BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK FAMILY THERAPY UNTUK MEMBANGUN TRUST DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN GUNUNG ANYAR KELURAHAN GUNUNG GEDANGAN KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO.

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK FAMILY THERAPY UNTUK MEMBANGUN TRUST DALAM KELUARGA DI

LINGKUNGAN GUNUNG ANYAR KELURAHAN GUNUNG GEDANGAN KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

Rutik Siti Yuniarti NIM. B03212045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rutik Siti Yuniarti (B03212045), Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Family Therapi Untuk Membangun Trust Dalam Keluarga Di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy Untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto? (2) Bagaimana hasil akhir proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy Untuk Membangun

Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung

Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif komparatif. Dalam penelitian ini berlatar belakang pada permasalahan keluarga yang ditimbul karena seringnya terjadi pertengkaran sehingga trust didalam keluarga mulai memudar dan rentan terhadap permasalahan yang sering muncul.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, proses konseling yang dilakukan menggunakan teknik Family Therapy. Dengan pendekatan ini klien diharapkan dapat membangun kembali kepercayaan (trust) dalam diri masing-masing tiap anggota keluarga. Hasil akhir dari proses Bimbingan Konseling Islam pada penelitian ini dinyatakan berhasil, bahwa perubahan-perubahan yang ada pada konseli telah membawa hasil sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing anggota keluarga.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Konsep ... 7

F. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 11

2. Subyek dan Obyek Penelitian ... 12

3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 12

4. Tahap-tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16


(8)

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21

G. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 23

1. Bimbingan konseling Islam... 23

a. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 25

b. Fungfsi Bimbingan Konseling Islam... 27

c. Azaz Bimbingan dan Konseling Islam ... 28

d. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam ... 29

2. Family Therapy ... 30

a. Pengertian Family Therapy (konseling keluarga) ... 30

b. Tujuan Family Therapy (konseling keluarga) ... 32

c. Peranan Konselor ... 35

d. Proses dan Tahapan Family Therapy ... 35

e. Teknik-Teknik Konseling Keluarga ... 37

3. Membangun Trust Dalam Keluarga ... 39

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 42

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 47

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 47

2. Deskripsi Konselor ... 50

3. Pengalaman Konselor... 50

4. Deskripsi Konseli ... 51

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust Dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto ... 63


(9)

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family

Therapy untuk Membangun Trust Dalam Keluarga di

Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto ... 84

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Data Tentang Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy Untuk Membangun Trust dalam keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto ... 90 B. Analisis Data Tentang Hasil Akhir Bimbingan Konseling

Islam dengan Teknik Family Therapy Untuk Membangun

Trust dalam keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan

Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto ... 94 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 99 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas bapak, ibu, anak, dan lain-lain (kakek, nenek, dan sebagainya) yang hidup di bawah satu atap dan saling berhubungan.1 Semua orang pasti

menginginkan bisa memiliki dan tinggal bersama keluarga yang bahagia dan juga mampu memberikan kenyamanan bagi anggota keluarganya. Namun telah disadari atau tidak bahwa selalu ada permasalahan yang hadir dan memicu ketidaknyamanan dalam masing-masing anggota keluarga. Apalagi jika ada perasaan saling curiga dan tidak bisa saling percaya yang melatar belakangi dari masing-masing diri tiap anggota keluarga.

Trust (Kepercayaan) adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana mereka memiliki keyakinan padanya. Ketika didalam sebuah keluarga tidak bisa menghadirkan sikap saling menghormati, menghargai, dan mengayomi, maka hal yang akan terjadi di dalam sebuah keluarga tersebut adalah sikap saling tuduh serta mencurigai satu sama lain dalam segala hal. Pertikaian dalam keluarga

1 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga, (Jakarta : Salemba Humanika, 2009), hlm 47


(11)

2

tersebut akan selalu hadir tanpa disadari. Kondisi inilah yang akan memicu hilangnya rasa “percaya” pada tiap individu dalam sebuah keluarga. Perasaan saling curiga akan muncul sebagai acuan hilangnya rasa kebahagiaan dalam keluarga.

Pelopor konselor keluarga Nathan Acherman, berupaya mengintegrasi teori psikoanalitik yang berorientasi pada intrapsikis dengan teori sistem dengan menekankan hubungan antar pribadi. Dia memandang ketidakberfungsian keluarga akibat hilangnya peran yang saling melengkapi di antara para anggota, akibat konflik yang tetap tidak terselesaikan, dan akibat korban yang merugikan.2

Pernyataan yang serupa dikemukakan oleh james Framo, konselor keluarga generasi pertama, meyakini bahwa konflik intrapsikis yang tidak terselesaikan dibawa dari keluarganya, diteruskan dalam bentuk proyeksi kedalam hubungan-hubungan yang terjadi pada saat ini, seperti hubungan suami istri atau anak.

Tokoh konselor keluarga terkenal Virginia Satir, dalam pendekatannya dia memadukan kesenjangan komunikasi antara anggota keluarga dan orientasi humanistik dalam upaya membangun harga diri dan penilaian diri seluruh anggota keluarga.3

2 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm 103

3 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006),hlm 105


(12)

3

Permasalahan hilangnya trust (kepercayaan) inilah yang terjadi pada keluarga Ibu Sri (bukan nama asli). Yang mana dalam keluarga tersebut terdiri dari lima anggota keluarga yakni, Ibu Sri (nenek), kemudian Bapak Soni (Ayah), Ibu Santi (Istri), dan Ani (anak) serta Heri (anak) dari pasangan Bapak Soni dan Ibu Santi (bukan nama asli).

Kondisi ini berawal sejak Ibu Santi menikah dengan Bapak Soni, mereka tinggal di rumah keluarga ibu Santi, yakni rumah yang selama ini ditempati Ibu Sri. Lebih tepatnya setelah Ibu Santi mulai bekerja. Karena saat beliau belum bekerja, kegiatan Ibu Santi hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Beliau kurang memperhatikan anak-anak serta suaminya. Beliau selalu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa menghiraukan keluarganya. Hal ini karena dirasa beliau sudah bisa mencari penghasilan sendiri dan kemungkinan gaji yang diperoleh juga melebihi dari penghasilan suaminya. Oleh karena itu Ibu Santi lebih percaya pada dirinya sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan.

Pada suatu saat ada rumor yang beredar dan mengisukan bahwa Ibu Santi ini telah berselingkuh. Suami Ibu Santi yang awalnya masih ragu dengan rumor itu, akhirnya timbul rasa tidak percaya kepada Bu Santi karena beliau selalu minta izin bekerja lembur walaupun hari libur. Dari sinilah Ibu Sri sebagai orang tua dari Bu Santi semakin marah dan tidak percaya pada Bu Santi. Hingga suatu hari Ibu Sri pernah kehilangan uang yang telah disimpannya, dan kemudian


(13)

4

menuduh Bu Santi yang mengambil uang tersebut. Karena dirasa Bu Santi lah yang selalu sering berbelanja untuk kebutuhan pribadinya. Pada akhirnya, anak-anak Bu Santi tidak pernah menghiraukan jika dinasehati oeh keluarganya. Anak-anaknya merasa kalau semua orang dalam keluarganya tersebut sama saja. Hanya bisa bertengkar dan saling tuduh serta curiga satu sama lainnya.

Demikianlah keluarga ini menjalani kehidupan dengan kehilangan

Trust (kepercayaan) pada masing-masing anggota keluarganya sampai saat ini. Kurangnya komunikasi yang baik dan peranan yang dijalani dari tiap-tiap anggota keluarga, menjadi pemicu konflik yang terus menerus terjadi. Sehingga tertanamlah rasa ketidakpercayaan pada tiap-tiap anggota keluarga tersebut.

Dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan yang terjadi pada keluarga itu, konselor menggunakan teknik terapi yang dicetuskan oleh tokoh konseling keluarga (Virginia Satir) yaitu teknik Family Therapy (terapi keluarga/konseling keluarga) yang berfokus pada hubungan keluarga, yang mana Virginia Satir menjelaskan bahwa untuk membentuk hubungan keluarga yang selaras, diperlukan pentingnya komunikasi dalam interaksi keluarga dan nilai dari validasi terapi dalam proses perubahan.4 Pendekatan yang dicetuskannya mulai

membawanya untuk percaya pada nilai dari sebuah kekuasaan,

4 Materi Perkuliahan Family Therapy (Bu meirina), Paket 7 Human Validation Process Model Family Terapy, hlm 92


(14)

5

hubungan pengasuhan yang didasarkan pada kesukaan dan pesona yang kuat dengan siapa saja yang dia peduli. Oleh karena itu Virginia Satir memberikan solusi dalam mengatasi problem dalam keluarga yaitu untuk selalu berinteraksi dalam keluarga, dan pentingnya sebuah komunikasi. Hal itulah yang nantinya akan membangun sebuah “trust”

didalam keluarga. Karena asumsi dasar dari keluarga adalah bahwa anggota keluarga membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri.5

Dari realita yang terjadi sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti menganggap perlu dan bermanfaat untuk dilakukan penelitian tentang keluarga itu, alasannya tema yang peneliti angkat sebenarnya sudah menjadi fenomena yang selalu ada di dalam keluarga, namun yang terpenting adalah belum ada penelitian terdahulu yang memfokuskan pada tema membangun Trust dalam keluarga. Yang ada hanyalah tema tentang kesenjangan komunikasi dan ketidakharmonisan dalam keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto?


(15)

6

2. Bagaimana hasil akhir proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Family Therapy untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

2. Untuk mendeskripsikan hasil akhir proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam tentang Membangun Trust

dalam keluarga dengan menggunakan Teknik Family Therapy. b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang Membangun Trust

dalam keluarga dengan menggunakan Teknik Family Therapy. 2. Secara Praktis


(16)

7

a. Bagi Konselor, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menghadapi klien yang mengalami masalah keluarga.

b. Bagi klien, secara praktis agar dapat merubah tingkah laku serta cara berfikirnya, sehingga dapat membantu perkembangan kepribadiannya menjadi lebih baik dan dapat membangun kepercayaan (trust) dalam keluarga tersebut.

E. Definisi Konsep

Pada dasarnya, konsep merupakan unsur yang sangat penting dari suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala-gejala yang diamati. Oleh sebab itu konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini sangat perlu dibatasi ruang lingkup dan batasan masalahnya, sehingga pembahasannya tidak akan melebar.

Sesuai dengan judul yang diteliti oleh penulis, maka kami menganggap penting ada pembatasan konsep dari judul yang ada. Untuk itu perlu dijelaskan istilah yang terdapat di dalamnya. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

a. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ke


(17)

8

dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits. Bila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis itu telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah Swt, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifat dimuka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepada Allah Swt.6

Jadi karakteristik manusia menjadi tujuan bimbingan islami ini adalah manusia yang mempunyai hubungan baik dengan Allah Swt dengan manusia dan alam semesta (hablum mnallahi wa hablum minannas).7

Dari definisi diatas tersebut, dapat dipahami bahwa Bimbingan Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada klien/individu agar dapat mengembangkan potensi serta mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan ketentuan Allah agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Family Therapy (Terapi/ Konseling Keluarga)

Family Therapy (terapi keluarga) menurut Virginia Satir merupakan pendekatan terhadap terapi keluarga dengan cara berkomunikasi dengan jelas, memperluas kesadaran, meningkatkan potensi untuk pertumbuhan, terutama dalam diri, dan menghadapi

6 Samsul Munir, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta; Amzah, 2010) , hlm 23 7 Hallen A, Bimingan & Konseling, (Jakarta: QUANTUM TEACHING, 2005), hlm 17


(18)

9

tuntutan dan proses perubahan. Tugas terapi adalah untuk mengubah pertahanan dan aturan disfungsional, membuka orang untuk kemungkinan-kemungkinan baru dan integrasi pengalaman memelihara kehidupan keluarga.8

Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.9 Pendapat lain juga menjelaskan

pengertian konseling keluarga yaitu merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah yang dialami.10

Tujuan Family Therapi, Satir mengidentifikasi tiga tujuan terapi keluarga: 1) setiap individu dalam sebuah keluarga harus dapat melaporkan dengan jujur tentang apa yang dia lihat, merasa, dan berpikir, 2) keputusan dalam keluarga yang terbaik dibuat dengan mengeksplorasi kebutuhan individu dan negosiasi bukan melalui

8 Materi Perkuliahan Family Therapy (Bu meirina), Paket 7 Human Validation Process Model Family Terapy, hlm 96

9 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm 83 10 Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2012), hlm 241


(19)

10

kekuasaan, 3) perbedaan harus secara terbuka mengakui dan digunakan untuk pertumbuhan dalam keluarga.11

Konseling ini menekankan pada saling ketergantungan satu sama lain dalam keluarga, ketergantungan tidak hanya pada kebutuhan pokok saja seperti makan, pakaian, perlindungan, namun yang terpenting adalah ketergantungan akan kasih sayang, perasaan, persahabatan, sosialisasi, dan kebuthan-kebutuhan yang tidak tampak (non-tangible) namun sangat diperlukan.12

c. Trust (kepecayaan)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Percaya” diartikan sebagai mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata (kepada ceritanya.., akan kabar itu), menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada (kepada barang gaib), menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur (tidak jahat dan sebagainya), yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan sebagainya <kepada diri sendiri>).13

11 Materi Perkuliahan Family Therapy (Bu meirina), Paket 7 Human Validation Process Model Family Terapy, hlm 96

12 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga, (Jakarta : Salemba Humanika, 2009), hlm 142

13http://googleweblight.com/?lite_url=http://kbbi.web.id/percaya&ei=igk3p19g&lc= id&s=1&m=542&host=www.google.co.id&ts=1458047422&sig=APY536wRD7i_cp46NI GU2ncTSGPGj2bsag (di akses pada hari selasa 15 Maret 2016)


(20)

11

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar.14 Dari penjelasan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa Trust (kepercayaan) adalah meyakini sesuatu bahwa akan dapat memenuhi harapan yang diinginkan.

F. Metode Penelitian

Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang benar serta valid, maka digunakanlah metode sebagai cara untuk melakukan penelitian yang benar secara ilmiah, baik dalam menghasilkan data-data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Menurut P. Joko Subagyo penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian, maka data tersebut tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu.15 Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pendekatan dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Adapun beberapa alasan mengapa penulis menggunakan penelitian kualitatif adalah :

14 https://id.m.wikipedia.org/wiki/keyakinan_dan_kepercayaan (di akses pada hari selasa 15 Maret 2016)

15 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004), hlm 94


(21)

12

a. Peneliti akan mendapatkan informasi data secara utuh dan valid, karena sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang berkaitan dengan sasaran penelitian.

b. Data yang dibutuhkan tidak hanya bersifat wawancara tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun sumber-sumber selain dari wawancara, yang membutuhkan interpretasi untuk menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang lebih tepat untuk dipergunakan dan kemudian dianalisis.

Oleh sebab itu jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah study kasus. Penelitian study kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua anggota keluarga Ibu Sri

b. Obyek penelitian

Penelitian ini terletak di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud sumber data adalah asal atau darimana data tersebut diperoleh, dan sumber data merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap hasil dari penelitian yang akan diperoleh. Ketepatan dalam


(22)

13

mengambil sumber data akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan penelitian, sebaliknya jika terjadi kesalahan dalam menggunakan dan memahami serta memilih sumber data, maka data yang diperoleh dapat dipastikan akan meleset dari yang diharapkan. Sehingga dalam melakukan penelitian harus benar-benar mampu memaahami sumber data mana yang harus dipakai. Burhan Bungin membagi sumber data menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan sekunder.16 Dua macam

sumber data itulah yang digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud dua macam sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sumber Data Primer

Didalam bagian ini berisi tentang data proses terapi yang dilakukan oleh Rutik Siti Yuniarti (selaku konselor) kepada Seluruh anggota keluarga (konseli) untuk membangun Trust

(kepercayaan) dalam keluarga. Data ini diambil dengan cara wawancara (baik wawancara dengan klien sendiri, keluarga maupun orang-orang terdekat yang sering berinteraksi dengan konseli), observasi (dilakukan di rumah konselor waktu proses konseling dan juga home visit ke rumahnya konseli), data tersebut kemudian dianalisis dari pandangan teori konseling yaitu Teknik Family Therapy.

16 Dela Diahrini Mahir, “Komunikasi Internal Kelompok Suporter Sepak Bola Persik Mania” (Skripsi, Fakultas Dahwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hlm 15


(23)

14

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data. Data yang tidak secara langsung didapat oleh peneliti dari subjek penelitian. Data ini berbentuk data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia,17 Seperti data yang berhubungan dengan data pribadi narasumber, hasil wawancara dengan lingkungan sekitar keluarga Ibu Sri, hasil wawancara dengan saudara-saudaranya, tetangga-tetangganya, beserta orang-orang yang ada disekitarnya yang paling sering berinteraksi dengan keluarga tersebut.

4. Tahap-tahap penelitian

Pada tahapan penelitian ini menggambarkan semua perencanaan keseluruhan penelitian, mulai dari pengumpulan data, analisis data, hingga pelaporan data. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini, yakni sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum mulai turun langsung ke lapangan, antara lain adalah:

1) Membuat proposal penelitian

Didalam proposal ini peneliti pertama kali telah menyusun latar belakang masalah yang menerangkan bagaimana Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

17 https://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/ (di akses pada hari Jumat 18 Maret 2016)


(24)

15

Family Therapy untuk Membangun Trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, dan membuat rumusan masalah serta marancang metode penelitian yang dapat mengarah kepada rumusan masalah dalam judul tersebut.

2) Menyusun rancangan penelitian

Pada bagian ini peneliti merancang serta melakukan perencanaan mengenai apa yang harus peneliti lakukan selama penelitian. Dengan rancangan inilah peneliti bisa mengetahui dan bisa memprediksi kapan peneliti turun ke lapangan, bagaimana peneliti dalam mencari informan, dan berapa biaya yang dibutuhkan selama penelitian dan apa saja yang perlu peneliti amati.

b. Tahap lapangan

Dalam tahapan ini peneliti turun ke lapangan dengan berusaha mengetahui dan menggali data tentang keluarga Ibu Sri, baik dari anggota keluarganya langsung maupun dari sahabat, tetangga serta saudara-saudara keluarga Ibu Sri. Bahkan peneliti juga berusaha mencari informasi mengenai hal-hal tau faktor yang mendukung penelitian Bimbingan Konseling Islam dengan dengan Teknik


(25)

16

Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara (interview), observasi, menelusuri serta meng-copy (menyalin) dokumen tertulis atau informasi lain yang terkait dengan objek yang diteliti. Lebihtepatnya, melakukan wawancara kepada seluruh anggota keluarga Ibu Sri, saudara-saudaranya, dan tetangga-tetangganya. 5. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah :

a. Observasi

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan sosial yang tumbuh dan berkembng yang kemudin dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.18 Langkah kongkritnya peneliti mengamati secara langsung kondisi rumah Ibu Sri, mengamati kehidupannya, bahkan mengamati ketika ada konflik keluarga yang kemudian diberikan treatment yang tepat. b. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Wawancara bermakna

18 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004), hlm 63


(26)

17

berhadapan langsung antara interviewers dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.19

Biasanya, pada teknik interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya mendalam. Pada saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban serta keterangan yang diinginkan peneliti.

Adapun langkah lebih konkritnya yaitu meliputi, peneliti mewawancarai anggota keluarganya, mewawancarai saudara-saudaranya, serta orang-orang yang sering berinteraksi dengan keluarga Ibu Sri.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan sebagainya.

Data dokumentasi diperoleh dari dokumen atau catatan sejarah di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto atau peristiwa lainnya yang

19 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004), hlm 39


(27)

18

berkaitan. Dari data dokumentasi, peneliti dapat melihat kembali sumber data yang ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya. Sedangkan untuk langkah yang lebih kongkritnya, peneliti akan mengumpulkan data-data dokumentasi yang kemudian dianalisis oleh peneliti.

6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan hal penting dalam melakukan penelitian, analisis data merupakan proses mengorganisasikan, mengurutkan kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan data terkumpul dengan tujun untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Prosedur analisis data kualitatif dalam penelitian ini yaitu:

a. Tahap Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

b. Tahap Penyajian Data

Yaitu dekripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif yang lazim digunakan adalah dalam bentuk teks naratif.

c. Tahap Pemeriksaan Kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat


(28)

19

keteraturan, atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas, dan proposisi. Dengan kata lain peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa, kalimat secara tepat yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisisnya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Supaya data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik guna mengecek tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek atau memeriksa kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan Ketekunan

Suatu ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data yang dipilih benar-benar bersentuhan dan mengetahui serta memahami tentang membangun trust (kepercayaan) di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini sangat diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Trianggulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan


(29)

20

pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Menurut Norman K. Denkin, triangulasi meluputi empat hal yaitu:

1) Triangulasi metode. Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang valid dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

2) Triangulasi antar-peneliti. Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam mengumpulkan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian

3) Triangulasi sumber data. Menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

4) Triangulasi teori. Hasih akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi. Informasi tersebut kemudian dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.


(30)

21

Langkah konkretnya, setelah peneliti mendapatkan data berdasarkan keterangan dari klien, maka data tersebut dicek lagi kepada informan lainnya, tentu dengan pertanyaan dan bahasa yang sama pula. Tujuannya, untuk mengecek apakah yang disampaikan oleh klien valid atau tidak. Setelah semuanya sama-sama sepakat dengan permasalahan yang sama, dan pendapat yang sama serta masih satu jalur/searah, maka kemudian peneliti bisa menyimpulkan suatu data yang valid secara ilmiah.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian teoritik yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian. Kerangka teoritik ini adalah suatu model konseptual tentang Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Family Therapy untuk Membangun Trust


(31)

22

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penelitian. Di bab ini juga ditulis penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pembahasan pada bab ini meliputi deskripsi umum penelitian, dan deskripsi hasil penelitian.

BAB IV : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang laporan hasil penelitian, meliputi keadaan narasumber, keluarga (family), dan kemudian dianalisis.

BAB V :PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan konseling Islam

Menurut hasil seminar Bimbingan dan Konseling Islami di UII Yogyakarta 1985, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa Bimbingan dan Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan sebagaimana kegiatan bimbingan pada umumnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran agama islam. Artinya landasan Bimbingan dan Konseling Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits (Sunnah Rasulullah Muhammad SAW).1

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan yang diberikan kepada individu terbimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, maksudnya:

1 Siti Sutarmi Fadhilah, “ Model Bimbingan dan Konseling Islam Untuk

Membentuk Karakter Kuat dan Cerdas Bagi Mahasiswa FKIP UNS”, Jurnal Profesi

Pendidik, (online), Vol.1, no.1,

(http://www.google.co.id/search?site=&oq=jurnal+model+bimbingan+dan+konseling +islam+untuk+membentuk+karakter+kuat+dan+cerdas+bagi+mahasiswa+FKIP+UNS

+pdf&aqs=mobile-gws-lite..&q=jurnal+model+bimbingan+dan+konseling+islam+untuk+membentuk+karakte r+kuat+dan+cerdas+bagi+mahasiswa+FKIP+UNS+pdf, diakses 10 Mei 2016)


(33)

24

a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah. Artinya sesuai dengan kodratnya yang ditentukan oleh Allah, sesuai dengan Sunnatullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah. b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah. Artinya sesuai dengan

pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran islam).

c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Artinya menyadari eksistensinya sebaga makhluk Allah yang diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya. Mengabdi dalam arti seluas-luasnya.

Pandangan Bimbingan dan Konseling Islam terhadap manusia yaitu, bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih). Menurut Mufsir bin Said Az-Zahrani bahwa:

1. Manusia pada dasarnya baik, namun bisa berubah. 2. Manusia adalah makhuk yang terbaik (QS. At-Tin : 4),







Yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Manusia juga sebagai Khalifah di bumi, dan diberi kemampuan untuk berfikir.


(34)

25

4. Manusia mempunyai titik kelemahan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat manusia harus berusaha melawan hawa nafsunya, dan keinginan untuk berbuat maksiat.

5. Motivasi manusia yang kuat dan potensinya yang besar mampu mengendalikan perilaku dan selalu beribadah kepada Allah SWT.

6. Islam telah membagi jiwa manusia menjadi tiga keadaan yaitu:

Nafsul Mutmainnah (jiwa yang tenang), Nafsul Amarah (jiwa

yang condong kepada keburukan), dan Nafsul Lawwamah (jiwa yang selalu menyesali diri sendiri atau jiwa yang penuh penyesalan).

7. Didalam diri manusia selalu ada pertentangan yang berkeinginan untuk melakukan hal yang buruk yang merupakan titik kelemahan kepribadiannya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar) jika ingin selamat di dunia maupun di akirat.

A. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam menurut Hamdan Bakran adalah:

1. Untuk menghasilakan perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan


(35)

26

mendapatkan pencerahan taufik serta hidayah Tuhannya (mardhiyah).

2. Untuk menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat yang baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja atau belajar, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang. 4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat pada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya. 5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi

itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar. Ia dapat menanggulangi dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa tujuan bimbingan dan konseling islam adalah tidak hanya membantu individu mengatasi persoalan hidup sekarang dan disini. Namun demikian, bagaimana individu itu memandang kehidupan ini secara keseluruhan sebagai


(36)

27

sunnatullah yang harus di jalani agar manusia tidak sombong dalam keberhasilannya dan tidak putus asa jika mengalami kegagalan. Orientasi pelaksanaan bimbingan dan konseling islam memiliki kelebihan, yakni berupa diperhatikannya dimensi ukhrowi, dimana aspek ini tidak dibahas dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling konvensional. Bimbingan dan konseling islam mengajarkan pada individu menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan lingkungannya, serta pendekatan spiritual kepada Allah, agar kembali kepada fitrahnya yaitu kembali kepada kesucian melalui silaturahmi dan lain sebagainya sebagaimana telah dituntunkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Kaitannya dengan penelitian ini, bimbingan dan konseling islam bertujuan untuk membentuk karakter kuat dan cerdas yang dilandasi oleh nilai-nilai agama islam sebagaimana tersebut di atas.

B. Funfsi Bimbingan Konseling Islam

1. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2.

Fungsi Kuratif dan Koretif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialami.

3.

Fungsi Preserfative, yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.

4.

Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik


(37)

28

atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.2

C. Azaz Bimbingan dan Konseling Islam

Azas Bimbingan dan Konseling Islam harus dijadikan landasan dan pegangan dalam melakukan bimbingan, yaitu azas yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Dan azaz-azas tersebut mencakup:3

1. Azas kebahagiaan dunia dan akherat

Individu harus didasarkan akan kehidupannya di dunia dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di akherat.

2. Azaz komunikasi dan musyawarah

Berkomunikasi secara musyawarah dalam arti komunikasi dua arah untuk memperoleh pemahaman dan kesepakatan bersama. Allah menyuruh manusia bersikap lemah lembut, tidak kaku, serta menghargai pendapat orang lain dalam bermasyarakat. 3. Azaz manfaat

Pembimbing berusaha memberikan bimbingan kepada pihak yang dibimbing segala sesuatu yang bermanfaat.

2 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta:

UII Press, 2004) hlm 37.

3 Lilis Madyawati, “Bimbingan Islami Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Remaja”, Jurnal Penelitian Dan Pendidikan Islam, (online), Vol 2, no.2, (http://jurnal.ummgl.ac.id/jurnal/index.php/fai/article/view/131, diakses 10 Mei 2016)


(38)

29

4. Azaz kasih sayang

Bimbingan islami dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang sebab Islam adalah agama kasih sayang dan dengan kasih sayanglah bimbingan islam akan berhasil.

5. Azaz menghargai dan menghormati

Pembimbing diberi kehormatan oleh yang dibimbing karena dirinya dianggap mampu menyelesaikan masalah. Konseli diberi kehormatan/ dihargai oleh pembimbing dengan cara konselor bersedia membantu atau membimbingnya.

6. Azaz rasa aman

Rasa aman perlu diciptakan oleh pembimbing maupun yang dibimbing, termasuk rasa aman karena segala rahasia tidak diketahui oleh orang lain.

D. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam

1) Identifikasi, yaitu proses mengumpulkan informasi dan data mengenai Konseli.

2) Diagnosis, merupakan kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah yang sedang dialami Konseli.

3) Prognosis, yakni suatu langkah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan jika permasalahan yang dialami Konseli tidak segera mendapatkan bantuan.


(39)

30

4) Konseling, merupakan tahap pemberian bantuan konselor kepada

Konseli dengan teknik yang akan digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan Konseli.

5) Evaluasi, yakni tahap dimana konselor bisa melihat dan menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai, dan juga mengetahui kekurangan dan keefektifan proses konseling yang telah dilakukan.

6) Follow Up, adalah tahap yang disebut juga sebagai tahapan tindak

lanjut, yakni langkah yang akan diambil setelah mengetahui hasil evaluasi.

2. Family Therapy

A. Pengertian Family Therapy (konseling keluarga)

Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga.

Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konseling khusus karena sebagaimana yang selalu dipandang oleh konselor, yaitu konseling keluarga sebagai modalitas yakni klien adalah anggota dari suatu kelompok yang dalam proses konseling melibatkan keluarga inti atau pasangan.4

4 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Muhmmadiyah


(40)

31

Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari klien, baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu sistem, permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain.

Menurut Crane, konseling keluarga merupakan proses pelatihan terhadap orang tua dalam hal metode mengendalikan perilaku yang positif dan membantu orang tua dalam perilaku yang dikehendaki. Dalam pengertian ini konseling keluarga tidak bermaksud untuk mengubah kepribadian, sifat, dan karakter orang-orang yang terlibat, tetapi lebih mengusahakan perubahan dalam sistem keluarga melalui pengubahan perilaku.5

Menurut Satir, masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan harga diri (self-esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadi jika self esteem yang dibentuk oleh keluarga itu rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi

5 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Muhmmadiyah


(41)

32

bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.6

Sedangkan Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus Psikologi, Family Therapy (terapi keluarga) adalah Suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhannya.7

B. Tujuan Family Therapy (konseling keluarga)

Tujuan Terapi Keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Bowen menegaskan bahwa tujuan Terapi keluarga adalah membantu Konseli (anggota keluarga) untuk mencapai individualitas, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari sistem keluarga.

Satir menekankan pada tujuan mereduksi sikap defensif didalam dan antar anggota keluarga. Pada saat yang sama konseling diharapkan dapat mempermudah komunikasi yang efektif dalam kontak hubungan antar anggota keluarga. Oleh karena itu, anggota keluarga perlu membuka inner experience (pengalaman dalamnya) dengan tidak “membekukan” interaksi antar anggota keluarga.

6 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Muhmmadiyah

Malang, 2001), hlm 179.

7 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV Pioner


(42)

33

Sedangkan Minuchin mengemukakan bahwa tujuan Terapi Keluarga adalah mengubah struktur dalam keluarga, dengan cara menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan perpecahan antara dan sekitar keluarga. Diharapkan keluarga dapat menantang persepsi untuk melihat realitas, mempertimbangkan alternatif sedapat mungkin dan pola transaksional. Anggota keluarga dapat mengembangkan pola hubungan baru dan struktur yang mendapatkan self-reinforcing.

Glick dan Kessler mengemukakan tujuan umum konseling keluarga adalah untuk:8

1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga.

2. Mengganti gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi. 3. Memberi pelayanan sebagai model dan pendidik peran

tertentu yang ditunjukkan kepada anggota lainnya.

Berikut ini dikemukakan S. Willis mengenai tujuan konseling keluarga secara umum dan khusus:9

8 Rizki Rahmawati, “Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi

Keluarga (Family Therapy) Dalam Mengatasi Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Di Desa Banjarbendo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan AmpelSurabaya, 2012), hlm 35.

9 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm


(43)

34

a. Tujuan umum konseling keluarga

1. Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara anggota keluarga.

2. Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota yang lain.

3. Agar tercapai keseimbangan yang membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota.

4. Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.

b. Tujuan khusus konseling keluarga

1) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa atau keungulan-keunggulan anggota lain.

2) Mengebangakan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau di luar sistem keluarga.

3) Mengembangkan motif dan potensi-potensi setiap anggota keluarga dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut.


(44)

35

4) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota-anggota lain.

C. Peranan Konselor

Peran konselor dalam membantu Konseli dalam konseling keluarga dan perkawinan dikemukakan oleh Satir diantaranya sebagai berikut:

1) Konselor berperan sebagai “facilitative a comfortable”, membantu Klien melihat secara jelas dan obyektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.

2) Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran interaksi.

3) Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.

4) Mengajarkan Klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung jawab dan melakukan self-control.

5) Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan menginterpretasi pesan-pesan yang disampaikan Klien atau anggota keluarga.

6) Konselor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi congruence dalam respon-respon anggota keluarga. D. Proses dan Tahapan Family Therapy

Pada mulanya seorang Konseli datang ke konselor untuk mengkonsolidasikan masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih bersifat “identifikasi pasien”. Tetapi untuk tahap


(45)

36

penanganan (treatment) diperlukan kehadiran anggota keluarga yang lain. Menurut Satir, tidak mungkin mendengarkan peran, status, nilai, dan norma keluarga atau kelompok jika tidak ada kehadiran anggota keluarga yang lain. Jadi dalam pandangan ini, anggota keluarga yang lain harus datang ke konselor.

Tahapan terapi keluarga secara garis besar, Proses dalam konseling keluarga adalah:

1) Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak mata, perilaku non verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab, hangat, luwes, ramah, jujur/asli, penuh perhatian), dan bahas lisan/verbal yang baik.

2) Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.

3) Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku baru yang disepakati


(46)

37

berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home assignment, yaitu mencobakan/mempraktikan perilaku baru selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya. 4) Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance,

unconditional positive regard, understanding, genuine,

empathy.

5) Memperlancar tindakan positif. Terdiri dari eksplorasi, perencanaan atau mengembangkan perencanaan bagi Konseli sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah, kemudian penutup untuk mengevaluasi hasil konseling sampai menutup hubungan konseling.

E. Teknik-Teknik Konseling Keluarga

Banyak teknik yang dipelopori para ahli, dan sebagai garis besarnya dikemukakan oleh lowe sebagai berikut:10

1. Interview Awal

Tujuan interview adalah membantu konselor mendiagnosis anak-anak, mengevaluasi metode orang tua dalam mendidik anak, memahami iklim di keluarga, dan dapat membuat rekomendasi khusus bagi perubahan dalam situasi keluarga tersebut. Proses interview ini difokuskan

10 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm


(47)

38

pada usaha memberikan keberanian dan memperkuat semua anggota keluarga.

Anggota keluarga ditanya bagaimana mereka melalui hari-harinya dalam kehidpan keluarga. Suatu pandangan tertentu tentang dimulainya kehidupan keluarga untuk berkembang yang didasarkan pada pola-pola interaksi antara saudara-saudara sekandung, dan posisi anak-anak didalam keluarga. Orang tua juga ditanya tentang pandangannya mengenai situasi keluarga. Sebagai coontoh: orang tua ditanya mengenai kepeduliannya terhadap anak-anak mereka. Interview berakhir dengan seperangkat rekomendasi dan termasuk PR untuk orang tua dan orang lain yang berarti bagi anak-anak.

2. Role Playing (Bermain Peran)

Bermain peran dan metode-metode lain yang berorientasi kepada perbuatan yang tampak, sharing merupakan bagian dari sesi-sesi konseling keluarga. Perbuatan yang tampak adalah hasil interaktif anggota di dalam keluarga

3. Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi merupakan bagian penting dalam konseling yang dilanjutkan pada sesi-sesi seterusnya. Tujuannya untuk menimbulkan insight (pemahaman bagi anggota keluarga,


(48)

39

memberi pemahaman tentang apa yang telah dilakukan), dan mendorong mereka untuk menterjemahkan apa yang mereka pelajari dan diterapkan bagi perilakunya sehari-hari. Seorang dalam keluarga memberikan tafsiran terhadap perilakunya kepada anggota keluarga yang lain atas usul konselor.

3. Membangun Trust dalam Keluarga

Trust (kepercayaan) adalah kemauan seseorang untuk bertumpu

pada orang lain dimana mereka memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai.

Trust (kepercayaan) merupakan kesediaan individu untuk

mengantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena individu mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain. Sedangkan menurut Krech menyatakan bahwa kepercayaan merupakan gambaran sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh di antara orang-orang yang memiliki kapentingan dan tujuan yang sama, sehingga lebih mudah untuk mengubah kepercayaan individu dari pada mengubah kepercayaan


(49)

40

suatu kelompok. Dengan adanya kepercayaan, seorang individu akan bersedia mengambil risiko yang mungkin terjadi dalam hubungannya dengan pihak lain.

Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu:11

a. Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.

b. Empati

Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan mengembangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.12

c. Kejujuran

Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada orang lain yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pendapatnya, melainkan mereka menaruh kepercayaan pada

11 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm 131.

12 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung: PT Remaja


(50)

41

orang lain yang terbuka. Kejujuran dapat mengakibatkan perilaku seseorang dapat diduga. Hal inilah yang mendorong untuk percaya antara satu dengan yang lain, dengan kata lain yakni saling terbuka.13

Perbedaan pandangan dan konflik yang terjadi dalam keluarga merupakan hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahkan dengan adanya perbedaan dan konflik membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang matang. Hal ini dikarenakan dengan adanya konflik seseorang dapat melibatkan semua ranah yang ada, yaitu kognitif, perilaku, dan emosinya. Akan tetapi, bila ketiga ranah tersebut tidak seimbang maka konflik dapat menyebabkan seseorang justru menjadi sumber berbagai penyakit (fisik maupun psikologis). Oleh karena itu, diperlukan berbagai cara agar dapat meminimalkan konflik, diantaranya adalah adanya saling memahami, saling mengerti, saling membantu satu sama lain dalam keluarga.14

Kepuasan pernikahan dan keluarga yang bahagia perlu didukung dengan menciptakan dan memelihara respek, cinta, saling percaya, berpikir positif, dan tetap pada komitmen yang diucapkan saat mengikat janji bersama. Kehidupan keluarga saat ini terdiri dari beragam bentuk dan tipe, sehingga diperlukan saling pengertian dan pemahaman agar dapat membangun keluarga yang kuat.

13 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm 133.

14 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia,


(51)

42

Terdapat beberapa tips atau kiat untuk membangun keluarga yang kuat dan sehat, yaitu sebagai berikut:15

1. Memberikan pujian pada setiap anggota keluarga setiap hari. 2. Lakukan dialog atau percakapan sedikitnya 5-10 menit sehari

tentang apa yang terjadi pada anggota keluarga.

3. Berusaha agar memiliki waktu bersama, terutama saat sarapan, atau makan malam. Memiliki acara keluarga setiap minggu walau hanya 30-45 menit dengan seluruh anggota keluarga. 4. Berikan prioritas utama pada pernikahan.

5. Yakinkan anak bahwa orang tuanya akan selalu ada untuk mereka.

6. Ingat selalu untuk mendengarkan anak.

7. Habiskan satu jam setiap minggu dengan setiap anak.

8. Jika ada masalah dalam keluarga, bicarakan dalam keluarga. 9. Jika masalah keluarga selama 2-3 bulan tetap terjadi, perlu

mencari pertolongan pada seorang profesional seperti konselor atau terapis.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Keluarga (Family

Therapy) Dalam Mengatasi Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Di

Desa Banjarbendo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo16

15 Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia,

(Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm 89.

16 Rizki Rahmawati, “Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi


(52)

43

Skripsi Rizki Rahmawati yang diajukan untuk memenuhi tugas akhir sarjana Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini difokuskan pada bagaimana mengatasi kekerasan orang tua terhadap anak di Desa Banjarbendo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan Family Therapy dalam teknik konselingnya karena permasalahan yang muncul berakar pada keluarga. Adapun penelitian terdahulu menjelaskan bahwa, menggunakan kekerasan didalam mendidik anak adalah cara yang salah karena hal ini tidak hanya menjadikan tekanan psikis kepada anak, melainkan juga mengarah pada kesenjangan komunikasi dan ketidakharmonisan didalam keluarga tersebut.

Adapun perbedaan kedua penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu pembahasannya lebih kepada kekerasan yang dilakukan orang tua kepada anak karena nilai sekolah anaknya yang kurang bagus dan dirasa membuat malu nama baik keluarganya yang mana orang tuanya memiliki jabatan tinggi. Dan semua itu dikarenakan kurangnya komunikasi yang baik didalam keluarga tersebut. Padahal jika dikaji lebih jauh lagi di dalam sebuah keluarga itu masih ada hal lain yang mengakibatkan keutuhan keluarga tidak terjaga, yaitu kurangnya Trust dalam membina hubungan keluarga. Sehingga Di Desa Banjarbendo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).


(53)

44

untuk membangun Trust dalam sebuah keluarga inilah yang akan peneliti angkat pada penelitian kali ini. Karena kami berpikir ini adalah suatu hal baru yang harus lebih diperjelas.

2. Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Pada BP4 Terhadap Terwujudnya Keluarga Sakinah Di KUA Kecamatan Magersari Kota Mojokerto17

Skripsi Hanifa Noor Himmah, yang di ajukan untuk memenuhi tugas akhir sarjana Bimbingan Penyuluhan Islam di Fakultas Dakwah Institut Agama Islm Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini difokuskan pada bagaimana pengaruh Bimbingan Konseling Islam pada BP4 terhadap terwujudnya keluarga yang sakinah di KUA Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang terwujudnya keutuhan keluarga. Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa demi terbinanya keluarga yang sakinah tentunya tidak luput dari peran keluarga yang seharusnya iklas untuk saling mendukung dan mempererat silaturrohim.

Perbedaan antara kedua penelitian ini terletak pada pengkhususan istilah membangun Trust didalam keluarga. Fokus penelitian terbaru ini menjadi lebih fresh dengan kondisi saat ini di tengah-tengah masyarakat.

17 Hanifa Noor Himmah, “Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Pada BP4

Terhadap Terwujudnya Keluarga Sakinah Di KUA Kecamatan Magersari Kota Mojokerto” (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007).


(54)

45

3. Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep18

Skripsi Khairul Anam MH, yang di ajukan untuk memenuhi tugas akhir sarjana Bimbingan Dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini difokuskan pada bagaimana menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga di desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mempertanyakan bagaimana membangung keluarga yang harmonis. Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa masalah yang dialami oleh klien adalah kurang saling percaya dan lebih cenderung mengutamakan cemburu yang mengakibatkan pertengkaran.

Perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah, pada penelitian terdahulu permasalahan difokuskan pada kecemburuan suami kepada istri yang berkarir dan didasari oleh rasa curiga. Sedangkan bila dikaji lebih dalam lagi, keluarga yang harmonis akan terwujud manakala dalam keluarga tersebut mampu saling mengoreksi diri dan saling memberikan kepercayaan. oleh

18 Khairul Anam MH, “Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir

Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep” (Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015).


(55)

46

karena itu peneliti merasa perlu mengangkat penelitian mengenai bagaimana membangun trust dalam keluarga.


(56)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Keadaan Umum Kampung

Lingkungan Gunung Anyar adalah sebuah lingkungan yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga (RT). Dari seluruh luas areanya, kurang lebih seperempatnya masih merupakan area persawahan. Sedangkan sisanya sudah menjadi pemukiman. Maka tidak heran jika beberapa warga masih ada yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Disekitar Lingkungan Gunung Anyar terdapat pabrik yang terletak di tengah-tengah area persawahan dan hotel yang berada di tepi jalan raya.

Jumlah seluruh penduduk di Lingkungan Gunung Anyar yang tercatat sebanyak 1.283 jiwa yang terdiri dari 262 kepala keluarga, 758 diantaranya adalah orang dewasa dan 525 adalah anak-anak.1 Namun, jumlah ini selalu meningkat setiap tahunnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi orang menyukai tinggal di Lingkungan

1 Dokumen Kelurahan Gunung Gedangan Kota Mojokerto, diambil pada tanggal 10 Mei 2016 pukul 10:00 WIB.


(57)

48

Gunung Anyar ini adalah, karena jarak yang tidak jauh dari pusat kota/pemerintahan dan dari fasilitas-fasilitas umum yang tersedia.

Di Lingkungan Gunung Anyar ini terdapat 1 Sekolah PAUD dan 1 Taman Pendidikan Al-Qur’an. Begitu juga dengan fasilitas keagamaan, yang terdiri dari 1 Masjid dan 3 Musholla. Beberapa kegiatan rutin warga Lingkungan Gunung Anyar yakni mencakup kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial.2

Kegiatan Keagamaan meliputi:

1) Tahlil rutin yang diikuti Bapak-bapak, dilaksanakan setiap hari Minggu.

2) Tahlil rutin yang diikuti Ibu-ibu, dilaksanakan setiap hari Kamis.

3) Kegiatan Diba’ (Diba’an) yang diikuti Remaja Putri, dilaksanakan setiap hari Jum’at.

4) Kegiatan Diba’ (Diba’an) yang diikuti Remaja Putra, dilaksanakan setiap hari Sabtu.

Kegiatan Sosial meliputi:

1) Keja Bakti membersihkan Lingkungan. 2) Keja Bakti membersihkan Makam.

Meskipun Lingkungan Gunung Anyar cukup dekat dengan pusat kota, akan tetapi nuansa keagamaan dan kerekatan hubungan masih terlihat begitu kental. Hal ini dapat dilihat dari kepedulian

2 Wawancara ke-1 dengan RT/pengurus setempat pada tanggal 04 Juni 2016 pukul 17:00 WIB.


(58)

49

terhadap sesama serta budaya gotong royong yang dilakukan. Meskipun terkadang ada beberapa warga pendatang yang kurang aktif untuk mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan, dan lebih memilih berdiam diri di rumah.

b. Batas Wilayah

Berikut beberapa batas wilayah dari Lingkungan Gunung Anyar, yaitu:

1. Sebelah Barat dibatasi oleh sungai Lingkungan Kuti. 2. Sebelah Utara dibatasi oleh Sungai Sadar.

3. Sebelah Timur dibatasi oleh area persawahan dan anak sungai Sadar.

4. Sebelah Selatan dibatasi oleh perkampungan Gunung Gedangan.

c. Kondisi Geografis

1. Ketinggian diatas permukaan laut: kurang lebih 22 m 2. Dataran: Rendah

3. Suhu udara rata-rata: 30° C

4. Terdiri dari daratan yang cocok untuk area persawahan

5. Dilewati oleh Sungai Sadar

d. Orbitasi

1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 1 km 2. Jarak dari pusat pemerintahan kota 1 km


(59)

50

4. Jarak dari pusat pemerintahan Kelurahan 300 m

5. Waktu tempuh ke fasilitas terdekat kurang lebih 7 menit 2. Deskripsi Konselor

Dalam penanganan kasus/permasalahan ini, orang yang berperan menjadi konselor (sebagai fasilitator) adalah peneliti sendiri dengan alasan peneliti adalah teman dekat dari anak keluarga konseli yang juga masih ada hubungan kerabat. Adapun identitas konselor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Nama : Rutik Siti Yuniarti

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 12 Juli 1993

Alamat : Jl.Gunung Anyar RT/RW 002/006

Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Mahasiswa S1 Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya 3. Pengalaman Konselor

Adapun pengalaman yang dimiliki konselor adalah pernah melakukan praktek konseling dari PPL kepada korban KDRT, pencabulan, dan penelantaran. Kemudian juga melakukan tes IQ bersama psikolog kepada anak korban pemerkosaan di PPT RS. BHAYANGKARA POLDA JATIM.


(60)

51

4. Deskripsi Konseli

Dalam penelitian ini, konselor menjadikan satu keluarga sekaligus menjadi Konselidengan rincian sebagai berikut:3

a. Identits Nenek (Sebagai Konseli 1)

Nama : Sri Rahayu (bukan nama asli)

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 02 Juni 1945

Alamat : Jl.Gunung Anyar RT/RW

003/006 Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD/Sederajat

b. Identitas Ayah (Sebagai Konseli 2)

Nama : Soni Kurniawan (bukan nama asli)

Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 12 Januari 1971

Alamat : Jl. Gunung Anyar RT/RW 003/006

Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam


(61)

52

Pendidikan : SLTP/Sederajat

c. Identitas Ibu (Sebagai Konseli 3)

Nama : Santi Rahmawati (bukan nama asli)

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 07 Juni1977

Alamat : Jl. Gunung Anyar RT/RW 003/006

Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD/Sederajat

d. Identitas Anak I (Sebagai Konseli 4)

Nama : Ani Ratna Sari (bukan nama asli)

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 05 Maret 1997

Alamat : Jl. Gunung Anyar RT/RW 003/006

Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA/Sederajat

e. Identitas Anak II (Sebagai Konseli 5)

Nama : Herianto (bukan nama asli)

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 09 Agustus 2006


(62)

53

Kel. Gunung Gedangan Kec. Magersari Kota Mojokerto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD/Sederajat

Kelima konseli diatas tinggal bersama dalam satu rumah yang tediri dari Nenek, Ayah, Ibu, dan 2 orang Anak. Anak yang pertama berusia 19 Tahun, dan anak yang kedua masih berusia 9 Tahun. Sedangkan Nenek yang tinggal bersama tersebut adalah Orang Tua dari pihak Ibu.

f. Kondisi Kepribadian4

1) Kondisi Kepribadian Nenek

Nenek dilahirkan di Mojokerto, beliau adalah orang yang tidak suka berdiam diri dirumah menunggu dikasih uang oleh anak-anaknya. Oleh karena itu warga sekitar mengenal sosok nenek ini sebagai orang yang mandiri dan pekerja keras. Seringkali nenek ini membantu salah seorang tetangga yang memiliki sebuah warung gorengan, seperti mengupas kulit singkong yang akan di masak, ataupun menyiapkan keperluan lainnya. Dari situ si nenek dikasih upah oleh pemilik warung. Tak jarang pula nenek ini menjadi buruh tani


(63)

54

ketika ada tetangga yang menawarkan pekerjaan itu kepadanya.

Beliau terkenal baik dan rajin, namun si nenek ini juga terkenal suka mengeluh mengenai kehidupan keluarganya. Bahkan suka bercerita pada orang lain dengan raut wajah marah dan kecewa ketika ada permasalahan. Ketika mendengar atau melihat tetangga yang lagi ada masalah, nenek juga suka ikut campur dan ingin tahu permasalah yang terjadi pada orang lain.

2) Kondisi Kepribadian Ayah

Sebenarnya ayah adalah orang yang sangat menyayangi anak-anaknya. Ayah tidak mudah percaya dengan ucapan orang, tapi ketika dia sudah tidak bisa menahan emosi maka kemarahannya akan meluap-luap. Ayah lebih suka diam jika ada masalah, karena yang difokuskan adalah memikirkan pekerjaannya saja, yakni yang berhubungan dengan uang.

Berbeda dari si nenek tadi yang justru lebih suka mengumbar cerita tentang keluarganya pada orang lain. Akan tetapi sikap ayah pada anak begitu longgar dalam artian si ayah ini tidak menekan/ memberikan batasan mengenai kehidupan anak serta istrinya. Namun kelonggaran yang diberikan ayah ini terlalu berlebihan sehingga terlihat seperti tidak menghiraukan.


(64)

55

Seperti yang pernah peneliti amati bahwa ketika anak-anaknya keluar bermain hingga larut malam, si ayah hanya diam saja tidak merasakan kekhawatiran atau memikirkan bahwa besok anaknya bersekolah dan harus belajar dirumah. Sikap ayah ini begitu acuh dengan keluarganya. Dia suka berkeluh kesah, namun bukan mengeluhkan masalah keluarganya, justru yang paling sering terlihat adalah mengeluh tentang kondisi keuangan. Hal tersebut seperti yang tertulis pada buku versi tafsir al-azhar berikut ini, Tuhan Berfirman: “Sungguh manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah” (QS. Al-Ma’rij: 19). Keluh kesah tidak mempunyai ketenangan hati, selalu cemas, selalu ketakutan, dan selalu merasa kekurangan saja.5

Menurut warga disekitar tempat tinggalnya, ayah adalah orang yang kurang bersyukur jika mendapatkan rizky. Walaupun memiliki uang banyak atau sedikit dia tetap saja merasa kurang.

3) Kondisi Kepribadian Ibu

Kondisi Ibu suka marah-marah dan berkata kasar. Selalu cuek/acuh pada orang lain. Ibu lebih suka memikirkan kepentingan dirinya sendiri seperti berbelanja pakaian, perhiasan, bahkan tidak mau terlihat tua. Sang Ibu sering

5 Program Studi BKI FDK UIN Sunan Ampel, Tafsir ayat-ayat Bimbingan


(65)

56

pergi ke salon utuk mengikuti trend anak muda jaman sekarang yang meluruskan rambut (rebondiing). Akan tetapi untuk keperluan makan atau kebutuhan keluarga, dia sangat enggan dan berat untuk mengeluarkan uang.

Ibu kurang memperhatikan anak-anaknya. Pernah peneliti melihat pada saat tetangganya bertanya pada si Ibu, kenapa anaknya tidak disuruh mengaji dan dibiarkan bermain saja? Padahal teman-teman seusianya pergi mengaji ketika sore hari. Dengan nada datar serta acuh Ibu ini menjawab, “biarkan saja, anaknya yang tidak mau mengaji kok ya mau di apakan lagi”.

Kondisi tersebut terlihat jelas bahwa Ibu Kurang memberikan perhatian yang intens kepada anak-anaknya. Ibu ini juga merupahan orang yang sangat mudah panik/gelisah ketika keinginannya tidak terpenuhi, dan juga merupakan orang yang suka memperhatikan penampilan atau gaya hidup saudara-saudaranya yang lain. Dikalangan warga masyarakat tempat tinggalnya, Ibu ini terkenal sebagai pribadi yang pelit dan begitu rapat dengan uang, jarang bergaul dengan tetangga.

4) Kondisi Kepribadian Anak I

Anak pertama ini mempunyai kepribadian seperti anak pada umumnya, ketika mendapatkan perhatian dari keluarga


(66)

57

serta kedua orang tuanya, maka akan sangat senang sekali. sebaliknya jika sedang mendapat kesedihan, anak ini akan menangis dan tidak akan keluar kamar. Dia lebih bersikap introvet (tertutup/pendiam), tidak mudah percaya kepada orang. Namun jika dirasa ada orang yang cocok untuk diajak bicara, maka anak ini akan bersikap terbuka.

5) Kondisi Kepribadian Anak II

Anak kedua sangat acuh sekali dengan orang lain. Ketika diajak bicara dia hanya cuwek saja. Bahkan kadang tidak menjawab. Dengan orang yang lebih tua darinya, dia tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa halus/sopan. Saat peneliti melihat dia sedang bermain dengan teman sebayanya, dia juga berbicara dengan kasar.

Anak ini lebih terlihat lemah dan diam ketika berada dirumah, karena dia takut jika Ibunya marah-marah. Namun hal yang baik dari anak ini adalah dia suka memberi. Ketika dia ke toko bersama temannya, dia tidak hanya membeli kue sendirian, akan tetapi teman yang bersamanya juga ia belikan kue dengan uangnya sendiri. Sebenarnya dia adalah anak yang baik, hanya saja dia kurang memahami bagaimana tata krama yang benar ketika harus berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti telah menjelaskan masalah beserta proses penyelesaiannya dalam beberapa bab sebelumnya. Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses Bimbingan Konseling Islam untuk membangun trust dalam Keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, konselor melakukan langkah identifikasi, diagnosis, prognosis, treatment dan follow-up. Dalam memberikan bantuan terhadap klien, konselor menggunakan teknik terapi yang sesuai dengan permasalahan klien yaitu teknik Family Therapy yang berfokus pada keluarga melalui pendekatan Human Validation Process Model dengan menggunakan prinsip gestalt (disini-dan sekarang) untuk membentuk kelompok diskusi dalam keluarga tersebut. Konselor juga menggunakan kontrak perubahan melaui tabel perubahan agar bisa memantau perubahan sikap


(2)

100

mengambil kesan-kesan melalui tabel kontrak perubahan supaya bisa lebih terbuka dan saling memberikan kepercayaan pada masing-masing anggota keluarga.

2. Kemudian setelah dilaksanakan terapi keluarga (Family Therapy) pada sebuah keluarga di Lingkungan Gunung Anyar Kelurahan Gunung Gedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, klien telah mengalami beberapa peningkatan perubahan pada sikap atau tingkah laku. Yang pada awalnya berbicara kurang sopan, tidak bisa menahan emosi, tidak mendengar jika dinasehati, saling menuduh dan mencurigai, acuh dan kurang perhatian pada keluarga, berkomunikasi bila ada perlunya saja, serta kurangnya keterbukaan dan jujur, kini sudah mulai berkurang. Hasil akhir dari proses konseling pada penelitian juga dikategorikan berhasil dengan membawa hasil perubahan pada masing-masing anggota keluarga sesuai permasalahan yang dihadapi tiap anggota keluarga.

B. Saran

Dalam penelitian ini penulis telah menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada peneliti yang selanjutnya agar lebih menyempurnakan hasil penelitian yang tentunya merujuk pada hasil penelitian yang sudah ada dengan harapan supaya penelitian yang akan dihasilkan


(3)

101

nantinya dapat menjadi lebih baik dan jauh lebih sempurna. Maka dari itu dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Klien

Disarankan bagi klien agar tidak hanya memberi kepercayaan bagi keluarga, namun juga bisa menanamkan serta menumbuhkan rasa percaya (trust) tersebut dalam keluarga. Selalu berdo’a dan melalukan yang terbaik. Maka keluarga akan mampu berjalan harmonis dengan adanya kemauan yang kuat dan tentunya dengan adanya trust yang dibangun dalam kehidupan keluarga tersebut.

2. Bagi Konselor

Disarankan bagi konselor agar tetaap memberikan motivasi dan dukungannya kepada klien agar bisa lebih semangat dalam menjalani kehidupan berkeluarga, serta memantau perkembangan klien agar tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama. Disarankan juga bagi konselor agar lebih menambah pengetahuan serta wawasannya tentang teori-teori konseling agar bisa memberikan bantuan yang lebih maksimal kepada keluarga yang mengalami masalah hilangnya kepercayaan (trust) dalam keluarga.


(4)

102

Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi dalam menangani permasalahan hilangnya trust dalam keluarga.

Selain itu, apabila dalam penelitian ini terdapat banyak kekeliruan, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada penelitian berikutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Anam MH , Khairul, “Bimbingan Konseling Islam Bagi Wanita Karir Dengan Terapi Realitas Dalam Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga Di Desa Cangkreng Kecamatan Lenteng

Kabupaten Sumenep”, Skripsi, Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Dali Gulo dan ,Kartini Kartono, Kamus Psikologi, Bandung: CV Pioner Jaya, 1987.

Dokumen Kartu Keluarga (KK) Konseli.

Fadhilah, Siti Sutarmi, “ Model Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Membentuk Karakter Kuat dan Cerdas Bagi Mahasiswa FKIP UNS”, Jurnal Profesi Pendidik, (online), Vol.1, no.1, http://www.google.co.id/search?site=&oq=jurnal+model+bimbin gan+dan+konseling+islam+untuk+membentuk+karakter+kuat+d an+cerdas+bagi+mahasiswa+FKIP+UNS+pdf&aqs=mobile-

gws-lite..&q=jurnal+model+bimbingan+dan+konseling+islam+untuk +membentuk+karakter+kuat+dan+cerdas+bagi+mahasiswa+FKI P+UNS+pdf

Faqih, Ainur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004.

Hallen A, Bimingan & Konseling, Jakarta: QUANTUM TEACHING, 2005.

Himmah, Hanifa Noor, “Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Pada BP4 Terhadap Terwujudnya Keluarga Sakinah Di KUA Kecamatan Magersari Kota Mojokerto”, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007.

Kertamuda, Fatchiah E, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga, Jakarta : Salemba Humanika, 2009.

Latipun, Psikologi Konseling, Malang: Universitas Muhmmadiyah Malang, 2001.


(6)

Islam, (online), Vol 2, no.2,

http://jurnal.ummgl.ac.id/jurnal/index.php/fai/article/view/131 Mahir, Dela Diahrini, “Komunikasi Internal Kelompok Suporter Sepak

Bola Persik Mania”, Skripsi, Fakultas Dahwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Mashudi, Farid, Psikologi Konseling, Jogjakarta : IRCiSoD, 2012. Materi Perkuliahan Family Therapy, Paket 7 Human Validation

Process Model Family Terapy.

Munir, Samsul, Bimbingan Dan Konseling Islam, Jakarta; Amzah, 2010).

Nurihsan , Achmad Juntika, Bimbingan & Konseling, Bandung: PT Refika Aditama, 2006.

Program Studi BKI FDK UIN Sunan Ampel, Tafsir ayat-ayat Bimbingan Konseling Islam Versi Tafsir Al Azhhar, Surabaya: 2016.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Rahmawati, Rizki, “Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Keluarga (Family Therapy) Dalam Mengatasi Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Di Desa Banjarbendo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalan Teori dan Praktek, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2004.

Willis, Sofyan S., Konseling Keluarga, Bandung: ALFABETA, 2013. Sumber Internet

https://id.m.wikipedia.org/wiki/keyakinan_dan_kepercayaan

http://googleweblight.com/?lite_url=http://kbbi.web.id/percaya&ei=ig k3p19g&lc=id&s=1&m=542&host=www.google.co.id&ts=1458 047422&sig=APY536wRD7i_cp46NIGU2ncTSGPGj2bsag https://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/