HADIS TENTANG RAWDAH DALAM SUNAN AL-TIRMDHI NOMOR INDEKS 3941.

HADIS TENTANG RAWDAH DALAM SUNAN ALTIRMIDHI NOMOR INDEKS 3941

Skripsi:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

CHOIRUR ROSYIDAH
NIM: E03212005

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2016

H{ADIS TENTANG RAWD{AH DALAM SUNAN ALTIRMIDHI NOMOR INDEKS 3941

Skripsi

Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Ilmu Alqur’an dan tafsir

Oleh:

CHOIRUR ROSYIDAH
NIM. E03212005

PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2016

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang berlanda tangau di barvah ini saya:


Nama

: Choirur Rosviclah

NlN,i

: E03212005

Jurusan : llmu Alquran dan Taf.sir
Dengan

ini

menyatakan bahrva skripsi

peirelitiar"'/karya

ini


secara keseluruhan acialah hasil

sayil sendiri. kecuali pada

bagian-bagian yang dii'u-juk

sumbernya.

Suraba;',a, I

I Agustus 2016

Saya yang menyatakan,

CHOIRUR ROSYIDAH
8032 I 2005

I(E}dENTERTAN AGAMA
UIITVERSITAS ISI,AM NtrGERI SUNAN AMPEL ST]RABAYA


PERP'USTA,KAAN
Jl. Jend. A. Yard I 17 Surabay a'50237 felp. 03 l-8 43 1972 Fax.03 l -84 13300
E-Mail : perpus@,uinsby. ac.id.

LEMBAR PERNYATAAN PER.SETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika

UIN

Sunan Ampel Surabaya, yang bertand,

t

tt8a , di bawah rni, saya:

, Choirur rosgrdah
: F-oZ:ltoof

Nama


NIM
Fakultas/Jurusaa,
E-mail address

Fi tF /t &f
' ld. nwrig ah@ UaUoo - Corn

Demi peagembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk membetikan kepada Perpustakaan UIN
Sunan Ampel surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya iltniah :
...... . . .. .)
E Sekripsi E Tesis l-l Desertasi El Lain-laitl (........
yang berjudul :

Hsd -s k-a-nt"e.m Kcv.d-d -ah d-ql-q m S9n$n -ci-t-: Ii:nnidhr*n-0l

lCIl)

Lr'Jrr s 2,9ttt
beserta peraagkat yang diperlukan (:ila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini

Petpustakaan UIN Sr:nao Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/fornat-kan,

mengelolanya dalasr bentuk pangkalan

data

(database), mendistribusikannya, dan
menampilkao/mempublikasikannya di Intemet atau media laio secara fiilltextvnttk kepentingan
akademis ranpa pedu meminta iiin dati saya selama tetap mencantumkan nalna saya sebagai
penulis/pencipta dan atau penerbit yarg bersangkutan.

uatuk meflangung secarzpribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan
Ampel Surabaya, segala bentuk tufltutan hukum yang timbul atas pelaf,rggaran Hak Gpta dalam
karyaibuiah sayaini
Saya bersedia

Demikian pemyatarm

^iy*gsaya


buat dengan sebenamya
Surabaya,P.

lg.tst'.t s ioib

Penulis

Sto
( C\"cic,.ir

rc59idgh

fr@fictawgfu tada tag,n

PERSETU JUT\ N PEN{ BIN,IEING

S

KRTPSI


Skripsi oleh Choirur Rosyiclah ini benar-bcnar teiah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan

Sur-abava.

1l Agustus 2016

Pcnrbimbing

ffi
sffiJ

uhiii, M.Ag.
310021e93C31002

PENGESAIIAN TINT PENGUJI SKRIPSI
Skripsi olch Chcirur Rosyidah ini teiah rlipeftahankan di deparr
'l'irn Penguji Skripsi
Suratral'a, 15 ggustus 2016


Nlengesahkan

Universitas Islanr Ncgeri Sunan Ampel Fakutrtas Ushuluddirr dait F-ilsaf:rt

ffi

1

002 i 99303 1 002

Tim Penguji:
tua,

uhid.. M.A

NIP. I

3r002199i031002
Se


krctlg/s.

Fathoniz
NLrP. 101109006
l'cngu

ji

I,

Prof. Dr. []. TIrinul i\ri1lii.M.Ag

NIP. 1q5032 I 19890i

NIP.

197-.:{) ,' i

1001


iii:O{li i I i0{J3

iii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ……………………………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ………………………………….... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI …………………………………… iii
PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………………… iv
MOTTO ……………………………………………………………………...... v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….. vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……..……………………………………………………. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……………………………………… 4
C. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5
E. Kegunaan Penelitian …………………………………………………… 6
F. Penegasan Judul ……………………………………………………….. 6

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

G. Telaah Pustaka …………………………………………………………. 7
H. Metodologi Penelitian …………………………………………………. 9
I. Langkah-langkah Penelitian …………………………………………… 13
J. Sistematika Pembahasan ……………………………………………… 14
BAB II: KE-S{AH{IH{-AN HADIS DAN TEORI PEMAKNAANNYA
A. Teori Ke-s}ah}ih}-an Hadis ……………………………………………….
15
1. Kriteria ke-s}ah}ih}-an sanad hadis ……………………………………
17
2. Kriteria ke-s}ah}ih}-an matan hadis ………………………………….
32
B. Teori Ke-h}ujjah-an Hadis …………………………………………….. 39
1. Ke-h}ujjah-an hadis s}ah}ih} ………………………………………….
41
2. Ke-h}ujjah-an hadis h}asan ………………………………………….
45
3. Ke-h}ujjah-an hadis d}a’if

………………………………………….

45
C. Teori Pemaknaan Hadis ……………………………………………… 47
1. Pendekatan dari segi bahasa ……………………………………… 48
2. Pendekatan dari segi kandungan makna melalui latar belakang
datangnya hadis …………………………………………………… 54
D. Pengertian Rawd}ah ……………………………………………………. 57

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

BAB III: HADIS RAWD{AH

DALAM KITAB SUNAN AL-TIRMIDHI

NOMOR INDEKS 3941
A. Biografi Imam al-Tirmidhi ……………………………………………. 62
B. Kitab Sunan al-Tirmidhi ……………………………………………… 67
C. Hadis tentang Rawd}ah ……………………………………………….. 72
D. Data Hadis Pendukung ……………………………………………….. 73
E. Skema Sanad Imam al-Tirmidhi ………………………………………. 75
1. Rincian sanad ……………………………………………………… 79
2. Biografi perawi …………………………………………………… 80
BAB IV: KUALITAS, KE-H{UJJAH-AN SERTA PEMAKNAAN HADIS
TENTANG RAWD{AH

DALAM SUNAN AL-TIRMIDHI

NOMOR INDEKS 3941
A. Kualitas dan Ke-h}ujjah-an Hadis Rawd}ah …………………………….
104
1. Kualitas sanad ……………………………………………………. 104
2. Kualitas matan …………………………………………………… 111
3. Ke-h}ujjah-an hadis rawd}ah ………………………………………
112
B. Pemaknaan Hadis Rawd}ah ………………………………………….. 112
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 120
B. Saran-saran …………………………………………………………… 121
DAFTAR PUSTAKA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Choirur Rosyidah, Hadis tentang Rawd}ah dalam Sunan al-Tirmidhi nomor
indeks 3941.
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk mengkaji kualitas,
kehujjahan dan makna hadis-hadis yang membahas tentang rawd}ah.
Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh tempat yang berada di
Masjid Nabawi yakni rawd}ah. Definisi rawd}ah ialah nama tempat yang berada
di Masjid Nabawi yakni antara makam Rasulullah saw dan mimbar. Tempat
tersebut juga diyakini sebagai salah satu sarana untuk terkabulnya do’a. Jadi
terkabulnya do’a juga tidak diketahui kapan waktunya dan apakah rawd}ah
sendiri bermakna demikian. Maka penulis menemukan hadis tentang rawd}ah.
Untuk itu masalah yang akan diteliti ini berkaitan dengan: 1) Bagaimana
kualitas dan kehujjahan hadis rawd}ah dalam sunan al-Tirmidhi nomor indeks
3941. 2) Bagaimana pemaknaan hadis tentang rawd}ah dalam sunan al-Tirmidhi
nomor indeks 3941.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas sanad dan matan
h{adith serta ke-h{ujjah-an hadis rawd}ah. Selain itu untuk mengetahui makna
yang dimaksud dari hadis rawd}ah.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat
kepustakaan (library research) jadi, pengumpulan data diperoleh dengan meneliti
kitab Sunan al-Tirmidhi dan dibantu dengan kitab standar lainnya, kemudian
dianalisa dengan menggunakan metode takhrij, kritik sanad dan matn. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pemaknaan hadis tentang rawd}ah yang
sesungguhnya.
Kesimpulannya dari penelitian ini yaitu kualitas hadis ini h}asan baik
dari segi sanad maupun matan sehingga bisa dijadikan hujjah dan termasuk
riwayah bi al-ma’na. Dari penelitian ini ditemukan bahwa makna rawd}ah dalam
hadis tersebut ialah dalam konteks hakiki (makna sebenarnya) yang berarti
dipahami sebagai taman surga yang sebenarnya, dimana tempat itu akan
berpindah ke surga akhirat nanti.
Kata kunci: Rawd}ah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mekkah atau Makkah al-Mukarromah merupakan sebuah kota utama
di Arab Saudi. Kota ini menjadi tujuan utama kaum muslimin untuk menunaikan
ibadah haji. Di kota ini terdapat sebuah bangunan utama yang bernama Masjidil
Haram dengan Ka’bah di dalamnya. Bangunan Ka’bah ini dijadikan patokan arah
kiblat untuk ibadah salat umat islam di seluruh dunia. Kota ini merupakan kota
suci umat islam dan tempat lahirnya Nabi Muhammad saw.1
Masjid Nabawi adalah salah satu masjid terpenting yang terdapat di
Kota Madinah, Arab Saudi karena dibangun oleh Nabi Muhammad dan menjadi
tempat makam dia dan para sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu masjid
yang utama bagi umat muslim setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil
Aqsa di Yerussalem. Masjid ini juga merupakan Masjid terbesar ke-2 di dunia
setelah Masjidil Haram di Mekkah.2
Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah
setelah masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrahnya dari Mekkah ke
Madinah. Masjid Nabawi dibangun sejak saat-saat pertama Rasulullah tiba di
Madinah. Pada waktu menaiki unta tunggangannya, beliau menghentikan
perjalanannya. Lokasi itu semua adalah tempat penjemuran buah kurma milik

1

Fathurrahman Wahyu, Antara Mekkah dan Madinah (Jakarta: Erlangga, 2010),16.
Haekal Husain, Sejarah Hidup Muhammad. Terj (Jakarta: Litera AntarNusa, 1994),
191-194.

2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr yang kemudian dibeli oleh
Rasulullah SAW untuk dibangunkan masjid dan tempat kediamannya.3
Awalnya masjid ini berukuran 50 m x 50 m dengan tinggi atap sekitar
3,5 m. Rasulullah turut ikut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersamasama dengan para sahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi masjid ini
terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan
tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka.
Selama Sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari.
Hanya di waktu Isya’, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.
Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman
Nabi. Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan
masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang
digunakan sebagai tempat orang-orang fakir miskin yang tidak memiliki rumah.
Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras
masjid.
Adapun keutamaan Masjid Nabawi dinyatakan oleh Nabi didalam
Musnad Imam Ahmad bin Hanbal no indeks 16117 sebagaimana sabdanya:

ِ
،‫ﻴﺐ اﻟْ ُﻤ َﻌﻠﱢ ُﻢ‬
َ َ‫ ﻗ‬،‫ﺎد ﻳـَ ْﻌ ِﲏ اﺑْ َﻦ َزﻳْ ٍﺪ‬
َ َ‫ ﻗ‬،‫ﺲ‬
ٌ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﲪﱠ‬:‫ﺎل‬
ٌ ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺣﺒ‬:‫ﺎل‬
ُ ُ‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳُﻮﻧ‬- ۱٦۱۱٧
ِ
ِ ُ ‫ﺎل رﺳ‬
‫ﺻ َﻼةٌ ِﰲ‬
َ َ‫ ﻗ‬،‫ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ اﻟﱡﺰﺑـَ ِْﲑ‬،‫َﻋ ْﻦ َﻋﻄَ ٍﺎء‬
َ » :‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
ُ َ َ َ‫ ﻗ‬:‫ﺎل‬
ِ ‫ﻒ ﺻ َﻼةٍ ﻓِﻴﻤﺎ ِﺳﻮاﻩ ِﻣﻦ اﻟْﻤﺴ‬
ِ ِ َ ْ‫ﻣﺴ ِﺠ ِﺪي َﻫ َﺬا أَﻓ‬
ْ ‫ إِﱠﻻ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ َﺪ‬،‫ﺎﺟ ِﺪ‬
ٌ‫ﺻ َﻼة‬
َ ْ‫ﻀ ُﻞ ﻣ ْﻦ أَﻟ‬
َ ‫ َو‬،‫اﳊََﺮ َام‬
َْ
َ َ َ َُ َ
ِِ
ِ ِ ِ ْ‫اﳊﺮِام أَﻓ‬
«‫ﺻ َﻼ ٍة ِﰲ َﻫ َﺬا‬
َ ََْ ‫ِﰲ اﻟْ َﻤ ْﺴﺠﺪ‬
َ ‫ﻀ ُﻞ ﻣ ْﻦ ﻣﺎﺋَﺔ‬
“Diceritakan kepadaku Yunus, berkata: diceritakan kepadaku Hammad yakni ibn
Zaid, berkata: diceritakan kepadaku Habib al-Mu’allim dari atha’ dari Abdillah
bin Zubair, berkata: Rasulullah SAW bersabda: Salat di masjidku (Masjid

3

M Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah (Bogor: Al-Azhar Press, 2007), 154-155

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Nabawi) lebih baik dari 1000 salat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.
Salat di Masjidil Haram lebih baik dari 100.000 salat di masjid lainnya.4

Di dalam Masjid Nabawi terdapat rawd}ah yaitu antara makam
Rasulullah dan mimbar.
Rawd{ah adalah nama tempat yang ada di dalam masjid Nabawi yaitu
antara makam Rasulullah dan mimbar, luasnya sekitar 144 M2 yang sekarang
ditandai dengan pilar-pilar berwarna putih, lantainya dihiasi permadani wol yang
cantik dan unik. Rawd{ah juga disebut taman surga. Doa-doa yang dipanjatkan
dari rawd}ah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah. Berdasarkan hadis beliau
Rasulullah SAW, Nabi bersabda:

ِ
،‫ َﻋ ْﻦ َﻋﺒﱠ ِﺎد ﺑْ ِﻦ َﲤِﻴ ٍﻢ‬،‫ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ أَِﰊ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ‬،‫ﻚ‬
ٌ ِ‫َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﻣﺎﻟ‬
ْ ‫ أ‬،‫ﻒ‬
َ ‫ﻮﺳ‬
ُ ُ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﺑْ ُﻦ ﻳ‬
ِ َ ‫ أَ ﱠن رﺳ‬:‫ﻋﻦ ﻋﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ زﻳ ٍﺪ اﳌ ِﺎزِﱐﱢ ر ِﺿﻲ اﻟﻠﱠﻪ ﻋْﻨﻪ‬
‫ » َﻣﺎ‬:‫ﺎل‬
َ َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬
َْ ْ َ
َ ‫ﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
ُ َ ُ َ ُ َ َ َ َْ ْ
ِ
ِ
ِ
ِ َ‫ﺿﺔٌ ﻣ ْﻦ ِرﻳ‬
«‫ﺎض اﳉَﻨﱠﺔ‬
َ ‫ﲔ ﺑـَْﻴ ِﱵ َوﻣْﻨ َِﱪي َرْو‬
َ ْ َ‫ﺑـ‬

“Diceritakan kepadaku Abdullah bin Yusuf, dikhabarkan kepadaku Malik dari
Abdillah bin Abi Bakar dari ‘Abbad bin tamimi dari Abdillah bin Zaid alMaziniy RA: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: (Tempat yang terletak
diantara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman diantara tamantaman surga). (HR. Bukhari).5

Luas rawd{ah adalah 22 m x 15 m yakni jarak antara rumah Nabi dan
mimbarnya kurang lebih 22 meter dan panjang ke belakang kurang lebih 15 meter.
Salat sunnah di rawd{ah lebih utama dibandingkan salat yang dilaksanakan di
tempat lain, kecuali salat fardhu. Salat fardhu lebih utama dilaksanakan di barisan
pertama walaupun tidak berada dalam rawd{ah. Para pengunjung masjid Nabawi
berusaha untuk dapat melaksanakan salat sunnah di rawd{ah. Ibnu al-Qasim

4

Ah}mad bin H{anbal, Musnad Ah}mad bin H{anbal, juz. 26 (Beirut: Muassasah alRisalah, 1999), 41-42.
5
Abi Abdillah Muh}ammad bin Ismail Al-Bukhari, S{ah}ih} al-Bukhari (Riyadh: Bait alAfkar, 1998), 233-234.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

berkata “Tempat salat yang paling di sukai di masjid nabawi adalah di rawd{ah
dan tempat yang paling disukai sebagai salat fardhu adalah shaf pertama.” Jadi
benar makam Rasulullah di kamar Aisyah ra, tetapi kamar Aisyah tidak termasuk
area rawd{ah.
Dalam permasalahannya itu di rawd{ah itu bermakna taman surga atau
sebaliknya. Dan rawd{ah dalam kamus berarti padang rumput dan apakah yang
dimaksud hadis tersebut padang rumput seperti pada umumnya atau lainnya.
Alasan penulis memakai judul tersebut ialah karena ingin mengetahui
lebih dalam apakah yang dimaksud rawd{ah itu yang berada di Masjid Nabawi dan
sebagai tempat terkabulnya do’a atau sebaliknya. Dan adapun alasan mengambil
dari kitab Sunan al-Tirmidhi ialah karena selain ada di kitab S{ah}ih} Bukhari dan
S{ah}ih} Muslim yakni berada di kitab tersebut. Untuk menjawab permasalahan
tersebut maka akan dijelaskan lebih rinci untuk selanjutnya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Setelah dipaparkan latar belakang diatas agar tidak terjadi pelebaran
pembahasan maka perlu adanya batasan masalah. Adapun identifikasi masalah
adalah memerinci masalah sehingga dapat diketahui dengan jelas.6 Dijelaskan
lebih rinci, sebagai berikut:
1. Hadis tentang rawd}ah
2. Kualitas hadis tentang rawd}ah
3. Kehujjahan hadis tentang rawd}ah
6

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2011),
28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

4. Pemaknaan hadis tentang rawd}ah
Dari identifikasi diatas, agar pembahasaannya diatas tidak melebar dan
bahasannya lebih spesifik dan komprehensif hadis tentang rawd{ah, permasalahan
hanya dibatasi tentang pemaknaan hadis tentang makna rawd}ah dalam hadis
tersebut serta perbedaan pendapat mengenai kualitas hadis tersebut disertai
pendapat para ulama.

C. Rumusan Masalah
Dari rangkaian penjelasan yang dikemukakan diatas maka penelitian
ini difokuskan pada pencarian makna rawd}ah dalam hadis. Disampaikan
menyajikan tentang perbedaan pendapat diantara para ulama serta kehujjahan
hadis tersebut. Untuk lebih jelasnya, maka permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas dan kehujjahan hadis rawd{ah?
2. Bagaimana pemaknaan hadis tentang rawd{ah?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid mengenai
hadis-hadis maka dilakukan dengan tujuan yang disesuaikan dengan rumusan
masalah diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui kualitas dan kehujjahan hadis rawd{ah?
2. Untuk mengetahui pemaknaan hadis tentang rawd{ah?
E. Kegunaan Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara
lain:
1. Secara teoritis
Dapat dijadikan kegiatan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya sehubungan dengan rawd}ah, Dapat dijadikan bahan referensi bagi
penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.
2. Secara aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dan penulis sendiri.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam
pengembangan fakultas ushuluddin kedepan.
3. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dan pedoman yang layak dalam
kehidupan bila dikaitkan dengan fenomena religi. Khususnya bermanfaat bagi
khazanah intelektual islam, dapat mempelajari ma’ani al-hadith. Bagi penulis
penelitian ini berguna untuk memperoleh gelar sarjana Theologi Islam strata 1
dan ilmu-ilmu dari fakultas Ushuluddin.

F. Penegasan judul
Supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memahami judul penelitian dan
untuk mempertegas penafsiran terhadap pokok pembahasan

penelitian hadis

tentang “rawd{ah” ini, maka perlu dijelaskan istilah yang terangkai dalam judul
ini, sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Hadis

: Riwayat yang bertalian dengan sabda dan perilaku Nabi Muhammad
saw dan perbuatannya.7 Secara bahasa berarti baru. Secara istilah
berarti apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
baik berupa ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), ketetapan
(Taqririyah) dan sifat beliau.8

Rawd{ah :

Padang rumput9, dalam kajian ini berarti nama tempat yang ada
didalam Masjid Nabawi yaitu antara makam Rasulullah SAW dan
mimbar

Maksud dari judul penelitian ini adalah penulis mencoba memberi
makna yang tepat pada kata rawd}ah dalam hadis yang terdapat dalam kitab
Sunan al-Tirmidhi nomor indeks 3941.

G. Telaah Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi
dengan skripsi lain, maka penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan
atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan
penulis untuk tidak mengangkat metodologi yang sama, sehingga diharapkan
kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada.
Selama penulis teliti belum ada yang membahas judul yang penulis
sampaikan diatas dan dalam UIN sunan ampel Surabaya belum ada skripsi yang
membahas. Adapun kemiripan karya tulis tersebut terdapat di Universitas lain.
7

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terbaru (Surabaya: Amelia, 2003),
163.
8
Mahmud al-T}aha>n, Taisir Musthalah Hadis (Surabaya: al-Hidayah, t.t), 15
9
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984), 584

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1.

Skripsi oleh Shihhah Tsaniyah yang berjudul “Anak-Anak di Surga Dalam alQur’a>n (Wilda>nun, Gilma>nun): Kajian Tematik”. Fakultas Ushuluddin
dan Pemikian Islam. Jurusan Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2015
Skripsi tersebut membahas tentang konsep anak-anak di surga dalam

al-

Qur’a>n
2.

Skripsi oleh Zunaidi Nur yang berjudul “Konsep al-Jannah Dalam al-Qur’a>n
(Aplikasi Semantik Toshihiko Izutsu)”. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam. Jurusan Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, tahun 2014.
Skripsi tersebut membahas tentang metode semantik al-Qur’a>n Toshihiko
Izutsu, perkembangan makna kata al-Jannah ditinjau dari sisi Diakronik,
makna dasar dan makna relasional kata al-Jannah dalam al-Qur’a>n

3.

Skripsi oleh Muhammad Aswar yang berjudul “Enkulturasi al-Qur’a>n
(Telaah Ayat-ayat tentang Surga)”. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
Jurusan Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, tahun 2014.
Skripsi tersebut membahas tentang keterpaduan konsep surga arab pra-islam
dengan al-Qur’a>n, pola resiprokal al-Qur’a>n dengan sosio-kultur arab
dalam menyampaikan gagasan tentang surga dan implikasi kultural dari
enkulturasi al-Qur’a>n dalam ayat-ayat tentang surga.

H. Metodologi Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Sebuah penelitian ilmiah wajib adanya metode tertentu untuk
menjelaskan objek yang menjadi kajian agar mendapatkan hasil yang tepat sesuai
rumusan masalahnya. Hal ini juga dimaksudkan untuk membatasi gerak dan
batasan dalam pembahasan ini agar tepat sasaran. Secara terperinci metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kepustakaan (library
research) yakni mencari serta meneliti suatu hadis dari kitab-kitab induk
kemudian dikaji menggunakan kaidah ilmu hadith.
Selain menggunakan model kepustakaan, penelitian ini bersifat
kualitatif untuk mendeskripsikan kualitas matan hadith beserta sanadnya. Hal
ini bisa diketahui dengan cara meneliti kitab induk, yakni kitab Sunan alTirmidhi dan kitab-kitab yang terkait. Sehingga dapat menentukan posisi hadis
yang diriwayatkan Imam al-Tirmidhi dalam kitab Sunan al-Tirmidhi nomor
indeks 3941.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu data yang terkumpul
kemudian diuraikan secara obyektif kemudian di analisis secara konseptual
dengan menggunakan metode ma’ani al-hadis yakni ilmu yang membahas
tentang pemaknaan baik menggunakan kaidah majaz ataupun hakiki.
3. Sumber Data Penelitian
Setelah ditelusuri dalam kitab-kitab hadis Al-Mu’jam Al-Mufahras Li
Alfn Ah}mad bin ‘Ali bin
Hajar al-‘Asqalany
c. Taisir Must}alah al-H}adith, karya Mah}mud al-T{aha>n
d. Tahdhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, karya Jamaluddin Abi al-H{ajjaj
Yusuf al-Mizzi
e. Al-Thiqat, karya Abi H{a>tim Muh}ammad bin H{ibba>n bin Ah}mad alTamimi al-Basti
4. Metode Pengumpulan Data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Dalam metode pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi.
Metode ini diterapkan pada benda-benda tertulis seperti buku, jurnal ilmiah
dan lainnya.
Dalam penelitian hadis, penerapan metode ini dilakukan dengan 2
teknik pengumpulan data, yaitu: takhrij al-hadith dan i’tibar al-hadith.
a. Takhrij al-hadith
Takhrij al-hadith dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menunjukkan
tempat hadis pada kitab-kitab sumber aslinya.10 Maka takhrij al-hadith
merupakan langkah awal untuk mengetahui kuantitas jalur sanad dan
kualitas suatu hadis.
b. I’tibar
I’tibar dalam istilah ilmu hadis adalah menyertakan sanad-sanad lain untuk
suatu hadis tertentu, pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang
periwayat saja.dengan menyertai sanad lain akan Nampak seluruh jalur
sanad dari hadis yang diteliti.11 Kegunaan I’tibar disini adalah untuk
mengetahui ada atau tidak adanya pendukung baik itu yang berstatus
Tawa>bi’ atau Shawa>hid.12
c. Kritik sanad
Kritik sanad adalah meneliti rangkaian rawi yang telah meriwayatkan
hadis dari rawi pertama hingga rawi terakhir. Hadis tersebut bisa dikatakan

10

Mahmud al-T{ahhan, Metode Takhrij al-Hadith dan Penelitian Sanad Hadis, terj.
Ridwan Nasir (Surabaya: Imtiyaz, 2015), 4.
11
M. Syuhudi Isma’il, Metode Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 51.
12
Ibid., 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

s}ah}ih} apabila para rawi memiliki lima kriteria yakni muttasil, ‘adil,
dabit, terhindar dari shad dan ‘illat.
d. Kritik matan
Sanad hadis yang belum s}ah}ih} belum tentu matan hadis tersebut
s}ah}ih} maka dari itu perlu adanya penelitian terhadap sebuah matan.
Untuk kesahihan matan perlu adanya kriteria, sebagai berikut:
1) Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an
2) Tidak bertentangan dengan hadis dan si>rah nabawiyyah
3) Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera dan sejarah
4) Hadis-hadis tidak mirip dengan sabda kenabian13
5. Metode Analisis Data
Analisis data berarti menjelaskan data-data yang diperoleh melalui
penelitian. Dari penelitian hadis yang secara dasar terbagi dalam dua
komponen, yakni sanad dan matan maka analisis data hadis akan meliputi dua
komponen tersebut. Dalam penelitian sanad, digunakan metode kritik sanad
dengan pendekatan keilmuan rijal al-h}adith dan al-jarh} wa al-ta’dil, serta
mencermati silsilah guru-murid dan proses penerimaan hadis tersebut
(tahammul wa al-ada’).14 Hal itu dilakukan untuk mengetahui integritas dan
tingkatan intelektualitas seorang rawi serta validitas pertemuan antara mereka
selaku guru-murid dalam periwayatan hadis.

13

Muhid dkk, Metodologi Penelitian Hadis (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013),
86.
14
M. Syuhudi Isma’il, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),
202.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Dalam penelitian matan, analisis data akan dilakukan dengan
menggunakan analisis isi (content analysis). Pengevaluasian atas validitas
matan diuji pada tingkat kesesuaian hadis (isi beritanya) dengan penegasan
eksplisit al-Qur’an, logika atau akal sehat, fakta sejarah, informasi hadis-hadis
lain yang yang bermutu s}ah}ih} serta hal-hal yang oleh masyarakat umum
diakui sebagai bagian integral ajaran Islam.
Dalam hadis yang akan diteliti ini pendekatan keilmuan hadis yang
digunakan untuk analisis isi adalah pendekatan dari segi bahasa yang
digunakan untuk membedakan makna hakiki dan makna majazi dalam suatu
hadis.

I. Langkah-langkah Penelitian
Data yang disajikan dalam penelitian ini didapat dari proses penelitian
kepustakaan (library research) yaitu dengan mempelajari berbagai macam
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Dengan menggunakan metode ma’ani al-hadith maka penulis akan
membahas hadis yang menjelaskan makna hadis tersebut menggunakan metode
ma’ani al-hadith yakni ilmu yang membahas tentang pemaknaan baik
menggunakan kaidah majaz ataupun hakiki.
Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung hadis ini
seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, pemaknaan kata dengan
menggunakan kaidah ma’ani al-hadith untuk mendapatkan hakikat makna
sebenarnya, kualitas hadis tersebut, kehujjahannya menurut pendapat para ulama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

J. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan ini
disusun atas lima bab, sebagai berikut:
BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, alasan memilih judul, tujuan
penelitian, metodologi penelitian lalu dilanjutkan dengan sistematika pembahasan
BAB II berisi tentang teori keshahihan hadis, teori kehujjahan hadis,
teori pemaknaan hadis dan pengertian rawd{ah
BAB III berisi pembahasan tentang hadis rawd{ah dalam Sunan alTirmidhi no indeks 3941 meliputi biografi Imam al-Tirmidhi, kitab Sunan alTirmidhi, hadis tentang rawd{ah, data hadis pendukung, skema sanad Imam alTirmidhi, penjelasan hadis rawd{ah
BAB IV berisi tentang analisis terhadap makna rawd{ah dalam hadis
Sunan al-Tirmidhi no indeks 3941 kualitas sanad dan matan hadis, kehujjahan
hadis rawd{ah, pemaknaan hadis rawd{ah
BAB V penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KE-S{AH{IH{-AN HADIS DAN TEORI PEMAKNAANNYA

A. Teori Ke-s}ah{i>h{-an Hadis
Mah{mu>d T{ah}a>n dalam kitab Mus}t}ala>h}-nya menjelaskan
bahwa s}a}hi>h} menurut bahasa adalah adalah lawan kata dari saqi>m
(sakit) artinya sehat. Arti s}a}hi>h demikian menjadi makna hakikat jika
untuk badan dan menjadi makna maja>z untuk kata hadis yang lainnya.1
Menurut Subhi al-Salih, Secara terminologis hadis s}ah{i>h}} adalah
hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil dan
d}a>bit hingga bersambung kepada Rasulullah atau pada sanad terakhir
berasal dari kalangan sahabat tanpa mengandung sha>dh (kejanggalan)
ataupun ‘illat (cacat).2
Ibn Al-S}alah membuat sebuah definisi mengenai hadis sahih yang
disepakati oleh para muhaddisin. Ia berpendapat sebagaimana yang dikutip
oleh Ajja>j al-Khatti>b:

ِ
ِ ْ ‫ ﻓَـﻬﻮ‬:‫ﺼ ِﺤﻴﺢ‬
ِ ْ ‫أَﱠﻣﺎ‬
ِ
‫ﻀﺎﺑِ ِﻂ إِ َﱃ‬
‫ﺎدﻩُ ﺑِﻨَـ ْﻘ ِﻞ اﻟْ َﻌ ْﺪ ِل اﻟ ﱠ‬
ُ ْ‫اﳊَﺪﻳ‬
ُ ْ‫اﳊَﺪﻳ‬
ُ َ‫ﺚ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻨَ ُﺪ اﻟﱠﺬي ﻳـَﺘﱠﺼ ُﻞ إِ ْﺳﻨ‬
َ ُ ُ ْ ‫ﺚ اﻟ ﱠ‬
‫ َوَﻻ ﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن َﺷﺎ ًذا َوَﻻ ُﻣ َﻌﻠﱠ ًﻼ‬،ُ‫ُﻣْﻨﺘَـ َﻬﺎﻩ‬

1

Mah{mu>d T{ah}a>n, Taisir Must}a>lah} al-H{adi>s (t.k: Markaz al-Madi> li alDira>sa>t, 1405 H), 30
2
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 157.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Adapun hadis s}ah{i>h ialah hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada
Nabi SAW), diriwayatkan oleh perawi yang ‘adil dan d{a>bit> sampai akhir
sanad, tidak terdapat kejanggalan (sha>dh) dan cacat (‘illat).3

Sedangkan menurut Ahmad Umar Hasyim mendefinisikan hadis sahih
ialah:

ِ ‫ﻫﻮ ﻣ ﺎ ا ﺗ‬
،ُ‫ﱠﺼ ُﻞ َﺳﻨَ ُﺪﻩُ ﺑِﻨَـ ْﻘ ِﻞ اﻟْ َﻌ ْﺪ ِل اﻟﻀﱠﺎﺑِ ِﻂ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻌ ْﺪ ِل اﻟﻀﱠﺎﺑِ ِﻂ ِﻣ ْﻦ أَﱠوِل اﻟ ﱠﺴﻨَ ِﺎد إِ َﱃ ُﻣْﻨﺘَـ َﻬﺎﻩ‬
َ َُ
‫َوﻻَﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن َﺷﺎ ًذا َوَﻻ ُﻣ َﻌﻠﱠ ًﻼ‬

Yaitu hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang ‘adil dan
d{a>bit dari awal sanad sampai akhir sanad, tidak terdapat kejanggalan (sha>dh)
dan cacat (‘illat).4

Dari definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Shalah, dapat
dirumuskan bahwa kesahihan hadis dengan 3 kriteria, yaitu:
1. Sanad hadis yang diteliti harus bersambung mulai dari mukharrij
sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Seluruh periwayat dalam hadis harus bersifat ‘adil dan d{a>bit>}
3. Hadis tersebut, baik sanad maupun matannya harus terhindar dari
kejanggalan (sha>dh) dan kecacatan (‘illat).
Ibnu Al-Shalah berpendapat bahwa:
Syarat hadis s}ah}ih} seperti tersebut diatas telah disepakati oleh para muhaddisin.
Hanya saja, kalaupun mereka berselisih tentang ke-s}ah}ih}-an suatu hadis
bukanlah karena syarat-syarat itu sendiri, melainkan karena adanya
perselisihan dalam menetapkan terwujud atau tidaknya sifat-sifat tersebut

3

Muhammad Ajja>j al-Khatti>b, Ushu>l-H{adi>th ter. Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2013), 304.
4
Ah}mad ‘Umar Hasyim, Qawaid Ushu>l-H{adi>th (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Araby,
t.th), 39

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

atau karena adanya perselisihan dalam mensyaratkan sebagian sifat-sifat
tersebut.5

Abi Az-Zinad mensyaratkan bagi hadis sahih bahwa:
hendaknya rawinya mempunyai ketenaran dan keahlian dalam berusaha dan
menyampaikan hadis. Ibnu As-Sam’any juga mengatakan, bahwa hadis sahih
itu tidak cukup hanya diriwayatkan oleh rawi yang thiqah (‘adil dan
d{a>bit}) saja, tetapi juga harus diriwayatkan oleh orang yang paham benar
apa yang diriwayatkan, banyak sekali hadis yang telah didengarnya dan kuat
ingatannya.6

Sebuah hadis bisa dikatakan sahih tidak hanya dari segi sanadnya saja
tetapi juga dari segi matan. Hadis yang sanadnya sahih belum tentu matannya
juga s}ah}ih maka kedua-duanya harus diteliti. Oleh karenanya kriteria
kesahihan hadis dibagi menjadi dua, yakni sahih dari segi sanad dan s}ah}ih
dari segi matan. Keduanya memiliki persyaratan tersendiri. Jadi, sebuah hadis
disebut s}ah}ih jika sanad dan matannya sama-sama berkualitas s}ah}ih}.

1. Kriteria ke-s}ah}ih}-an sanad hadis
Menurut bahasa, sanad bermakna sandaran, tempat kita bersandar.
Ada juga yang mendefinisikan sanad sebagai sejarah perjalanan matan.
Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, sanad adalah jalan yang

5
6

Rahman, Ikhtisar Mustalahul…, 118.
Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

menyampaikan kepada matan hadis.7 Al-Badru bin Jama’ah al-T{ibi
mengatakan bahwa sanad adalah:

ِ ْ ‫اﻹ ْﺧﺒَﺎر َﻋ ْﻦ ﻃَ ِﺮﻳْ ِﻖ اﻟْﻤ‬
‫ﱳ‬
َ
ُ ِْ

Berita tentang jalan matan.8

Ada juga yang menyebutkan:

ِ َ ‫ِﺳ ْﻠ ِﺴﻠَﺔُ اﻟﱡﺮواةِ اﻟﱠ ِﺬﻳْﻦ ﻧـَ َﻘﻠُﻮ اﻟْﻤ‬
‫ﺼ َﺪ ِر ْاﻷَﱠوِل‬
ْ ‫ﱳ َﻋ ْﻦ َﻣ‬
َ ْ َ
َ
Silsilah para perawi yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama.9

Secara etimologi isnad adalah menyandarkan. Sementara dalam
istilah ilmu hadis bahwa isnad adalah menerangkan sanad hadis atau jalan
menerima hadis. Orang yang menerangkan sanad hadis disebut musnid.
Sedangkan hadis yang disebut dengan menerangkan sanad-nya hingga
sampai kepada Rasulullah disebut musnad.10
Dapat dikatakan bahwa perangkat metodologis kritik sanad hadis
yang dirumuskan oleh para ulama tidaklah muncul secara tiba-tiba, tetapi
melalui proses yang panjang dan rumit. Pada tahap yang paling awal,
langkah kritik sanad masih dalam bentuk sederhana dan belum ada kaidah
yang baku. Dalam kurun waktu seratus tahun pertama, periwayatperiwayat hadis tampaknya masih didominasi oleh para sahabat dan tabiin
senior yang ke-thiqah-annya dapat diandalkan. Sehingga tidak heran jika
7

Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis ‘Teori dan Metodologi’
(Yogyakarta: Diva Press, 2015), 243.
8
Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 45.
9
Ibid., 46.
10
M Hasbi As-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), 147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

kritik hadis masih dilakukan secara terbatas pada satu dua orang yang
bermasalah.11
Para ulama hadis mengemukakan beberapa kriteria ke-s}ah}ih}-an
hadis dari segi sanad, yakni sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung (Ittisha>l al-Sanad)
Ittis}a>l al-Sanad yang dimaksud ialah bahwa setiap perawi
yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada
diatasnya dan juga sebaliknya sampai kepada pembicara yang
pertama.12 Perawi tersebut bertemu dan menerima periwayatan dari
gurunya baik secara langsung13 atau secara hukum karena dalam hal
pertemuan atau persambungan sanad para rawi ulama biasa
menggunakan istilah tersebut.14
Pertemuan atau persambungan sanad dalam periwayatan ada dua
macam lambang yang digunakan oleh periwayat, sebagai berikut:
1) Pertemuan secara langsung (mubasyarah) yakni seseorang bertatap
muka langsung dengan syaikh yang menyampaikan periwayatan.
Maka ia mendengar berita yang disampaikan atau melihat apa yang
dilakukan. Periwayatan dalam bentuk pertemuan langsung seperti

11

Saifuddin, Tadwin Hadis: Kontribusinya dalam Perkembangan Historiografi Islam
(Banjarmasin: Antasari Press, 2008), 290.
12
Mah{mud T{ah}a>n, Taisir Must}a>lah} al-H{adi>s (Surabaya: Toko Kitab Hidayah,
1985), 34.
13
Seorang murid bertatap muka secara langsung dengan sang guru yang menyampaikan
hadis. Maka ia akan mendengar langsung atau melihat langsung apa yang telah dilakukan
gurunya. Pertemuan langsung seperti ini biasanya dilambangkan dengan lafaz ،‫ ﺣﺪﺛﲏ‬،‫ﲰﻌﺖ‬
‫ أﺧﱪﻧﺎ‬،‫ أﺧﱪﱐ‬،‫ﺣﺪﺛﻨﺎ‬
14
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2013), 168

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

ِ
‫ﺖ‬
ُ ‫َﲰ ْﻌ‬

diatas pada umumnya menggunakan lambang ungkapan:

(aku mendengar),

ِ ْ ‫ أ‬/ ‫( َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ‬memberitakan
‫َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ‬
ْ ‫ أ‬/‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ‬/ ‫ﱐ‬
ْ ‫َﺧﺒَـَﺮ‬
ْ

kepadaku/kami), ‫ﻓُﻼَﻧًﺎ‬

‫ﺖ‬
ُ ْ‫( َرأَﻳ‬aku melihat fulan).

2) Pertemuan secara hukum (hukmi) yakni seseorang meriwayatkan
hadis dari seseorang yang hidup semasanya dengan ungkapan kata
yang mungkin mendengar atau mungkin melihat. Misalnya:

‫ ﻓُﻼَ ٌن‬/ ‫ َﻋ ْﻦ ﻓُﻼَ ٍن‬/ ‫ﺎل ﻓُﻼَ ٌن‬
َ َ‫ﻗ‬

‫ﻓَـ َﻌ َﻞ‬

( si Fulan…/dari si Fulan/si Fulan

melakukan seperti ini.15
Para

ahli

hadis

menjelaskan

beberapa

langkah

untuk

mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad seperti penjelasan
berikut:
1) Mencatat semua nawa perawi dalam sanad yang diteliti.
2) Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
3) Mempelajari s}i>ghat tah}ammul wa al-ada>’, yakni bentuk lafaz
ketika menerima atau mengajarkan hadis.16
4) Meneliti guru dan murid.17
Suatu sanad bisa dikatakan muttas}il (bersambung) apabila:
15

Ibid.,
Agus Sholahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
143.
17
M. Abdurrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 14.

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

1) Seluruh rawi dalam sanad tersebut berstatus thiqah (‘a>dil dan
d}a>bit})
2) Antara masing-masing rawi dan rawi terdekat sebelumnya dalam
sanad tersebut telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah
menurut ketentuan.
Maksud dari penjelasan diatas adalah ketersambungan atau
tidaknya para rawi bisa diketahui dengan 2 teknik, yaitu:
1) Harus mengetahui bahwa orang yang diterima periwayatannya
wafat sebelum atau sesudah perawi berusia dewasa. Untuk
mengetahuinya, maka harus mengetahui biografinya terlebih
dahulu melalui kitab rija>l al-h}adi>th atau tawa>ri>kh al-ruwah
terutama dari tahun wafat dan lahirnya.
2) Kemudian harus diketahui pula keterangan imam hadis tentang
bertemu atau tidaknya seorang perawi, mendengar atau tidak
mendengar, melihat orang yang menyampaikan riwayat atau tidak
melihat karena keterangan tersebut akan menjadi saksi kuat untuk
memperjelas keberadaan sanad.18
b. Keadilan para perawi (‘Adalah Ar-Ruwah)
Adil dalam bahasa artinya seimbang atau meletakkan sesuatu
pada tempatnya, lawan dari zalim. Dalam istilah periwayatan, orang
yang adil adalah:

ِ‫ﻣ ِﻦ اﺳﺘـ َﻘﺎم ِدﻳـﻨُﻪ وﺣﺴﻦ ﺧﻠُ ُﻘﻪ وﺳﻠِﻢ ِﻣﻦ اﻟْ ِﻔﺴ ِﻖ وﺧﻮا ِرِم اﻟْﻤﺮوءة‬
َ ُْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ
18

Khon, Ulumul Hadis…, 169.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

“Adil artinya orang yang konsisten (istiqamah) dalam beragama, baik
akhlaqnya, tidak fasik dan tidak melakukan cacat muru’ah”

Istiqamah dalam beragama artinya orang tersebut konsisten
dalam beragama, menjalankan segala perintah dan menjauhkan segala
dosa yang menyebabkan kefasikan. Fasik artinya tidak patuh beragama
(al-Khuruj

‘an

ath-Tha’ah),

mempermudah

dosa

besar

atau

melanggengkan dosa kecil. Adapun menjaga muru’ah artinya menjaga
kehormatan sebagai seorang perawi, menjalankan segala adab dan
akhlak yang terpuji dan menjauhi sifat-sifat yang tercela menurut
umum dan tradisi.19
Keadilan seorang perawi, menurut Ibnu Al-Sam’any harus
memenuhi empat syarat, sebagai berikut:
1) Selalu memelihara perbuatan taat dan menjauhi perbuatan maksiat.
2) Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan
santun.
3) Tidak

melakukan

perkara-perkara

mubah

yang

dapat

menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan.
4) Tidak mengikuti pendapat salah satu mazhab yang bertentangan
dengan syara’.
Penjelasan diatas dapat mencakup pengertian bahwa dalam
sifat adil terdapat beberapa unsur, sebagai berikut:
1) Para rawi harus islam. Riwayat yang datangnya dari orang kafir
tidak diterima karena dianggap tidak dipercaya. Syuhudi Ismail
19

Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

memberikan penjelasan bahwa dalam syarat islam ini bahwa hanya
berlaku bagi orang yang meriwayatkan dan tidak disyaratkan islam
bagi orang yang menerima riwayat. Tidak masalah jika rawi
tersebut belum beragama islam ketika menerima riwayat asalkan
islam ketika menyampaikan riwayat.20
2) Mukallaf. Menurut pendapat al-asahh periwayatan anak yang
belum dewasa tidak bisa diterima karena belum terjamin dari
kedustaan. Demikian pula halnya periwayatan orang gila.21 Syarat
mukallaf hanya berlaku bagi orang yang meriwayatkan sedangkan
penerima tidak wajib mukallaf tetapi harus mumayyiz asalkan
ketika menyampaikan riwayat harus sudah mukallaf.22
3) Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang fasiq dan
sebab-sebab yang dapat mencacatkan kepribadian seseorang.
Seorang periwayat hadis tidak boleh melakukan hal-hal yang
melanggar peraturan agama dan kebiasaan (adat istiadat yang
berlaku).
Dalam menilai keadilan tidak mengharuskan peneliti mengetahui
secara langsung. Hal ini akan menjadi sulit kecuali bagi orang yang hidup
sezaman dengan para rawi. Oleh karenanya, peran ulama kritikus menjadi

20

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1988),
113-118.
21
Rahman, Ikhtisar Must}alahul…, 120.
22
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

sangat penting.23 Dalam menilai keadilan seorang periwayat, cukup
dilakukan dengan salah satu teknik, sebagai berikut:
1) Keterangan seorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa
seseorang itu bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam
kitab-kitab al-jarh} wa al-ta’dil.
2) Ketenaran seseorang bahwa ia bersifat adil, seperti imam empat,
yaitu: Hanafi, Maliki, Al-Syafi’i dan Hanbali.24
c. Para perawi bersifat d}a>bit} (d}a>bt} Al-ruwah)
D{a>bit}

berasal dari kata d{abat}a artinya kuat. Dalam

terminologi ilmu hadis, terdapat berbagai rumusan definisi d}a>bit yang
dimajukan oleh para ulama. Di antaranya dikemukakan oleh al-Sarkhasi25
bahwa d}a>bt}

mengandung makna sebagai tingkat kemampuan dan

kesempurnaan intelektualitas seseorang dalam proses penerimaan hadis,
mampu memahami secara mendalam makna yang dikandungnya, menjaga
dan menghafalnya semaksimal mungkin hingga pada waktu penyebaran
dan periwayatan hadis yang didengarnya tersebut kepada orang lain, yakni
hingga proses penyampaian hadis tersebut kepada orang lain (ada’ alhadis). 26
Dengan demikian dituntut adanya konsistensi mulai dari proses
tahammul hingga proses ada’-nya. Artinya bahwa hadis yang disebarkan
23

Khon, Ulumul Hadis…, 170.
At-T{ah}a>n, Taisir Must}a>lah…, 121-122.
25
Nama lengkap al-Sarkhasi> adalah Muh}ammad bin Ah}mad bin Sahal Abu> Bakar,
yang kemudian terkenal dengan sebutan al-Sarkhasi> (w. 483 H). Dia adalah seorang
ulama dari kalangan Ah}naf, seorang Mujtahid, ulama Ushu>l dari Sharkhas dari masa
kekuasaan Ibn Kemal Pasha.
26
Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu H{adis (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 117
24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

itu sama persis namun tidak harus secara redaksional dengan hadis yang
diterimanya dahulu. ‘Ajjaj al-Khatib menyajikan formulasi d}a>bt} ini
sebagai intensitas intelektual seorang rawi tatkala menerima hadis dan
memahaminya sebagaimana yang didengarnya, selalu menjaganya hingga
saat

periwayatannya,

yakni

haf