Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku) T2 912011024 BAB II

BAB II
KIBLAT TEORITIS

2.1 Konsep-konsep Yang Dipilih Dan Defenisi
Konsep
2.1.1 Sistem Pengendalian Manajemen
Merchant & Van der Stede (2007) mengartikan
sistem pengendalian manajemen menyangkut semua
perangkat atau sistem yang digunakan manajer untuk
memastikan

bahwa

perilaku

dan

keputusan

karyawannya konsisten dengan tujuan dan strategi
organisasi. Fungsi utama dari sistem pengendalian

manajemen adalah mempengaruhi perilaku karyawan
dengan cara yang diinginkan. Sedangkan manfaat yang
dapat dihasilkan adalah memungkinkan tercapainya
tujuan organisasi.
Sistem pengendalian manajemen dilakukan oleh
perusahaan karena tiga hal utama yang dikemukakan
oleh Merchant & Van der Stede (2007) yaitu lack of
direction,

motivational

problems,

dan

personal

limitations. Lack of direction menunjukkan bahwa salah
satu alasan rendahnya kinerja organisasi diakibatkan
karyawan


tidak

mengetahui

apa

yang

diinginkan

organisasi dari mereka. Dalam kaitan itu, maka salah
satu

fungsi

dari

sistem


pengendalian

manajemen

adalah

menginformasikan

keterlibatan

tentang

bagaimana

dapat

mereka

karyawan


memaksimalkan

kontribusi untuk pemenuhan tujuan organisasi.
Motivational problems umumnya disebabkan oleh
ketidaksesuaiannya

tujuan

individu

dan

tujuan

organisasi secara alami karena adanya self-interest.
Oleh karena itu, sistem pengendalian manajemen
bukan

hanya


berfokus

untuk

menghindari

atau

mengurangi perilaku “negatif”, tetapi juga memotivasi
perilaku

“positif”,

yaitu

bagaimana

mendorong

karyawan agar konsisten bekerja kerasdemi mencapai

tujuan organisasi. Personal limitations terjadi karena
karyawan mengetahui apa yang diharapkan organisasi
dari mereka, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk
berkinerja secara baik, hanya saja mereka tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan baik karena keterbatasan
pribadi. Karyawan tidak memiliki pengetahuan atau
informasi

yang

memadai

untuk

melakukan

yang

terbaik bagi pekerjaannya. Oleh karena itu, Merchant
dan Van der Stede (2007) berpendapat bahwa sistem

pengendalian manajemen memiliki tiga fungsi kontrol
yakni results controls, action controls, people/culture
controls.

2.1.1.1. Results Controls
Merchant

dan

Van

der

Stede

(2007)

mengemukakan bahwa results controls adalah tipe
kontrol yang dilakukan dengan memberikan bayaran
untuk kinerja terbaik yang dihasilkan oleh karyawan.

Kontrol ini menghendaki organisasi untuk memberikan
rewards kepada karyawan yang menghasilkan hasil
terbaik

sesuai

dengan

tujuan

organisasi.Results

controlsjuga merupakan jenis kontrol pencegahan yang
dapat mengatasi setiap kategori utama dari control
problems.

Kontrol

ini


menginformasikan

kepada

karyawan apa yang diharapkan dari mereka dan
mendorong mereka melakukan apa yang mereka bisa
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Results
controls sangat potensial untuk mengatasi lack of
direction, karena kontrol ini selalu menjanjikan high
rewardsdemi

kinerja

yang

memungkinkan perusahaan

terbaik.

Hal


ini

menjadi terbantu untuk

menarik dan mempertahankan karyawan yang percaya
diri akan kemampuan mereka. Di samping itu, kontrol
ini juga dapat mendorong seluruh karyawan mengatasi
keterbatasan

mereka

danmengembangkan

bakat

mereka dalam memposisikan diri untuk mendapatkan
hasil berdasarkan rewards.

Results controls menolong manajer menjawab

pertanyaan tentang berbagai macam strategi, entitas
organisasi, dan kinerja karyawan. Jika kinerja tidak
memenuhi

harapan

maka

manajer

dapat

mempertimbangkan perubahan strategi, manajer, atau
proses

operasional.

memerlukan

Implementasi

empat

langkah:

results

(1)

controls

mendefenisikan

dimensi-dimensi yang mana hasil yang diinginkan atau
tidak

diinginkan

seperti

profitabilitas,

kepuasan

pelanggan atau cacat produk; (2) mengukur kinerja
berdasarkan dimensi ini; (3) pengaturan target kinerja
untuk

karyawan

upayakan;

dan

(4)

memberikan

penghargaan untuk mendorong perilaku yang dapat
mengarah pada hasil yang diinginkan. Results controls
tidak selalu efektif untuk semua kondisi. Kontrol ini
akan menjadi efektif jika organisasi dapat menentukan
apa hasil yang diinginkan pada area yang dikontrol;
kemampuan

untuk

mempengaruhi

hasil

yang

diinginkan (controllability); serta kemampuan untuk
mengukur pengendalian hasil secara efektif.
Results controls juga merupakan bagian yang
sangat penting dalam mengatasi motivational problems.
Bahkan tanpa pengawasan yang ketat atau intervensi
dari manajer, kontrol ini dapat mendorong karyawan
untuk berperilaku dalam memaksimalkan kesempatan
agar menghasilkan hasil yang diinginkan organisasi.

2.1.1.2. Action Controls
Action controls adalah bentuk langsung dari
kontrol manajemen karena melibatkan pengambilan
langkah-langkah untuk memastikan bahwa karyawan
bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi
dengan menjadikan tindakan mereka sendiri sebagai
fokus kontrol. Action controls mengambil empat bentuk
dasar: behavior constraints, preaction reviews, action
accountability, dan redundancy.
Behavior constraints merupakan bentuk negatif
dari action controls. Mereka membuatnya menjadi tidak
mungkin, atau sedikit lebih sulit, bagi karyawan untuk
melakukan
Kendala

hal-hal

dapat

yang

tidak

diterapkan

boleh

secara

dilakukan.

fisik

maupun

administratif.Sebagian besar perusahaan menggunakan
kendala

fisik

seperti

kunci

di

meja,

password

komputer, dan keterbatasan akses ke daerah-daerah
dimana persediaan yang berharga dan informasi yang
sensitif

disimpan.

Kendala

untuk

memberikan

administrasi

batasan

pada

dilakukan

kemampuan

karyawan dalam melakukan semua atau sebagian dari
tindakan tertentu, seperti pembatasan dalam otoritas
pengambilan keputusan. Tindakan ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko dimana karyawan yang tidak
terlatih

atau

kurang

informasi

akan

membuat

kesalahan

utama.

Bentuk

umum

dari

kontrol

administratif umumnya disebut sebagai pemisahan
tugas, yang dilakukan untuk tugas-tugas yang sensitif,
sehingga dibuatnya sedikit sulit untuk dilakukan
hanya oleh satu orang.
Preaction reviews melibatkan pengawasan dari
rencana aksi karyawan yang dikontrol. Reviewer dapat
menyetujui atau menolak tindakan yang diusulkan,
meminta modifikasi, atau meminta rencana yang lebih
baik sebelum memberikan persetujuan akhir. Bentuk
umum dari preaction reviews berlangsung selama
proses perencanaan dan penganggaran, yang ditandai
dengan berbagai bentuk reviews atas rencana aksi dan
anggaran pada tingkat organisasi secara berturut-turut.
Action

accountability

melibatkan

penanggung-

jawab karyawan yang bertanggung-jawab atas aksi
yang mereka ambil. Pelaksanaan bentuk kontrol ini
membutuhkan: (1) Penentuan tindakan apa yang dapat
diterima

dan

tidak

dapat

diterima;

(2)

mengkomunikasikan defenisinya kepada karyawan; (3)
mengamati atau melacak apa yang terjadi; dan (4)
memberikan

penghargaan

bagi

memberikan

hukuman

atas

good

action

tindakan

atau
yang

menyimpang. Tindakan yang dimandatkan kepada
karyawan penanggung jawab dapat dikomunikasikan

secara administratif maupun secara sosial. Secara
administratif dilakukan melalui penggunaan aturan
kerja, kebijakan dan prosedur, ketentuan kontrak, dan
kode etik perusahaan. Komunikasi menjadi hal yang
sangat penting dalam efektifitas action accountability.
Bukan hanya komunikasi dengan diri sendiri tetapi
juga individu terkait harus memahami apa yang
dibutuhkan dan merasa cukup yakin bahwa, tindakan
mereka akan diperhatikan dan dihargai atau dihukum
dengan beberapa cara yang sesuai. Action accountability
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pembeli
misteri, penyediaan kritik layanan, memeriksa laporan
kegiatan atau dokumentasi biaya.
Redudancy melibatkan penugasan kepada lebih
banyak karyawan atau mesin untuk tugas yang sangat
diperlukan atau juga memiliki karyawan cadangan
yang tersedia, sehingga dapat dianggap pula sebagai
tindakan

kontrol

karena

kemungkinan

bahwa

memuaskan.

Berikut

ini

dapat

meningkatkan

tugas

akan

dicapai

disajikan

tabel

dan
yang

menggambarkan bentuk masalah dan penanganannya
dengan menggunakan jenis tindakan kontrol.

Tabel 2.1 Control problems dan jenis kontrol
Control Problems
Type of
Action
Lack of Motivation Personal
Control
direction problems
limitations
Behavioral
x
constraints

Prevention

Kuncinya pada
aset berharga
dan
pemisahan
tugas
Preaction
Review
x
x
x
Reviews
persetujuan
pengeluaran
anggaran.
Action
x
x
x
Kebijakan
Accountabil
yang
telah
ity
ditetapkan
sebelumnya
tentang
rewards
dan
punishments.
Redudancy
x
x
Menetapkan
beberapa
orang
untuk
tugas penting.
Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text
and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 30, 31.

2.1.1.3. People/Culture Controls
People controls membangun kecenderungan alami
karyawan untuk mengontrol dan atau memotivasi
mereka sendiri. Kontrol ini membantu memastikan
bahwa setiap karyawan memahami apa yang organisasi
inginkan, mampu melakukan pekerjaan dengan baik,
memiliki semua kemampuan (pengalaman, kecerdasan)
dan sumber daya (informasi dan waktu) yang dilakukan

untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Beberapa
people controls meningkatkan kemungkinan bahwa
setiap karyawan akan terlibat dalam pemantauan diri.
Dalam hal ini self-monitoring menjadi hal yang
penting

untuk

mendorong

mereka

melakukan

pekerjaan dengan baik dan benar, serta bertanggung
jawab untuk kesuksesan organisasi. Terdapat tiga
metode utama untuk melaksanakan people controls
yaitu melalui (1) seleksi dan penempatan karyawan, (2)
pelatihan, (3) desain pekerjaan dan penyediaan sumber
daya yang diperlukan.
Seleksi dan penempatan karyawan merupakan
hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan ketika kita
menemukan

orang

yang

tepat

untuk

melakukan

pekejaan tertentu dan memberikan mereka lingkungan
kerja yang baik dan sumber daya yang diperlukan akan
meningkatkan kemungkinan bahwa pekerjaan akan
dilakukan dengan benar. Berbagai macam kriteria
ditetapkan

disini

seperti

pendidikan,

pengalaman,

kesuksesan masa lalu, kepribadian dan ketrampilan
sosial. Pelatihan dapat memberikan informasi yang
berguna

tentang

tindakan

apa,

atau

hasil

yang

diingiinkan, dan bagaimana melakukan yang terbaik
untuk tugas yang diberikan. Hal ini dapat memotivasi
karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik
dan profesional. Desain pekerjaan dan sumber daya
yang diperlukan akan membantu karyawan untuk
bekerja dengan baik dan tepat sesuai skill yang dimiliki.
Culture controls

dirancang untuk mendorong

adanya saling pemantauan, dan sebagai bentuk kuat
dari group pressure pada individu yang menyimpang
dari norma-norma kelompok. Budaya organisasi relatif
tetap dari waktu ke waktu. Norma budaya terwadahi
dalam aturan tertulis dan tidak tertulis yang mengatur
perilaku karyawan. Manajer mencoba untuk membuat
dan membentuk budaya organisasi dalam banyak hal,
baik

dalam

kata

dan

teladan.

Kode

etik

dan

penghargaan kelompok adalah salah satu metode
pembentuk budaya yang paling penting dan sangat
mempengaruhi culture controls. Pendekatan lain yakni
transfer intraorganisasi (rotasi karyawan), pengaturan
fisik dan sosial, serta tone at the top. Control problems
ditangani dengan berbagai cara yang mempengaruhi
personel/culture controls yang dijelaskan dalam tabel
2.2 berikut.

Tabel 2.2Control problems dan cara mempengaruhinya
Lack of
Motivation
Personal
direction
problems
limitations
Cara
mempengaruhi
personel control
Seleksi dan penempatan
x
x
x
Training
x
x
x
Desain
kerja
dan
penyediaan sumber daya
x
yang diperlukan
Cara
mempengaruhi
culture control
Kode etik
x
x
Penghargaan kelompok
x
x
x
Transfer intraoganisasi
x
x
(rotasi karyawan)
Pengaturan fisik
x
Tone a the top
x
Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text
and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 130.

Personel dan culture controls memperlihatkan
bahwa shared nilai-nilai organisasi menjadi alat yang
sangat penting untuk memastikan bahwa setiap orang
melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.

2.1.2.

Sistem

Pengendalian

Manajemen

pada

Organisasi Non-profit
Sistem pengendalian manajemen pada organisasi
non-profit oleh Merchant & Van der Stede (2007) dinilai
lemah. Hal ini dikarenakan organisasi-organisasi nonprofit

memiliki

karakteristik-karakteristik

tersendiri

yang membuat sistem pengendalian manajemennya
menjadi sulit.

Karakteristik

yang

pertama

nampak

pada

ketidakjelasan sasaran atau tujuan organisasi. Hal ini
disebabkan

banyak

kepentingan

dengan

konstituen
organisasi

yang

memiliki

non-profit,

tujuan

mereka, dan kinerjanya. Menyelesaikan konflik-konflik
dan perbedaan persepsi membutuhkan mekanisme
pengambilan
mengenai

keputusan

apa

bagaimana

tujuan

khusus.
yang

timbal-balik

Tanpa

harus

diantara

kejelasan

dicapai,
mereka

dan
akan

membuat organisasi menjadi sulit, dan bukan tidak
mungkin untuk menilai seberapa baik sistem kontrol
organisasi.
Karakteristik yang kedua yaitu organisasi nonprofit mengalami kesulitan dalam pengukuran kinerja.
Tujuan-tujuan organisasi untuk menyedikan kualitas
layanan tidaklah dapat diukur dengan keberhasilan
keuangan. Tanpa seperangkat kecil indikator kinerja
kuantitatif, tugas manajemen dan manajemen kontrol
menjadi sangat rumit untuk: (1) mengukur kinerja
organisasi di bawah terang keseluruhan tujuan, dan
dengan demikian digunaan results controls(termasuk
insentif

berbasis

kinerja)

bahkan

pada

tingkat

organisasi yang luas. (2) menganalisis manfaat dari
alternatif

investasi

atau

program

action.

(3)

mendesentralisasi organisasi dan manajer penanggung
jawab untuk kinerja bidang khusus yang berhubungan

tepat

dengan

keseluruhan

tujuan

organisasi.

(4)

menganalisis kinerja sub unit yang melakukan kegiatan
berbeda. Organisasi non-profit tidak mampu untuk
melakukan pekerjaan dengan efektif karena mereka
tidak memiliki ukuran kinerja yang mereka butuhkan
untuk menilai kesehatan organisasi dan menandai
potensi masalah.
Karakteristik ketiga adalah dari segi akuntansi,
laporan keuangan organisasi non-profit bervariasi baik
dalam bentuk maupun isi. Standar akuntansi individu
yang digunakan oleh organisasi ini untuk operasi
transaksi juga memiliki catatan historis yang berbeda
dari

yang

digunakan

dalam

organisasi

profit.

Kebanyakan para ahli menyimpulkan bahwa prinsip
akuntansi yang digunakan dalam organisasi non-profit
harus identik dengan yang digunakan dalam organisasi
profit dengan satu pengecualian, dibutuhkan rekening
terpisah yang dinamakan dana, untuk memisahkan
operasi transaksi dari kontribusi transaksi modal.
Organisasi non-profit memperoleh sumber daya
dari sumbangan yang diberikan kepada organisasi.
Istilah

sumbangan

memberikan

pembatasan

bagi

penggunaan sumber daya untuk tujuan tertentu, jenis
tertentu

dari

pengeluaran

(contohnya

uang

pembangunan), atau suatu periode waktu tertentu.

Sumbangan

berasal

dari

permintaan

manajer

organisasi atau pemberian sukarela stakeholder.
Setiap organisasi non-profit juga memiliki dana
umum yang digunakan untuk menjelaskan semua
transaksi opersional dan sumberdaya tidak termasuk
dalam pembatasan dana apapun. Laporan aktifitas
adalah cukup informatif, karena jika sumber arus
masuk terjadi terus menerus kurang dari sumber daya
arus keluar, organisasi tidak akan bertahan, dan
sebaliknya jika arus masuk melebihi arus keluar
dengan margin yang besar adalah tidak diinginkan.
Karakteristik

keempat

berhubungan

dengan

pengawasan eksternal yang berasal dari para donator,
lembaga

pemerintah,

alumni,

dan

masyarakat

dikarenakan organisasi non-profit memperoleh dana
dari

mereka

sehingga

laporan

kinerja

membantu

memberikan informasi berharga yang membantu pihak
eksternal membuat pilihan informasi terkait dengan
pelayanan yang akan dinikmati. Kadang-kadang pihak
eksternal membawa tekanan politik yang tinggi pada
organisasi yang dianggap tidak berkinerja dengan tepat,
sumbangan dapat ditahan, serta manajer dan direksi
dapat dipaksa keluar.
Hal yang lain adalah susunan dewan pada
organisasi ini memiliki banyak devisi, yang dipilih

untuk alasan yang tidak memenuhi syarat mereka
untuk

melakukan

pengawasan

organisasi

secara

optimal. Kebanyakan anggota dewan direksi dibayar
sedikit

atau

mereka,

tidak

sama

sehingga

sekali

mereka

untuk

akan

pelayanan

lebih

mudah

mengalihkan perhatiannya dari tugas-tugas mereka.
Tata kelola yang efektif dari pimpinan organisasi nonprofit adalah suatu tindakan yang jarang terjadi dan
tidak

wajar.

organisasi

Ketika

gagal,

pengawasan

tekanan

secara

kepada

internal

langsung

lebih

cenderung datang dari pihak eksternal. Pengawasan
internal

kadang-kadang

mempengaruhi

proses

pengambilan keputusan karena pihak eksternal harus
didengar

dan

keprihatinan

mereka

harus

diakomodasikan.
Karakteristik yang kelima adalah organisasi nonprofit harus mematuhi undang-undang khusus, dan
kondisi pendapatan tergantung pada sumbangan dan
hibah,

keterbukaan,

pengawasan

peraturan

yang

berlaku, serta undang-undang mengenai kompensasi
dari

eksekutif

dan

karyawan

mereka.

Kepatuhan

kepada kendala hukum secara otomatis menuntut
penggunaan action controls dan hal ini meningkatkan
biaya kontrol.

Keenam,

karakteristik

karyawan

positif

dan

implikasi kontrol negatif. Hal ini berdampak pada paket
kompensasi yang tidak kompetitif dan berpengaruh
menyebabkan masalah kontrol jika kualitas karyawan
berkurang

seperti

keterbatasan

pribadi.

Banyak

organisasi non-profit sering menarik karyawan dengan
komitmen yang tinggi untuk tujuan organisasi mereka.
Komitmen yang tinggi menimbulkan masalah lack of
direction dan motivational problems. Kontrol mudah
dicapai melalui kontrol personil atau sarana budaya.
Ketujuh,

dalam

hal

penyediaan

layanan,

kebanyakan bukan produk nyata (tangible) sehingga
tidak dapat diukur secara visual.
2.1.3.ImplementasiSistem Pengendalian
Manajemen
Merchant & Van der Stede (2007) mengemukakan
bahwa dalam merancang dan memperbaiki sistem
pengendalian

manajemen

maka

terdapat

dua

pertanyaan dasar yang menjadi syarat yaitu apa yang
diinginkan dan apa yang kemungkinan terjadi? Jika
apa yang mungkin terjadi berbeda dengan apa yang
diinginkan maka manajer selanjutnya harus mengikuti
dua

desain

manajemen

pertanyaan
berikut:

sistem

kontrol

apa

pengendalian
yang

harus

digunakan? dan bagaimana masing-masing kontrol
harus diterapkan secara ketat.
Sistem pengendalian manajemen tidak dapat
dirancang atau dievaluasi tanpa memahami tentang
kebutuhan dari peran yang dikendalikan yaitu apa
yang

organisasi

inginkan

untuk

dilakukan

karyawannya (Burgelman, 2002). Pemahaman tentang
apa yang diinginkan adalah yang paling berharga jika
didefenisikan dalam hal tindakan yang diinginkan,
karena tujuan dari sistem pengendalian manajemen
adalah untuk mempengaruhi tindakan. Mengetahui
tentang apa yang diinginkan sangat berguna untuk
tujuan pengendalian manajemen jika hal ini dapat
diterjemahkan

ke

dalam

pengetahuan

kebutuhan

spesifik mengenai peran karyawan dalam organisasi.
Hal ini dapat dilakukan sebagai bagian dari proses
perencanaan
menentukan

dan

penganggaran

tentang

peran

organisasi

dalam

hal,

baik

yang
itu

tindakan yang harus dilakukan maupun hasil yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam peran
tersebut. Namun kontrol juga dapat dilakukan dengan
memahami

beberapa

hasil

karakteristik personal/budaya.

yang

diharapkan

atau

2.1.3.1. Memahami aksi atau hasil yang diinginkan
Memahami aksi dan hasil yang diingikan dapat
dilakukan dengan beberapa cara berikut. Pertama,
mengidentifikasi aksi-aksi kunci yang harus dilakukan
dalam

rangka

memberikan

kemungkinan

terbesar

untuk sukses. Key results yang dipahami sebagai
bidang kunci yang dilihat dan dipikirkan “harus
berjalan dengan baik” untuk kesuksesan bisnis. Jika
hasil pada bidang ini tidak memadai maka kinerja
organisasi pada periode itu akan kurang dari yang
diinginkan. Key results dapat saja stabil maupun tidak,
tetapi harus dievaluasi kembali, dan disesuaikan jika
terjadi perubahan kondisi lingkungan atau perubahan
strategi yang dipilih. Tindakan ini dapat dilakukan
dalam proses perencanaan.
2.1.3.2. Memahami Kemungkinan Aksi atau Hasil
Memahami kemungkinan aksi atau hasil dapat
dilakukan dengan menyelidiki potensi untuk masingmasing control problem, dengan cara bertanya apakah
karyawan memahami apa yang diinginkan organisasi
untuk mereka lakukan (key action), dan bagaimana
mencapai hasil yang diharapkan. Apakah mereka
benar-benar termotivasi dan apakah mereka dapat
memenuhi peran yang dibutuhkan dari mereka. Jika
aksi atau hasil berbeda dari kunci aksi/ hasil, maka

sistem pengendalian manajemen dapat digunakan.
Berbagai

jenis

kontrol

tidak

sama

efektif

untuk

mengatasi masing-masing manajemen control problems.
Tabel 2.3 akan menjelaskan tentang control problem dan tipe
pengontrolannya.
Type of Controls
Results Controls
Results Accountability
Actions Controls
Behavioral constraints
Preaction Reviews
Action Accountability
Redudancy

Control Problems
Lack of Motivation Personal
direction problems
limitations
x

x

x
x

x
x
x
x

x
x
x

Selection & Placement

x

x

x

Training

x

Personel/Culture Controls

Penyediaan sumber daya
yang diperlukan
Penciptaan
budaya
organisasi yang kuat
Penghargaan kelompok

x
x

x

x

x

x

Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text
and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 253.

a.

Keuntungan dan kelemahan results controls
Keuntungan menggunakan results control adalah

perilaku karyawan dapat dipengaruhi bahkan ketika
mereka diberikan hak otonomi. Result kontrol dapat
memberikan on-the-job-training yang memungkinkan
karyawan belajar melakukan sesuatu dengan membuat
kesalahan. Results controls relatif murah, karena biaya

tambahannya

relatif

kecil.

Sedangkan

kelemahan

menggunakan kontrol ini adalah hasil pengukuran
biasanya

kurang

menyediakan

petunjuk-petunjuk

mengenai hasil-hasil yang baik apa saja yang telah
diambil karena pengukuran gagal memenuhi satu atau
lebih

kualitas

pengukuran

yang

baik

seperti

kesesuaian, ketepatan, objektivitas, ketepatan waktu,
atau dapat lebih mudah dimengerti. Ketika hasil
dipengaruhi oleh faktor lain di luar keterampilan dan
upaya karyawan, biasanya results controls bergeser dari
owners kepada karyawan. Hal ini selalu menimbulkan
masalah bagi karyawan sebab sebagian besar karyawan
menolak resiko. Di samping itu, Epstein & Manzoni
(2006) mengemukakan bahwa target kinerja telah
ditetapkan, sehingga harus diperkirakan dengan tepat
dan tidak ada over komitmen terhadap sumber daya
yang berlangsung. Padahal sangat jelas bahwa satu
seperangkat rencana tidak dapat melayani dua tujuan
dengan efektivitas yang sama, sehingga satu tujuan
atau bahkan keduanya harus dikorbankan jika results
controls digunakan.
b.

Keuntungan dan kelemahan action controls
Keuntungan menggunakan action controls adalah

kontrol ini berhubungan langsung dengan aksi yang
dilaksanakan; cenderung mengarah pada dokumentasi

akumulasi pengetahuan tentang mana yang terbaik
untuk

dipahami

karyawan;

action

controls

dalam

bentuk kebijakan dan prosedur merupakan cara yang
efisien

untuk

membantu

koordinasi

organisasi

(Mintzberg, 1992).
Kelemahan menggunakan action controls adalah
kemungkinan keterbatasannya parah, karena terbatas
pada

pekerjaan

rutin;

kontrol

ini

sangat

sering

mencegah kreatifitas, inovasi, dan adaptasi sehingga
karyawan sering menjadi pasif; tindakan kontrol dapat
menimbulkan sikap yang negatif karena karyawan
merasa diawasi sehingga menjadi terbeban dan bahkan
ada

yang

keluar;

selain

itu

preaction

reviews

menyebabkan biaya yang tinggi.
c.

Kontrol personil/budaya sebagai pertimbangan
awal
Dalam menentukan alternatif kontrol yang akan

digunakan,

maka

manajer

mempertimbangkan
akan

memadai?

Hal

harus

mulai

dengan

apakah people/culture controls
ini

dikarenakan

kontrol

ini

memiliki efek samping yang sedikit dan biaya yang
dikeluarkan pun relatif rendah.
People/culture controls yang dilakukan pada awal
memungkinkan

manajer

untuk

mempertimbangkan

bentuk-bentuk dari sistem pengendalian manajemen
yang dapat diandalkan dan menilai seberapa agresif
penggunaan

bentuk-bentuk

kontrol

yang

lain.

People/culture controls cukup memadai hanya dapat
terjadi

apabila

karyawan

memahami

apa

yang

diperlukan dari peran khusus mereka, kemampuan
bekerja dengan baik, didukung oleh struktur dan
sistem organisasi yang diperlukan, serta termotivasi
untuk berkinerja dengan baik tanpa tambahan bantuan
yang disediakan oleh organisasi. Namun harus disadari
bahwa people/culture controls tidak cukup memadai
karena itu harus dilengkapi dengan kontrol lainnya.
2.1.3.3. Keputusan kedua: Pilihan kontrol yang
ketat
Keputusan mengenai apakah kontrol harus ketat
atau longgar dalam organisasi atau suatu area tertentu
dalam organisasi bergantung pada jawaban atas apa
manfaat yang potensial dari kontrol yang ketat, berapa
biaya yang diperlukan, dan apakah ada kemungkinan
efek

samping

yang

mengemukakan

membahayakan.

bahwa

dalam

Book

setiap

(1996)

organisasi,

pengontrolan yang ketat paling menguntungkan atas
area

yang

paling

penting

untuk

keberhasilan

organisasi. Faktor penentu keberhasilan di setiap
organisasi sangat bervariasi. Peters & Waterman (1982)
mengamati bahwa sejumlah perusahaan yang sangat

baik menggunakan kontrol ketat dan longgar secara
simultan.

Mereka

mengamati

bahwa

sistem

pengendalian manajemen yang dianggap longggar dapat
memungkinkandanmendorong otonomi,kewirausahaan,
dan inovasi. Tapi sistem pengendalian manajemen yang
sama pun bisa disebut ketat karena orang-orang di
dalam perusahaan membagikan seperangkat nilai-nilai
yang kaku. Dengan kata lain sistem pengendalian
manajemen dapat dikatakan ketat pada tujuan, dan
nilai-nilai inti tapi longgar pada prosedur.
Sistem

pengendalian

harusberadaptasi

dengan

manajemen

perubahan

juga

lingkungan.

Disamping itu manajer juga tetap fokus pada orangorang yang terlibat, karena respon mereka yang akan
menentukan

keberhasilan

atau

kegagalan

sistem

pengendalian manajemen. Manfaat kontrol manajemen
hanya dapat dirasakan dari pengaruhnya terhadap
perilaku.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku) T2 912011024 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku) T2 912011024 BAB IV

0 1 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku) T2 912011024 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Manajemen (Preliminary StudypadaGerejaProtestan Maluku)

0 0 33

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Kehadiran Pariwisata terhadap Perkembangan Usaha Akomodasi di Banda Neiraabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku T2 BAB II

0 2 18

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB IV

3 5 46

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB II

0 1 35

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB I

0 1 12

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB II

0 3 18