V KKEETTEERRPPA AD DU UA AN N SSTTRRA ATTEEG GII PPEEN NG GEEM MBBA AN NG GA AN N KKO OTTA A LLU UBBU UKK LLIIN NG GG GA AU U

  BA B AB B V

  V K KE ETTE ER RP PA AD DU UA AN N S STTR RA ATTE EG GII

P PE EN NG GE EM MB BA AN NG GA AN N K KO OTTA A LLU UB BU UK K LLIIN NG GG GA AU U

5..1 5 1.. Re R en nc ca an na a TTa atta a R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h K Ko otta a LLu ub bu uk k LLiin ng gg ga au u 5..1 5 1..1 1.. TTu ujju ua an n,, K Ke eb biijja ak ka an n d da an n S Sttrra atte eg gii P Pe en na atta aa an n R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h 5..1 5 1..1 1..1 1.. TTu ujju ua an n

  Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau merupakan arahan perwujudan ruang kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Adapun Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau adalah :

  

““PPeennaattaaaann rruuaanngg w wiilla ay ya ah h kko otta a b be errttu ujju ua an n u un nttu ukk m me ew wu ujju ud dkka an n rru ua an ng g w wiilla ay ya ah h K Ko otta a

LLU UB BU UK KLLIIN NG GG GA AU U y ya an ng g a am ma an n,, n ny ya am ma an n,, p prro od du ukkttiiff d da an n b be errkke ella an njju utta an n sse eb ba ag ga aii kko otta a pe p errd da ag ga an ng ga an n d da an n jja assa a b be errsskka alla a rre eg giio on na all.. ”” 5..1 5 1..1 1..2 2.. K Ke eb biijja ak ka an n d da an n S Sttrra atte eg gii P Pe en na atta aa an n R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h

  Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Lubuklinggau dirumuskan berdasarkan : Tujuan penataan ruang Kota Lubuklinggau, Karakteristik Kota Lubuklinggau, Kapasitas sumber daya Kota Lubuklinggau. Sedangkan strategi penataan ruang wilayah Kota Lubuklinggau merupakan penjabaran penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Adapun Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Lubuklinggau dibagi menjadi tiga, yaitu: Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis.

   Ke K eb biijja ak ka an n d da an n S Sttrra atte eg gii P Pe en ng ge em mb ba an ng ga an n S Sttrru uk kttu urr R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h K Ko otta a Kebijakan penetapan struktur ruang wilayah Kota Lubuklinggau meliputi:

  1. Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan kota secara optimal;

  2. Peningkatan aksesbilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sistem sirkulasi kota yang optimal;

  3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana yang dapat mendorong perkembangan kegiatan dan perbaikan lingkungan permukiman kota.

  A. Strategi pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa, industri, pariwisata dan kegiatan kota lainnya secara optimal, meliputi:

   Memantapkan peran pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan dalam sistem wilayah kota;

   Meningkatkan pelayanan intra wilayah yang diarahkan pada pemerataan pembangunan.

  B. Strategi peningkatan aksesbilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sistem sirkulasi kota yang optimal meliputi :

   Meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang meningkatkan interaksi kegitan penyebaran aktifitas perekonomian;

   Mengembangkan jalan lingkar utara dan jalan lingkar selatan;

   Meningkatkan pelayanan moda transportasi yang mendukung dan tumbuh dan berkembangnya pusat pelayanan kota;

   Meningkatkan integrasi sistem antarmoda; dan

   Mengembangkan sistem jaringan transportasi udara.

  C. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana yang dapat mendorong perkembangan kota, meliputi : 

  Mendistribusikan fasilitas sosial dan ekonomi secara merata di setiap pusat kegiatan sesuai fungsi kawasan dan hirarki pelayanan; 

  Mengembangkan infrastruktur perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kota; 

  Mengembangkan prasarana wilayah dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan air baku diseluruh utara dan selatan kota;

   Meningkatkan pemerataan sistem penyediaan air minum di wilayah kota;

   Meningkatkan cakupan pelayanan sistem jaringan energi kawasan baru yang dikembangkan di utara dan selatan kota;

   Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi di utara dan selatan kota;

  Meningkatkan sistem pengelolaan persampahan dengan teknik teknik yang berwawasan lingkungan; 

  • – 

  Meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berbasis komunal; 

  Mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu; 

  Mengembangkan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki pada kawasan perdagangan dan jasa; 

  Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan; dan 

  Mengembangkan jalur evakuasi bencana sebagai bagian upaya mitigasi bencana. 

  Ke K eb biijja ak ka an n d da an n S Sttrra atte eg gii P Pe en ng ge em mb ba an ng ga an n P Po olla a R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h K Ko otta a Kebijakan pengembangan pola ruang Kota Lubuklinggau, meliputi :

  1. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung untuk mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan;

  2. Pengendalian kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan;

  3. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa;

  4. Pengembangan kawasan permukiman yang berwasan lingkungan dan sesuai dengan daya dukung lingkungan;

  5. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  A. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung untuk mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan, meliputi :  Menetapkan deliniasi kawasan hutan lindung dan suaka alam; 

  Mengelola kawasan lindung secara terpadu; 

  Merehabilitasi hutan lindung lindung untuk mendukung tata air; 

  Mengembangkan hutan kota di utara kota;

   Menyediakan Ruang terbuka Hijau (RTH) kota minimal 30% dari luas wilayah kota;dan

   Mengelola sumberdaya hutan yang ada secara lebih baik melalui kegiatan penanamankembali hutan yang gundul dan menjaga hutan dari pembalakan liar.

  B. Strategi Pengendalian kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, meliputi :  menetapkan kawasan budi daya berdasarkan karakteristik wilayah dan perkembangan kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

   mengendalikan pengembangan kawasan budi daya agar sesuai peruntukannya;

   mendistribusikan fasilitas-fasilitas sosial dan umum sesuai kebutuhan dan berdasarkan sebaran guna lahan; dan

   menyediakan ruang bagi kegiatan sektor informal pada kawasan perdagangan dan jasa.

  C. Strategi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, meliputi:  menata koridor kawasan perdagangan dan jasa;  meremajakan pasar yang tidak tertata menjadi pasar yang berkualitas;  mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa sesuai hierarkhi pusat pelayanan kota; dan

   meningkatkan sarana dan prasarana pada kawasan perdagangan dan jasa.

  D. Strategi pengembangan kawasan perumahan yang berwasan lingkungan dan sesuai dengan daya dukung lingkungan, meliputi : 

  Mendorong pengembangan perumahan dengan pola Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap bangun (Lisiba) disebelah utara kota;

   Menata pemanfaatan ruang terbangun pada pusat kegiatan secara merata untuk mencegah kawasan permukiman padat; dan Mengembangkan kawasan perumahan dengan kepadatan rendah di sebelah selatan kota.

  E. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

   mendukung penetapan kawasan peruntukkan pertahanan dan keamanan;

   mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

   mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga; dan

   menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan TNI. 

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan penetapan kawasan strategis wilayah kota dilakukan dengan strategis:

  A. Menetapkan kawasan strategis ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan, serta serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan B. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis lingkungan hidup yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

  5 5..1 1..2 2.. R Re en nc ca an na a S Sttrru uk kttu urr R Ru ua an ng g B Biid da an ng g C Ciip ptta a K Ka arry ya a

  Rencana pengembangan sistem infrastruktur kota, meliputi : sistem penyediaan air minum, sistem pengelolaan persampahan kota, sistem pengelolaan air limbah, sistem drainase kota, rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki, dan rencana jalur evakuasi bencana alam.

  5 5..1 1..2 2..1

1 Siisstte S em m P Pe en ny ye ed diia aa an n A Aiirr M Miin nu um m

  Rencana pengembangan jaringan air bersih di Kota Lubuklinggau sampai 2031 diarahkan pada upaya peningkatan pelayanan di seluruh wilayah kota, tidak hanya pada daerah yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan air bersih, disamping penambahan sambungan baru bagi daerah yang belum terlayani oleh air bersih. Sesuai dengan perkembangan Kota Lubuklinggau, diperkirakan hingga tahun 2031 PDAM akan memberikan pelayanan dengan cakupan mencapai 80 % dari jumlah penduduk Kota Lubuklinggau.

  Sumber air bersih yang digunakan PDAM bersumber dari Air Apur, Air Sungaii Kelingi, dan Sumur Bor. Beberapa permasalahan yang dihadapi PDAM dalam pengelolaan air bersih di Kota Lubuklinggau adalah tingkat kebocoran yang tinggi serta keterbatasan dana untuk peningkatan pelayanan.

  Rencana pengembangan prasarana air baku dan air bersih adalah sebagai berikut: Sistem penyediaan air minum sebagaimana d imaksud dalam pasal 19

   huruf a meliputi: Sistem jaringan perpipaan; dan a. Sistem jaringan non perpipaan.

  b. Sistem jaringan perpipaan terdiri atas:

   Instalasi Pengolahan Air (IPA);dan a. Jaringan Pipa Distribusi.

  b. Pengembangan Instalasi pengolahan air meliputi : 

  IPA Belalau II di Kelurahan Belalau II Kecamatan Lubuklinggau Utara I a. dengan kapasitas kurang lebih 20lt/dt;

  IPA Jukung di Kelurahan Jukung Kecamatan Lubuklinggau Selatan I b. dengan kapasitas kurang lebih 20 lt/dt;

  IPA Lubuk Durian di Kelurahan Lubuk Durian Kecamatan c. Lubuklinggau Barat I dengan kapasitas kurang lebih 200 lt/dt ;dan Jaringan pipa transmisi yaitu Jalur Belalau II melewati kelurahan d. Belalau II Kecamatan Lubuklinggau Utara I.

   Jaringan pipa distribusi meliputi :

  a. Jalur Sukajadi melewati Kelurahan Sukajadi Kecamatan Lubuklinggau Barat I;

  b. Jalur Muara Enim melewati Kelurahan Muar a Enim Kecamatan Lubuklinggau Barat I;

  c. Jalur Mesat Seni melewati Kelurahan Mesat Seni Kecamatan Lubuklinggau Timur II;

  d. Jalur Mesat Jaya melewati Kelurahan Mesat Jaya Kecamatan Lubuklinggau Timur II;

  e. Jalur Karya Bakti melewati Kelurahan Karya Bakti Kecamatan Lubuklinggau Timur II;

  f. Jalur Wira Karya melewati Kelurahan Wira Karya Kecamatan Lubuklinggau Timur II;

  g. Jalur Cereme melewati Kelurahan Cereme Tab a Kecamatan Lubuklinggau Timur II;

  h. Jalur Taba Lestari melewati Kelurahan Taba Lestari Kecamatan Lubuklinggau Timur I i. Jalur Nikan Jaya melewati Kelurahan Nikan Jaya Kecamatan

  Lubuklinggau Timur I; j. Jalur Air Kuti melewati Kelurahan Air Kuti Kecamatan Lubuklinggau Timur

  I;dan k. Penambahan jalur distribusi keseluruh wilayah kota.

   Sistem jaringan non perpipaan meliputi:

  Instalasi Pengolahan Air Tanah Dalam terdiri atas:

  1. Sumur Dalam (SD) Lubuk Kupang di Kelurahan Lubukkupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I dengan kapasitas kurang lebih 20lt/dt

  2. SD Taba Lestari di Kelurahan Taba Lestari Kecamatan Lubuklinggau Timur Idengan kapasitas kurang lebih 20lt/dt

  Rencana pengembangan prasarana meliputi :

  1. Optimalisasi jaringan pipa distribusi sekunder di Kota Lubuklinggau;

  2. Rehabilitasi jaringan pipa tua untuk penekan tingkat kebocoran;

  3. Mengendalikan debit air limpasan pada musim hu jan dan penggunaan air tanah. Langkah untuk mengendalikan debit air limpasan pada musim hujan yaitu dengan tetap mempertahankan daerah-daerah tangkapan air, hal ini merupakan langkah yang cukup penting untuk mencapai dua tujuan, yaitu pengendalian banjir dan penyediaan air pada musim kemarau. Penggunaan air tanah secara liar, baik untuk keperluan domestik maupun industri, menyebabkan penggunaan air tanah secara tidak terkendali. Bila hal ini tidak dikendalikan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu penggunaan air tanah perlu dikendalikan;

  4. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distrib usi air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh wi layah Kota Lubuklinggau. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan dilaksanakan secara bertahap, hingga akhirnya tahun perencanaan (2031) seluruh wilayah Kota Lubuklinggau sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperh atikan kecukupan kuantitas dan persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat;

  5. Menurunkan tingkat kebocoran air sampai dengan 25% pada tahun 2010 dan 20 % pada tahun 2031. Pada saat ini tingkat kebocoran air di Kota Lubuklinggau masih cukup tinggi. Tingkat kebocoran yang cukup tinggi mengurangi kuantitas air yang diterima oleh pelanggan dalam jumlah yang cukup signifikan. Untuk itulah penurunan tingkat kebocoran air ini merupakan langkah yang cukup penting dalam rangka mengefisienkan pelayanan sistem public;

  6. Penyediaan hidran umum atau tangki penampungan bagi penduduk yang kurang mampu, namun membutuhkan ketersediaan air bersih;

  7. Penduduk yang sama sekali belum terlayani kebutuhan air bersih melalui PDAM tetap menggunakan sumur gali atau sumur pompa disamping memanfaatkan sumber air lainnya, namun dalam penggunaannya perlu pengawasan dan pengendalian. Jika kondisi ini kurang memenuhi persyaratan air bersih, dapat disarankan agar membuat pengolahan air sederhana seperti aerasi (kontak udara) dan filtrasi (penyaringan).

  8. Perlindungan sumber-sumber air baku dan daerah tangkapan air. Suatu sistem penyediaan air bersih yang baik adalah apabila memenuhi ketiga syarat berikut:

  1. Kuantitas, yaitu air besih yang disediakan harus sesuai dengan jumlah air bersih yang dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu diperlukan supply air baku dari beberapa sumber air.

  2. Kualitas, yaitu mutu dari air bersih yang harus sesuai dengan standar air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. Untuk mendapatkan kualitas air minum yang sesuai dengan standar yang berlaku sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia diperlukan instalasi pengolahan air bersih.

  3. Kontinuitas suatu sistem penyediaan air minum harus terjaga sehingga tidak akan dipengaruhi oleh musim maupun waktu karena air adalah kebutuhan yang esensial bagi manusia.

  5..1 5 1..2 2..2

2 S Siisstte em m P Pe en ng ge ello olla aa an n A Aiirr LLiim mb ba ah h K Ko otta a

  Air Limbah yang dimaksudkan atau dibahas disini adalah air buangan hasil aktivitas rumah tangga atau disebut juga limbah rumah tangga atau sanitasi. Sistem yang saat ini umum diterapkan di Kota Lubuklinggau adalah sistem pembuangan setempat (on site sanitation). Sebagian besar masyarakat di Kota Lubuklinggau telah menggunakan jamban pribadi dengan sub sistem berupa tangki septik. Sedangkan sebagian kecil masyarakat (terutama yang tinggal dibantaran sungai) masih menggunakan sungai yang ada sebagai tempat membuang limbahnya.

  Selain di kawasan perumahan, sistem on-site dengan sub sistem tangki septik digunakan juga di tempat-tempat fasilitas umum, seperti di kawasan perkantoran, pertokoan, terminal, pendidikan dan lain-lain. Sistem on-site ini pada lingkungan permukiman teratur serta pada bangunan / daerah fasilitas umum pada umumnya dapat mengatasi kebutuhan akan pembuangan air limbah manusia. Hal ini disebabkan kondisi lahan yang memungkinkan dan sebagian besar telah mendapat pelayanan air bersih dari PDAM. Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumur gali penduduk rata-rata lebih besar dari 10 meter, sehingga masih memenuhi persyaratan air bersih. Sebagian penduduk dikawasan permukiman tidak teratur yang tidak memiliki fasilitas pembuangan limbah, melalui program- program pemerintah telah memperoleh layanan untuk pembuangan limbah secara kolektif melalui sarana MCK yang disediakan oleh pemerintah maupun dari swadaya masyarakat sendiri.

  Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair di Kota Lubuklinggau secara lebih detail adalah sebagai berikut : Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik 1. menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah ini perlu dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini perlu didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat (Komunal) di masa yang akan dating; Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah 2. sakit, hotel, dan restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah B3 berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak menghasilkan limbah berbahaya, namun secara kuantitas limbah yang dihasilkan cukup besar, sehingga diharapkan agar hotel dan restoran mempunyai sistem pengelolaan limbah tersendiri;

  3. Sistem pengelolaan air limbah (on-site system) meliputi Septic tank individual.

  4. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) terdiri atas:

  a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IP AL) di Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuklinggau Timur II;dan

  b. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kelurahan Lubuk Binjai KecamatanLubuklinggau Selatan I dengan kapasitas sampai dengan 45 m3/hari.

  5..1 5 1..2 2..3

3 S Siisstte em m P Pe errssa am mp pa ah ha an n K Ko otta a

  Sampah merupakan segala sesuatu, barang atau benda yang karena proses dari aktivitas masyarakat sehari-hari merupakan sisa yang dib uang sebagai barang yang tidak berguna lagi. Sistem Pengelolaan persampahan Kota Lubuklinggau meliputi :

  1. Pewadahan : pewadahan umumnya diadakan sendiri oleh penduduk, kecuali di jalur protokol di pusat kota dan sekitarnya. Mengenai cara peletakannya Pemkot setempat menganjurkan untuk meletakan wadah- wadah sampah pada tempat-tempat yang tidak mengganggu estetika lingkungan dan tidak diluar pagar pekarangan.

  2. Pengumpulan : memperhatikan sistem pengumpulan sampah yang dilakukan di Kota Lubuklinggau, maka khususnya di pusat pertokoan, jalur protokol dan beberapa kawasan permukiman adalah dengan sistem individu yang diangkut oleh petugas dengan menggunakan truk / gerobak.

  3. Pemindahan : tahap pemindahan yang banyak dilakukan di Kota Lubuklinggau adalah dengan dengan menggunakan sarana bak-bak TPS berbagai ukuran. Hal ini dikarenakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang jauh.

  4. Pengangkutan : sistem pengangkutan sampah yang dilakukan di Kota Lubuklinggau adalah dengan menggunakan truk, dump, truck, dan amroll truck.

  5. Penyapuan jalan : Operasi penyapuan jalan di kota Lubuklinggau dapat dikatakan sudah baik, khususnya dijalur-jalur jalan utama Secara lebih rinci, upaya pengelolaan persampahan di Kota

  Lubuklinggau adalah sebagai berikut :

  1. Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep 3R dalam pengolahan sampah baik di skala rumah tangga, indutri, perdagangan, jasa, perkantoran, sekolah maupun di TPA pada setiap kecamatan di Kota Lubuklinggau.

  2. TPAS berada di Kelurahan Lubuk Binjai Kecamatan Selatan I seluas 25 Ha dengan kapasitas sampai dengan 446.47 m3 / hari dengan menggunakan sistem Controlled Landfill.Rencana tempat pengelolaan dan pemprosesan akhir sampah (TPPAS);

  3. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampaan, bergerak dan tidak bergerak, seperti TPS, TPA, kontainer, dan truk.

  4. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kota Lubuklinggau sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

  5. Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan.

  5..1 5 1..2 2..4

4 S Siisstte em m D Drra aiin na asse e K Ko otta a

  Berdasarkan pengamatan dilapangan, diketahui bahwa sistem drainase di Kota Lubuklinggau belum terencana dengan baik dan masih mengikuti pola ilmiah. Drainase pada hakekatnya adalah suatu saluran atau parit, baik terbuka atau tertutup yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke bumi menuju badan air penerima. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan terjadinya genangan-genangan air, erosi lapisan tanah, banjir, dan Rencana Sistem Drainase Makro Kota Lubuklinggau Penataan pola sub

  • – catchment area merupakan dasar penetapan yang penting dalam mengarahkan rencana saluran drainase yang baik. Ukuran sub catchment sebaiknya dibuat sekecil mungkin, lebih-lebih bilamana disekitar saluran induk telah banyak perumahan yang padat.

  1. Sub Catchment Area Pusat Kota Terletak dipusat kota dimana kawasan ini sudah merupakan kawasan padat, karena banyak kegiatan atau aktivitas yang berkembang di kawasan ini, Tata drainase eksisting terpusat pada saluran tepi jalan yang dibuat oleh pemerintah, dan membuang langsung ke Sungai Kelingi.

  2. Sub Catchment Area Lubuklinggau Utara Bagian utara Sub Catchment ini melayani kawasan sekitar Jl. A. Yani dan wilayah utara Kota Lubuklinggau yang kemudian melimpaskan alirannya ke sungai Megang.

  3. Sub catchment Area Lubuklinggau Selatan Bagian Selatan Sub Catchment ini melayani wilayah Selatan Kota Lubuklinggau yang kemudian melimpaskan alirannya ke sungai Kati.

  B. Rencana Sistem Drainase Mikro Kota Lubuklinggau Prinsip dasar dari sistem drainase mikro adalah mengalirkan air secepat-cepatnya sehingga tidak akan terjadi genangan air sebagai akibat adanya air limpasan dari daerah tangkapan tertentu (cathment area) pada saat terjadi hujan. Sistem drainase mikro pada daerah dengan curah hujan tinggi tidak dapat digabungkan dengan sistem penyaluran air limbah. Pada daerah dimana memiliki curah hujan tingkat tinggi, sistem penyaluran limbah domestik dapat digabung dengan sistem penyaluran air hujan (drainase mikro). Dalam kaitannya dengan konservasi sumber daya air, maka berkembang konsep drainase lingkungan yaitu air limpasan air hujan ditahan selama mungkin untuk memberikan kesempatan pada air tersebut melakukan infiltrasi ke dalam tanah untuk melakukan

  “recharge” ke sistem air tanah. Hal ini perlu dikembangkan di Kota Lubuklinggau apabila sifat tanahnya memungkinkan terjadinya proses infiltrasi yaitu pada morfologi tanah dengan permeabilitas yang tinggi.

  Selain berfungsi sebagai penyalur air hujan, saluran drainase mikro di beberapa kawasan permukiman di Kota Lubuklinggau juga berfungsi sebagai penyalur air bekas mandi, mencuci, dan masak. Air limbah tersebut di salurkan langsung ke saluran-saluran drainase di tepi jalan yang umum terbuka. Permasalahan yang sering dijumpai akibat kondisi sistem seperti ini adalah di musim kemarau terjadi aliran yang lambat dengan kedalaman air disaluran yang kecil sekali, sehingga akan timbul endapan-endapan dan memberi kesempatan berkembangbiaknya serangga penyebar penyakit seperti nyamuk, lalat, dan insekta lainnya. Dilain pihak pada musim hujan akan terjadinya genangan air (melewati saluran air yang ada) hal ini disebabkan karena sistem yang kurang baik, juga karena adanya penumpukkan sampah / endapan dari rumah tangga. Permasalahan lainnya adalah tidak terpenuhinya syarat keindahan dan timbulnya bau yang tidak sedap pada saluran. Apabila saluran tersebut tidak kedap air, maka sebagian air limbah akan meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air tanah.

  Khusus dalam upaya konservasi sumber daya air di Kota Lubuklinggau yang akan dibangun sistem drainase, perlu diterapkan drainase berwawasan lingkungan dengan menerapkan sistem peresapan buatan, baik sumur/bidang/parit resapan yang dapat dibuat dalam skala individu maupun kolektif. Adapun pedoman yang akan digunakan dalam perencanaan jaringan drainase di Kota Lubuklinggau adalah:

  1. Pemanfaatan sistem jaringan drainase yang ada secara optimal, baik drainase makro (sungai dan anak sungai) maupun drainase mikro selaku saluran pembuangan air hujan;

  2. Saluran drainase mikro yang direncanakan, diusahakan mengikuti pengeringan (pematusan) alami (drainase makro) dan mengikuti pola jaringan jalan;

  3. Pengaliran air hujan secepatnya melalui sistem jaringan drainase mikro (saluran pinggir jalan) ke badan air terdekat sehingga dapat menghemat panjang saluran;

  4. Menghindari pembongkaran saluran / bangunan yang ada dan dan pembebasan tanah yang berlebihan;

  5. Ekonomis dalam investasi dan pelaksanaan pembangunan;

  6. Mudah untuk dilaksanakan;dan 7. Berwawasan Lingkungan.

  Rencana pengembangan prasarana drainase adalah sebagai berikut :

  1. Pengembangan saluran primer merupakan saluran pembuangan menuju sistem drainase makro yang ditetapkan di 5 sub sistem drainase, yaitu sub sistem Sungai Kelingi, sub sistem Sungai Mesat, sub sistem Sungai Malus, sub sistem Sungai Kesie dan sub sistem Sungai Kati.

  2. Pengembangan jaringan drainase sekunder merupakan saluran pembuangan menuju saluran drainase primer yang ditetapkan di dalam sub sistem drainase yang malalui jalan Yos Sudarso, Jalan Garuda, Jalan A.Yani dan Jalan Soekarno - Hatta.

  3. Pengembangan jaringan drainase tersier ditetapkan pada saluran drainase kawasan perumahan dengan jenis saluran terbuka dan/atau tertutup.

  4. Menyempurnakan dan meningkatkan jaringan drainase mikro yang ada serta mengembangkan jaringan drainase mikro yang baru secara terpadu pada tempat-tempat yang belum terlayani. Jaringan drainase mikro merupakan jaringan yang terdapat di sisi kiri-kanan jalan atau drainase jalan. Pada saat ini masih banyak jaringan drainase mikro yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain, sehingga perlu pengembangan jaringan yang terpadu atau terintegrasi dengan Jaringan Makro.

  5. Meningkatkan fungsi pelayanan drainase makro. Drainase makro umumnya berupa sungai atau anak sungai. Pada saat ini banyak sungai di Kota Lubuklinggau yang fungsinya mengalami penurunan, yang disebabkan karena penurunan kapasitas. Penurunan kapasitas ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembuangan sampah ke sungai dan erosi.

  5..1 5 1..3

3 R Re en nc ca an na a P Po olla a R Ru ua an ng g W Wiilla ay ya ah h

  Rencana pola ruang wilayah Kota Lubuklinggau merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kota Lubuklinggau yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

  Rencana pola ruang wilayah kota Lubuklinggau berfungsi :

  1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota Lubuklinggau;

  2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

  3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan

  4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kotaLubuklinggau.

  5..1 5 1..3 3..1

1 R Re en nc ca an na a P Po olla a R Ru ua an ng g K Ka aw wa assa an n LLiin nd du un ng g K Ko otta a LLu ub bu uk klliin ng gg ga au u

  Kelestarian lingkungan hidup merupakan hal yang perlu diperhatikan di dalam pembangunan. Seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 19 ayat 2 bahwa perencanaan tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dan menjamin kesinambungan hidup generasi masa yang akan datang, dengan kata lain pembangunan yang dilaksanakan harus berkelanjutan (sustainable development).

  Tujuan utama pemantapan kawasan lindung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau adalah untuk melindungi sumber daya alam atau buatan yang ada di dalamnya, juga ditujukan untuk mencegah berbagai kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan baik pada kawasan lindung maupun di sekitarnya.

  Kawasan Lindung yang direncanakan meliputi : 

  Hutan Lindung; 

  Kawasan perlindungan setempat; 

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota;  Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya;  Kawasan rawan bencana alam.

  Untuk mencapai tujuan penataan ruang kawasan lindung Kota Lubuklinggau, maka strategi penataan ruang kawasan lindung Kota Lubuklinggau ditetapkan sebagai berikut :

  a. Memantapkan status hukum, penegasan batas dan menyelesaikan dengan segera permasalahan di kawasan-kawasan lindung melalui pengukuran, pemetaan dan upaya persuasif di lapangan

  b. Mengembalikan fungsi kawasan lindung terutama kawasan lindung setempat yang telah berubah fungsi.

  c. Melestarikan dan melindungi Kawasan TNKS

  d. Melestarikan kawasan bangunan tua, bernilai sejarah atau atau bernilai arsitektur serta berkaitan dengan sosial budaya. Pendeliniasian kawasan lindung akan mengikuti kriteria kawasan lindung e. yang ditetapkan bagi Kota Lubuklinggau (Keppres No. 32 Tahun 1990) dan hasil analisis kesesuaian lahan. Jenis kawasan yang memberikan perlindungan kepada kawasan bawahnya sebagian besar berupa hutan lindung. Kawasan perlindungan setempat (penyangga) yang perlu dimantapkan adalah disepanjang sungai. Jenis kawasan suaka alam yang perlu dimantapkan adalah taman nasional Mengelola kawasan lindung secara terpadu dengan memperhatikan f. hubungan keterkaitan dan dampak kegiatan di ruang melalui pelaksanaan peraturan konservasi kawasan lindung.

  H HU UTTA AN N LLIIN ND DU UN NG G Kawasan yang memenuhi kriteria tersebut di atas sehingga harus ditetapkan sebagai hutan lindung adalah Bukit Cogong dengan luas 644,29 Ha dan Bukit Sulap. Akan tetapi Bukit Sulap juga termasuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kecamatan Lubuklinggau Utara II dan Kecamatan Lubuklinggau Barat II dengan luas kurang lebih 6.616 Ha.

  Arahan bagi kawasan hutan lindung adalah : Pengamanan kawasan hutan lindung; 1. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;dan 2. Pengendalian perkembangan di areal kawasan hutan lindung 3. K KA AW WA AS SA AN N P PE ER RLLIIN ND DU UN NG GA AN N S SE ETTE EM MP PA ATT Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai.

  Ketentuan sempadan sungai yang merupakan kawasan perlindungan setempat adalah: 

  Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut:

  a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

  b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. 

  Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus)Km2 atau lebih ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, sedangkan pada sungai kecil yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) Km2 sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

   Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan : a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh)meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  c. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi. Adapun ketentuan-ketentuan sempadan sungai yang merupakan daerah aliran sungai yang bebas dari kawasan terbangun, antara lain : Sungai besar di luar kawasan permukiman memiliki sempadan 100 meter di a. kanan-kiri badan Sungai besar di dalam kawasan permukiman memiliki sempadan 10 meter b. di kanan-kiri badan Sungai kecil di luar kawasan permukiman memiliki sempadan 50 meter di c. kanan-kiri badan Sungai kecil di dalam kawasan permukiman memiliki sempadan 3 meter di d. kanan-kiri badan meliputi sungai meliputi sungai kelingi, sungai mesat, sungai kati, sungai malus dan sungai kasie.

  Hampir seluruh sungai di Kota Lubuklinggau tidak bertanggul.

  e.

  Luasan sempadan sungai yang terdapat di Kota Lubuklinggau sebesar f. 1.288,20 Ha meliputi :

  Sempadan Sungai Air Kati dengan luas kurang lebih 34 Ha; - Sempadan Sungai Belalau dengan luas kurang lebih 143 Ha; - Sempadan Sungai Bugin Jawi dengan luas kurang lebih 115 Ha; - Sempadan Sungai Kelingi dengan luas kurang lebih 207 Ha; - Sempadan Sungai Kasie dengan luas kurang lebih 0.5 Ha; - Sempadan Sungai Ketue dengan luas kurang lebih 0.2 Ha - Sempadan Sungai Malus dengan luas kurang lebih 38 Ha; - Sempadan Sungai Megang dengan luas kurang lebih 40 Ha; - Sempadan Sungai Semi dengan luas kurang lebih 21 Ha; - Sempadan Sungai Tebat dengan luas kurang lebih 11 Ha; -

  Sempadan Sungai Temam dengan luas kurang lebih 94 Ha; -

  • Sempadan Sungai Tiga dengan luas kurang lebih 21 Ha; dan - Sempadan Sungai Mesat dengan luas kurang lebih 109 Ha.

  RU R UA AN NG G TTE ER RB BU UK KA A H HIIJ JA AU U K KO OTTA A Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).

  Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang- ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

  Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.

  RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitek-tural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepenting-an, dan keberlanjutan kota.

  RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk ke-indahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

  Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keingin-an dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di kota adalah sebagai berikut:

  1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik (milik pemerintah clan terbuka untuk umum) dan RTH Privat (milik perorangan atau institusi);

  2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

  3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

  Rencana RTH meliputi:  RTH publik; dan 

  RTH Private

  5 5..1 1..3 3..2

2 Re R en nc ca an na a P Po olla a R Ru ua an ng g K Ka aw wa assa an n B Bu ud diid da ay ya a K Ko otta a LLu ub bu uk klliin ng gg ga au u

  Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang terdapat di wilayah Kota Lubuklinggau meliputi :

  Kawasan peruntukan perumahan; a. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; b. Kawasan peruntukan perkantoran; c. Kawasan peruntukan industri; d. Kawasan peruntukan pariwisata; e. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH); f. Ruang evakuasi bencana; g. Kawasan sektor informal; h. Kawasan peruntukan pertanian; i. Kawasan peruntukan perkebunan j. Kawasan peruntukan perikanan k. Kawasan pertambangan; dan l. Kawasan pertahanan dan keamanan negara. m.

  5 5..1 1..4

4 P Pe en ne etta ap pa an n K Ka aw wa assa an n S Sttrra atte eg giiss K Ko otta a

  Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 26 Tahun 2007 dan pedoman penyusunan tata ruang wilayah dari Kementrian Pekerjaan Umum bahwa kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/ lingkungan. Kawasan strategis Kota Lubuklinggau berfungsi :

  1. Untuk mengembangkan, melestarikan, melindsungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang Kota Lubuklinggau;

  2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam Kota Lubuklinggau yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota;

  3. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kota Lubuklinggau; dan

  4. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci dan rencana detail tata ruang kota (RDTR).

  Kawasan strategis Kota Lubuklinggau ditetapkan dengan kriteria: 1. memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis

  Provinsi Sumatera Selatan yang ada di Kota Lubuklinggau; 2. kawasan strategis Kota Lubuklinggau dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan yang jelas.

  3. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

   Potensi ekonomi cepat tumbuh;

   Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

   Potensi ekspor;

   Ditetapkan sebagai kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan sekitarnya;

   Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

   Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

  4. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya seperti:  tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;  prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;  aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;  tempat perlindungan peninggalan budaya;  tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

   tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;  hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jati diri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota; dan/atau

   kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota.

  5. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain:

   kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, dan lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis;

   memiliki sumber daya alam strategis; 6. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:  tempat perlindungan keanekaragaman hayati;  kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

   kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;  kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

   kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;

   kawasan rawan bencana alam; dan/atau  kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Pe P en ne etta ap pa an n R Re en nc ca an na a K Ka aw wa assa an n S Sttrra atte eg giiss K Ko otta a LLu ub bu uk klliin ng gg ga au u Berdasarkan pertimbangan di atas dan hasil analisa wilayah kajian RTRW Kota Lubuklinggau, maka kawasan strategis di Kota Lubuklinggau ditetapkan sebagai berikut:

   Kawasan Strategis Nasional Kawasan strategis nasional yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas kurang lebih sebesar 6.616 Ha yang terdapat di Kecamatan Lubuklinggau Utara II dan Kecamatan Lubuklinggau Barat II.

   Kawasan Strategis Kota Kawasan Strategis Kota Lubuklinggau meliputi :

  a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan c. kawasan strategis dari sudut kepentingan Sosial Budaya. Ka K aw wa assa an n S Sttrra atte eg giiss d da arrii ssu ud du utt k ke ep pe en nttiin ng ga an n e ek ko on no om mii Pusat pelayanan utama di dalam wilayah Kota Lubuklinggau berada di Pusat Kota Lubuklinggau (Kelurahan Pasar Pemiri) Kecamatan Lubuklinggau Barat II dan sebagian Kecamatan Lubuklinggau Timur II merupakan sektor unggulan perdagangan dan jasa yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kota dan wilayah sekitarnya.

  Pusat pelayanan ini akan memberikan skala dan cakupan pelayanan baik untuk semua wilayah Kota Lubuklinggau maupun untuk skala regional Wilayah ini merupakan gabungan dari sebagian kelurahan di Kecamatan Lubuklinggau Barat II yang berada di sepanjang koridor jalan yos sudarso dan A. Yani.

  Dasar pemilihan wilayah pusat pelayanan kota di pusat Kota Lubuklinggau karena selain Pusat Kota Lubuklingau telah terbentuk sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan dan juga sebagai pusat distribusi, pusat Kota Lubuklinggau juga merupakan urat nadi ekonomi Kota Lubuklinggau yang memiliki aspek dukungan infrastruktur yang memadai serta memiliki daya saing lokasi. Berdasarkan pada potensi dan prospek pengembangannya, kawasan ini direncanakan sebagai kawasan strategis kota Lubuklinggau yang memiliki ciri perdagangan dan jasa. Adapun arahan pengembangan kawasan strategis perdagangan dan jasa di Kota Lubuklinggau yaitu :

  1. Revitalisasai kawasan perdagangan dan jasa;

  2. Penataan lingkungan sekitar;

  3. Peningkatan aksesbilitas menuju kawasan dalam mendukung fungsi kawasan sebagai kawasan perkotaan; k ka aw wa assa an n ssttrra atte eg giiss d da arrii ssu ud du utt k ke ep pe en nttiin ng ga an n ffu un ng gssii d da an n d da ay ya a d du uk ku un ng g lliin ng gk ku un ng ga an n h hiid du up p Kota Lubuklinggau termasuk salah satu produsen dan konsumen beras, palawija dan hortilkultura di Propinsi Sumatera Selatan. Salah satu yang menarik dari kota Lubuklinggau adalah keberadaan kawasan tanaman pangan yang memiliki luas sekitar 2.000 m2.

  Kawasan pertanian tersebut didukung dengan sisten irigasi teknis yang baik, bendungan watervang serta aksesibilitas yang memadai. Pada kawasan berpusat di Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan pertanian sawah irigasi teknis dengan luas kurang lebih 2.000 Ha yang terdapat di Kelurahan Eka Marga, Kelurahan Marga Bakti, Kelurahan Margorejo, Kelurahan Karang Ketuan, Kelurahan Siring Agung Kecamatan Lubuklinggau Selatan II dan Kelurahan Ulak Lebar Kecamatan Lubuklinggau Barat II .

  Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi, sangat tepat jika kota Lubuklinggau memiliki kawasan strategis tanaman pangan mengingat potensi yang dimilikinya. Arahan pengelolaan kawasan strategis sektor unggulan pertanian, meliputi:

   Penetapan deliniasi kawasan tanaman pangan di Kelurahan Eka Marga;

   Pengembangan fasilitas pendukung kegiatan pertanian;

   Peningkatan aksesibilitas menuju kawasan pertanian;dan