………….

  1. Tipe persediaan…………………………………………………………

  16

  15 E. Manajemen Persediaan…………………………………………………….

  13 D. Apoteker……………………………………………………….………......

  9 C. Perbekalan Kesehatan……………………………………….……………

  8 B. Sediaan Farmasi……………………………………………………………

  6 3. Tugas dan fungsi apotek…………………………………….………….

  2. Apotek Sanata Dharma…………………………………………………

  6

  33

  34 G. Analisis Data……………………………………………………………….

  34

  1. Analisis ABC Nilai Pakai………………………………………………

  34 2. Analisis ABC Nilai Investasi…………………………………………..

  35 3. Analisis VEN…………………………………………………………..

  35

  4. Analisis ABC Nilai Indeks Kritis………………………………………

  36 H. Kesulitan Penelitan………………………………………………………...

  38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….

  39 A. Profil Nilai Pakai, Nilai Investasi dan VEN…………………………….

  41

  1. Analisis ABC Nilai Pakai………………………………………………

  41 2. Analisis ABC Nilai Investasi………………………………………….

  45 3. Analisis VEN………………………………………………………….

  55 B. Analisis ABC Indeks Kritis………………………………………………

  58 C. Rekomendasi Perencanaan untuk Tahun Berikutnya………………………

  65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………

  78 A. Kesimpulan………………………………………………………………..

  78 B. Saran………………………………………………………………………..

  79 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..

  80 LAMPIRAN…………………………………………………………………………….

  82 BIOGRAFI PENULIS…….……………………………………………………………. 285

DAFTAR TABEL

  Tabel I Jumlah Sediaan Berdasarkan Nilai Pakai pada tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma………………...…………………………………

  44 Tabel II Jumlah Sediaan dan Nilai Rupiah Berdasarkan Nilai Investasi pada Tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma ...…………………………..

  48 Tabel III Rata-rata Harga per-Sediaan Berdasarkan Nilai Investasi pada Tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma …………………………..………..

  49 Tabel IV Persentase Hasil Analisis Selama Tiga Periode berdaarkan Nilai Pakai, Nilai Investasi, dan VEN di Apotek Sanata Dharma..……........................

  58 Tabel V Jumlah Golongan Sediaan Dalam Nilai Indeks Kritis pada Tahun 2006- 2008 di Apotek Sanata Dharma ……………………………….…………

  61 Tabel VI Jumlah Sediaan Tiap Golongan pada tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma ……………………………………………….…………………..

  71 Tabel VII Penggolongan kepada macam-macam sediaan yang ada di Apotek Sanata Dharma ….………………………..………………………………

  76

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Logo Jamu

  9 Gambar 2 Logo Herbal Terstandar

  10 Gambar 3 Logo Fitofarmaka

  10 Gambar 4 Logo Obat Bebas

  10 Gambar 5 Logo Obat Bebas Terbatas

  11 Gambar 6 Logo Obat Keras

  11 Gambar 7 Logo obat Narkotik

  12 Gambar 8 Contoh Suatu Distribusi Persediaan ABC………………..………………

  27 Gambar 9 Diagram Batang Analisis Nilai Pakai selama Tiga periode di Apotek Sanata Dharma ……………………………………………….…………

  43 Gambar 10 Diagram Batang Analisis Nilai Investasi selama tiga periode di Apotek Sanata Dharma ………………………………………………………….

  47 Gambar 11 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi tahun 2006 di Apotek Sanata Dharma ……………….………………….……

  51 Gambar 12 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi tahun 2007 di Apotek Sanata Dharma ……………….………………….……

  52 Gambar 13 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi tahun 2008 di Apotek Sanata Dharma ……………….………………….……

  53 Gambar 14 Persentase Golongan Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Sanata Dharma…………….……………..

  57 Gambar 15 Diagram Batang Nilai Indeks Kritis pada tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma ………………………….….……………………………

  60 Gambar 16 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2006 di Apotek Sanata Dharma ……………….………………….……

  62 Gambar 17 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2007 di Apotek Sanata Dharma ……………………….………….……

  63 Gambar 18 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2008 di Apotek Sanata Dharma ………………………………….……

  64 Gambar 19 Persentase Nilai Indeks Kritis Selama Tiga Periode (2006-2008) di Apotek Sanata Dharma …………………...…………………………….

  66 Gambar 20 Distribusi Sediaan ABC Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma ……………………………………

  69 Gambar 21 Grafik Macam Sediaan yang ada di Apotek Sanata Dharma……………..

  74

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN I Jenis Sediaan Berdasarkan Analisis Nilai Pakai pada Tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma …………..………………

  82 LAMPIRAN I.1 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan A ……………..…

  82 LAMPIRAN I.2 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan B…………….……

  86 LAMPIRAN I.3 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan C……………..…..

  93 LAMPIRAN II Jenis Sediaan Berdasarkan Analisis Nilai Investasi pada Tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma…………………………… 139 LAMPIRAN II.1 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan A ………..………. 139 LAMPIRAN II.2 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan B…………….…….. 150 LAMPIRAN II.3 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan C………………….. 161 LAMPIRAN III Jenis Sediaan Berdasarkan Analisis VEN di Apotek Sanata

  Dharma………………………………………………………….. 212 LAMPIRAN III.1 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan A………………… 212 LAMPIRAN III.2 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan B………………….. 213 LAMPIRAN III.3 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan C………………….. 215

  LAMPIRAN IV Jenis Sediaan Berdasarkan Analisis Nilai Indeks Kritis pada Tahun 2006-2008 di Apotek Sanata Dharma…………………. 230 LAMPIRAN IV.1 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Aa………..……….. 230 LAMPIRAN IV.2 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Ab…………………. 233

  

LAMPIRAN IV.3 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Ac………………… 234

LAMPIRAN IV.4 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Ba………………… 235

LAMPIRAN IV.5 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Bb……………….. 240

LAMPIRAN IV.6 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan Bc…………………. 242

LAMPIRAN III.7 Jenis Sediaan yang Masuk Golongan C………………….. 244

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang standar pelayanan

  

kefarmasian di apotek, apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarskat. Dari definisi tersebut bahwa apotek merupakan salah satu sarana

pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi

apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.

  Tertulis dalam pasal 63 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa

“pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan

farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu”. Berdasarkan pasal dalam UU ini dan peraturan perundangan-

undangan di tingkat bawahnya, Hartini dan Sulasmono (2008) menarik hubungan

bahwa menurut Keprmenkes No. 1027 tahun 2004 mengenai apoteker apotekerlah

yang memiliki kewenangan untuk itu. Kewenangan yang ada di tangan apoteker ini

akan menunjukkan peran apotek secara jelas di tengah masyarakat dalam

melaksanakan pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau sediaan

farmasi. Sediaan farmasi apotek dapat termasuk dalam golongan obat bebas, obat

bebas terbatas, obat keras, psikotropika, narkotika, kosmetik, obat tradisional, dan

bahan baku. Semua sediaan ini perlu dikelola, yang dimana meliputi perencanaan,

  

pengadaan, dan penyimpanan sehingga penyampaian sediaan farmasi tersebut dapat

dalam jumlah yang tepat pada saat dibutuhkan dengan biaya yang ekonomis.

  Manajemen logistik menawarkan banyak cara untuk menjalankan pengelolaan

itu, sehingga dapat efisien dan efektif. Efisien berarti dengan dana yg dibelanjakan

dapat memperoleh barang yang lengkap dan dalam jumlah dan jenis yg memadai

sesuai kebutuhan. Efektif menyangkut penggunaan seoptimal mungkin dari setiap

jenis perbekalan yang disediakan. Manajemen persediaan adalah suatu proses yg

hanya melibatkan perencanaan persediaan, pengawasan persediaan dan pengendalian

persediaan. Sebelum merencanakan perlu diadakannya seleksi agar memperoleh

perencanaan untuk menjalankan pengadaan yang maksimal yaitu barang dalam

jumlah yang tepat pada saat dibutuhkan dengan biaya yang ekonomis. Setelah

mendapatkan persediaan tersebut maka pelu dikendalikan. Pengendalian persediaan

ini dilakukan agar senantiasa persediaan berada dalam jumlah yang cukup untuk

dapat melayani setiap permintaan. Dengan kata lain perlu dilakukan analisa

pengendalian persediaan sehingga dapat memberikan informasi dalam rangka

memprioritaskan pengadaan. Salah satunya dengan menggunakan ABC Indeks Kritis

yang merupakan kombinasi antara analisis-analisis ABC; meliputi analisis ABC nilai

pakai, analisis ABC nilai investasi, dan analisis VEN. Nilai Pakai berdasarkan

pemakaian dari barang, Nilai Investasi berdasarkan pemakaian dan harga dari barang

tersebut, dan VEN berdasarkan pendapat dari Apoteker Pengelola Apotek. Analisis

ini sangat sesuai digunakan oleh apotek yang memiliki keterbatasan dana dan tenaga

  

kerja karena pertimbangan pengadaan obat tidak hanya berdasarkan biaya tetapi juga

berdasarkan dampak obat terhadap kesehatan.

  Apotek Sanata Dharma merupakan Apotek yang cocok untuk dianalisis

karena keterbatasan tenaga dan memerlukan dana yang kecil dalam pengadaannya.

  

Apotek Sanata Dharma juga memiliki jumlah barang yang banyak sehingga perlu

dikendalikan agar dapat mencegah terjadinya pengeluaran sediaan karena

kadaluwarsa atau rusak. Dalam hal pengadaan Apotek Sanata Dharma tidak

menggunakan pertimbangan jadwal pemesanan, karena pengadaan berdasarkan

dengan menipisnya stok dalam artian membeli atau memesan secara terus menerus.

Apotek Sanata Dharma memerlukan dana yang kecil karena di Apotek Sanata

Dharma tidak menekankan hal bisnis melainkan pelayanan, hal ini terlihat dengan

konsumen atau pasien yang berasal dari lingkungan Sanata Dharma yaitu karyawan

dan mahasiswa. Jika dikaitkan dengan efisiensi pengadaan dan dana yang kecil maka

perlu diadakan analisis pengendalian persediaan sehingga dapat memberikan

informasi dalam rangka memperioritaskan pengadaan.

  Beberapa permasalahan yang muncul antara lain adalah sebagai berikut:

  a. Bagaimana profil rata-rata nilai pakai, nilai investasi, dan VEN di Apotek Sanata Dharma tahun 2006, 2007, dan 2008? b. Bagaimana profil rata-rata Nilai Indeks Kritis tiga periode di Apotek Sanata Dharma tahun 2006, 2007, dan 2008? c. Sediaan apa saja yang akan direkomendasikan untuk direncanakan pada tahun berikutnya terkait dengan profil nilai indeks kritis?

  2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, penelitian tentang analisis perencanaan obat berdasarkan ABC indeks kritis di Apotek Sanata Dharma tahun

  2006 sampai 2008 belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perencanaan obat agar pengadaan obat dapat efisien dan pemakaian yang efektif di suatu apotek.

  b. Manfaat praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perencanaan sediaan farmasi, terutama bagi Apoteker Pengelola Apotek Sanata Dharma berdasarkan analisis perencanaan obat berdasarkan ABC indeks kritis beberapa periode sebelumnya.

  c. Manfaat metodologis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan proses perencanaan untuk pengadaan sediaan farmasi dengan metode gabungan nilai pakai, nilai investasi, dan VEN berdasarkan hasil wawancara berdasarkan kebutuhan akan perbekalan farmasi sebagai indikator indeks kritis.

  1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini untuk perencanaan agar mendapatkan pengadaan sediaan farmasi yang efektif dan efisien.

  2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

  a. Nilai Pakai, Nilai Investasi, dan VEN sediaan farmasi yang ada di Apotek Sanata Dharma periode 2006-2008.

  b. Nilai Indeks Kritis sediaan farmasi yang ada di Apotek Sanata Dharma periode 2006-2008.

  c. Sediaan farmasi yang direkomendasikan untuk perencanaan di Apotek Sanata Dharma.

  1. Definisi Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Apotik menyebutkan bahwa “Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Obat kepada masyarakat”. Definisi ini juga tidak jauh berbeda dengan definisi yang diberikan pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002 maupun Kepmenkes No. 1027 tahun 2004; Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

  2. Apotek Sanata Dharma Apotek Sanata Dharma didirikan pada tahun 2002 berlokasi di jalan Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta dan berada dalam satu lingkungan dengan kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma. Dengan pertimbangan bahwa mahasiswa profesi apoteker dan juga mahasiswa fakultas farmasi membutuhkan suatu tempat untuk praktek dalam bidang pelayanan kefarmasian. Dengan Surat Izin Apotek (SIA) bernomor 503/646/DKS/2002.

  Pemilik sarana apotek (PSA) adalah pihak Yayasan Sanata Dharma di wakili oleh Dr. C. Putranto, S.J. selaku Ketua Badan Pengurus Yayasan Sanata Dharma, kemudian menunjuk Edi Joko Santoso, S.Si., Apt sebagai Apoteker Pengelola

  

Apotek (APA) dan Sri Siwi Rahayu, S. Si., Apt sebagai Apoteker Pendamping

(Nia dkk, 2008). Hal tersebut juga tertera pada Visum Apoteker Sri Siwi Rahayu,

S. Si., Apt. dengan nomor dan tanggal SP adalah KP.01.01.1.3.13756 bahwa Sri

Siwi Rahayu, S. Si., Apt. melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker

pendamping pada Apotek Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Visum ini

berlaku sejak 9 Juni 2004 yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi DIY hingga yang bersangkutan tidak bekerja lagi di Apotek Sanata

Dharma.

  Pada tahun 2006, Apoteker Pengelola Apotek Edi Joko Santoso, S.Si.,

Apt. melanjutkan studi sehingga apotek membutuhkan Apoteker Pengganti untuk

memenuhi peraturan perundang-undangan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu

apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal

tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek menunjuk

Apoteker Pengganti. APA mengangkat Sri Siwi Rahayu, S.Si., Apt sebagai

Apoteker Pengganti yang sebelumnya menjadi Apoteker Pendamping dan Lusia

Murtisiwi, S.Farm., Apt sebagai Apoteker Pendamping (Nia dkk, 2008). Sejalan

dengan itu, Yayasan Sanata Dharma memberi surat penugasan kepada Sri Siwi

Rahayu, S. Si., Apt. sebagai Pejabat (Pj) penanggungjawab Apotik Sanata

Dharma terhitung mulai tanggal 31 Juli 2006 – 31 Desember 2007.

  Berdasarkan Surat Izin Apotek Bupati Sleman (2008) dengan

memperhatikan Surat permohonan Sri Siwi Rahayu, S. Si., Apt. tanggal 2

Nopember 2008 tentang permohonan Surat Izin Apotek Pergantian Apoteker Pengelola Apotek dari Edi Joko Santoso, S. Si., Apt. selaku Apoteker Pengelola yang lama kepada Sri Siwi Rahayu, S. Si., Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek yang baru mengizinkan Sri Siwi Rahayu, S. Si., Apt. sebagai Apoteker Pengelola Apotek Sanata Dharma. Izin tersebut berlaku sejak tanggal 22 September 2008 dengan nomor surat penugasan Kp.01.01.1.3.13756 dan Apotek Sanata Dharma tetap milik Yayasan Sanata Dharma.

  Apotek Sanata Dharma disebut sebagai apotek pendidikan karena tujuan awal pendiriannya adalah sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa S1 Farmasi dan Profesi Apoteker, selain itu juga sering digunakan oleh mahasiswa lainnya. Apotek Sanata Dharma selain sebagai sarana belajar mahasiswa juga menjadi pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar apotek, mahasiswa dan karyawan Universitas Sanata Dharma (Nia dkk, 2008).

  Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah NO. 26 tahun 1965 tentang Apotik, tugas dan fungsi apotik adalah:

  a. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; b. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat; c. sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

B. Sediaan Farmasi

  Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, KepMenKes tahun 2004

tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek dan Peraturan Pemerintah RI tahun

1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan disebutkan sediaan

farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

  Menurut UU No. 23 tahun 1992 juga dikatakan obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun

telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat itu sendiri adalah

bahan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

  Logo untuk kelompok jamu memiliki kode registrasi: TR. Contoh produk ® ® ® ®

jamu: Antangin (cair), Darsi (pil, kapsul), Sliming Tea (serbuk teh), Merit (pil)

(Anonim, 2004b).

Gambar 1. Logo Jamu (Anonim, 2004b)

  Logo untuk kelompok herbal terstandar memiliki kode registrasi: TR. Contoh ® ® ®

produk Obat Herbal Terstandar : Lelap (kaplet), Tolak Angin (cair), Fitolac

  ® (granul, kaplet), Diapet (kapsul) (Anonim, 2004b).

Gambar 2. Logo Herbal Terstandar (Anonim, 2004b)

  Logo untuk kelompok fitofarmaka memiliki Kode registrasi: FF. Contoh ® ® ® ®

produk Fitofarmaka : Stimuno (cair) X-Gra (kapsul), Nodiar (tablet), Tensigard

(kapsul) (Anonim, 2004b).

Gambar 3. Logo Fitofarmaka (Anonim, 2004b)

  Obat bukan tradisional dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

  1. Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas adalah parasetamol tablet 500 mg (Anonim, 2006a).

Gambar 4. Logo Obat Bebas (No. Reg DBL) (Anonim, 2006a)

  2. Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006a). Contoh obat bebas terbatas adalah Decolgen® tablet (obat merk dagang) (Anonim, 2007).

Gambar 5. Logo Obat Bebas Terbatas (No. Reg DTL) (Anonim, 2006a)

  3. Obat keras dan psikotropika Dalam Undang-undang obat keras tahun 1949 disebutkan obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfiksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement Van Gesondheid.

  Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006a). Contoh obat keras adalah ampicillin kapsul 500 mg (Anonim, 2007).

Gambar 6. Logo Obat Keras (No. Reg DKL) (Anonim, 2006a)

  Dalam Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada altivitas mental dan perilaku. Menurut Tjai dan Rahardja, psikotropika meliputi psikoleptika dan psiko-analeptika. Psikoleptika adalah jenis obat yang pada umumnya menekan dan/atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP, yakni hipnotika, sedative, dan tranquillizer, dan antipsikotika. Psiko-analeptika adalah jenis obat yang menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin). Contoh obat psikotropika adalah Haldol® tablet 2 mg (Anonim, 2007).

  4. Obat narkotika Dalam Undang-undang No. 22 tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Narkotika digolongkan menjadi; narkotika golongan I, II, dan III.

  Atas dasar cara kerjanya, obat-obatan ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni: a. Agonis opiate, yang dapat dibagi dalam alkaloida candu seperti morfin, kodein, heroin, nicomorfin; dan zat-zat sintetis seperti metadon dan derivatnya, petidin, dan derivatnya, dan tramadol.

  b. Antagonis opiate seperti nalokson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, dan nalbufin. Bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.