HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN (INSECURE ATTACHMENT) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA AKHIR PUTRI DALAM MASA BERPACARAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN

(INSECURE ATTACHMENT) DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PRANIKAH PADA REMAJA AKHIR PUTRI DALAM MASA

BERPACARAN

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

oleh:

Lisabetha Elok Reno Viasti

  

NIM : 09 9114 096

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2014

  MOTTO “Dan pada akhirnya aku akan terbentuk karena terbentur-bentur” Mengerjakan karya tulis ini merupakan bukti perjuangan mengalahkan ego Karya ini saya persembahkan untuk siapa saja

  Yang merasa ikut memperjuangkannya dan menginginkannya Terutama keluarga dan orang-orang terdekat

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 29 Januari 2014 Penulis

  Lisabetha Elok Reno Viasti

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN (INSECURE

ATTACHMENT) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

  

Lisabetha Elok Reno Viasti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara

kelekatan tidak aman (insecure attachment) dengan perilaku seksual

pranikah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

kelekatan tidak aman (insecure attachment) dalam diri seseorang dengan

perilaku seksual pranikah. Subyek dalam penelitian ini adalah 151 orang

remaja akhir putri dengan batasan usia 17-24 tahun. Alat pengumpulan

data yang digunakan untuk kelekatan tidak aman (insecure attachment)

adalah Experiences in Close Relationship (ECR), sedangkan untuk

perilaku seksual pranikah adalah skala perilaku seksual pranikah. Hasil

uji coba pada alat ukur Experiences in Close Relationship (ECR)

menyatakan 32 aitem sah dengan reliabilitas 0,967. Hasil korelasi yang

diperoleh adalah -0,139 pada taraf signifikansi 0,000 (p>0,05). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara kelekatan tidak aman (insecure attachment) dengan

perilaku seksual pranikah pada remaja akhir putri dalam masa berpacaran

ditolak.

  

Kata Kunci : Kelekatan tidak aman, Perilaku seksual pranikah, Remaja

Akhir Putri

THE CORRELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR ON FEMALE IN LATE ADOLESCENCE

  Lisabetha Elok Reno Viasti ABSTRACT

  The aim of this research is to know the correlation between insecure attachment with premarital sexual behavior on female in late adolescence in close relationship. The hyphotesis in this research, there is correlation between insecure attachment with premarital sexual behavior. The subject in this research is female in late adolescence in constrain from 17-24 years old. The data collection tool which used for the insecure attachment is experiences in close relationships scale (ECR) and premarital sexual behavior scale. Try-out result in experiences in close relationship scale (ECR) asserts 32 valid items with 0,967 reliability. The result obtained from the data analysis is -0,139 by 0,000 probability ( p < 0,05). That result indicate that hypothesis that there is a relationship between insecure attachment with premarital sexual behavior on female in late adolescence in countership rejected.

  Keywords : Insecure Attachment, Premarital Sexual Behavior, Female in Late Adolescene

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

  Nama : Lisabetha Elok Reno Viasti Nomor Mahasiswa : 099114096 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada

  Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DENGAN

KELEKATAN TIDAK AMAN (INSECURE ATTACHMENT) PADA

REMAJA AKHIR PUTRI DALAM MASA BERPACARAN

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 29 Januari 2014 Yang menyatakan, (Lisabetha Elok Reno Viasti)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia memberkati penulis dengan semangat dan rahmat yang tiada terhingga, sehingga skripsi yang berjudul “hubungan antara kelekatan tidak aman (insecure

  

attachment) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir putri pada masa

  berpacaran ”, dapat diselesaikan.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan dukungan bagi penulis berupa dukungan moral dan dukungan material. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih pada :

  1. Bpk Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

  2. Y. Heri Widodo., M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi yang bermanfaat bagi penulis. Terimakasih juga atas kesabarannya selama proses bimbingan.

  3. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan dorongan agar penulis segera menyelesaikan studi.

  4. Bapak GMS. Agung Basuki SH, MH. beserta Ibu Irene Ari Widyawati S.Pt, ME. selaku orang tua yang telah memberikan tidak hanya dukungan materil tetapi juga dukungan moril dan spiritual yang tidak ada habis- habisnya.

  5. Nenek tersayang Ibu Sudinah dan adik tersayang Wilfrida Pramuditha untuk doa dan kasih sayang yang menguatkan.

  6. Bramanto Ranggamukti, S.Psi. selaku sahabat, kakak, rival, sekaligus teman spesial yang berbagi cerita suka duka masa kuliah.

  7. Rekan-rekan seperjuangan di fakultas psikologi.

  8. Teman-teman Fakultas Psikologi Sanata Dharma Angkatan 2009 yang luar biasa mengesalkan namun sangat membantu di lain sisi dengan segala cerita dan kesan.

  9. Kakak-kakak tercinta di TN (Tumindak Ngiwo) untuk semua pendampingan dan kekeluargaan.

  10. Teman-teman penelitian payung Stenny, Rani, Ginza dan Laksmi yang sudah bersama-sama melewati masa-masa kritis.

  11. Teman-teman SMA yang masih terus berkomunikasi.

  12. Bapak/ Ibu dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah mendampingi selama masa studi.

  13. Para karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan bantuan dan kemudahan.

  14. Para pengisi skala yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  15. Untuk semua pihak yang telah meluangkan waktu untuk membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini, sehingga di masa yang akan datang karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik. Pada akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia psikologi.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

  …………………………………………………………………...xiii

  2. Manfaat Praktis .................................................................................. 11

  1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 10

  D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

  C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

  B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

  A. Latar Belakang ........................................................................................... ..1

  ................................................................................ ..1

  BAB I : PENDAHULUAN

  …………………………………………………………......xvii

  DAFTAR TABEL

  

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ...x

DAFTAR ISI

  …i

  ................... ..ix

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

  ......................................................................................................... viii

  ABSTRACT

  .......................................................................................................... .vii

  

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... ..vi

ABSTRAK

  …v

  

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................

  ............................................................................ ..iii

  

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ...ii

HALAMAN PENGESAHAN

  

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12

A. Remaja Akhir ................................................................................................ 12

  1. Pengertian Remaja Akhir .................................................................. 12

  C. Kelekatan (Attachment) ............................................................................... 27

  E. Hipotesis ..................................................................................................... .45

  D. Dinamika .................................................................................................... .41

  5 Dampak Kelekatan (Attachment) .......................................................... 36

  4 Faktor-faktor Kelekatan (Attachment) ................................................... 34

  3. Fase-Fase Kelekatan (Attachment) ....................................................... 32

  2. Tipe-tipe Kelekatan (Attachment) ........................................................ 28

  1. Pengertian Kelekatan (Attachment) .................................................... 27

  4. Faktor-faktor Perilaku Seksual Pranikah ............................................ 25

  2. Ciri Remaja Akhir Putri ................................................................... 12

  3. Dampak Perilaku Seksual Pranikah ...................................................... 23

  2. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah ........................................... 20

  1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah ................................................ 19

  B. Perilaku Seksual Pranikah .......................................................................... 19

  5. Pengertian Berpacaran........................................................................18

  4. Tahap Perkembangan Seksualitas pada Remaja Akhir Putri .............. 15

  3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir .................................................. 14

  

BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................... .46

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 46 B. Identifikasi Variabel .................................................................................. .46 C. Definisi Operasional ................................................................................. .46 D. Sampling Penelitian .................................................................................. 48

  E. Subjek Penelitian ........................................................................................ .48

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... .48

  1. Metode Pengumpulan Data………………………………………………48

  2. Alat Pengumpulan Data………………………………………………….49

  G. Kredibilitas Alat Ukur ................................................................................ .53

  1. Estimasi Validitas .............................................................................. .53

  2. Seleksi Item ........................................................................................ 54

  3. Estimasi Reliabilitas ........................................................................... 55

  H. Uji Asumsi Data ......................................................................................... 56

  1. Uji Normalitas .................................................................................... .56

  2. Uji Linearitas ...................................................................................... 57

  I. Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................................... 57 ............................... 58

  BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 58 B. Data Demografi Subjek Penelitian ............................................................. 58 C. Uji Asumsi ................................................................................................ 59

  1. Uji Normalitas ................................................................................... 59

  2. Uji Linearitas ..................................................................................... 60

  D. Hasil Penelitian.......................................................................................... 61

  1. Uji Hipotesis ...................................................................................... 61

  2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 61

  E. Pembahasan ................................................................................................. 63

  

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 67

A. Kesimpulan ............................................................................................... 67 B. Saran .......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68

LAMPIRAN ........................................................................................................ 72

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe kelekatan dewasa (adult attachment)........................................... 30Tabel 3.1 Skor item perilaku seksual pranikah .................................................... 50Tabel 3.2 Blue print skala perilaku seksual pranikah .......................................... 51

  Tabel 3.3Skor item experiences in close relationships scale (ECR) ................... 52

Tabel 3.4 Blue print experiences in close relationships scale (ECR) sebelum uji coba ...................................................................................................... 52Tabel 3.5 Blue print experiences in close relationships scale (ECR) setelah uji coba ...................................................................................................... 55Tabel 4.1 Data usia subjek penelitian .................................................................. 59Tabel 4.2 Data domisili subjek penelitian ............................................................ 59Tabel 4.3 Data mean teoritis dan empiris skala perilaku seksual pranikah dan experiences in close relationships scale (ECR) ................................... 62Tabel 4.4 Data mean empiris dan teoritis tipe kelekatan menghindar (avoidant

  attachment) dan kelekatan cemas (anxiety attachment) ...................... 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Dalam teori hirarki kebutuhan disebutkan bahwa salah satu kebutuhan

  manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk mencintai dan dicintai (Maslow dalam Hall dan Lindzey, 1993). Sejalan dengan teori Maslow, McClelland juga berpendapat bahwa individu memiliki kebutuhan untuk menjalin afiliasi dengan sesamanya sebagai salah satu kebutuhan yang mendasar (Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997).

  Fungsi relasi interpersonal bagi individu berbeda-beda seiring dengan tahap perkembangannya. Masa remaja sampai dengan masa dewasa awal adalah masa penting dalam pemenuhan kebutuhan akan relasi interpersonal. Pada masa remaja, individu menggunakan relasi interpersonal sebagai pembentuk identitas diri. Sedangkan masa dewasa awal, merupakan masa bagi individu mengembangkan relasi interpersonal yang lebih intim (Erikson dalam Santrock, 1995).

  Ketika beranjak remaja, individu memiliki bentuk relasi yang lebih kompleks, yaitu relasi pertemanan (friendship) dan selanjutnya relasi interpersonal yang lebih intim (romantic). Relasi interpersonal yang sifatnya lebih intim yang dilakukan individu pada masa remaja dikenal dengan istilah

  2

  berpacaran. Pada masa ini, berpacaran memiliki fungsi sebagai salah satu usaha untuk menyeleksi pasangan (Santrock, 2009).

  Seleksi pasangan merupakaRen hal yang penting. Hal ini berkaitan dengan tugas individu selanjutnya yaitu untuk mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ardhianita (2005) ditemukan bahwa pernikahan yang melalui proses berpacaran akan lebih memuaskan dibandingkan yang tidak. Tren pernikahan masa kini membebaskan seseorang untuk memilih pasangan hidupnya sendiri tanpa melalui proses perjodohan. Oleh sebab itu, berpacaran menjadi media seleksi pasangan yang dinilai efektif. Melalui berpacaran individu berproses untuk lebih mampu mengenal pasangan dengan baik.

  Salah satu aspek lain yang penting dalam mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga adalah pemahaman atas seksualitas. Oleh sebab itu, pendidikan seksual sangat penting diberikan sejak dini. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif yang dapat dimunculkan karena minimnya pengetahuan seksual. Dampak negatif tersebut antara lain perilaku seksual pranikah yang berakibat kehamilan diluar pernikahan serta ketidakmampuan menjaga kesehatan reproduksi (Suminar, 2012).

  Perilaku seksual pranikah menurut Kartono (2006) adalah perilaku yang didorong oleh hasrat seksual yang bertentangan dengan sistem tradisional dan norma yang berlaku pada masyarakat. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Sarwono (2012) bahwa perilaku seksual pranikah adalah semua perilaku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan antara pria dan wan ita diluar lembaga pernikahan yang sah. Tidak jauh berbeda Mu’tadin

  3

  (2002) juga mengungkapkan perilaku seksual pranikah adalah semua perilaku seksual yang dilakukan tanpa proses pernikah yang sah secara agama atau kepercayaan kedua belah pihak. Dengan demikian, berdasarkan definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah kegiatan yang dilandasi oleh hasrat seksual oleh pria dan wanita yang tidak melalui proses pernikahan yang sah secara agama dan hukum negara.

  Merujuk dari definisi perilaku seksual pranikah dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku seksual pranikah akan memberi dampak negatif bagi remaja yang melakukannya khususnya bagi remaja putri. Berbeda dengan remaja putra, remaja putri mengalami dampak psikologis yang lebih berat. Perasaan bersalah setelah melakukan perilaku seksual pranikah dapat memicu munculnya perasaan tidak berharga dan perasaan takut kehilangan atau ditinggalkan (Kartono, 2012).

  Perilaku seks pranikah dapat memicu munculnya masalah-masalah baru bagi kehidupan remaja. Sebagai salah satu contoh adalah penelitian yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Dalam situs resminya, KPAI menyatakan sebuah fakta yang cukup mengejutkan bahwa sebanyak 21,2 persen remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi (“Remaja Indonesia Pernah Melakukan Aborsi”, tanpa tahun). Kehamilan pada masa remaja memperbesar risiko kesehatan tidak hanya pada anak tetapi juga pada ibu, sehingga bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang masih remaja umumnya memiliki kesehatan yang buruk (Santrock,1995). Di sisi lain, melakukan perilaku seksual pranikah ternyata dapat memunculkan adanya

  4

  perasaan bersalah kepada norma masyarakat atau sosial bagi para pelakunya (Mosher, 1971).

  Berkaitan dengan maraknya kasus mengenai perilaku seksual pranikah, sebuah situs berita online melansir survey yang dilaksanakan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Dalam surveynya, BKKBN menyatakan bahwa pada saat ini masalah yang dihadapi oleh remaja bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan narkoba dan HIV/AIDS saja melainkan juga persoalan mengenai perilaku seksual pranikah. Survey yang dilakukan oleh BKKBN di Jakarta pada tahun 2012 menemukan bahwa jumlah kasus yang harus ditangani berkaitan dengan kasus perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja mencapai 26,7 persen dari total penduduk. Sebelumnya pada tahun 2007, BKKBN menemukan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan hal yang biasa dalam kehidupan remaja di Indonesia (“Seks Bebas Masalah Utama di Indonesia”,2012).

  Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 2009 berkaitan dengan perilaku seks bebas remaja di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Sebanyak 35,9 persen remaja memiliki teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Bahkan 6,9 persen responden menyatakan bahwa ia sudah pernah melakukan hubungan seksual 2012 ). pranikah (“Seks Bebas Masalah Utama di Indonesia”,

  Sejalan dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian awal yang peneliti lakukan pada 78 mahasiswi di beberapa Universitas di Yogyakarta

  5

  mendapati fakta bahwa 88,49% mahasiswi tersebut pernah melakukan hubungan seksual pranikah (Danastri, Permatasari, Viasti, Prawitasari, dan Nugrahaeni, 2013). Di kota Yogyakarta sendiri, maraknya pemberitaan berkaitan dengan perilaku seks pranikah didukung mulai banyak bermunculannya tempat hiburan malam (diskotik), kos bebas, agen penjualan obat kuat dan alat kontrasepsi yang muda diakses serta jasa aborsi yang terbuka. Hal yang lebih memprihatinkan adalah akses yang cukup terbuka berkaitan dengan informasi pekerja seks komersial di kalangan remaja maupun mahasiswa yang biasa disebut “ayam kampus” (“Mengintip

  Fenomena Seks Bebas Kalanga n Mahasiswi Di Yogyakarta”, 2013) .

  Beberapa hal menjadi faktor yang mendorong seorang remaja melakukan perilaku seks pranikah. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa alasan remaja berhubungan seks adalah karena adanya unsur pemaksaan dari pasangan, perasaan sudah siap dalam diri individu, kebutuhan akan rasa dicintai, dan perasaan malu ditertawakan dalam pergaulan karena masih perawan atau perjaka (Santrock dalam Sarwono 2012).

  Hasil studi Pustaka Komunikasi FISIP UI pada tahun 2005 di 3 kota (Palembang, Manado, dan Sumenep) menunjukkan beberapa fakfor eksternal yang mendorong seseorang melakukan perilaku seks pranikah. Faktor-faktor tersebut antara lain ketersediaan dan kemudahan menjangkau media pornografis merupakan faktor stimulan utama bagi remaja untuk melakukan perilaku seksual pranikah, sedangkan pengaruh lingkungan dan teman sebaya menjadi faktor kedua (Fernandez, 2009).

  6

  Berbicara mengenai permasalahan yang dihadapi remaja tidak lepas dari peran serta orang tua. Ada keterkaitan yang tidak terputus antara seorang individu dengan orang tuanya, sebab orang tua adalah lingkungan sosial pertama bagi seorang individu.

  Hubungan antara seorang individu dengan orangtuanya akan membentuk kelekatan (attachment) dalam masa kanak-kanaknya. Kelekatan kanak-kanak (child attachment) akan mempengaruhi terbentuknya kelekatan pada masa dewasa (adult attahchment) dan kelekatan ini akan mempengaruhi bagaimana seorang individu akan berelasi dalam lingkungan sosial (Morsunbul, 2009).

  Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Giudice (2009) mengemukakan bahwa ada hubungan antara kelekatan (attachment) dan seksualitas manusia. Dikatakan bahwa kelekatan (attachment) yang muncul di masa kanak-kanak memiliki makna adaptif bagi seorang individu hingga masa dewasa. Stres psikososial dan kelekatan tidak aman (insecure

  attachment) akan memberi dampak bagi kehidupan seksual seseorang. Oleh

  sebab itu, seseorang dengan kelekatan tidak aman (insecure attachment) akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku yang menyimpang salah satunya perilaku seks pranikah.

  Kelekatan (attachment) menurut Bowbly (1973) adalah ikatan afeksional yang dimiliki seseorang dengan orang lain. Lebih lanjut Simpson (1990) mengatakan bahwa kelekatan berevolusi secara adaptif dan membentuk model mental yang berisi pandangan individu terhadap diri sendiri dan orang lain yang merupakan organisasi persepsi, penilaian,

  7

  kepercayaan, dan harapan individu akan responsitas dan sensitivitas emosional dari figur lekat yang berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku (Karandashev, 2000).

  Kelekatan bersifat adaptif yang berkembang melalui proses natural. Kelekatan pada awalnya terbentuk dari kedekatan antara bayi dengan orang tua (biasanya figur ibu). Kedekatan bayi dengan orang tua akan memunculkan perasaan aman dalam diri bayi tersebut. Perilaku ini memberikan keuntungan bagi bayi untuk bertahan dan merasa terlindung dari bahaya dengan membuat diri mereka tetap dekat dengan pengasuh utama dalam hal ini orang tua (Mikulincer, 2007). Hal ini berlaku sebaliknya, ketika seorang anak mengalami perasaan tidak aman (insecure) dengan pengasuh utama maka perilaku yang muncul adalah ketidakmampuan untuk bertahan dan perasaan tidak terlindungi.

  Figur lekat bagi seseorang berubah seiring dengan perkembangan diri orang tersebut. Dalam perjalanan hidup individu akan cenderung merasa lebih aman jika figur lekatnya ada dan akan memunculkan perasaan tidak aman ketika figur lekatnya tidak ada (Feeney, 1996). Jika pada masa anak-anak figur lekat seseorang adalah orang tua sebagai pengasuh utama maka ketika seseorang beranjak dewasa figur lekat tersebut beralih pada pasangan.

  Hazan dan Shaver (dalam Feeney, 1996) berpendapat bahwa cinta romantis dapat dikonseptualisasikan sebagai proses kelekatan (attachment).

  Pendapat ini sejalan dengan pendapat Bowbly yang mengungkapkan bahwa melalui proses mengembangkan relasi antara pasangan yang saling mencintai akan membentuk kelekatan (attachment) di antara keduanya. Pada cinta yang

  8

  romantis kelekatan (attachment) akan terwujud karena adanya kepuasan hubungan karena terpenuhinya kebutuhan serta orang lain yang mampu memberikan rasa nyaman dan memunculkan kepercayaan diri.

  Sifat adaptatif dari kelekatan (attachment) juga menggambarkan bahwa kelekatan pada masa anak-anak (child attachment) akan mempengaruhi kelekatan mereka pada masa dewasa (adult attachment). Oleh sebab itu, jika pada masa anak-anak seseorang merasa aman (secure) dengan figur lekatnya, maka ketika dewasa juga akan merasa aman (secure). Sebaliknya, jika pada masa anak-anak seseorang merasa tidak aman (insecure) maka ketika dewasa orang tersebut juga akan merasa tidak aman (insecure) (Morsunbul, 2009).

  Karakteristik dalam relasi romatis adalah individu memiliki peran sebagai pemberi sekaligus penerima kasih sayang dalam bentuk fisik, emosi dan material tergantung kebutuhan dan situasi (Feeney, 1996). Pengalaman sosial yang berbeda pada masa anak-anak akan menghasilkan perbedaan gaya berelasi yang akan bertahan lama termasuk juga ketika orang terebut menjalani relasi romantis. Terdapat 3 gaya kelekatan (attachment) utama pada masa bayi yaitu aman (secure), menghindar (avoidant), dan cemas (anxious-ambivalent) yang akan termanifestasi pada hubungan di masa dewasa (Hazan and Shaver, dalam Feeney 1996).

  Dalam relasi cinta romantis salah satu komponen yang kuat adalah hasrat seksual dan daya tarik serta perasaan yang terkait dengan daya tarik tersebut. Perilaku seksual yang muncul didukung juga karena adanya daya

  9

  tarik dari pasangan serta kelekatan (attachment) yang muncul dari pasangan tersebut (Mikulincer, 2006).

  Bagi individu dengan tipe kelekatan tidak aman cemas (anxiety

  attachment) perilaku seksual merupakan salah satu bentuk relasi intim yang

  berfungsi untuk menjaga relasi dengan pasangan meskipun dalam keadaan terpaksa. Hal ini menjadi tidak sehat karena individu dengan tipe kelekatan ini berisiko untuk melakukan perilaku seksual yang tidak aman. Sifat dependen pada individu dengan tipe kelekatan ini akan cenderung memiliki kemampuan negosiasi yang buruk sehingga individu dengan tipe kelekatan ini akan mudah melakukan perilaku seksual pranikah dengan pasangannya dengan dalih menjadi bentuk dalam upaya menjaga komitmen ( Cooper, 2006).

  Hal yang berbeda dirasakan oleh individu dengan tipe kelekatan tidak aman menghindar (avoidant attachment). Individu dengan tipe kelekatan ini pada dasarnya sangat tidak nyaman dengan relasi yang cenderung intim. Sementara perilaku seksual merupakan bentuk relasi yang paling intim. Mereka dengan tipe kelekatan ini dapat saja melakukan penundaan untuk melakukan perilaku seksual akan tetapi pada dasarnya perilaku ini tidak dapat terhindarkan. Oleh sebab itu, pada akhirnya individu dengan tipe kelekatan ini tetap berusaha memenuhi kebutuhan akan perilaku ini. Di sisi lain, mereka memiliki kecenderungan untuk memiliki relasi seksual yang bebas dan santai, sehingga mereka cenderung menyukai hubungan seksual yang singkat tanpa ikatan dan jika sudah pernah melakukan hubungan seks akan sangat mungkin menjerumuskan mereka dalam bentuk perilaku seks pranikah (Cooper, 2006).

  10

  Berdasarkan data faktual dan definisi singkat tentang dua variabel di atas, penulis tertarik untuk mengetahui mengenai hubungan antarakelekatan tidak aman (insecure attachment) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir putri dalam masa pacaran.

  B. Rumusan Masalah

  Permasalahan yang ingin diketahui melalui penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara kelekatan tidak aman (insecure

  attachment) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir putri yang

  sedang berpacaran?”

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelekatan tidak aman (insecure attachment) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir putri yang sedang berpacaran.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi Perkembangan berkaitan dengan kelekatan tidak aman (insecure attachment) dan perilaku seksual pranikah dalam perkembangan remaja akhir putri pada masa pacaran.

  11

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi bagi orangtua, pendamping sekolah maupun remaja putri berkaitan dengan kelekatan tidak aman (insecure attachment) dan perilaku seksual pranikah. Penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi orangtua dan pendamping sekolah berkaitan dengan pengasuhan dan relasi yang baik dengan remaja akhir putri berkaitan dengan relasi lawan jenis yang sehat. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan acuan yang tepat guna memberikan informasi yang tepat berkaitan dengan kelekatan tidak aman (insecure

  attachment) dan perilaku seksual pranikah guna mengurangi dampak-

  dampak negatif yang merugikan bagi remaja putri yang bersangkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Akhir

  1. Pengertian Remaja Akhir Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dalam kehidupan seseorang (Hamalik, 1995). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami banyak perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek seperti, fisik, emosi, sosial, kognitif dan psikologis. Di sisi lain, masa remaja juga dikenal dengan fase storm and stress yaitu masa yang penuh gejolak yang ditandai dengan banyak

konflik dan perubahan suasana hati (Hall dalam Santrock, 2003).

  Masa remaja berlangsung antara rentang usia 11-21 tahun. Adapun pembagian fase remaja akhir yang dikemukakan oleh Sarwono (2012) berlangsung pada rentang usia 17-21 tahun.

2. Ciri Remaja Akhir Putri

  a. Perkembangan Fisik Perubahan fisik yang dialami remaja mencakup perubahan eksternal dan internal. Perubahan eksternal mencakup perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, dan organ seks beserta ciri- ciri sekundernya. Perubahan internal mencakup perkembangan pada sistem pencernaan, sistem peredaran darah, dan jaringan tubuh (Hurlock, 1997).

  13 Pada remaja putri akhir, perkembangan fisik menjadi stabil dan lebih nampak. Perubahan tersebut diantaranya payudara yang menjadi lebih penuh dan membulat serta rambut yang tumbuh disekitar kemaluan dan ketiak (Santrock, 2003). Di sisi lain, siklus menstruasi pada remaja puti juga telah mengalami kestabilan.

  Pada tahap remaja akhir, pertumbuhan tinggi badan juga relatif berkurang. Bagi remaja putri pertumbuhan tinggi badan mulai melambat pada usia 18 tahun. Pada tahap remaja akhir, seorang individu mulai mencapai kesempurnaan bentuk tubuh orang dewasa.

  b. Perkembangan Psikologis Pada tahap perkebangan remaja akhir, remaja putri mulai mengalami pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya. Oleh sebab itu, pada fase ini remaja putri memiliki kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan dalam hidupnya. Dengan demikian, pada fase ini seorang individu dapat mengatasi permasalahan- permasalahan yang lebih kompleks (Kartono, 2006).

  Kekhasan dari remaja putri akhir adalah mulainya pergantian objek relasi afektif dari orang tua kepada teman dekat dalam hal ini pemuda atau teman sebaya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan remaja yang cenderung lebih terbuka pada teman sebaya.

  Sebagaimana dikemukakan oleh Kartono (2006) bahwa remaja putri berusaha untuk berdiri sendiri dalam memecahkan permasalahannya.Hal tersebut menjadi jembatan bagi remaja putri

  14 untuk berkembang terhadap lingkungan sekitar dengan menyesuaikan diri.

  c. Perkembangan Sosial-emosional Pada masa remaja, seorang individu cenderung lebih mampu mengungkapkan emosinya sendiri dan membaginya dengan orang lain. Hal ini tampak dari perubahaan mood yang meluap-luap seiring dengan perkembangan hormon (Papalia, 2009). Proses sosial-emosi meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan individu lain berkaitan dengan emosi, kepribadian dan peran dalam konteks perkembangan sosial. Pada tahap ini, individu mulai dapat membantah orang tua, bersikap agresif pada orang lain, serta bersikap asertif.

  Secara sosial, remaja cenderung senang menarik perhatian dari lingkungan sekitar. Remaja juga mulai terikat dalam kelompok- kelompok karena meningkatnya pengaruh kelompok sebayaa dan remaja berusaha menyesuaikan diri pada kehidupan sosialnya. Di sisi lain, remaja juga mulai mengembangkan relasi dengan lawan jenis (Santrock, 1995).

  3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir Tugas perkembangan remaja akhir menitikberatkan pada perubahan sikap dan perilaku kekanak-kanakan mencapa kemampuan bersikap dan berperilaku secara lebih dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja adalah (Hurlock, 2004): a. Menerima keadaan fisik.

  15 b. Menerima dan memahami peran seks.

  c. Dapat membina hubungan baik dengan lawan jenis.

  d. Mencapai kemandirian emosional.

  e. Mencapai kemandirian ekonomi.

  f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

  

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa.

  h. Mengembangkan sikap tanggung jawab yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa.

  Berdasarkan uraian tugas perkembangan remaja tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam menyikapi perubahan yang terjadi dalam lingkungannya.

  4. Tahap Perkembangan Seksualitas Pada Remaja Akhir Putri Pada fase remaja akhir, seorang invidu telah mencapai taraf kematangan seksualitas yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi. Hal ini tampak dari kestabilan menstruasi yang dialami seorang individu (Sarwono, 2012).

  Perkembangan seksual pada tahap ini mendapat pengaruh yang besar dari minat terhadap lawan jenis. Remaja putri akhir mulai memiliki pola kencan yang lebih serius. Dorongan remaja putri berkaitan dengan hasrat seksualitas meningkat, tetapi tertahan oleh perkembangan moral yang telah matang sehingga pertimbangan moral tersebut menjadi

  16 penahan pada remaja akhir untuk memuaskan dorongan seksualnya. Namun, jika dorongan seks tersebut terlampau kuat maka remaja akan berada pada suatu konflik yang pada akhirnya akan lebih mengikuti dorongan seksualnya dan mencari alasan untuk pembenaran diri (Sarwono, 2012).

  Pada remaja putri yang berada pada tahap remaja akhir, unsur- unsur seksual yang erotik lebih dihayati dibandingkan dengan remaja laki- laki yang artinya remaja putri memiliki kecenderungan untuk memiliki pemahaman bahwa nilai-nilai berkaitan dengan erotisme seksualitas merupakan hal yang sakral. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan berkaitan anatomi tubuh. Remaja putri umumnya tidak memahami bahwa alat kelamin mereka merupakan pemuas hasrat cinta, sehingga seringkali mereka menekan hasrat seksual mereka dan mengubahnya menjadi bentuk fantasi. Meskipun demikian fantasi tersebut tidak selamanya mampu meredam gejolak seksual mereka. Akhirnya, mereka mengalami kebingungan dan rasa takut dalam diri mereka untuk memenuhi dorongan tersebut, sehingga terkadang mencari jalan keluar yang keliru dalam mengatasi permasalahan itu salah satunya dengan perilaku seksual pranikah (Kartono, 2006).

  Minat seksualitas yang cukup besar pada remaja ternyata memunculkan permasalahan. Dari berbagai hasil studi dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah seksual muncul karena faktor-faktor sebagai berikut (Sarwono, 2012):

  17

a. Aktivitas hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido).

  Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

  b. Penyaluran hasrat seksual tidak dapat serta merta dilakukan karena adanya penundaan perkawinan. Penundaan perkawinan ini didasari oleh adanya aturan hukum mengenai usia perkawinan sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Akan tetapi, batasan usia ini masih harus menilik aturan hukum lain yang beranggapan bahwa individu yang dianggap dewasa dan sudah mampu bertanggung jawab dengan keputusannya adalah individu berusia di atas 21 tahun. Dengan demikian, penundaan perkawinan dapat ditinjau dari kedua dasar hukum tersebut. Di sisi lain, norma sosial dalam masyarakat modern menuntut hal lain sebagai persyaratan perkawinan antara lain pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain.

  c. Penundaan usia perkawinan juga didukung dengan keberadaan norma agama yang melarang seseorang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri maka akan cenderung untuk melanggar.

  d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya peningkatan informasi dan rangsangan seksual melalui media massa berteknologi canggih (contoh: internet, VCD, telepon genggam dan lain-lain). Remaja yang berada dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba memiliki kecenderungan untuk meniru apa yang dilihat

  18 atau didengarnya dari media massa. Kecenderungan ini mereka lakukan karena mereka pada umumnya belum memahami secara lengkap masalah seksual.

  e. Peran serta orang tua dalam pendidikan seksual juga merupakan hal yang penting. Akan tetapi, pada umumnya orang tua masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak. Hal ini akan memicu anak untuk mencari tahu pada pihak lain yang cenderung tidak dapat dipertanggungjawabkan.

f. Semakin bebasnya pergaulan antara wanita dan pria dewasa ini juga dapat memicu pergaulan bebas.

  5. Pengertian Berpacaran Salah satu tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan seksualitas adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis (Hurlock, 2004). Berdasarkan tugas perkembangan tersebut, individu remaja terdorong untuk mewujudkan relasi yang lebih intim dengan orang lain. Hubungan intim tersebut adalah hubungan romantis dan berpacaran (Diponegoro, 2004).

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KESADARAN BERAGAMA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

0 4 2

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI.

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL DALAM BERPACARAN PADA REMAJA SKRIPSI SILAS ARIF KRISTYAWAN 12.40.0072

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DARI ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA AKHIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 137

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA AKHIR

0 0 155

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN REMAJA AWAL DENGAN IBU DAN KECERDASAN EMOSI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 147

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU DIET TIDAK SEHAT PADA REMAJA PUTRI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 2 137

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI KOS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 118

HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN CINTA DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI AKHIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 119