ANALISIS KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM :STUDI KASUS DI DUSUN PASAR SORE DESA KANUGRAHAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN.

(1)

ANALISIS KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DALAM

PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM

(Studi Kasus di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran

Kabupaten Lamongan)

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD UBAIDILLAH

NIM: C04212004

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian

Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan di Dusun Pasar Sore, Desa Kanugrahan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan dalam perspektif etika bisnis Islam.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan induktif yaitu suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta empiris yang didapat dari lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian dianalisis, ditafsirkan, dan berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan berdasarkan pada data lapangan tersebut. Hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan data-data dari lapangan yang terkait dengan penelitian, kemudian peneliti mengklasifikasikan sesuai permasalahan yang dibahas, setelah itu data disusun

dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan induktif.

Hasil penelitian ini merupakan praktik kerja sama akad pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan di Dusun Pasar Sore, Desa Kanugrahan, Kecamatan

maduran, Kabupaten Lamongan yang menggunakan akad mukha>barah. Akad

mukha>barah telah dilakukan oleh penduduk dusun tersebut secara turun temurun dan berlangsung sejak lama, sehingga kebiasaan tersebut telah mengakar. Praktik mukha>barahyang dilaksanakan tersebut sebenarnya juga telah sah secara syari’at. Namun, ada permasalahan dalam hal kontrak yang tidak diketahui batas waktunya, dan adat berlaku adalah jika pihak pemilik dan penggarap keduanya merasa cocok, maka kontrak kerja sama juga akan terus berlangsung. Mengenai

Pembagian hasil1 3(satu pertiga) untuk pemilik dan penggarap mendapat bagian

2

3 (dua pertiga) menurut peneliti merupakan sesuatu yang seimbang (adil).

Kerja sama pengolahan lahan pertanian tersebut jika dilihat dalam perspektif etika bisnis Islam sebenarnya ada relevansi yang cukup kuat. Etika dan sikap yang diterapkan oleh para pelaku kerja sama tersebut antara lain adalah; Tidak mengurangi timbangan (curang), saling ridha, tidak melakukan manipulasi (penipuan), jujur dan transparan, amanah, pantang menyerah, professional, serta

bertanggung jawab. Selain itu praktikmukha>barahtersebut selaras dengan prinsip

dasar etika bisnis Islam yakni; kesatuan (unity). keseimbangan (equilibrium),

kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran (truth).

Jadi praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilakukan di Dusun

Pasar Sore tersebut telah sesuai dengan aturan syari’at Islam yang berupa etika


(6)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 6

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah……….. 7

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Kajian Pustaka………. 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional ... 11

H.Metode Penelitian ... 16


(7)

ix BAB II : KAJIAN TEORI

A.Pengertian Etika Bisnis Islam ... 18

B.Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam ... 22

C.Urgensi Etika Bisnis Islam ... 26

D.Macam-maca Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian ... 27

BAB III : PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DI DUSUN PASAR SORE KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan………. 38

1. letak Daerah ... 38

2. Luas Wilayah ... 39

3. Keadaan Penduduk……….. . 39

3.1 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin………. 39

3.2 jumlah pendududk berdasarkan mata pencaharian………… 39

3.3 jumlah pendududk berdasarkan pendidikan………. . 40

4. Kehidupan Masyarakat……… 40

4.1 Kondisi Ekonomi……….. . 41

4.2 kondisi Sosial……… . 41


(8)

x

B. Praktik Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian………... ... 42

C.Latar belakang praktik kerja sama pengolahan lahan……… 42

D.Sistem kontrak……….. 47

E. Mekanisme pembagian hasil………. 49

F. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya kerja sama pengolahan pertanian……… 52

BAB IV : ANALISIS PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM A.Analisis Praktik Kerja sama Pengolahan Lahan pertanaian ... 54

B. Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam………. 59

BAB V : KESIMPULAN ………. 69 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar penggarap dalam kerja sama pengolahan lahan pertanian


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama samawi yang paling hak di muka bumi ini,

hal itu sesuai penjelasan Allah Swt, bahwa sesungguhnya agama yang hak (benar) di

sisi Allah adalah Islam. Dalam Agama Islam, ada aturan-aturan (syariát) dari Allah

yang bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia dalam menjalankan tugasnya

sebagai hamba dan khalifah di bumi.

Secara umum dalam perspektif Islam ada beberapa hubungan yang harus

senantiasa dijaga setiap saat, yakni hubungan dengan Allah (hablun min Allah),

hubungan dengan sesama manusia(hablun min an-nas), serta hubungan dengan alam

semesta (hablun min al álam). Umat manusia harus mampu menjadikan dirinya

sebagai individu yang baik dalam ketiga hubungan tersebut, agar memperoleh

kebahagiaan dan kemuliaan hidup.

Hubungan sesama manusia (hablun min an-nas) adalah salah satu bentuk

hubungan yang tidak mungkin dihindari oleh seseorang, karena pada hakikatnya

manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti akan menjalin hubungan atau

berinteraksi dengan sesama sekaligus saling membutuhkan satu sama lain dalam

rangka menjalankan proses kehidupan di muka bumi ini.

Islam telah mengatur agar dalam hubungan antara sesama manusia ada prinsip

saling memberi manfaat, tolong menolong, serta saling memperbaiki satu sama lain.


(11)

2

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 1

Ayat tersebut mengajarkan kepada manusia untuk selalu berpegang teguh pada prinsip tolong menolong (ta awun) dalam hal kebaikan serta memberikan pelajaran kepada manusia agar tidak saling bekerja sama dalam hal keburukan dan kemunkaran.

Oleh karena itu, seyogyanya manusia mampu mengimplementasikan ajaran tersebut

dalam kehidupan sehari-hari.

Tolong-menolong dan kerja sama tidak dapat dipisah dalam aktifitas roda

kehidupan sosial, karena keduanya merupakan ciri pokok yang harus melekat (ada)

dalam hubungan sesama manusia. Dalam hukum Islam, ada beberapa konsep kerja

sama dalam bidang pengolahan lahan pertanian diantaranya adalah mukhabarah dan muzara ah. Pengertian dari mukhabarah yaitu bentuk kerja sama antara pemilik sawah

dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi menurut keputusan

bersama. Sedangkan, biaya dan dan benihnya dari penggarap.2Sedangkan muzara ah

adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik dan penggarap, di mana

pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan

dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.3

Mukhabarah dan muzara ah merupakan contoh praktik bentuk kerja sama

antar individu untuk pengolahan lahan. Jika di tilik lebih lanjut, praktik kerja sama

1

Al-Qur an dan terjemahannya(Jakarta: Pustaka Al-Mubin, 2013), 106.

2

Abdul Rahman Ghazaly, dkk.Fiqh muamalat(Jakarta: Kencana, 2010), 117.

3


(12)

3

dalam bidang pertanian tersebut merupakan usaha untuk mengelola dan merawat alam

agar tetap terawat dan lestari demi menjaga keseimbangan hidup di bumi ini. Ayat Al-Qur an juga telah memberikan motivasi untuk pekerjaan di bidang pertanian, seperti yang tersebut dalam surat Ar-rahman ayat 10-13:

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan

dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan

bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang

kamu dustakan?.4

Pada ayat tersebut Allah menjelaskan proses-proses yang mendasari bidang

pertanian, bagaimana hujan diturunkan dan mengalir di seluruh permukaan bumi,

membuatnya subur dan dapat ditanami, dan bagaimana angin memainka peranan yang

penting dalam menyebarkan benih-benih serta bagaimana tanaman bertumbuh.5

Praktik kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian banyak dijalankan oleh

umat Islam di Indonesia yang memang memiliki lahan pertanian sangat luas, salah

satu dari sekian banyak masyarakat yang melakukan praktik tersebut adalah penduduk

Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

Praktik kerja sama tersebut sebenarnya sudah dijalankan sejak lama dan turun

temurun yang berasal dari nenek moyang sehingga sudah menguat dan mentradisi di

kalangan penduduk Dusun tersebut. Ada banyak faktor yang mendasari mengapa

4

Al-Qur an dan terjemahannya , 531.

5

Muhammad, R. Lukman Faroni,Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis,(Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 135.


(13)

4

praktik tersebut dijalankan, seperti karena keterbatasan waktu pemilik lahan sehingga

tidak mampu menggarap lahan miliknya. Faktor lain adalah karena pemilik lahan

lebih memilih pekerjaan lain seperti berdagang, berkantor, dan lain sebagainya

sehingga sawah dan lahan yang dimiliki tidak dapat di garap sebagaimana mestinya.

Awal mula munculnya fenomena tentang penerapan kerja sama dalam bidang

pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan adalah; masyarakat penduduk desa tersebut yang berprofesi sebagai buruh

tani banyak yang memanfaatkan pemilik lahan pertanian yang banyak dan luas, akan

tetapi pemilik lahan tidak mampu untuk menggarap lahan sawah miliknya. Bagi

masyarakat dusun tersebut, dengan menjalankan praktik kerja sama dalam bidang

pertanian akan sedikit mengangkat sekaligus membantu orang yang berpenghasilan

kecil karena akan mendapat tambahan penghasilan dari hasil panen yang akan

diperoleh.

Ada beberapa fakta menarik tentang proses kerja sama dalam bidang pertanian

di Dusun tersebut diantaranya; Pertama, proses penyerahan lahan penggarapan oleh

pemilik kepada penggarap akadnya secara lisan. Kedua, dalam hal kerugian, pihak

penggarap yang akan menanggung berapapun kerugian dalam proses penggarapan

lahan dan pihak pemilik lahan juga tidak ikut bertanggung jawab dalam hal kerugian

yang menimpa penggarap, sehingga pada waktu gagal panen penggarap akan lebih

merugi karena modal yang telah dipakai tidak dapat kembali dan mendapat

keuntungan (profit). Ketiga, pembagian hasil dari hasil panen adalah bagi pemilik

lahan mendapat1 3dan penggarap mendapat bagian2 3.

Dalam menjalankan praktik mu amalah salah satunya kerja sama dalam hal

pengolahan lahan pertanian juga tidak lepas dari prinsip etika bisnis Islam yang


(14)

5

adalah; kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, Kebenaran

(kebajikan dan kejujuran).6 Oleh karena itu, sudah seharusnya prinsip dasar etika

bisnis dalam Islam juga dilaksanakan dalam menjalankan roda ekonomi melalui

berbagai aktifitas muámalah berbasis ekonomi. Pengertian etika bisnis Islam sendiri

adalah merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral (akhlak) yang berkaitan dengan

kegiatan bisnis suatu perusahaan.7

Etika bisnis dalam Islam memegang peranan yang urgen sehingga

menjadikannya sebagai dasar dan pondasi dalam praktik mu amalah. Hal itu tidak

lepas dari Agama Islam yang senantiasa mengajarkan dan memerintahkan umatnya

untuk mendasari segala perbuatannya dengan prinsip etika baik. Oleh karena itu para pelaku bisnis (lebih luas lagi dalam segala bidang mu amalah) harus memperhatikan

dan menerapkan etika dalam menjalankan praktik bisnisnya, karena hal itu sesuai

dengan tujuan etika bisnis, yakni terciptanya suasana praktik perdagangan dan jasa

yang sesuai dengan moralitas sosial dan keagamaan yag telah dititahkan oleh Allah

SWT dan Rasul-Nya.

Uraian penjelasan tentang praktik kerja sama dalam pengolahan lahan

pertanian seperti di atas merupakah hal yang sudah mengakar dan mentradisi pada

masyarakat Dusun tersebut, sehingga diperlukan kajian mendalam tentang bagaimana Agama Islam melihat dan menilai tentang proses mu amalah tersebut khususnya

dilihat dalam persepktif etika bisnis Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan data-data

faktual mengenai praktik kerja sama pengolahan secara akurat dan detail, sehingga

akan diketahui praktik kerja sama dalam pengolahan lahan yang dijalankan tersebut

dapat dikatakan baik atau buruk sesuai dengan konsep etika bisnis dalam Islam.

6

Abdul Aziz,Etika Bisnis Perspektif Islam,(Bandung: Alfabeta, 2013), 45-46.

7


(15)

6

Jika praktik kerja sama dalam pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan

di Desa tersebut sesuai dengan prinsip dasar etika bisnis Islam dan disertai dengan

kesungguhan untuk bekerja sama satu sama lain dalam hal meningkatkan

pertumbuhan ekonomi masyarakat, maka hasil yang akan dicapai akan maksimal dan

bernilai positif bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, masyarakat (utamanya pemilik

lahan dan penggarap) perlu mengetahui pelaksanaan kerja sama dalam hal pengolahan

yang sesuai dengan etika bisnis Islam.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian kerja sama pengolahan lahan tersebut guna mengetahui bagaimana

pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan di masyarakat Dusun Pasar sore, serta

bagaimana pandangan dan penilaian etika bisnis Islam mengenai hal tersebut. Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian Dalam

Prespektif Etika Bisnis Islam di Dusun Pasar sore Desa Kanugarahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan .

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui bahwa masalah yang

ingin di urai adalah praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian. Dari uraian

tersebut penulis dapat mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada praktik kerja

sama pengolahan lahan pertanian dalam prespektif etika bisnis Islam di Dusun Pasar

Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

a. Sistem kontrak pengolahan lahan dalam Islam

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan


(16)

7

c. Sistem kerja sama pertanian dalam prespektif etika bisnis islam

d. Sistem bagi hasil dan kerugian

e. Sistem keadilan dalam etika bisnis islam

f. Hikmah dari adanya pelaksanaan kerja sama pengolahan lahan pertanian

2. Batasan masalah

Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan masalah yang paling

jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan

identifikasi masalah tersebut, maka penulis memberikan batasan hanya pada

1. Praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

2. Analisis etika bisnis Islam terhadap kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun

Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang melatrabelakangi masalah diatas penulis

merumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa

Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana analisis etika bisnis Islam terhadap kerja sama pengolahan lahan pertanian

di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ?

3. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau peneliotian yang


(17)

8

kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan duplikasi dari kajian

atau penelitian yang telah ada.8

Dari hasil kajian pustaka yang peneliti lakukan, ditemukan penelitian yang

telah ada sebelumnya dan mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan ini.

Hasil penelitian itu diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Silvia Ratnani yang berjudul penggarapan sawah dengan

sistem setoran di Desa Lundo kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik dalam perspektif urf. Hasil dari penelitian tersebut adalah penggarap harus menyetorkan hasil panen yang pertama, dan untuk hasil panen yang kedua dan

ketiga adalah bagian untuk penggarap. Sedangkan modal pengolahan lahan murni

dari penggarap. Permasalahan tersebut terkadang masih menimbulkan kerugian bagi penggarap dalam hal pembagian hasil panen. Namun, hal itu termasuk urf

yang telah berlaku dalam masyarakat tersebut sehingga antara pemilik lahan dan

penggarap saling merelakan (ridha) hal tersebut, dan praktik semacam itu juga

dapat digolongkan menjadi akad ijarah.9

2. Skripsi yang ditulis oleh siti machmudah yang berjudul analisis hukum islam

terhadap kerja sama pertanian dengan sistem bagi hasil disertai upah di desa

Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Dari hasil penelitian

tersebut pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada si penggarap untuk dikelola

dan hasilnya dibagi sesuai dengan kesepakatan dan perjanjian awal, pengelola

selain mendapatkan bawon, ½ setengah hasil dari panen pengelola juga

mendapatkan upah yang berupa uang. Dalam pandangan hukum islam praktik

8

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Smpel Surabaya,PetunjukTteknis Tenulisan Skripsi Edisi Revisi VI, (Surabaya: Fakultas Syariah dan ekonomiiislam UIN sunan ampel Surabaya, 2014),8.

9

Silvia Ratnani, Penggarapan sawah dengan sistem setoran di Desa Lundo kecamatan Benjeng Kabupaten


(18)

9

kerja sama pertanian tersebut tidak sah karena tidak sesuai dengan ketentuan

hukum islam yang berlaku.10

3. Skripsi yang ditulis oleh Erwin Erwanto yang berjudul studi tinjauan hukum

Islam terhadap perjanjian penggarapan sawah di Desa Lebak Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang. Kesimpulan skripsi tersebut menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan perjanjian penggarapan sawah adalah kesepakatan antara

pemilik lahan dan petani penggarap untuk memilih sumber benih yang akan

ditanam, apakah murni dari penggarap atau hanya dari pemilik sawah, serta bisa

juga bersumber dari keduanya (pemilik dengan penggarap). menurut tinjauan hukum Islam, praktik mu amalah semacam itu dapat dibenarkan, karena antara pemilik dengan penggarap keduanya saling ridha (rela). Selain itu, praktik

semacam itu dapat dikatakan sebagai tradisi ( urf) yang sudah berlangsung sejak

lama dan tidak bertentangan dengan syari at Islam sehingga hukumnya sah.11 Antara ketiga hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang akan ditiliti

memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaannya adalah dalam hal kajian yang

meneliti tentang kerja sama dalam hal pertanian. Sedangkan perbedaannya adalah

penelitian sebelumnya mengkaji tentang setoran yang diberikan oleh penggarap

kepada pemilik lahan pada masa panen yang pertama, dan pada masa panen yang

kedua dan ketiga adalah bagian hasil untuk penggarap, hal tersebut dilakukan karena mengikuti urf yang telah berlaku dalam masyakat pada bidang pertanian.

Selain itu, penelitian sebelumnya juga membahas tentang kerja sama dalam hal

10

Siti Machmudah,Analisis Hukum Islam Terhadap Kerja sama Pertanian dengan Sistem Bagi Hasil disertai

Upah di Desa Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, (Skripsi: Institut Agama Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya, 2013), 84.

11

Erwin Erwanto, Studi tinjauan hukum Islam terhadap perjanjian penggarapan sawah di Desa Lebak

kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, (Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2008),


(19)

10

pertanian yang diserta upah bagi penggarap, dan hal itu merupakan praktik mu amalah yang dilarang dalam Islam, karena tidak berdasarkan syari at Islam.

Penelitian ini sendiri akan fokus kepada uraian tentang pelaksanaan

pengolahan lahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, serta akan

mengurai pandangan etika bisnis Islam tentang pelaksanaan pengolahan lahan

pertanian antara pemilik lahan dan penggarap di Dusun Pasar sore Desa

Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti

melalui penelitian yang dilakukannya, maka tujuan adalah:

1. Menganalisis praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar sore

Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

2. Menganalisis praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian dalam prerspektif etika

bisnis Islam di Dusun Pasar sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan.

5. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khazanah

keilmuan khususnya tentang praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian. Serta

hasil penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan dan pijakan dalam

penyusunan penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan


(20)

11

ekonomi syariah di UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya fakultas ekonomi dan

bisnis Islam.

2. Secara praktis hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan

bahan penyuluhan secara komunikatif dan edukatif.

6. Definisi Operasional

Agar dapat dijadikan acuan dalam menelusuri, mengkaji atau mengukur

variabel, maka penulis sampaikan batasan dari beebagai pengertian yang berkaitan dengan maksud penulisan skripsi yang berjudul Analisis kerja sama pengolahan

lahan pertanian dalam prespektif etika bisnis islam di Dusun Pasar Sore Desa

Kanugarahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan , yaitu:

1. Kerja sama pengolahan Lahan: kerja sama antara pemilik lahan dengan penggarap

untuk mengelola tanahnya dan penggarap akan mendapatkan bagian sesuai

kesepakatan di awal dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Etika bisnis Islam: aspek baik atau buruk, benar atau salah dalam dunia bisnis

(ekonomi) berdasarkan prinsip moralitas yang berdasarkan Agama Islam.12

7. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah dimana peneliti adalah instrument kunci.

Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data dapat berasal dari naskah wawancara, catatan

12


(21)

12

lapangan, foto, memo, atau dukumen resmi lainnya.13Data yang diperlukan dalam

penelitian berupa sejara dusun pasar sore, kerja sama pengolahan lahan pertanian

dan system bagi hasil yang diterapkan di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

Pola berfikir dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif yaitu

suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta empiris yang didapat dari

lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian dianalisis, ditafsirkan dan

berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan bedasarkan pada data

lapangan tersebut. Dengan kata lain metode analisis yang menguraikan dan

menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dan bukan dimulai dari deduksi

teori.14

2. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut diatas, data yang

dikumpulkan adalah:

a. Data tentang praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar

sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

b. Data mengenai analisis etika bisnis Islam terhadap praktik kerja sama

pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan

Maduran Kabupaten Lamongan.

13

Lexy J Moleong,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), 11.

14


(22)

13

3. Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data dan informasi yang lansung berkaitan

dengan obyek riset, soal mendukung atau melemahkannya,15 yakni prilaku

warga masyarakat melalui penelitian. Dalam hal ini meliputi: pemilik sawah

dan pengelola atau penggarap yang melaksanakan kerja sama pengolahan

lahan pertanian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber informasi yang diperoleh oleh

penulis yang tidak langsung atau dari dukumen dan bahan-bahan pustaka.16

Yang meliputi buku literatur yang berhubungan dengan riset, serta dokumen

yang mendukung dan ada relevansinya dengan penelitian ini.

4. Populasi dan Responden

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti yang

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya,17dan keseluruhan subyek penelitian.18

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh orang (pemilik sawah dan

penggarap) yang melaksanakan kerja sama dalam pengolahan lahan di Dusun

Pasar Sore. Sedangkan resonden adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

dan akan diwawancarai.19 Teknik pengambilan data yang akan digunakan oleh

penulis adalah dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik yang

15

Taliziduhu Ndraha,research teori metodologi administrasi,(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), 60.

16

Herman wasito,Pengantar metodologi penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama, 1995), 69.

17

Mahi M. hikmat,Metode penelitian: dalam prespektif ilmu komunikasi dan sastra,(Yogyakarta: Graha ilmu, 2011), 60.

18

Taliziduhu Ndraha,Research teori metodologi…, 63.

19


(23)

14

berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah

diketahui sebelumnya, jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dilihat dalam populasi

dijadikan kunci utama pengambilan responden. Peneliti menentukan 10 orang

responden yang akan dijadikan sumber dalam penelitian ini dari total jumlah 37

reponden baik dari pemilik lahan maupun penggarap.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan penelitian, penulis menggunakan

teknik.

a. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang

diselidiki.20 Cara ini digunakan untuk gambaran obyek penelitian dan letak

geografis.

b. Wawancara(interview)

Adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si

peneliti.21 Penulis berkomunikasi langsung dengan responden tentang data

yang diperoleh dengan pihak-pihak terkait yang diperlukan dalam penelitian

khususnya pemilik sawah dan penggarap sebagai pelengkap.

c. Dokumentasi

Penelitian menggunakan metode ini sebagai pelengkap dari kedua

teknis di atas (observasi dan interview), yakni membaca dan mengkaji buku,

20

Ibid., 70.

21


(24)

15

karangan ilmiah, dan artikel dari internet yang dimaksud guna memperoleh

data-data yang berhubungan dengan etika bisnis Islam dan pengolahan lahan

yang digunakan penulis sebagai landasan teoritis.

6. Teknis Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari segi lapangan maupun hasil pustaka, maka dilakukan

analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, adalah pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh terutama dari

segi kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselaraan antara satu

dengan yang lainnya.22

b. Organizingadalah menyusun dan mensistemasikan data yang diperoleh dalam

rangka uraian yang telah dirumuskan untuk memperoleh bukti-bukti dan

gambaran-gambaran secara jelas tentang kerja sama pertanian dengan sistem

bagi hasil sesuai dengan masalah penelitian.

7. Teknis Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis

dengan pola pikir induktif yakni menggambarkan kondisi, situasi atau fenomena

yang tertuang dalam data praktik pengolahan lahan antara pemilik dan penggarap

di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan. Pola pikir induktif artinya menganalisis data khusus praktik

pengolahan lahan pertanian antara pemilik dan penggarap yang kemudian di

analisis dari sudut pandang etika bisnis Islam untuk ditarik suatu kesimpulan.23

8. Sistematika Pembahasan

22

Nasution,Metode research,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 77.

23


(25)

16

Dalam rarangka mendapatkan gambaran menyeluruh tentang sistematika

pembahasan penelitian ini, berikut akan diuraikan urutan garis besarnya yaitu:

Bab pertama, bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang mencakup

tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, batasan masalah,

perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi

operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab kedua, memuat tentang konsep etika bisnis Islam, yang berisi tentang

pengertian etika bisnis Islam, prinsip etika bisnis Islam, dan ruang lingkup etika bisnis

Islam. Selain itu akan dibahas tentang macam-macam bentuk kerja sama dalam

pengolahan lahan pertanian.

Bab ketiga, berisi tentang praktik pelaksanaan pengolahan lahan pertanian

antara pemilik dengan penggarap di Dusun Pasar sore Desa Kanugrahan Kecamatan

Maduran Kabupaten Lamongan.

Bab keempat, menjelaskan analisis pelaksanaan pengolahan lahan pertanian

antara pemilik dengan penggarap. Serta menjelaskan analisis etika bisnis Islam

terhadap pengolahan lahan pertanian antara pemilik dengan penggarap di Dusun Pasar

sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

Bab kelima, berisi penyimpulan dari hasil penelitian dan saran. Kesimpulan

yang dimaksud adalah jawaban dari rumusan masalah dari hasil penelitian secara


(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika berasal dari bahasa Yunani “ethichos” berarti adat kebiasaan, disebut juga

dengan moral, dari kata tunggalmos, dan bentuk jamaknyamoresyang berarti kebiasaan,

susila.1 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia etika berarti “ilmu tentang apa yang baik

dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban (moral)”.2Dalam bahasa Arab etika

Islam sama artinya dengan A khla>k jamak dari Khuluqun yang berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian

dengan perkataan khalqun, yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kha>liq

(Pencipta) danmakhlu>q(yang diciptakan). Perumusan pengertianA khla>k timbul sebagai

media yang memungkinkan adanya hubungan baik antarakha>liq dengan makhlu>q.3

Etika juga termasuk bidang ilmu yang bersifat normatif, karena berperan menentukan

apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.4 Dalam

perkembangan selanjutnya kata etika lebih banyak berkaitan dengan ilmu filsafat. Oleh

karena itu standar baik dan buruknya adalah akal manusia.5

Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan

menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga,

Zainudin Ali,Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 29.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 4, 383.

HamzahYa’qub,Etika Islam, CV. Diponegoro,( Bandung, 1985), 11-12.

Rafik Issa Beekum,Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004,) 3.


(27)

✞8 dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang

berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.6Menurut Suparman Syukur dalam

bukunya yang berjudul Etika Religi menjelaskan bahwa istilah etika juga sering

digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkait, pertama merupakan pola umum

atau jalan hidup, kedua seperangkat aturan atau “kode moral”, dan ketiga penyelidikan

tentang jalan hidup dan aturan-aturan perilaku”.7

Menurut Franz Magnis Suseno etika merupakan ilmu atau refleksi

sistematik berkaitan dengan pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah- istilah

moral. Dalam arti yang lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan

penelitian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia

seharusnya menjalankan kehidupannya.8

Sonny Keraf memberikan penjelasan pengertian Etika sebagai filsafat moral

adalah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma yang menyangkut

bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan mengenai

masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral

yang umum diterima.9 Menurut Johar Arifin etika adalah seperangkat nilai tentang

baik, buruk, benar dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya

dalam perilaku dan tindakan. Sehingga Etika adalah salah satu faktor penting bagi

terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.10 Sedangkan Menurut

Imam Ghozali dalam bukunyaIhya’ Ulumuddinmendefinisikan etika sebagai sifat yang

6

O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, 3. 7

Suparman Syukur,Etika Religius, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 1. 8

Franz Magnis Suseno,Etika Jawa(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), 6. 9

Sonny Keraf,Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 15. 10


(28)

19

tetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan

tidak membutuhkan pikiran.11

Sokrates menyatakan bahwa etika (moral) berhubungan erat dengan pengetahuan

manusia. Apabila manusia memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan memiliki sikap

hidup yang penuh rasa keagamaan yang nantinya membentuk moral yang baik atau

kebajikan (arete) sehingga akan mencapai kesempurnaan manusia sebagai manusia.

Seseorang yang memiliki etika baik akan memiliki.12

Definisi lain menyatakan bahwa etika berasal dari bahasa yunani ethos. Secara

etimologis, etika bermakna watak, susila, adat. Sedangkan sscara terminologis, dapat

diartikan: (1) menjelaskan arti baik atau buruk, (2) menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan, (3) menunjukkan tujuan dan jalan yang harus dituju, (4) menunjukkan apa

yang harus dilakukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa etika adalah

seperangkat nilai yang merupakan hasil gagasan manusia mengenai tata aturan yang

berkaitan dengan prilaku manusia dan menjadi layak, wajar, sehingga bias diterima suatu

komunitas pada ruang dan waktu tertentu.13

Ada beberapa persamaan antara akhlak, moral, dan etika adalah:Pertama, akhlak,

etika dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,

sifat, dan perangai yang baik. Kedua, akhlak, moral dan etika merupakan prinsip atau

aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Ketiga,

akhlak, moral dan etika seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan

faktor keturunan yang bersifat tetap, statis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif

11

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 171.

12

Asmoro Acmadi,Filsafat Umum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, 47.

13


(29)

20

yang dimiliki setiap orang. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika adalah: akhlak tolak

ukurnya dengan menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah. Etika tolak ukurnya adalah

dengan menggunakan pikiran atau akal. Sedangkan moral tolak ukurnya dengan

menggunakan norma hidup yang ada dalam masyarakat.14

Namun secara substantif sebenarnya apa yang disebut dengan etika, moral,

akhlak dan adab mempunyai arti dan makna yang sama, yaitu sebagai jiwa (ruh)

suatu tindakan, dengan tindakan itu perbuatan akan dinilai, karena setiap perbuatan

pasti dalam praktiknya akan diberi predikat- predikat sesuai dengan nilai yang

terkandung dalam perbuatan itu sendiri, baik predikat right (benar) dan predikat wrong

(salah). Adapun hal yang membedakan antara etika, moral, akhlak dan adab yaitu

terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik buruk. Jika dalam

etika penilaian baik buruk berdasarkan akal pikiran, moral berdasarkan kebiasaan umum

yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak dan adab ukuran yang digunakan

untuk menentukan baik buruk adalah Al Qur’an dan Hadis.15

Kata Bisnis dalam bahasa indonesia diserap dari kata “business” dari bahasa

inggris yang berarti kesibukan. Kesibukan secara khusus berhubungan dengan orentasi

profit atau keuntungan.16

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang

sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri dapat

14

Rosihon Anwar,Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia, 2010), 19-20. 15

Abudin Nata,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 97. 16


(30)

21

merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang

bertujuan mencari laba atau keuntungan.17

Sedangkan mengenai istilah “bisnis” yang dimaksud adalah suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau

pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpreneur dalam

resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.

Bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia yang menyangkut produksi, menjual dan

membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.18

Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas

dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari hari. Bisnis

merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan.19

Musselman dan Jackson mereka mengartikan bahwa bisnis adalah suatu aktivitas

yang memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat, perusahaan yang diorganisasikan

untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.

Menurut Gloss, Steade dan Lowry seperti yang dikutip Abdul Aziz bahwa bisnis

adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung

dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk

kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.20

Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam

ekonomi dan bisnis. Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela,

17

Ibid., 28.

18

A. Sonny Keraf,Etika Bisnis…,50. 19

Abdul aziz,Etika Bisnis…,29.

20


(31)

22

benar atau salah dari prilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis islam susunan

adjectivediatas ditambah dengan halal dan haram.

Jadi kesimpulan deskripsi mengenai etika bisnis Islam merupakan suatu proses

dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutkan tentu

akan melakukan hal benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak

yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pengertian etika bisnis islami tersebut selanjutnya dijadikan sebagai kerangka

praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran beragama dalam

melakukan setiap kegiatan ekonomi.21

B. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

Inisiatif yang dilakukan oleh tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan yahudi)

yang diprakarsai HRH. Princ Philip (the Duke of Edinburgh) dan Mahkota Hasan bin

Talal (Jordan) 1984 sepakat meletakkan prinsip-prinsip etika dalam bisnis. Ada tiga isu

etika dalam bisnis yang diklasifikasikan waktu itu, yaitu moralitas dalam kebijakan

organisasi yang terlibat dalam bisnis , serta moralitas prilaku individual para karyawan

saat bekerja.22 Sedangkan menurut Muhammad Prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu

meliputi kesatuan dan integrasi, kesamaan, intelektualitas, kehendak bebas, tanggung

jawab dan akuntabilitas, penyerahan total, kejujuran, keadilan, keterbukaan, kebaikan

bagi orang lain, kebersamaan.23

21

Ibid., 35-36. 22

Faisal Badroen dkk.,Etika BIsnis dalam Islam, Cet. IV (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 19-20.

23


(32)

23

Berbicara tentang bisnis, Kohlbeng mengatakan bahwa prinsip-prinsip etika di

dalam bisnis dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :24

(1) Prinsip manfaat.

(2) Prinsip hak asasi.

(3) Prinsip keadilan.

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik

sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Prinsip-prinsip

etika bisnis yang berlaku di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai

masyarakat kita. secara umum dapat dikemukakan beberapa prinsip etika bisnis, yakni :

a. Prinsip otonomi, yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan

dan bertindak berdasarkan kesadarnnya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik

untuk dilakukan.

b. Prinsip kejujuran, dalam hal ini kejujuran adalah kunci keberhasilan suatu bisnis,

kejujuran dalam pelaksanaan kontrol terhadap konsumen, dalam hubungan kerja, dan

sebagainya.

c. Prinsip keadilan, yaitu menuntut agar setiap orang diperlukan secara sama sesuai

dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan.

d. Prinsip saling menguntungkan, yaitu menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa

sehingga menguntungkan semua pihak.

24

Kwik Kian Gie, dkk,Etika Bisnis Cina: Suatu Kajian Terhadap Perekonomian di Indonesia, (Jakarta :Gramedia Pustaka, 1996), 59.


(33)

24

e. Prinsip integritas moral, yaitu prinsip yang menghayati tuntutan internal dalam

berprilaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis dengan tetap menjaga

nama baik perusahaannya

Dari semua prinsip bisnis di atas, Adam Smith menganggap bahwa prinsip

keadilan sebagai prinsip yang paling pokok. .25

Demikian pula dalam islam, etika bisnis Islam harus berdasarkan pada

prinsip-prinsi dasar yang berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga dapat diukur

dengan aspek dasarnya yang meliputi:26

1. Barometer ketakwaan seseorang.

2. Mendatangkan keberkahan.

3. Mendapatkan derajat seperti para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada.

4. Berbisnis merupakan sarana beribadah kepada Allah Swt.

Ada enam langkah konkrit awal dalam memulai etika bisnis Islam, yaitu:27

1. Niat ikhlas mengharap ridho Allah

2. Professional

3. Jujur dan amanah

4. Mengedepankan etika sebagai seorang muslim

5. Tidak melanggar prinsip syriah

6. Ukhuwah islamiyah

25

Sonny Keraf,Etika Bisnis…,61. 26

Abdul Aziz,Etika Bisnis…, 37. 27


(34)

25

Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan dari tujuan umum etika bisnis, sebagai

berikut:

1. Menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.

2. Mengenalkan argumentasi-argumentasi moral dibidang ekonomi dan bisnis serta cara

penyusunannya.

3. Membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi.28

Abdul Aziz mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam harus

mencakup di bawah ini:

1. Kesatuan (unity) adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang

memadukan keseluruhan apek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,

politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogeny, serta mementingkan konsep

konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

2. Keseimbangan (equilibrium) dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, islam

mengharuskan berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Allah swt

memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perbuatan

seperti yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 8:

þ✟ û ✠ ü

-Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

28


(35)

26

3. Kehendak bebas (free will) kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis

Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.

4. Tanggung jawab (responsibility) kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil

dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan

akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan keadialan dan kesatuan, manusia perlu

mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat

dengan kehendak bebas.

5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung

makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan

kejujuran.29Allah swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 119 mengenau berbuar jujur

sebagaimana berikut:

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

C. Urgensi Etika Bisnis Islam

Menurut Muhammad tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari

cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis atau perusahaan dengan

tuntutan moralitas. Kedua, etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran

masyarakat tentang bisnis dengan memberikan suatu pemahaman atau cara pandang baru,

bahwa bisnis tidak terpisah dari etika.30

Muhammad Djakfar mendeskripsikan urgensi etika dalam aktivitas bisnis, dalam

hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, aspek teologis, bahwasannya etika

29

Abdul Aziz,Etika Bisnis…, 45-46.

30


(36)

27

dalam islam (akhlak) merupak ajaran tuhan yang diwahyukan kepada rosulullah Saw.

baik dalam bentuk al-Qur’an maupun Sunnah. Kedua,aspek watak manusia, (character)

yang cenderung mendahulukan keinginan (will) daripada kebutuhan (need). Bukankah

watak dasar manusia itu secara universal adala bersifat serakah (tamak) dan cenderung

mendahulukan keinginannya dan tidak terbatas dan tidak terukur daripada sekedar

memenuhi kebutuhan yang terbatas dan terukur. Dengan watak semacam ini tentu saja

manusia membutuhkan pencerahan agar mereka sadar bahwasannya dalam hidup ini yang

paling pokok adalah memenuhi kebutuhan yang mendasar. Ketiga, aspek sosiologis,

sudah layaknya perlu adanya ajaran etika dalam dunia bisnis agar para pelaku bisnis

memahami dan menyadari mana wilayah yang sah dilakukan, dan mana pula yang tidak

boleh dilanggar dalam melakukan usaha.Keempat,perkembanga tekhnologi(technology)

yang semakin pesat disatu sisi banyak mendatangkan nilai positif yang semakin

mempermudah dan mempercepat pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namu, disisi

lain dampak negatifnya pasti akan terjadi. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi

terjadinya praktik penyimpangan etika tersebut di era kecanggihan teknologi kehadiran

etika bisnis sangatlah signifikan sekali. Kelima, aspek akademis (science academic)

perlunya kajian akdemik tentang etika dalam bisnis agar selalu dihasilkan teori-teori baru

yang dapat diaplikasikan dalam dunia bisnis yang aktual dan kontekstual.31

D. Macam-macam Kerja sama Pengolahan Lahan Pertanian

1. PengertianMuza>ra’ahdanmukha>barah

31


(37)

28

Secara etimologi Muza>ra’ah berasal dari wazn mufa>’alah dari akar kata zara’a

yang sinonimnyaanbatayang berarti menumbuhkan,

Seperti dalam kalimat:

َع َر َز

ُﷲ

َع ْر ﱠﺰ ﻟا

:

ُهﺎَﻤَﻧ َو

“Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan artinya Allah menumbuhkannya

dan mengembangkannnya”.32

Muza>ra’ah disebut juga denganmukha>barah yang berasal dari kata,“al-khabar”,

yang artinya adalah tanah yang gembur.33 Sedangkan menurut istilah, ada perbedaan

pendapat antaraMuza>ra’ahdanmukha>barah. Secara terminologi,Muza>ra’ahadalah akad

pengolahan dan penanaman (lahan) dengan upah sebagian dari hasilnya.34

Ulama malaikiyah mendefinisikannya dengan kerja sama dalam mengolah dan

menanami lahan. Ulama hanabilah mendefinisikannya dengan penyerahan suatu lahan

kepada orang yang mengolah dan menanaminya, sedangkan hasil tanamannya dibagi

diantara pemilik lahan dan pengelola.35

Definisi mukha>barah menurut ulama syafi’iyah seperti dalam kitab Fathul Qarib

adalah:

َا

ْﻟ

ُﻤ

َﺨ

َﺑﺎ

َﺮ

ُة

َو

َﻲ

َﻋ

َﻤ

ُﻞ

ْﻟا

َﻌ

ِﻣﺎ

ِﻞ

ِﻓ

ِض

ْر َا

ﺎَﻤﻟْا

ِﻚ ِﻟ

ِﺾ

ْﻌَﺒِﺑ

ﺎَﻣ

ُر ْﺬَﺒﻟْاَو

َﻦ ِﻣ

ِﻞ ِﻣﺎَﻌْﻟا

36

mukha>barah adalah pekerjaan yang dilakukan oleh penggarap (‘a>mil) di tanah

pemilik lahan (ma>lik) dengan upah sebagian dari hasil yang dikeluarkan dari lahan

tersebut. Sedangkan benihnya dari penggarap (a>mil).

32

Ahmad Wardi Muslich,Fikih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), 391.

33

Ibid., 563.

34

Wahbah Az-Zuhaili, Fikih Islam Wa Adilatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattanie, dkk, jilid 6, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 562.

35

Ibid., 562.

36Syamsuddin Abi ‘Abdillah bin Qasim al


(38)

29

Begitu juga pendapat imam rafi’i dan imam nawawi yang mengatakan di dalam Muza>ra’ah, bibit tanaman ditanggung oleh pemilik lahan, sedangkan didalam

mukha>barah bibit tanaman ditanggung oleh pengelola.37 Dapat disimpulkan bahwa

mukha>barah bentuk kerja sama antara pemilik dan pengelola dengan perjanjian bahwa

hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan bersama, sedangkan biaya dan benihnya dari

pengelola.38

2. Dasar hukumMuza>ra’ahdanmukha>barah

Hukum Muza>ra’ah dan mukha>barah juga diperselisihkan. Ada yang

membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan. Pihak yang membolehkan

beralasan bahwa Nabi Saw. menyuruh memberi upah, tidakMuza>ra’ah. Sedangkan pihak

yang membolehkan beralasan pada hadits Nabi Saw. memeberikan sebagian dari hasil

tanah khaibar kepada orang-orang yahudi khaibar dan dikuatkan dengan kenyataan

diberbaagai daerah orang-orang islam, dimana mereka menjalankan Muza>ra’ah tidak

menolaknya.

Dalil yang dijadikan landasan oleh imam abu hanifah, zufar, dan imam asy-syafi’i

yang tidak membolehkanMuza>ra’ahadalah :

ا

ﱠن

َل ْﻮ ُﺳ َر

ِﷲ

ﻰ ﻠﺻ

ﻢﻠﺳ و

ِﻦ َﻋ

ِﺔ َﻋ َر اَﺰ ُﻤ ْﻟا

,

َﺮ َﻣَاَو

ِة َﺮ َﺟ اَﺆ ُﻤ ْﻟاﺎِﺑ

َل ﺎَﻗ َو

:

َ

َس ْءﺎَﺑ

39 37

Wahbah Az-Zuhaili,Fikih Islam…, 562.

38

Imam Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini,Kifayatul Akhyar Fii Alli Ghayatil Ikhtishar, Terj. Ahmad Zaidun dan

A. Ma’ruf Asrori, Jilid ll, (Surabaya: PT . Bina Ilmu, 2011), 199. 39

Muh. Nasruddin Al Albani,Ringkasan Shahih Muslim 1, Terj. Imron Rosadi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 685.


(39)

30

“Rasulullah melarang praktik Muza>ra’ah (mengolah tanah orang lain dengan

imbalan dari sebagian hasilnya), tetapi beliau memerintahkan untuk melakukan

mu’a>jarah.Oleh karena itu Rasulullah pernah bersabda,mu’a>jarahtidak dilarang.”

Mereka tidak membolehkan Muza>ra’ah karena upah pihak pengelola diambilkan

dari hasil lahan. Adakalanya statusnya adalah ma’du>m (tidak ada), karena pada saat

dilakukannya akad hal seperti itu tidak ada. Atau adakalanya majhu>l (tidak diketahui

pasti), karena tidak diketahui secara pasti kadar yang akan dihasilkan oleh lahan yang

dikelola tersebut, bahkan mungkin akhinya tidak akan menghasilkan apa-apa (gagal

panen).40

Sedangkan dalil yang digunakan oleh kedua rekan Imam Abu Hanifah

(Muhammad Abu Yusuf), Imam Malik, Imam Ahmad, Dawud Azh-Zhahiri dan pendapat

jumhur fuquha yang membolehkanMuza>ra’ahadalah:

41

“Nabi SAW memperkerjakan tanah khaibar denagn separoh apa yang keluar dari

padanya (hasilnya) baik buah-buahan atau tanaman”.

Hukum mukha>barah yaitu boleh (mubah). Landasan hukum mukha>barah adalah

sabda Nabi Saw. :

ْﻦ َﻋ

َس ْو ُﻮ َط

َن ﺎَﻛ

:

َل ﺎَﻗ

ْو ُﺮ ْﻤ َﻋ

:

ُﺖ ْﻠُﻘَﻓ

:

ﺎَﺑَا

ِﺪْﺒَﻋ

ِﻦ َﻤ ْﺣ ﱠﺮ ﻟا

ْﻮَﻟ

َﺮ َﺗ

َﺖ ْﻛ

َة َﺮ َﺑﺎَﺨ ُﻤ ْﻟا

ﱠن َا

ﱠﻲ ِﺒﱠﻨﻟا

ﱠﻞ َﺻ

ُﷲ

َﻢﱠﻠَﺳ َو

ِﻦ َﻋ

ﺎَﺨ ُﻤ ْﻟا

ِة َﺮ َﺑ

.

َل ﺎَﻘَﻓ

:

ْي َا

40

Wahbah Az-Zuhaili,Fikih Islam…,564. 41


(40)

31

ْو ُﺮ ْﻤ َﻋ

:

ﻲ ِﻧ َﺮ َﺒ ْﺧ َا

َﻚ ِﻟاَﺬِﺑ

َﻦ ْﺑا

ٍس ﱠﺎﺒَﻋ

َﻲ ِﺿ َر

َﷲ

ﱠن َا

ﱠﻲ ِﺒﱠﻨﻟا

ﱠﻞ َﺻ

ُﷲ

َﻢﱠﻠَﺳ َو

ْﻢَﻟ

,

ﺎَﻤﱠﻧِا

َل ﺎَﻗ

ُﺪ َﺣ َا

ْﻢُﻛ

ُهﺎَﺧ َا

ْنَا

َﻠَﻋ

ﺎًﺟ ْﺮ َﺧ

ﺎًﻣ ْﻮُﻠْﻌ َﻣ

42

Diriwayatkan dari thawus bahwa ia pernah menyuruh orang lain untuk mengelola

ladangnya dengan sistem mukha>barah. Kata Amru: saya katakan kepada Thawus,”Hai

ayah Abdurrahman! Sebaiknya kou hindari sistem mukhabara ini! Karena orang-orang

mengatakan bahwa Nabi Saw. melarang mukha>barah”. Kata Thawus, ”Hai Amru saya

telah diberitahu oleh orang yang lebih tahu tentang itu (yakni Ibnu Abbas r.a.) bahwa

nabi saw. tidak melarang mukha>barah. Beliau hanya bersabda, “Seseorang

mempersilahkan saudara muslimnya untuk mengelola tanahnya, tanpa sewa adalah lebih

baik daripada dia memungut sewa tertentu”.

Pendapat Imam Ibnu Qayyim bahwa kisah khaibar merupakan dalil kebolehan

muza>ra’ah, dengan membagi hasil yang diperoleh antara pemilik dan pekerjaannya, baik

berupa buah-buahan maupun tanaman lainnya. Rosulullah sendiri bekerja sama dengan

orang-orang khaibar dan harus berlangsung hingga menjelang beliau wafat, serta tidak

adanasakh(penghapusan hukum dengan hukum yang baru) sama sekali.43

Selain hadits Nabi di atas, menurut ijma’ dari Bukhari mengatakan bahwa telah

berkata abu ja’far, “tidak ada satu rumah pun di madinah kecuali penghuninya mengelola

tanah secaraMuza>ra’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah dilakukan oleh

Sayyidina Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz, Qosim,

Urwah, keluarga Abu Bakar, dan keluarga Ali.44

42

Ibid., 78-79.

43

Saleh bin Fauzan,Fikih sehari-hari,(Jakarta : Gema Insani, 2005), 476-477.

44Muhammad Syafi’i Antoni,


(41)

32

Dari dalil di atas mereka yakin bahwa Muza>ra’ah diperbolehkan karena akadnya

cukup jelas yaitu adanya kerja sama antara pemilik lahan dan pengelola dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan, sebab terkadang orang yang memiliki lahan tidak memiliki

keahlian dibidang pertanian, sedangkan dipihak lain orang yang tidak memiliki lahan,

namun memiliki keahlian dibidang pertanian. Sehingga jika kedua orang tersebut bekerja

sama, maka hal itu bisa memberikan manfaat antara keduanya.

Sebenarnya akadMuza>ra’ah ini didasarkan dan bertujuan saling tolong menolong

(ta’awun) serta saling menguntungkan antara kedua belah pihak seperti yang ditegaskan dalam firman Allah Surat Al-Maidah ayat 2 :

اَو ْﺪُﻌ ْﻟاَو ِﻢْﺛِﻹ ا ﻰ َﻠَﻋ ْاﻮ ُﻧ َوﺎَﻌَﺗ َﻻ َو ى َﻮ ْﻘﱠﺘﻟاَو ﱢﺮ ﺒْﻟا ﻰ َﻠَﻋ ْاﻮ ُﻧ َوﺎَﻌَﺗ َو

ن

Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebijakan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.45

Muza>ra’ah termasuk jenis pekerjaan yang telah dilakukan orang-orang sejak

dahulu kala, karena kebutuhan mereka kepada keduanya, jadi Muza>ra’ah dibolehkan

demi kedua belah pihak. Demikianlah semua kerja sama yang diperbolehkan syara’

berlangsung berdasarkan keadilan dan dalam rangka mewujudkan kebaikan serta

menghilangkan kerugian.

3. Rukun dan syaratMuza>ra’ahdanmukha>barah

a. RukunMuza>ra’ahdanmukha>barah

Menurut Hanafiah, rukun Muza>ra’ah dan mukha>barah ialah ijab dan qabul

antara pemilk lahan dengan pengelola. Sedangkan menurut Hanabilah, bahwa,

45


(42)

33

Muza>ra’ah dan mukha>barah tidak memerlukan qabul secara lafaz, tetapi cukup

dengan mengerjakan tanah. Hal itu sudah dianggap qabu.46

Ijab danqabu>l dinyatakan syah dengan apa saja yang dapat menunjukkan hal

itu, baik berupa ucapan, tulisan maupun bahasa isyarat, selama itu keluar dari orang

yang berhak bertindak.47

Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun Muza>ra’ah dan mukha>barah ada

empat yaitu:48

1) Pemilik lahan.

2) Petani penggarap.

3) ObyekMuza>ra’ah yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja pengelola.

4) Ijab dan qabul.

b. Syarat-syaratMuza>ra’ahdanmukha>barah

Syarat-syaratMuza>ra’ahdanmukha>barahyaitu:

1) Syarat yang bertalian‘aqidain, yaitu harus berakal.

2) Syarat yang berkaitan denagn tanaman, yaitu disyaratkan adanya penentuan

macamnya saja yang akan ditanam.

3) Hal yang berkaitan denagan perolehan hasil pertanian, yaitu:

a) Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya (persentasenya ketika

akad).

b) Hasil adalah milik pertama.

46

Rachmat Syafe’i,Fikih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), 207.

47

Sayyid Sabiq,Terj Fikih Sunnah 13, (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 185.

48


(43)

34

c) Bagian masing-masing adalah satu jenis barang yang sama.

d) Bagian kedua belah pihak sudah diketahui.

e) Tidak disyaratkan salah satunya penambahan yang ma’lum. 4) Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami, yaitu:

a) Tanah tersebut dapat ditanami.

b) Tanah tersebut dapat diketahui batas-batasannya.

5) Hal yang berkaitan dengan waktu, yaitu:

a) Waktu yang telah ditentukan.

b) Waktu itu memungkinkan untuk menanam tanaman yang dimaksud.

c) Waktu memungkinkan kedua pihak hidup menurut kebiasaan.

6) Hal yang berkaitan dengan alat Muza>ra’ah danmukha>barah, yaituijabdan qabu>l

boleh dilakukan dengan lafaz apa saja yang menunjukkan adanya ijab danqabu>l,

bahkanMuza>ra’ahdanmukha>barahsah dilafazkan dengan lafazija>rah.

4. Bentuk-bentukMuza>ra’ahdanmukha>barah

Menurut abu yusuf ada empat bentukMuza>ra’ah, tiga diantaranya sah sedangkan

yang satu tidak sah yaitu:49

a. Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, sedangkan kerja dan alat dari penggarap

maka hukumnya sah. Statusnya adalah pemilik lahan memperkerjakan pihak

pengelola, sedangkan alat yang digunakan untuk membajak memang sudah menjadi

tanggungan pihak pengelola sebagai konsekuensi dirinya diperkerjakan untuk

menggarap lahan.

49


(44)

35

b. Apabila lahan dari pemilik lahan, sedangkan bibit, alat dan kerja dari petani maka

hukumnya sah. Statusnya adalah pihak penggarap menyewa lahan dengan biaya sewa

sebagian dari hasil panen yang digarap.

c. Apabila lahan, alat dan bibit dari pemilik lahan dan kerja dari petani maka hukunya

sah. Statusnya adalah pemilik lahan memperkerjakan pengelola dengan upah sebagian

dari hasil panen lahan yang digarap.

d. Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan sedangkan bibit dan kerja dari petani maka

hukumnya tidak sah, karena jika diasumsikan bahwa akad tersebut penyewaan lahan

maka tidak mungkin alat mengikuti lahan dan tidak mungkin menjadikan alat sebagai

konsekuensi didalam menyewakan lahan karena fungsi dan kegunaan lahan untuk

menumbuhkan, sedangkan alat untuk membajak lahan. Disamping itu jika

diasumsikan akad tersebut adalah memperkejakan pihak penggarap, maka tidak

mungkin penyediaan bibit dari pihak pengelola sebagai konsekuensi dirinya

diperkerjakan.

Berdasarkan hal tersebut maka akad Muza>ra’ah tidak sah jika fasilitas peralatan

atau pekerjaan menjadi tanggungan pemilik lahan. Begitu juga tidak sah jika hasil

panennya hanya untuk salah satu pihak saja, atau jika merawat dan menjaga hasil panen

hanya menjadi tanggungjawab pihak pengelola, karena semua itu tidak termasuk hal yang

dibutuhkan dalam pengolaha penggarapan lahan.

Disamping itu bentuk Muza>ra’ah yang dilarang yaitu bila bentuk kesepakatannya


(45)

36

bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400 m tertentu. Sedangkan tenaga

buruh tani berhak atas hasi yang akan didapat pada 600 m tertentu.50

Cara tersebut dilarang karena jika lahan yang di area 400 m gagal panen, maka

pemilik lahan akan mengalami kerugian dan sebaliknya jika lahan yang di area 600 m

gagal panen maka pihak pengelola yang mengalami kerugian. Maka yang benar adalah

hasil panen disatukan terlebih dahulu baru dibagi sesuai dengan perjanjian prosentase di

awal.

Oleh karena itu seharusnya masing-masing pihak mengambil bagiannya dari hasil

tanah dengan suatu perbandingan yang disetujui bersama. Jika hasilnya banyak atau

sedikit, maka kedua belah pihak akan merasakannya. Dan kalau sama sekali tidak

menghasilkan apa-apa maka kedua-duanya akan menderita kerugian.

5. PerbedaanMuza>ra’ahdanmukha>barah

Dari beberapa penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada persamaan dan

perbedaan antara Muza>ra’ah dan mukha>barah. Persamaannya adalah Muza>ra’ah dan

mukhabarah terjadi pada peristiwa yang sama yaitu pemilik lahan menyerahkan tanahnya

kepada orang lain untuk dikelola. Sedangkan perbedaannya ialah pada modal, bila modal

dari pengelola maka dinamakan mukha>barah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik

lahan maka dinamakanMuza>ra’ah.51

Di samping itu adapun perbedaan dari segi bagi hasil, jika Muza>ra’ah maka

statusnya pemilik lahan mempekerjakan penggarap sehingga upah dari penggarap akan

50

Ahmad Sarwat,Fiqih Muamalat,(t.t), 120.

51Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah,


(46)

37

didapatkan setelah hasil panen. Sedangkan jika mukha>barah maka statusnya pemilik

lahan menyewakan lahannya dan penggarap akan membayar biaya sewa setelah panen.

6. Berakhirnya akadMuza>ra’ahdanmukha>barah

Suatu akadMuza>ra’ahdanmukha>barahberakhir apabila :52

a. Jangka waktu yang disepakati berakhir. Namun apabila jangka waktu habis

sedangkan belum tiba panen maka ditunggu sampai panen.

b. Menurut mazhab hanafi dan hambali, apabila salah satu pihak meninggal dunia maka

akad Muza>ra’ah berakhir pula, tetapi ulama mazhab maliki dan syafi’i berpendapat bahwa akad tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya.

c. Ada salah satu uzur yang menyebabkan mereka tidak dapat melanjutkan akad tersebut

seperti pemilik lahan terlibat hutang sehingga lahannya harus dijual atau petani uzur

karena sakit.

52


(47)

BAB III

PRAKTIK KERJA SAMA PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DI DUSUN PASAR SORE KECAMATAN MADURAN KABUPATEN

LAMONGAN

A. Profil Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan

1. Letak Daerah

Dusun pasar sore merupakan salah satu dusun dari wilayah Desa

Kanugrahan. Desa Kanugrahan sendiri mempunyai wilayah pemerintahan

yang diantaranya adalah Desa Kanugrahan, Dusun Pagendingan dan

Dusun Pasar Sore. Desa Kanugrahan dan termasuk di dalamnya Dusun

Pasar sore berada di kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Jarak

dusun ini dengan kecamatan adalah sekitar 5 KM arah ke timur.1 Bapak

Sumarto selaku kepala dusun menjelaskan bahwa batas-batas Dusun pasar

Sore Desa Kanugrahan adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Pangkat rejo

b. Sebelah barat : Desa Parengan dan Jangkungsumo

c. Sebelah timur : Desa Pringgoboyo

d. Sebelah Selatan : Desa Gumantuk.

Dusun Pasar sore sendiri terdiri dari tiga Rukun tetangga (RT),

yakni RT. lima (5) yang dipimpin oleh bapak Najih, RT. enam (6) yang

1


(48)

✌✍

dipimpin bapak khambali, dan RT. tujuh (7) yang dipimpin oleh bapak

ibnik, yang kesemuanya itu berada dalam lingkungan rukun warga (RW)

dua (2).2

2. Luas Wilayah

Berdasarkan data monografi desa, secara keseluruhan luas wilayah

Desa Kanugrahan adalah 254 Ha yang meliputi 3 Dusun seperti yang

tersebut di atas. Luas wilayah Dusun Pasar sore sendiri adalah sekitar 83

Ha. yang terdiri dari pekarangan, perumahan, ladang atau tegalan, sawah

dan lain-lain (lapangan, kuburan, sungai).3

3. Keadaan Penduduk

Data kependudukan yang peneliti peroleh dari Desa adalah sebagai

berikut:4

a. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin:

1. Laki-laki : 2051 Jiwa

2. Perempuan : 1938 Jiwa

Dari keterangan di atas penduduk yang menempati wilayah

Dusun Pasar sore seacara keseluruhan adalah sekitar 1156 jiwa yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan dari 246 KK (kepala keluarga).

b. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian:

1. Petani : 234 Jiwa

2

Ibid.,

3

Data Monografi Desa Kanugrahan Tahun 2015.

4


(49)

✎✏

2. Buruh Tani : 318 Jiwa

3. Pegawai Negeri/ pemerintah: 15 Jiwa

4. Pegawai swasta : 143 Jiwa

5. Usaha sendiri : 213 Jiwa

Ibu Kalimah mengatakan bahwa jumlah pegawai negeri sipil yang

ada di Dusun Pasar sore ada dua orang, dan mayoritas pendudukan dusun

tersebut adalah berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Wiraswasta yang

ada merupakan buruh usaha tenun ikat dan pembuatan sarung yang

pemiliknya dari Desa Parengan. Sedangkan yang lain adalah usaha sendiri

sebagai pedagang yang merantau di berbagai daerah di Indonesia.5

c. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan:

1. Tidak sekolah : 336 Jiwa

2. Taman Kanak-Kanak : 432 Jiwa

3. Sekolah Dasar : 179 Jiwa

4. SLTP : 308 Jiwa

5. SLTA : 257 Jiwa

6. Perguruan Tinggi : 25 Jiwa

4. Kehidupan Masyarakat

Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan kondisi kehidupan

masyarakat Dusun Pasar sore Desa Kanugrahan Kecamatan Maduran

Kabupaten Lamongan.

5


(50)

✑✒

a. Kondisi Ekonomi

Secara umum perekonomian masyarakat dusun Pasar sore bisa

dikatakan baik, hal itu dibuktikan dengan angka kemiskinan yang kecil.

Selain itu kesejahteraan kehidupan masyarakat juga baik. Jika ditilik lebih

lanjut bagi anggota masyarakat yang berada di Dusun setempat banyak

memanfaatkan peluang kerja yang ada, baik itu menjadi buruh tani

maupun buruh usaha sarung dan tenun ikat yang hasilnya cukup digunakan

untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Sebagian yang lain adalah

perantauan di beberapa wilayah di Indonesia yang berprofesi pedagang

dan terbilang dengan kondisi ekonomi yang berkemampuan tinggi.6

b. Kondisi Sosial

Kondisi sosial di Dusun tersebut adalah sangat baik, hal itu

dibuktikan dengan berjalannya praktik gotong-royong antar warga

masyarakat, sehingga tercipta lingkungan sosial masyarakat yang aman,

kondusif, dan sejahtera.

c. Kondisi Keagamaan

Berkaitan dengan kondisi keagamaan di dusun setempat bisa

dikatakan sangat baik. Bukti konkritnya adalah adanya pondok pesantren

yang berbasis hafalan Al-Qur’an dan pengkajian kitab salaf yang diasuh

oleh KH. Abdullah Hanif. Sehingga banyak warga di Dusun tersebut

mampu hafal Al-Qur’an berkat hasil proses pendidikan di pondok tersebut.

6


(51)

✓✔

Selain itu, lembaga pendidikan Al-Qur’an yang ada di Dusun tersebut juga

mampu mencetak genarasi penghafal Al-Qur’an, yakni dengan

ditradisikannya anak usia sekolah dasar mampu menghafal Al-Qur’an,

sehingga sebagian banyak warga (khususnya anak-anak/remaja) telah

mampu hafal Al-Qur’an Juz 30 di usia yang relatif belia (kelas 3 SD/MI).7

B. Praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian

1. Latar belakang praktik kerja sama pengolahan Lahan

Latar belakang praktik kerja sama pengolahan lahan ini

menurut para penduduk khususnya menurut orang yang melakukan

kerja sama pengolahan ini, mereka semua tidak mengetahui secara

pasti kapan awal mula praktik kerja sama ini dijalankan. Menurut

pandangan mereka kerja sama pengolahan ini sudah berjalan

turun-temurun yang berasal dari nenek moyang penduduk Dusun setempat.

Hal itu sesuai dengan penuturan Ibu Kalimah yang menyatakan bahwa

praktik semacam ini sudah berjalan lama namun tidak diketahui kapan

awal mula terjadinya kerja sama ini.8

Dari urain singkat di atas, dapat dikemukakan bahwa

seolah-olah praktik kerja sama pengseolah-olahan lahan ini dapat dikatakan sebagai

tradisi (‘urf) yang telah mengakar bagi masyarakat Dusun Pasar sore,

karena keberlangsungan kerja sama ini sudah berjalan dalam waktu

yang panjang dan telah diwariskan oleh para pendahulu kepada

generasi sesudahnya.

7

Hakim Azhari,wawancara,Lamongan, 01 Desember 2015.

8


(52)

✕✖

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kerja sama

pengolahan lahan pertanian di dusun pasar sore ini diantaranya adalah

seperti yang dikemukakan oleh bapak mukhtar9, yang menyatakan

bahwa faktor kebutuhan menjadi hal yang pertama. Kebutuhan yang

dimaksudkan adalah faktor ekonomi keluarga yang cenderung pada

tataran rendah sehingga membutuhkan tambahan penghasilan untuk

mencukupi kebutuhan keluarga agar tidak sampai terlilit dalam jeratan

kemiskinan dan kekurangan kebutuhan hidup.

Faktor lain adalah karena banyaknya buruh tani yang tidak

mempunyai lahan pertanian secara pribadi sehingga menjadikan

mereka untuk menjalankan praktik kerja sama pertanian ini. Hal itu

sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Muhaimah yang menyatakan

bahwa upah sebagai buruh tani tidaklah cukup untuk menghidupi

keluarga, di samping itu buruh tani juga hanya bekerja pada

waktu-waktu tertentu seperti musim panen, musim tanam, dan waktu-waktu lainnya.

Dan selain waktu tersebut, para buruh tani mempunyai waktu luang

yang sangat banyak, sehingga untuk memanfaatkan waktu luang

tersebut para buruh tani banyak yang menjadi penggarap pada praktik

kerja sama pengolahan ini dengan tujuan untuk mendapat tambahan

penghasilan sebagai alat untuk mencukupi kebutuhan keluarga.10

Bapak Sa’id menyatakan bahwa pada dasarnya bagi penggarap yang melakukan praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian ini

9

Mukhtar,wawancara,Lamongan 05 Desember 2015.

10


(1)

67

kebutuhan konkret yang harus ada pada sendi-sendi bisnis yang mana dengan prinsip tersebut praktik bisnis yang dijalankan akan sesuai dengan nilai dan ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an serta al-hadis. Diantara etika dan sikap yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis antara lain adalah; Individu perilaku Tidak mengurangi timbangan (curang), saling ridha, tidak melakukan manipulasi (penipuan), jujur dan transparan, amanah, pantang menyerah, Profesional serta bertanggung jawab.

Penggarap dan pemilik lahan yang melakukan praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun pasar sore menerapkan etika bisnis Islam dengan baik, bukti konkretnya adalah pada saat pembagian hasil pertanian antara kedua belah pihak berperilaku jujur, transparan, dan tidak melakukan manipulasi serta transparan mengenai hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, setiap pembagian hasil, keduanya tidak ada yang dirugikan karena perbuatan negatif salah satu pihak. Dengan bersikap baik tersebut juga dapat merekatkan hubungan antar keduanya sehingga praktik kerja sama tersebut dapat saling menguntungkan serta akan bernilai positif bagi kedua belah pihak.

Penyerahan total oleh pemilik kepada penggarap untuk mengelola lahan pertanian yang dimilikinya dijawab dan dibuktikan oleh penggarap dengan sikap pekerja yang baik seperti bekerja secara professional, bertanggungjawab, bersikap amanah, pantang menyerah. Penggarap akan berusaha bekerja secara maksimal demi mendapatkan hasil baik yang akan menambah keuntungan bagi dirinya dan pemilik, dengan keuntungan itu pula keluarga penggarap akan mendapat suntikan ekonomi guna mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bebas dari ancaman kemiskinan.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilaksanakan di Dusun Pasar Sore Desa Kanugrahan Kecamatan maduran Kabupaten Lamongan adalah termasuk akadmukha>barah.Mengenai Pembagian hasil 1 3

(satu pertiga) untuk pemilik dan penggarap mendapat bagian 2 3 (dua pertiga) menurut peneliti merupakan sesuatu yang seimbang (adil). Karena dalam mukhabarah biaya dan modal ditanggung oleh penggarap, sehingga penggarap berhak mendapat pembagian hasil yang lebih banyak.

2. Bentuk praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian tersebut jika dilihat dalam perspetif etika bisnis Islam sebenarnya ada relevansi yang cukup kuat. Etika dan sikap yang diterapkan oleh para pelaku kerja sama tersebut antara lain adalah; Tidak mengurangi timbangan (curang), saling ridha, tidak melakukan manipulasi (penipuan), jujur dan transparan, amanah, pantang menyerah, Profesional serta bertanggung jawab. Selain itu praktik mukha>barah tersebut selaras dengan prinsip dasar etika bisnis Islam yakni; kesatuan (unity). keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), kebenaran (kebajikan dan kejujuran). Jadi bisa


(3)

69

disimpulkan praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian yang dilakukan di Dusun Pasar sore tersebut telah sesuai dengan aturan syari’at Islam yang berupa etika bisnis Islam.

B. Saran

1. Pemilik sawah dan penggarap dalam mengolah lahan pertanian perlu membangun akad kerja sama yang baik, seperti adanya kejelasan masa kontrak akad kerja sama pengolahan pertanian.

2. Agar praktik kerja sama pengolahan lahan pertanian di Dusun Pasar sore semakin berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan jalinan silaturrahim yang kuat antara pemilik dan penggarap dengan tujuan membangun kerja sama yang bermutu.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abi ‘Abdillah bin Qasim al-Ghazy, Syamsuddin, Fathul Qarib, Surabaya: Al-Hikmah, 1411 H.

Abu Isa At-Turmudzi, Muhammad Ibn Isa, Sunan At-Turmudzi, Beirut: Dar Ihya’at -Turats al-‘araby, tt.

Acmadi, Asmoro,Filsafat Umum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, 47. Ali, Zainudin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: Pustaka Al-Mubin, 2013.

Al-Qusyairy An-Naisabury, Abu Al-Qasim, Ar-Risalatul Qusyairiyyah fi ‘ilmi at -Tashawwufi,Terj.Ma’ruf Zariq,tt.

Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf,Bandung: Pustaka Setia, 2010. Arifin, Johan,Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007. Aziz, Abdul,Etika Bisnis Prespektif Islam, Bandung: Alfabeta, 2013.

Az-Zuhaili, Wahbah , Fikih Islam Wa Adilatuhu, Terj. Abdul Hayyie al-Kattanie, dkk, jilid 6,Jakarta: Gema Insani, 2011.

Badroen, Faisal, dkk., Etika BIsnis dalam Islam, Cet. IV, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Bin Fauzan, Saleh,Fikih sehari-hari,Jakarta : Gema Insani, 2005.

Bukhari, Imam, Shahih Al- Bukhari Juz II,Libanon: Dar Al Kutub Al-Ilmiyah, 2009. Depag RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Terbit Terang, 2002.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Djakfar, Muhammad,Etika Bisnis, Jakarta: Penebar Plus Imprint dari Penebar Swadaya, 2012.

Erwanto Erwin.Studi tinjauan hukum Islam terhadap perjanjian penggarapan sawah di Desa Lebak kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2008.


(5)

Hanbal, Ahmad ibnu,Musnad Ahmad ibn Hanbal,Muassasah Ar-Risalah: 1999

Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Herman. wasito. Pengantar metodologi penelitian. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama. 1995.

Issa Beekum, Rafik, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Keraf, Sonny, Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Kian Gie, Kwik, dkk., Etika Bisnis Cina: Suatu Kajian Terhadap Perekonomian di Indonesia, Jakarta :Gramedia Pustaka, 1996.

Machmudah. Siti. Analisis Hukum Islam Terhadap Kerjasama Pertanian dengan Sistem Bagi Hasil disertai Upah di Desa Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Magnis Suseno, Franz, Etika Jawa,Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Mahi M. Hikmat. Metode penelitian: dalam prespektif ilmu komunikasi dan sastra. Yogyakarta: Graha ilmu. 2011.

Mardani. fiqih ekonomi syariah. Jakarta: kencana, 2013.

Muh. Nasruddin Al Albani, Ringkasan Shahih Muslim 1, Terj. Imron Rosadi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Akademi Menejemen Perusahaan YKPN, 2004.

Muhammad, Faroni. R Lukman. Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis. Jakarta: Salemba Diniyah, 2002.

Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim, Abu Al-Husain,Shahih Muslim,juz VIII, Beirut: Dar al-Jayl, tt.

Narbuko. Cholid. Metode penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Nasution. Metode research.Jakarta: Bumi Aksara. 2006.


(6)

Ndraha. Taliziduhu. Research teori metodologi administrasi. Jakarta: PT. Bina Aksara. 1985.

Ratnani. Silvia. Penggarapan sawah dengan sistem setoran di Desa Lundo kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik dalam perspektif ‘urf. Skripsi: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Sabiq, Sayyid,Terj Fikih Sunnah 13, Bandung: PT. Alma’arif, 1987.

Sahrani, Sohari., Abdullah, Ru’fah,Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Sarwat, Ahmad,Fiqih Muamalat,t.t.

Shihab, M. Quraish,Tafsir Al mishbah, Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, volume V, tp. tt.

Simorangkir , O.P., Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Syafe’i, Rachmat,Fikih Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2006.

Syafi’i Antoni, Muhammad, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001.

Syukur, Suparman, Etika Religius, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. Tahzeh. Ahmad.Metodologi penelitian praktis.Yogyakarta: Teras, 2011.

Taliziduhu. Ndraha. research teori metodologi administrasi. Jakarta: PT. Bina Aksara. 1985.

Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Imam, Kifayatul Akhyar Fii Alli Ghayatil Ikhtishar, Terj. Ahmad Zaidun dan A. Asrori, Ma’ruf, Jilid ll, Surabaya: PT . Bina Ilmu, 2011.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Smpel Surabaya. Petunjuk teknis Tenulisan Skripsi Edisi Revisi VI. Surabaya: Fakultas Syariah dan ekonomiiislam UIN sunan ampel Surabaya, 2014.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), 59-60.

Wardi Muslich, Ahmad, Fikih Muamalah, Jakarta: Amzah, 2013. Ya’qub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro 1985.