KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA.

(1)

KOORDINASI PENYEWAAN GEDUNG MASJID AL-AKBAR SURABAYA SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos), Bagi Prodi Manajemen Dakwah

Oleh: Mohammad Adib

NIM. B04212014

JURUSAN DAKWAH

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mohammad Adib, 2016. Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya.

Fokus masalah yang diteliti adalah bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid al-akbar surabaya ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bisa mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, dan dokumentasi.

Dalam mengkoordinasi penyewaan gedung petugas pengelola gedung masjid menerapkan serangkaian tindakan, pedoman dalam pelaksanaanya dan waktu yang perlu dilakukan dalam mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dalam penyewaan gedung. Sehingga dapat menghasilkan kordinasi yang bersifat Dinamis, mencegah timbulnya perbedaan dan pertentangan antar devisi, serta menyeimbangkan secara tepat semua kegiatan dalam proses penyewaan gedung masjid.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...iii

MOTTO………....……....iv

PERSEMBAHAN………....…….......v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ………...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ...8

F. Sistematika Pembahasan ...10

BAB II : KAJIAN TEORITIK... 12

A. PenelitianTerdahulu yang Relevan ...12


(8)

1. Pengertian Koordinasi...14

2. Koordinasi dalam Perspektif Islam...23

3. Tinjauan Tentang Penyewaan...25

5. Teori Manajemen Masjid... ...25

BAB III : METODE PENELITIAN ...32

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...32

B. Lokasi Penelitian...33

C. Jenis dan Sumber Data ...33

D.Teknik Pengumpulan Data...…...34

E.TeknikValiditas Data...36

F. TeknikAnalisis Data ... 38

G. Tahap-tahap Penelitian... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN...45

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...45

1. Sejarah Masjid Al-Akbar Surabaya...45


(9)

3. Tujuan Penyewaan Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya...47

4. Visi, Misi dan Motto, Nilai...47

5. Struktur Badan Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya...49

6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid...49

7. Job Deskripsi danFungsi...50

8. Pendaftaran akad nikah dan .resepsi pernikahan...54

9. Infaq, Biaya Operasion l dan Fasilitas Akad Nikah...54

10. Infaq dan Fasilitas Penyelenggaraan resepsi Pernikahan...55

11. Pelaksanaan Akad Nikah dan Resepsi...62

B. Penyajian Data ... 62

1. Persewaan Gedung ...…...62

2. Koordinasi...64

3. Manajemen Masjid...68

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) …..……….. .70

1. Analisa koordinasi penyewaan gedung...70

BAB V : PENUTUP ...80

A. Kesimpulan ...80


(10)

C. KeterbatasanPenelitian ...81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar4.1Struktur Badan Pengelola Masjid... 49

Gambar4.2Simbol Presmian Gedung Masjid ...57

Gambar4.3 Ruang pernikahan ruang As-Shofa... 57

Gambar 4.4 Simbol Presmian Al Marwah ...59

Gambar 4.5 Panggung Pernikahan Al Marwah... 59

Gambar 4.6 Ruang Rias Al Marwah...……... 60


(12)

1

Bab I

Pendahluan

A. Latar belakang

Masjid sebagai tempat beribadah umat islam memiliki fungsi yang beragam, baik untuk mejalankan ibadah ukhrawi maupun ibadah duniawi. Masjid sebagai tempat sholat, dikunjngi oleh umat islam minimal 5 kali setiap hari. Dari sejak subuh di pagi hari sampai isya’ dimalam hari. Pada setiap hari jum’at, umat islam berbondong-bondong mengunjungi masjid untuk melaksanakan shalat jum’at. Dan ketika seorang muslim meninggal duniapun, jenazahnyapun di sholatkan di masjid. Begitu pula ketika akan menunaikan ibadah haji, keberangkatannya seharusnya berawal dari masjid juga. Kehidupan umat islam selalu berawal dari masjid dan berakhir di masjid.

Perkembangan masjid di seluruh dunia menunjukkan peningkatan, baik di dunia timur maupun barat. Di inggris misalnya, mulai tampak pembangunan masjid-baru sejalan dengan perkembangan islam disana. Di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa, di setiap hari kampung, desa, kecamatan bahkan di sekolah dan di kantor-kantor pemerintah dibangun masjid yang besar. Gejala ini menunjukkan perkembangan yang positif dari fisik maupun kerohaniaan.

Adapun Pada saat ini umat islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan. Bahkan hampir di setiap lingkungan perkantoran, di


(13)

2

kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun di kantor-kantor swasta berdiri dengan megah masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur.1

Masjid juga tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang berdimensi duniawi kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban islam. Oleh karena itu, masjid harus difungsikan sebagai wadah untuk menampung berbagai kegiatan sosial dan bukan hanya tempat untuk ibadah ritual saja.

Jika diamati secara seksama jumlah masjid di indonesia cukup banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid yang besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak pula banyak ditemkan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian, poliklinik, baitul mal, wattamwil dan lain sebagainya.

Masjid sebagai tempat ibadah, juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyelanggarakan acara pernikahan oleh kaum muslimin. Penyelenggarakan pernikahan (akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak dipahami di antara kaum muslimin

1


(14)

3

sendiri, karena para pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.2

Maka oleh karena itu perkembangannya, masjid juga tidak lagi hanya menjadi tempat untuk beribadah, namun pada jaman sekarang masjid juga sudah merambat pada bisnis jasa penyewaan gedungnya untuk acara-acara tertentu. Beralih fungsi bukan hanya untuk beribadah semata, tetapi dari hal tersebut tidak menutup fungsi utamanya.

Karena pada jaman sekarang orang-orang yang banyak kita lihat dan jumpai saat melakukan resepsi pernikahan. Banyak dilaksanakan di gedung-gedung. Oleh karena itu saat ini banyak masjid-masjid besar, seperti contohnya masjid Al-akbar Surabaya, selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual seperti penyelenggaraan sarana akad nikah, resepsi pernikahan, pengajian akbar, dan ada juga untuk pembinaan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan penyediaan fasilitas yang memadai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, maka manajemen masjid Al-Akbar Surabaya menyediakan penyewaan gedung masjidnya. Antaranya gedung yang disewakan yaitu, gedung As-shofa, Al-marwah, dan gedung muzdhalifah. Dari beberapa gedung tersebut mempunyai fasilitas dan kualitas yang berbeda-beda.

Untuk melakukan bisnis penyewaan gedung tersebut di butuhkan manajamen yang baik. Salah satunya yaitu koordinasi yang baik, karena dalam penelitian ini akan berfokus kepada tahap-tahap koordinasinya.

2


(15)

4

Koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses manajemen senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat kegiatan manajemen di satu segi dan memperlemah atau mengurangi kegiatan manajemen di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar tercapainya tujuan. Adapun pengertian koordinasi menurut beberapa ahli.

Coordinating merupakan singkronasi yang teratur dari usaha-usaha individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka, sehingga dapat di ambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mencapai koordinasi tersebut setiap anggota perusahaan harus dapat melihat bagaimana kegiatan-kegiatan perseorangan dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.3

Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. Dikhawartikan, tidak terkoordinasinya setiap bagian pada giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya. Salah satu contoh yang paling mudah mengenai koordinasi adalah antara bagian pemasaran

3


(16)

5

dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat, maka bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain, bagian keuangan mencatat bahwah biaya perusahaan semestiya di efesienkan. Jika bagian pemasaran dan bagian keuangan tidak berkodinasi dapat dibayangkan bahwah akan terjadi konflik kepentingan antar bagian, padahal kedua bagian tersebt sebenarnya bermaksud baik bagi kepentingan perusahaan.4

Koordinasi ini merupakan seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Seperti, adanya pekerjaan apa saja yang harus dilaksanakan oleh pengelola dalam penyewaan gedung masjid al-akbar, adanya pengkoordinasian orang-orang yang melaksanakan pekerjaan pokok masing-masing dari setiap devisi gedung masjid al-akbar, adanya tempat dimana pelaksanaan kerja itu berlangsung, adanya hubungan kerja antara mereka yang bekerja dan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Semua hal tersebut dengan tujuan untuk dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dan pelaksanaan peyewaan gedung bisa berjalan dengan efesien dan efektif.

Adapun pengertian penyewaan menurut Abdul R.Husein, penyewaan adalah peluang bisnis yang sering di manfaatkan oleh banyak

4


(17)

6

orang sehingga muncul bisnis penyewaan barang-barang seperti: rental mobil, penyewaan gedung serba guna, penyewaan buku atau dvd dan penyewaa kontainer, dan sebagainya.

Selain itu penyewaan dapat diartikan sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna untuk mencapai suatu tujuan. Barang yang dapat di sewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-macam.5

Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi nya. Kubah diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila,kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun islam dan rukun iman, menara yang tingginya 99 meter menggambarkan asmaul khusna.

Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah.

5

Era Sari Munthe, Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta, Jurnal Komputer, vol.7, no.2 Tahun 2011, 90


(18)

7

Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah 22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan di beberapa masjid raya seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Ciri lain dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.6

B. Rumusan Masaalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti membatasi permasalahan kedalam perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana koordinasi penyewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Mengetahui koordinasi persewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritik

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen khususnya dalam koordinasi persewaan gedung.

6Wikipedia bahasa indonesi,”

Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses


(19)

8

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan ilmiah yang dapat dipergunakan untuk suatu Lembaga yang bergerak dibidang jasa penyewaan gedung.

2. Manfaat secara Praktis a. Bagi peneliti

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui koordinasi penyewaan dalam mewujudkan perkembangan penyewaan gedung masjid.

2) Sebagai syarat untuk memenuhi gelar S1.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi perpustakaan fakultas.

c. Bagi Lembaga

Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi lembaga dalam koordinasi jasa penyewaan fisik atau fasilitas untuk lebih bisa di kembangkan.

E. Definisi Konseptual

Pengertian dasar dari konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep merupakan suatu yang masih universal atau umum. Tujuan dari definisi konseptual adalah untuk menghilangkan perbedaan pemahaman dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan melalui judul yang diangkat dalam penelitian ini yang artinya akan dijadikan landasan pada pembahasan selanjutnya:


(20)

9

1. Koordinasi adalah proses dalam mengintregrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif.7 Maksudnya, koordinasi melakukan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang untuk menjalankan tugas-tugas nya, dan tanggung jawab dari setiap devisi, dan memonitoring dari setiap devisi apakah telah menjalankan tugas pokoknya masing-masing. Sehingga dalam proses jalanya acara penyewaan gedung berjalan secara efektif dan sesuai tujuan yang telah di tetapkan.

2. Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan8. Maksudnya, penyewaan jasa atau barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-bermacam-macam, sesuai dengan ruangan dan fasilitas yang di butuhkan penyewa. Penyewa juga dalam melakukan penyewaan jasa atau barang yang di pilih harus menjalankan perjanjian atau ketentuan, jadi penyewa menentukan hari,tanggal, dan bulan kapan akan menyewa, setelah selesai menentukan jadwal yang telah di pilih dan di sepakati sesuai kesepakatan dan tidak lupa melakukan syarat-syarat yang berlaku di dalam penyewaan agar bisa mencapai satu tujuan penyewaan.

7

Ernie Tisnawati, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar manajemen, Prenada media, Jakarta, hal. 159

8Era Sari Munthe, “Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta”

, Jurnal Komputer, vol.7, no.2, Tahun 2011, 90.


(21)

10

F. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dirancang menjadi lima bab. Di bab pertama, pembahasan ditekankan pada fokus penelitian, yaitu koordinasi persewaan gedung masjid. Dari fokus ini, terumuskan masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Agar memperoleh pemahaman fokus penelitian dengan benar, maka alasan munculnya fokus serta konseptualisasi dikemukakan dalam bab pertama. Demikian pula, fokus penelitian yang dibahas dalam studi kepustakaan.

Dalam bab kedua dibahas tentang teori yang menjadi pondasi dari latar belakang di atas yaitu teori koordinasi yang kemudian digabungkan dengan teori manajemen jasa, teori penyewaan, dan teori manajemen masjid.

Dalam bab ketiga, peneliti membahas metode penelitian, jenis data penelitian menjadi patokan awal dalam menentukan pendekatan dan jenis penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sudah didapatkan.

Dalam bab keempat, pembahasan tentang data di lapangan digambarkan dan dijelaskan apa adanya hingga memperoleh hal-hal di balik fenomena. Agar data memiliki makna, perlu konfirmasi dengan teori. Hasil konfirmasi ini berupa analisa dan temuan penelitian yang dibahas dalam bab keempat.

Temuan data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang dibahas secara singkat dalam bab keempat. Karena hanya ada satu


(22)

11

rumusan masalah, maka kesimpulannya juga satu. Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan dengan dua sasaran, sesuai dengan kegunaan penelitian, yaitu saran teoritis dan saran praktis.


(23)

12

Bab II

Landasan Teori

A. Penelitian Terdahulu

Dalam konteks ini penulis telah membaca dan mencari dari penelitian yang sudah dilakukan peneliti lain terutama dengan tema pengembangan usaha dengan strategi level korporat. Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan untuk mendukung dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, skripsi saudari Alviani Wahyuni Suyodti, Dalam skripnya yang berjudul” Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan Infastruktur Teknologi Informasi”. 9

Fokus penelitian ini mengenai sistem informasi monitoring pada proses penyewaan gedung dan infastruktur tegnologi informasinya. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu lebih fokus terhadap pengkoordinasian persewaan sarana dan prasarana gedung. Peersamaan dengan penelitian di atas, terletak pada persewaan gedung.

Kedua, Siti Kopsah, dalam jurnal nya yang berjudul “Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di Monume Diponegoro Yogyakarta”.10 Fokus penelitian ini mengenai pengelolaan sistem informasi pemasaran penyewaan gedung dan kamar. Persamaan penelitian di atas, terletak pada sama meneliti tentang persewaan gedung.

9

Alviani Wahyunni, 2014, “ Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan

Infastruktur Teknologi Informasi”, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Uiversitas Islam Neggri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

10

Siti Kopsah, 2012, “Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di

Monume Diponegoro Yogyakarta”, Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Informatika dan


(24)

13

Ketiga Tantyo Gitoadi dkk, dalam skripsinya yang berjudul ” Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Berbasis Intranet Pada PT. Kartika Buana Ayu”. Fokus penelitian ini mengenai untuk mempermudah kerja karyawan dalam menyajikan suatu informasi data informasi penyewaan gedung . Sedangkan penelitian yang akan di teliti mengenai Koordinasi Persewaan Gedung di masjid Al Akbar Surabaya. Persamaan penelitian di atas sama meneliti tentang persewaan gedung.

Keempat Hj.Tati Hartati, dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh Koordinasi Kepala Unit Terhadap Efektivitas Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Kabupaten Majalengka”. Fokus dalam penelitian ini terutama untuk menguji tentang seberapa besar pengarh koordinasi kepala unit terhadap efektivitas kerja pegawai kantor unit pelaksanaan teknis dinas (UPTD). Peralatan dan perbengkelan dinas BMCK kabupaten majalengka. Persamaan penelitian yang akan diteliti ialah sama meneliti tentang koordinasi. Yang membedakan ialah fokus penelitiannya mengkoordinasi efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK). Sedangkan penelitian yang akan di teliti koordinasi penyewaan gedung.11

Kelima Mohammad anis, dalam jurnalnya yang berjudul “ Koordinasi dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran Dristributor Semen”. Fokus dalam penelitian ini Sebagai produsen perusahaan produk semen tentunya mempunyai suatu strategi yang unggul dan bisa

11

Tati Hartati, 2013, “ Pengaruh Koordinasi Kepala Unit Terhadap Efektivitas Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Kabupaten Majalengka, Jurnal, Administrasi Negara Vol. 4 No. 1 Tahun 2013.


(25)

14

mengintegasikan secara strategik kepada anggota saluran distribusinya toko besi dan bahan bangunan. Dan kemudian juga dapat mengkoordinasikan untuk menyesuaikan serta mempengaruhi keputusan dan aktivitas anggota saluran distribusinya. Persamaan dalam penelitian yang akan diteliti sama meneliti mengenai koordinasi.12

Keenam prianatama dalam skripnya yang berjudul “ Pengaruh Koordinasi Terhadap Penigkatan Evektivitas Kerja Karyawan Pada PT. IV (Persero) Medan”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh koordinasi terhadap peningkatan efektivitas kerja karyawan, di mana salah satu variabelnya adalah pendelegasian wewenang. Persamaan dengan penelitian yang akan di teliti yaitu sama meneliti tentang mengenai koordinasi.13

B. Kerangka Teori

1. Tinjuan Tentang Koordinasi a. Pengertian Koordinasi.

Koordinasi ialah segala tindakan ataupun usaha yang sesuai dan mengarah (sinkron dan harmonis) sehingga memungkinkan tercapainya tujuan yang telah di tetapkan, secara tetap, efesien dan efektip. Dari segi manajemen, ini berarti bahwa koordinasi tersebut bersangkutan dengan:

12

Mohammad Anis, “ Koordinasi dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran

Dristributor Semen”, Jurnal, Sains Pemasaran Indonesia, Volume I, No. 2, Tahun 2002, 198– 218

13Prianatama Rela, 2009, ” Pengaruh Koordinasi Terhadap Penigkatan Evektivitas Kerja Karyawan Pada PT. IV Persero Medan”, Skripsi, Universitas Sumatera ,medan .


(26)

15

1) Serangkaian tindakan, dengan kualitas dan kuantitas tertentu yang harmonis.

2) Waktu yang di perlukan dalam tindakan-tindakan tersebut. 3) Pedoman pelaksanaannya.

Ketiga faktor inilah yang memungkinkan adanya suatu koordinasi. Dengan demikian suatu koordinasi dalam proses menejemen tersebut bersifat dinamis dan bahkan beberapa ahli memandang koordinasi tersebut sebagai esensi daripada “manajemen.14

Sedangkan menurut beach koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.15

Dari beberapa pengertian koordinasi di atas dapat di simpulkan bahwah koordinasi adalah kerja sama antar unit atau bagian yang menciptakan keharmonisan kerja dalam melakukan proses kegiatan dalam mencapai tujuan bersama.

14

Martoyo, 1988, Pengetahuan dasar manajemen dan kepemimpinanan, BPFE, Yogyakarta, hal. l 25.

15

Melayu Hasibun, 2001, Manajemen Pasar, Pengertian dan Masalah, Bumi Aksara, Bandung, hal. 85


(27)

16

b. Jenis-jenis Koordinasi

Beberapa jenis koordinasi sesuai dengan lingkup dan arah jalurnya yaitu menurut lingkupnya, terdapat terdapat koordinasi intern yaitu koordinasi antar pejabat unit di dalam suatu organisasi dan organisasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari berbagai organisasi atau antar organisasi. Adapun koordinasi ada tiga bentuk yaitu:16

1) Koordinasi horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar yang mempunyai tingkat hierarki yang sama dalam suatu organisasi dan antar pejabat dari organisasi-organisasi yang setingkat.

2) koordinasi vertikal yaitu koordinasi antar pejabat dari unit-unit tingkat bawah oleh pejabat atasannya atau unit tingkat atasannya langsung, juga cabang-cabang suatu organisasi oleh organisasi induknya.

3) koordinasi diagonal koordinasi antar pejabat atau unit yang berbeda fungsi dan berbeda tingkatan hierarkinya.

c. Prinsip-prinsip Koordinasi.

Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam menciptakan koordinasi antara lain:17

16

Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta, hlm. 25.

17 Dann Sugandha, 1991, Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi, Intermedia, Jakarta,


(28)

17

1) adanya kesepakatan dan keastuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama.

2) adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.

3) adanya kataatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-masing serta jadwal yang telah diterapkan.

4) adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing. 5) adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan

serta memonitor kerja sama tersebut, serta memimpin pemecahan masalah bersama.

6) adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada koordinator sehingga koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dan mengerti masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak.

7) adanya saling hormati terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak sehingga tercipta semangat untk saling bantu.


(29)

18

d. Sifat-sifat Koordinasi

Beberapa Sifat suatu koordinasi yang kiranya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut 18:

1) Bersifat Dinamis

Ini berarti bahwah dalam proses koordinasi selalu terjadi atau di perlukan adanya penyesuaian-penyesuaian, untuk memungkinkan semua kegiatan dalam proses manajemen senantiasa terarah kepada tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Suatu koordinasi cenderung untuk memperkuat kegiatan manajemen di satu segi dan memperlemah (mengurangi) kegiatan manajeme di lain segi dan seringkali juga menciptakan tindakan-tindakan baru untuk memperlancar tercapainya tujuan.

2) Mencegah Timbulnya Perbedaan dan Pertentangan.

Dengan koordinasi yang tepat, maka perbedaan dan pertentangan dalam organisasi harus dapat dicegah. Oleh karena itu bila perbedaan dan pertentangan tersebut masih saja terjadi maka koordinasi tersebt belum mencapai sasarannya.

3) Menyeimbangkan Secara Tepat Semua Kegiatan Dalam proses Manajemen.

Dengan adanya koordinasi, berbagai kegiatan dalam proses manajemen dapat di ketahui dan diatur sedemikian rupa

18

Susilo Martoyo, 1988, Pengetahuan dasar manajemen dan kepemimpinanan, BPFE, Yogyakarta, hal. 138.


(30)

19

sehingga tercapai keseimbangan yang tepat. Dengan keseimbangan yang sedemikian itu usaha-usaha dalam mencapai tujuan organisasi akan lebih efisien dan efektif.

Ketiga sifat koordinasi diatas sangatlah penting agar suatu koordinasi bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Karena suatu koordinasi diperlukan pertukaran informasi yang kontinyu disertai kesediaan berkompromi dan memperbaikinya untuk kepentingan perusahaan. Banyak orang melihat koordinasi adalah sama dengan tujuan manajemen dan bukan menjadi bagian daripada manajemen.

e. Fungsi-fungsi Koordinasi

fungsi-fungsi tambahan sebagai hal yang fundamental didalam proses manajemen, termasuk didalamnya adalah pemberian wewenang, berkomunikasi, berkonsultasi, mengadakan evaluasi dan intregrasi, pengukuran dan mengukur dan menyusun spesifikasi tugas-tugas tersebut.19

Keharmonisan dan keserasian ini haruslah selalu diciptakan baik terhadap tugas-tugas yang bersifat teknis, komersial, finansial, personalia maupun administrasi. Dengan terciptanya koordinasi kerja tersebut maka beban-beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka beban antar bagian akan menjadi seimbang, dan dengan adanya keseimbangan beban maka

19


(31)

20

keadaan atau suasana organisasi sebagai keseluruhan akan menjadi selaras.

Keselarasan tersebut akan membawa akibat terjadinya kewajiban di dalam melaksanakan tugas serta mencapai tujuan. Oleh karena itulah maka koordinasi ini juga merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang sering disebut sebagai “Tiga S” yaitu singkatan dari20

: 1) Serasi, yang dimaksud dengan kata serasi adalah suatu perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugasnya yang masing-masing bagian dalam unit organisasinya guna merealisasi tujuan/ sasaran organisasinya. 2) Selaras, yang dimaksud selaras adalah adanya suatu

sinkronisasi terhadap karyawan dan manager tentang hal-hal yang mereka pikirkan dan mereka hendaki dalam melaksanakan tugas yang diberikan dari masing-masing bagian dalam unit-unit organisasinya yang guna merealisasikan tujuan / sasaran organisasinya.

3) Seimbang, yang dimaksud dengan seimbang adalah adanya pembebanan yang proposional serta tentang sinkronisasi pelaksanaan tugas dimasing-masing bagian dalam unit organisasinya guna merealisasi tujuan/sasaran organisasi dengan pelaksanaan tugas tersebut.

20

Indriyono Gito sudarmo dan Agus Mulyono, 1999, Prinsip-prinsip Manajemen, BPFE, Yogyakarta, hal. 145.


(32)

21

Tiga S ini dalam pelaksanaan koordinasi kerja untuk lapisan bahwa sering di lengkapi dengan dua S lagi sehingga menjadi lima S yaitu:

1) Seragam yag dimaksud seragam adalah adanya kesamaan prinsip dasar dalam pelaksanaan kerja atau tugas-tugas. Keseragaman akan mengakibatkan kemudahan dalam pelaksanaan maupun pengawasannya. Koordinasi pada tinngkat menengah dan tingkat kebawah pada umumnya memerlukan keseragaman disamping untuk memudahkan pelaksanaan dan pengawasan pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi atau penghematan ongkos bagi masing-masing bagian dalam unit organisasi dalam rangka merealisasi tujuan/sasarannya.

2) Serempak, yang dimaksudkan serempak adalah adanya pelaksanaan tugas bagi berbagai atau seluruh bagian dalam unit organisasi yang harus dijalankan secara bersama-sama serta dalam waktu yang bersamaan pula. Hal ini akan membuat pelaksanaan tugas dapat terkoodinasi sehingga dimana saja dalam organisasi akan dapat dengan mudah untk digerakkan searah serta sejalan dengan usaha untuk merealisasikan pencapaian tujuan/sasaran organisasi yang bersangkutan.


(33)

22

Jika suatu koordinasi bisa menciptakan keadaan yang sering dengan 5 S, maka suatu koordinasi akan lebih mudah tercapai. Dan tugas-tugas akan dapat terselesaikan dengan lebih efektif dan lebih efisien.

Dan begitu pula jika dalam suatu organisasi yang terkoordinir dengan baik maka akan terdapat kebaikan-kebaikan sebagai berikut:21

a. Setiap bagian departemen dapat bekerja dengan beban yang tidak terlampau berat. Hal ini dapat dibayangkan sebagai adanya keseimbangan antara waktu kerja dengan waktu istirahatnya. Dengan adanya koordinasi kerja yang baik maka akan terdapat pemerataan beban tugas-tgas kepada seluruh bagian atau departemen didalam organisasi tersebut, oleh karena itulah maka akan terjadi keseimbangan dan keselarasan bagi segenap unsur dalam organisasi.

b. Setiap bagian departemen akan memperoleh informasi yang jelas tentang peranan mereka dalam partisipasinya terhadap pencapaian tujuan bersama. Disamping itu mereka akan tahu persis tentang apa peranan bagian lain dalam organisasi sehingga mereka mereka dapat memberikan saran-saran serta

21

Indriyono Gito sudarmo dan Agus Mulyono, 1999, Prinsip-prinsip Manajemen, BPFE, Yogyakarta, hal 148-149.


(34)

23

komentar-komentar terhadap kemungkinan-kemungkinan ketidakserasian antar bagian yang mungkin terjadi.

c. Skejul kerja bagi seluruh bagian akan dapat saling terkait sehingga akan dapat menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.

Untuk menciptakan ketiga hal diatas, memerlukan pengaturan yang baik agar beban dapat disebarkan secara merapat dan seimbang. Pengetahuan yang luas terhadap masing-masing bagian akan dapat memahami bagian yang lain dan sebagiannya.

2. Koordinasi Dalam Perspektif Islam a. Koordinasi dalam Persefektif Islam

Ajaran islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Hal ini dinyatakan dalam surat ash-Shaff:4. Uucapan ali bin abi thalib yang sangat terkenal,

{ اظنب لط ابلا هب حئ اظن لب قحلاا }

Artinya: “Hak atau kebenaran yang tidak diorganisir

dengan rapi, bisa dikalahkan oleh kebatilan yang lebih

terorganisir dengan rapi” 22

Berdasarkan perkataan ali diatas, dapat disimpulka bahwah pengorgaisasian sangatlah urgen, bahkan kebatila dapat mengalahkan

22 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani


(35)

24

sesuatu kebenaran yang tidak terorganisir. Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw. Bersabda,

{ هنقتي ا ل علا ك دحا ل ع ا ا بحى هلاا ا }

ينا بطلا او ر

Artinya: “allah sangat mencintai jika seseorang melakukan

perbuatan yang terutama dilakukan dengan itqan

(kesungguhan dan keseriusan).”23

Kesungguhan dan keseriusan dalam hal ini termasuk kesungguhann dan keseriusan mengorganisasi suatu kegiata. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mubarok.

“jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau

pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan atau pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik, teruskanlah, dan jika perbuatan itu

jelek, maka berhentilah.” (HR Ibnu Mubarok).24

Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbatan merupakan larangan untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan tanpa tujuan yang jelas.

Organisasi dalam pandangan islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi, tentu ada pemimpin dan bawahan.25

23

Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani Press. Jakarta. Hal 100

24 Didin Hafinudin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Gemma Insani

Press. Jakarta. Hal 101

25

Didin Hafidhudin dan Hendri Tanjung. 2003, Manajemen Syariah , Gema Insani Press, Jakarta, hal. 100-101.


(36)

25

3. Tinjauan Tentang Penyewaan. a. Pengertian Penyewaan.

Penyewaan adalah sebagai peminjaman jasa atau barang dengan tidak mengabaikan suatu ketentuan atau kesepakatan dan syarat yang berlaku didalam organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan.

Adapun barang yang disewa bermacam-macam, tarif dan lama sewa juga bermacam-macam. Contohnya: rumah umumnya disewa dalam satuan tahun, mobil dan gedung dalam satuan hari, dll.

b. Tujan dan fungsi penyewaan.

Pada dasarnya tujuan utama penyewaan adalah untuk memenuhi kebutuhan para konsumen, memperoleh laba dan meningkatkan taraf hidup. Adapun tujuan dan fungsi penyewaan adalah sebagai berikut :

1) Untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2) Untuk menjalankan fungsi perekonomian.

3) Mendapatkan keuntungan dari masing-masing pihak yaitu penyewa dan pemberi sewa.

4) Penyewa tidak perlu membeli suatu barang atau hanya sebagai pemakai saat membtuhkan saja.26

4. Teori Manajemen Masjid

a. Pengertian Manajemen Masjid.

Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan baik makna fisik maupun makna spritual. Kata masjid itu

26Era Sari Munthe, “

Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta”, Jurnal Komputer, vol.7, no.2, Tahun 2011, 90.


(37)

26

senderi dari kata sajadah-yasjuduh-masdjidan (tempat sujud). Kata masjid di dalam Al-Qur’an telah di ulang sebanyak dua puluh delapan kali. Kata-kata masjid banyak di singgung dalam Al-Qur,an dan hadist, seperti yang tercantum dalam QS. An-Nuur (24) :36 yang menyatakan:

اا ْااو ِود ْلاب اي هل ِب ي ه ْاا اي كْ يو ْ ْ ُ و ب ي Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut

nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.”27

Berdasarkan ayat diatas bahwasannya masjid adalah rumah allah, di sanalah umat nya disarankan untuk mengingat dzikir, mensyukuri atas nikmat allah dan menyembahnya dengan khusyu’ serta memakmurkannya.

a. Peranan Masjid.

Di indonesia, di manapun tempatnya kita dapat dengan segera menemukan bangunan masjid, karena telah banyak jumlah masjid yang didirikan. Keberadaan masjid menjadi indikator bagi perkembangan agama islam. Masjid di indonesia kebanyakan masih perperan dan berfungsi seperti yang diajarkan rasullaallah SAW yaitu sebagai tempat penyebaran dan pendidikan islam. Namun di singapura ada masjid berubah fungsi, berperan sebagai tempat wisata.


(38)

27

Dari berbagai kejadian dan pengalaman yang terus berlangsung, bisa dikatakan bahwah masjid bisa berperan sebagai berikut:28

1) Pusat kegiatan umat islam, baik kegiatan sosial, pendidikan, politik, budaya, dakwah maupun kegiatan ekonomi. Umat islam sering memanfaatkan masjid sebagai pusat segala kegiatan. Kegitan sosial yang diselenggarakan di masjid adalah kegiatan temu remaja islam yang membicarakan problem sosial yang dihadapi, selain hal-hal yang menyangkut pendalaman masalah ibadah. Masjid juga dimanfaatkan untuk pengembangan kegitan ekonomi seperti baitul mal, koperasi masjid dan pengumpulan shadaqoh, infaq dan zakat, dll.

2) Masjid Sebagai Lambang Kebesaran Islam

Masjid haram dilambangkan sebagai pusat kebesaran islam, dimana di dalamnya terdapat ka’bah sebagai kiblat umat islam di seluruh dunia. Sedangkan masjid istiqlal jakarta dijadikan lambang kebesaran umat islam di indonesia.

3) Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Ilmu

Para remaja yang sudah mulai menyadari masa depannya, membentuk ikatan remaja masjid dengan berbagai kegiatan, termasuk di antaranya mendirikan perpustakaan, mengadakan kursus-kursus atau les bagi anak-anak SD sampai SMA.

28

Said Agil Husein Al Munawar, 2004, Pedoman Manajemen Masjid, Icmi Orsat Cempaka Putih, Jakarta, hal. 10.


(39)

28

Banyak anak lulusan SMA akrab dengan masjid dalam menuntut ilmu pengetahuan di sana.

Sebagi pusat pengembangan ilmu, baik ilmu dunia maupun ahirat masjid berperan sangat besar. Banyak masjid yang sudah dilengkapi dengan berdirinya taman pendidikan al qur’an (TPA), perpustakaan masjid dan tempat penyelenggaraan kursus-kursus lain, seperti kursus elektronika, komputer, radio, tv atau kursus bahasa asing. Inilah suatu cara memakmurkan masjid, dimana anak-anak belajar, sementara orang tua yang menunggu melakukan kegiatan memakmurkan masjid seperti adanya pengajian atau melakukan tadarus Al-Qur’an.

b. Fungsi masjid

Jika diamati secara seksama, jumlah masjid di indonesia cukup banyak dan beraneka ragam kegiatan yang dilakukan. Banyak pula ditemukan masjid besar, tetapi sepi jama’ah. Tidak jarang pula ditemukan masjid kecil, namun selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatannya seperti kegiatan perpustakaan, olah raga, pengajian, poliklinik, baitul mal wattamwil dan lain sebagainya.

1) Tempat untuk Melakukan Ibadah

Sesuai dengan artinya masjid sebagai tempat bersujud sering diartikan pula sebagai baitullah (rumah allah), maka masjid dianggap suci sebagai tempat menunaikan ibadah bagi umat islam,


(40)

29

baik ibadah shalat dan ibadah yang lainnya, termasuk seperti sholat jum’at, sholat tarawih, shalat ied dan shalat-shalat jama’ah lainyaserta iktiqaf.

Tempat untuk Melakukan Kegiatan Pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan banyak di selenggarakan di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid-masjid belum memiliki lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid belum memiliki lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid, setelah ba’dah magrib, sering diselenggarakan pengajian anak remaja. Pada malam jum’at, umumnya diselenggarakan pengajian orang tua.

Di beberapa masjid yang cukup besar, bahkan terdapat pula lembaga pendidikan keagamaan, seperti kursus bahasa arab, kursus khatib dan masih ada kajian keagamaan lainya.

2) Tempat Bermusyawarah Kaum Muslimin

Pada zaman rasullallah, masjid berfungsi sebagai tempat yang nyaman untuk membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian masyarakat pada waktu itu. Dijaman sekarang, barangkali sangat berguna bagi masyarakat untuk memusyawarakan maslah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.


(41)

30

Masjid sering dijadikan sebagai tempat berkonsultasi kaum muslimin dalam menghadapi permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi, budaya dan politik. Tidak mengherankan, jika suatu masjid juga memiliki yayasan lembaga konsultasi psikologi, bisnis, kesehatan, dan keluarga.

Sebagai tempat konsultasi, masjid harus memberikan kesan, bahwah masjid bisa membawa kesejukan dan masa depan masyarakat yang lebih cera. Sebagai tempat berkonsultasi, masjid mampu menyediakan atau menghasilkan ahli-ahli dalam bidangnya.

Masjid bisa berperan untuk konsultasi masalah pendidikan anak, misalkan perlunya konsultan psikologi yang bisa berpraktek seminggu sekali untuk penanganan anak yang bermasalah dalam belajar, masalah anak kurang berprestasi dan masalah anak lain.

4) Tempat Kegiatan Remaja Islam

Pada beberapa masjid, terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan melalaui bimbingan pengurus masjid. Namun demikian bahwah, belum seluruh masjid di manfaatkan oleh para remaja islam secara oktimal, misalnya dengan membentuk kelompok diskusi islam, kelompok oraga masjid, kelompok kesenian


(42)

31

remaja islam, kelompok studi group islam, dan masih bayak kegiatan lain yang dilakukan.

5) Tempat Penyelenggaraan pernikahan.

Masjid sebagai tempat ibadah, juga bermanfaatkan sebagai, tempat penyelengaraan acara pernikahan oleh kaum muslimin.

Penyelenggaraan pernikahan ( akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa keagamaan dibandingkan dengan peristiwa budaya atau sosial. Peristiwa ini belum banyak di pahami oleh kaum muslimin sendiri, karena para pemimpin islam belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan.

Ada beberapa alasan masjid belum dimanfaatkan untuk tempat pernikahan, antara lain di anggap bahwah masjid tempat suci karena dianggap tempat shalat.


(43)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Menurut Bog dan Taylor penelitian kualitatif sebagai berikut :

“metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.Pendekatan ini langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara keseluruhan; subjek penyelidik, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menajadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari keseluruha”.

Metode ini dapat digunakan untuk menggungkap dan memahami apa yang terletak dibalik fenomena apa saja yang sedikit belum diketahui. Metode kualitatif dapat memberikan secara detail fenomena yang ruwet yang sulit untuk disampaikan dengan metode kuantitatif.

Dengan lain kata, metode kuantitatif lebih menekankan pada usaha mengidentifikasi hubungan-hubungan kasual yang biasanya diproses melalui rumus-rumus statistic (angka). Sementara metode kualitatif cocok untuk mendeskripsikan fenomena, yang datanya berupa kata-kata


(44)

33

(ucapan), perilaku, atau dokumen, dan tidak pernah dianalisis dengan rumus-rumus statistic, tetapi dalam bentuk narasi.Oleh karena itu peneliti ingin menggambarkan atau menguraikan bagaimana Koordinasi Penyewaan Gedung Al Akbar Surabaya.29

B. Lokasi Penelitian

Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan dituju dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar. Sedangkan, lokasi yang dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini beralamat di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Nomer Telpon (031)8289755. C. Jenis dan Sumber Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder. Mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan melakukan pengumpulan data.30 Untuk itu jenis dan sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Jenis Data 1) Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat

29

Rulam Ahmadi, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-ruzz Media, Yogyakarta, hal. 12-14.

30


(45)

34

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.31 Yang termasuk di dalam data primer yaitu subyek atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah Kabag Masjid Al Akbar Surabaya serta Pengurus Pengelola Gedunng Masjid Al Akbar Surabaya yang datanya didapat dengan melalui wawancara secara langsung.

2) Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.32

Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.Data sekunder ini merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data primer.Data yang termasuk ke dalam data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan koordinasi penyewaan gedung masjid al akbar surabaya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah medapatkan

31

Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 91.

32


(46)

35

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standard yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni :

1. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan dengan sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau menggunakan pedoman wawancara teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

a) Bentuk-bentuk Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

b) Tujuan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

c) Resiko atau kendala apa yang sering di hadapi dalam melakukan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

d) Adapun yang akan dijadikan informan atau sumber data dalam penelitian ini:

1) Kabag gedung masjid Al-akbar. 2) Pengelola gedung masjid Al-akbar.


(47)

36

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan cenderung menjadi data sekunder. Pemakaian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,agenda dan lain sebagainya.

a) Kegiatan yang berlangsung dalam mengamati kegiatan Koordinasi Penyewaan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya. b) Benda mati yang bisa dijadikan bukti atau media penunjang

pengamatan di Gedung Masjid Al-Akbar Surabaya. E. Teknik Validitas Data

Pada bagian ini diteaknkan adalah validitas dari interpretasi. Kemampuan menggambarkan temuan kebenaran.Hal ini bisa tidak tepat jika peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran dengan begitu saja. Agaknya, validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan. Dalam term validitas dipresentasikan analisis, kemudian cerminan yang diperlukan adalah:

1. Pengaruh yang kuat dari desain penelitian dan pendekatan analisis pada hasil yang dipresentasikan.

2. Konsistensi temuan, untuk contoh, hasil analisis dapat digunakan oleh lebih dari satu peneliti.


(48)

37

3. Hasil yang dipresentasikan luasannya mewakili secara keseluruhan dan berkaitan.

4. Menggunakan data asli yang memadai dan sistematik (contoh penggunaan kutipan bukan hanya berasal dari orang yang sama) yang dipresentasikan dari analisis, dengan demikian pembaca yakin bahwa intrepretasi data terkait dengan data yang dikumpulkan.

Cara lain menggambarkan reliabilitas dan validitas:

1. Triangulasi data, data yang dikumpulkan melalui umber majemuk untuk memasukkan dat pengamat, wawancara, dan diskusi kelompokterfokus.

2. Pemeriksaan anggota, informan akan berperan sebagai pemeriksa sepanjang proses analisis.

3. Pengamatan jangka panjang dan berulang di lokasi penelitian, pengamatan tetap dan terus berulang.

4. Klarifikasi prasangka peneliti.

5. Mempertimbangkan masalah-masalah dari masukan informan. 6. Menyediakan alasan untuk keputusan mereka untuk menyediakan

masukan atau tidak.

7. Menjelaskan bagaiman mereka mengetahui tentang masukan, jenis masukan, dan mengapa.


(49)

38

8. Menjelaskan bagaimana masukan dari informan telah digunakan dalam analisis dan interpretasi data.33

F. Teknik Analisis Data

Dalam pendekatan kualitatif sangat berbeda dengan pendekatan kuantitatif, terutama dalam penyajian data atau analisis data. Menurut

Matthew B. Miles, psikologi dan pengembangan dan Michel Huberman

ahli pendidikan dari University of Geneva, Switzerland, (Miles dan Huberman, 1992:15-21) analisis kualitatif, data yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara yaitu pengamatan terlibat, wawancara semi terstruktur, dan selanjutnya diproses melalui perekaman, pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.

Analisis, menurut Matthew dan Michael dibagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah:

1. Reduksi data, alur ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverefikasi.

33


(50)

39

2. Penyajian data, penyajian yang dimaksud adalah sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkian adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

3. Penarikan kesimpulan, dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor.

34

Gambar 3.2 Teknik Analisis Data

G. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Pralapangan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyusun rencana penelitian secara fleksibel (Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang diajukan kepada ketua Prodi Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang masalah, fenomena yang terjadi

34


(51)

40

dilapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian).

b. Memilih lapangan penelitian (Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Masjid Al Akbar Surabaya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti. Kemudian, ada ketertarikan yang timbul dalam diri peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti selama ini.)

c. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. d. Menjajaki dan menilai lapangan (melakukan studi

pendahuluan).

1) Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup peserta penelitian.

2) Memahami pandangan hidup peserta penelitian.

3) Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat atau latar penelitian.

e. Memilih dan memanfaatkan peserta penelitian (Usaha untuk memilih dan memanfaatkan informan adalah dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang, yaitu responden 1


(52)

41

selaku Kabag Masjid Al Akbar Surabaya dan responden 2 selaku pengurus pengelola gedung masjid al akbar surabaya. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-alat tulis,

kamera, tape recorder, bahkan jas hujan dan payung jika diperlukan serta peralatan-peralatan lain yang dapat mendukung kelancaran penelitian di lapangan (menentukan dan membuat instrumen penelitian).

g. Memerhatikan etika penelitian. Peneliti harus dapat menjaga etika penelitian. Kehadiran peneliti, meskipun sedang melakukan penelitian secara partisipatif, jangan sampai merusak suasana.

2. Tahap pekerjaan lapangan

pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Memehami latar penelitian di mana peneliti harus:

1) Membatasi latar penelitiannya.

2) Menjaga penampilan. Peneliti kualitatif selalu tampil sederhana, paling tidak menyesuaikan diri dengan lapangan dan informan.

b. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Meskipun peneliti harus akrab dengan informan atau anggota penelitian yang lain, peneliti harus mengetahui batas-batas hubungan antara dirinya dengan informan. Ini penting untuk menghindari subjektivitas data atau hasil penelitiannya.


(53)

42

c. Jangka waktu penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada informan atau anggota penelitian berapa lama penelitiannya akan dilakukan.

d. Memasuki lapangan (melakukan penelitian di lapangan dengan memperhatikan etika penelitian).

e. Keakraban hubungan. Peneliti harus bisa menjalin hubungan secara akarab dengan informan atau dengan anggota peneliti yang lain. Apabila kehadiran peneliti masih dianggap tamu atau orang asing ditempat penelitian yang dilakukan, ia akan sulit menemukan data secara holistik (terperinci dan mendalam). f. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh anggota penelitian.

Untuk memudahkan komunikasi di lapangan selama penelitian berlangsung, peneliti harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh informan.

g. Peranan peneliti. Apabila data dikumpulkan dengan cara observasi secara terlibat atau penelitian secara partisipatif, maka peneliti dituntut untuk berperan sambil mengumpulkan data.

h. Pengarahan batas penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada anggota penelitian atau informan tentang batas-batas penelitian yang akan dilakukan.


(54)

43

i. Mencatat data. Ini dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan, sambil berperan serta atau apa saja yang dilihat (ditemukan) berkenaan dengan latar penelitian.

j. Petunjuk tentang cara mengingat data. Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Untuk lebih memudahkan peneliti mengingat data, peneliti harus membuat kode-kode tertentu berkenaan data yang akan dikumpulkan. Hal ini mengingat data yang dikumpulkan dari lapangan.Apalagi data hasil wawancara merupakan data yang luas dean banyak. Bahkan kadang-kadang data itu tidak berkenan sama sekali dengan fokus yang diteliti. Lebih jelas tentang pengkodean dibahas pada bab tentang penyajian data. k. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat. Oleh karena penelitian

kualitatif menuntut keberadaan peneliti di lapangan yang relatif lama, apalagi jika selalu berhadapan dengan situasi yang monoton dan frekuensi penelitian yang intensif, terkadang menimbulkan keletihan dan kejenuhan. Untuk itu peneliti harus mengatur waktu penelitiannya dan mengatur waktu untuk istirahat. Artinya peneliti harus menentukan waktunya melakukan penelitian dan kapan waktunya istirahat.

l. Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan. Terkadang fenomena yang diteliti menunjukkan pertentangan satu sama lain. Dalam kondisi seperti itu, peneliti harus bisa


(55)

44

menentukan benang merah yang mempertemukan antara konteks yang diteliti dengan fenomena yang muncul di lapangan.

m. Analisis di lapangan. Seperti telah disebutkan dalam perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif diatas, bahwa analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak peneliti masih mengumpulkan data di lapangan.Data yang telah dikumpulkan dan dituangklan dalam bentuk laporan lapangan, harus segera dianalisis. Hal ini akan dapat mengungkapkan :

1) Data apa yang masih perlu dicari atau belum dikumpulkan. 2) Hipotesis apa yang harus diuji.

3) Pertanyaan apa yang harus dan belum dijawab.

4) Metode apa yang harus digunakan untuk mencari informasi baru.

5) Kesalahan apa yang harus diperbaiki. Analisis ini juga perlu dilakukan untuk mendorong peneliti menulis laporan secara berkala.35

35


(56)

45

Bab IV

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Masjid Al-Akhbar Surabaya

Masjid Nasional Al Akbar. Atau bisa disebut Masjid Agung Surabaya merupakan masjid terbesar dan termegah di jawa timur , masjid Al Akbar ini berlokasi di jalan pagesangan nomer 1 Surabaya, Jawa Timur. Semua bangunan masjid Al-Akhbar surabaya mempuyai filosofi nya. Kubah besar yang berjumlah lima kubah yang diatas masjid Al-Akhbar surabaya mempunyai filosfi tentang pancasila, kemudian kubah yang kecil-kecil menggambarkan tentang rukun islam dan rukun iman, begitu pula dengan masjid Al-Akhbar yang tingginya 99 meter menggambarkan asmaul khusna.

Secara fisik, luas bangunan dan fasilitas penunjang MAS adalah 22.300 meter persegi, dengan rincian panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Bentuk atap MAS terdiri dari 1 kubah besar yang didukung 4 kubah kecil berbentuk limasan serta 1 menara. Keunikan bentuk kubah MAS ini terletak pada bentuk kubah yang hampir menyerupai setengah telur dengan 1,5 layer yang memiliki tinggi sekitar 27 meter. Untuk menutup kubah, dipergunakan sebuah produk yang juga digunakan di beberapa masjid raya seperti Masjid Raya Selangor di Syah Alam Malaysia. Ciri lain dari masjid raksasa ini adalah pintu masuk ke


(57)

46

dalam ruangan masjid tinggi dan besar dan mihrabnya adalah mihrab masjid terbesar di Indonesia.36

Begitupun dengan nama-nama gedung yang ada di masjid Al-Akhbar surabaya di berikan nama-nama yang ada di kota mekah yaitu, gedung As-Shoffah, gedung Al-Marwah, dan gedung Mudzhalifah, dan ditengah-tegah gedung itu ada air mancur yang di namai air mancur zam-zam, dll. Jadi semua gedung-gedung yang ada di masjid Al-Akbar surabaya nama nya di ambil yang ada di kota mekah. Penuturan bapak H. Hendro.37

Masjid nasional al akbar selain sebagai sarana ibadah juga berfungsi sosial khususnya yang berdimensi spritual. seperti penyelenggaraan sarana akad nikah dan penyantunan kaum dhuafa dan generasi mudah. Kesemuanya memerlukan penyediaan fasilitas yang memedai. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, manajemen berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Maka manajemen masjid menyewakan fasilitas gedung-gedung yang ada di masjid al akbar untuk akad nikah, resepsi pernikahan, seminar, manasik haji, tabligh akbar.

36Wikipedia bahasa indonesi,”

Masjid Al-akhbar Surabaya”, Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses

pada 9 April 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Akbar.

37

Wawacara dengan bapak H.Hendro selaku ketua kabag masjid al-akbar suabaya pada tanggal 18 juli 2016 pukul 11.09 di masjid al-akba surabaya


(58)

47

2. Letak geogarafis

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya berdiri di sebuah area yang terletak antara dua wilayah yaitu Kecamatan Jambangan dan Kecamatan Gayungsari Surabaya tepatnya di jl. Masjid Al-Akbar Timur No.I Pagesangan Surabaya . Posisi masjid ini berada di wilayah pinggir kota Surabaya samping jalan tol surabaya-sidoarjo, sehingga sangat mudah diakses oleh warga Surabaya maupun masyarakat sidoarjo dan masyarakat luar kota juga banyak yang tertarik untuk berkunjung di Masjid Al Akbar.

3. Tujuan Penyewahan Gedung Masjid Al Akbar Surabaya.

Untuk memenuhi kebutuhan umat muslim akan kebutuhan gedung pertemuan di surabaya dan sekitarnya yang representif, maka manajemen masjid al akbar surabaya menawarkan ruang As Shofa, Al Marwah, Muzdhalifah serta beberapa ruangan yang ada di lingkungan masjid al akbar surabaya untuk kegiatan akad nikah, resepsi pernikahan, manasik haji, tabligh akbar yang bersifat umum. Namun dengan tetap memperhatikan dan selalu menjaga citra masjid.38

4. Visi ,Misi Dan Motto, Nilai a. Visi

Masjid nasional terdepan dalam penyelenggaraan peribadatan, dakwah dan syiar Islam, pendidikan, sosial budaya,

38

Endro Siswantoro, 2014, Panduan Penggunaan Fasilitas Masjid Al-Akbar Surabaya, MAS, Surabaya, hal. 3.


(59)

48

dan manajemen, menuju masyarakat yang berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.

b. Misi

1) Penyelenggaraan ibadah dakwah dan syiar Islam. 2) Pengembangan pendidikan Islam.

3) Pengembangan sosial budaya Islam.

4) Mewujudkan manajemen masjid yang handal. 5) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia. c. Motto

1) Motto"Ikhlas Profesional",Motto ini mengandung arti bahwa: Pengelolaan MAS berorientasi pada ibadah semata-mata mencari ridha Allah SWT, ditangani oleh tenaga-tenaga yang ahli di bidang masing-masing.

d. Nilai

1) Nilai Nilai yang dipedomai manajemen dan karyawan MAS adalah Amanah, Istiqomah, Uswah, Masiuliah dan Lijami il-Unmmah Amanah berarti dipercaya dalam mengemban visi dan misi MAS Istiqamah berarti konsisten dalam mengemban visi dan misi yang telah ditetapkan, dengan terus mengadakan inovasi. Uswah berarti menjadi teladan masjid-masjid lain dalam berbagai aspek. Masuliah berarti dalam setiap langkah dan keputusan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Allah, umat dan stakeholders Li ami il-Ummah dalam praktek


(60)

49

ibadah dapat diterima oleh semua umat berarti Islam, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

5. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

Gambar 4.1. Struktur Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya

6. Susunan Pengurus Manajemen Masjid

Direktur Utama : Drs. H. Endro Siswantoro, Msi. Wakil Direktur Utama : Ir. H. Moch. Djaelani, MM. Direktur Idarah : Drs. H. Kasno Sudaryanto.


(61)

50

Direktur Imaroh/ijtimaiyyah : Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA. Direktur Shiyanah : Ir. H. Rinto Harno.

Kabag pemeliharaan : Ir. H. Soewono.

Kabag administrasi dan Umum : Dra. Hj. Siti Mardikaningsih. Kabag Perencanaan : Ir. H. Moerhanniono, MD.

Kabag Keuangan : Drs. Ec. H. Tjahja Gunawan. Kabag PAM : H. Achmad Nasikun, SIP.

Kabag Humas : Drs. H. Helmy M Noor.

Bagian Muslimah : Dr. Hj. Hasniah Hasan, Msi. Bagian Sosial & ZIS : Drs. H. Ghufron Ihsan, Mpdi. Bagian Ibadah & Dakwah : H. Wahno Sucipto S. Ag.

7. Job Deskripsi dan Fungsi Badan Pengelola Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

a. Dewan Pendiri :

1) Merencanakan pengembangan masjid.

2) Memberikan bimbingan dan pengarahan secara rutin kepada dewan redaksi

b. Dewan Pembina:

1) Menetapkan kebijakan umum pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

2) Mengangkat dan memberhentikan anggota dewan direksi. 3) Mengesahkan program kerja 4 tahun di Masjid


(62)

51

c. Dewan Penasehat:

1) Memberikan pertimbangan tentang pengembangan fisik dan sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

2) Memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan administrasi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

d. Dewan pengarah:

1) Memberikan arahan kepada dewan direksi tentang pengembangan fisik dan sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

2) Memberikan arahan kepada dewan direksi dalam pelaksanaan kegiatan administrasi, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. e. Dewan Pengawas

Melakukan kepada dewan direksi dalam menjalankan kegiatan, baik yang terkait dengan asministrasi keuangan, pengembangan fisik maupun tata laksanaya.

f. Imam Besar

Menyusun dan memberikan tutunan cara-cara pelaksanaan ibadah, baik ibadah wajib, sunnah, maupun kegiatan-kegiatan lain sesuai ajaran agama islam. g. Dewan Direksi


(63)

52

(a) Mengembangkan dan memelihara bangunan fisik serta sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

(b) Memfungsikan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dengan melakukan kegiatan kegiatan sesuai program yang dibantu oleh para direktur.

(c) Mengangkat/memberhentikan staf direksi, dan/atau pelaksana dalam rangka kelancaran operasional Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

2) Wakil Direktur

(a) Membantu direktur utama dalam pengembangan dan memeliharabangunan fisik serta sarana Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

(b) Membantu mengfungsikan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dengan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai program yang dibantu oleh para direktur.

(c) Melaksanakan tugas lain dari direktur utama dalam rangka kelancaran operasional Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

3) Direktur Idarah

(a) Melaksanakan kesekretariatan danadministrasi umum. (b) Melaksanakan administrasi keuangan dan usaha. (c) Melaksanakan keamanan.


(64)

53

4) Direktur Imarah dan Ijtimaiyyah

(a) Melaksanakan program ibadah dan dakwah. (b) Melaksanakan program sosial/kemasyarakatan.

(c) Melaksanakan progam pembinaan keluarga, dan wanita. (d) Melaksanakan program pendidikan/pelatihan, kajian

dan pembinaan remaja masjid. 5) Direktur Shiyanah

(a) Melaksanakan progam perencanaan dan pengembangan (b) Melaksanakan program pembangunan dan perawatan. (c) Melaksanakan program perlengkapan dan peralatan. 6) Direktur Ma’had Aly Ilmu Al-Quran dan Hadits (mudir)

(a) Melaksanakan kegiatan kesekretariatan/administrasi umum untuk ma’had aly.

(b) Melaksanakan kegiatan monitoring evaluasi pendidikan dan pengajaran ma’had aly.

7) Wakil Direktur Ma’had Aly Ilmu Al-Quran dan Hadits (wakil mudir)

(a) Membantu kegiatan kesektariatan, administrasi umum untuk ma’had aly.

(b) Membantu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran serta monitoring dan evaluasi ma’had aly. (c) Melaksanakan tugas-tugas ma’had aly yang diberikan


(65)

54

8. Pendaftaran akad nikah dan resepsi pernikahan

a. Pendaftaran akad nikah dan resepsi pernikahan 2 minggu sebelum acara.

b. Mengajukan permohonan dengan mengisi formulir yang tersedia. c. Menunjukkan KTP asli dan melampirkan foto kopy KTP kedua

calon mempelai untuk akad nikah).

d. Melampirkan foto 3 x 4 bewarna masing-masing 1 lembar. e. Melampirkan foto copy rekomendasi nikah dari KUA setempat. f. Membayar uang muka / donw payment.

g. Dua minggu sebelum acara persyaratan dan infaq kegiatan akad nikah, resepsi agar diselesaikan dan mengkoordinasi ke pihak masjid al akbar surabaya.

h. Pembatalan dan pemindahan tempat akad nikah, resepsi pernikahan dapat dilakukan sepihak oleh masjid nasional al akbar surabaya untuk kegiatan PHBI propinsi.39

9. Infaq, Biaya Operasional dan Fasilitas Akad Nikah a. Infaq, biaya operasional dan fasilitas akad nikah. b. Infaq, untuk masjid pilihan:

1) Ruang A Rp. 1.250.000. Rp. 1.350.000.

Rp. 1.450.000-/ lebih.

39

Endro Siswantoro, 2014, Panduan Penggunaan Fasilitas Masjid Al-Akbar Surabaya, MAS, Surabaya, hal. 5


(66)

55

2) Ruang E / F Rp. 1.000.000. Rp. 1.000.000.

Rp. 1.200.000-/ lebih. c. Fasilitas untuk acara akad nikah.

1) Pembawa acara (MC).

2) Qori’.

3) Khotib.

4) Pembekalan calon pengantin. 5) Pemeriksaan kesehatan. 6) Meja/ karpet.

7) Sound syistem. 8) Listrik.

d. Uang muka akad nikah minimal 30%. e. KUA dari shohibul hajat.

10.Infaq dan Fasilitas Penyelenggaraan resepsi Pernikahan. a. Ruang serba guna As Shofa

1) Hari biasa

(a) As Shofa, Siang hari Rp. 9.000.000. – Malam hari Rp. 10.000.000.

b. Hari jum’at, sabtu, minggu, dan hari libur

1) As Shofa, siang hari Rp. 10.000.000. – Malam hari 11.000.000.


(67)

56

c. Infaq tambahan fasilitas gedung bagi pengguna As Shofa 1) Dekorasi : Rp.1.000.000

2) Plafon / slayer : Rp. 700.000 3) Catering : Rp. 4.000 / orang 4) Foto / vidio : Rp. 550.000 5) Hiburan : Rp. 600.000

f. Fasilitas yang disediakan di ruang As Shofa 1) Luas ruangan 36 m x 42 m.

2) Sound syistem 2000 watt. 3) Mic dinamic 3, 1 wirales. 4) Kursi bangket 150 buah. 5) Panggung untuk pelaminan.

6) Ruang rias 3 kamar dan ruang tunggu. 7) Karpet jalan warna merah.

8) Daya tampung 2000 orang. 9) AC.

g. Uang muka resepsi minimal Rp.4.000.000.40

Adapun hasil dokumentasi simbol presmian gedung As-Shofa ibu megawati soekarno putri. Dan berikut hasil dokumentasi ruang as-shofa.

40

Endro Siswantoro, 2014, Panduan Penggunaan Fasilitas Masjid Al-Akbar Surabaya, MAS, Surabaya, hal. 5.


(68)

57

Gambar 4.2 Simbol Presmian Gedung As-Shofa


(69)

58

a. Ruang serba guna Al Marwah 1) Hari biasa

(a) Al Marwah, Siang hari Rp. 10.000.000. – Malam hari 11.000.000.

b. Hari jum’at, sabtu, minggu, dan hari libur.

(a) Al Marwah, siang hari Rp. 12.000.000.- Malam hari 13.000.000.

c. Infaq tambahan fasilitas gedung bagi pengguna Al Marwah 1) Dekorasi : Rp.1.000.000

2) Plafon / slayer : Rp. 700.000 3) Catering : Rp. 4.000 / orang 4) Foto / vidio : Rp. 550.000 5) Hiburan : Rp. 600.000

d. Fasilitas yang disediakan di ruang Al marwah 1) Luas ruangan 36 m x 42 m.

2) Sound syistem 2000 watt. 3) Mic dinamic 3, 1 wirales. 4) Kursi bangket 150 buah. 5) Panggung untuk pelaminan.

6) Ruang rias 3 kamar dan ruang tunggu. 7) Karpet jalan warna merah.

8) Daya tampung 2000 orang. 9) AC.


(70)

59

e. Uang muka resepsi minimal Rp.4.000.000.41

Adapun hasil dokumentasi simbol presmian gedung Al-Marwah yang telah diresmikan oleh bapak taufik kemas. Dan berikut hasil dokumentasi ruang Al-Marwah.

Gambar. 4.4 Simbol Presmian Gedung Al-Marwah

Gambar.4.5 Panggung Pernikahan Ruang Al-Marwah

41

Endro Siswantoro, 2014, Panduan Penggunaan Fasilitas Masjid Al-Akbar Surabaya, MAS, Surabaya, hal. 7


(71)

60

Gambar.4.6 Ruang Rias Al-Marwah

a. Ruang pertemuan Muzdalifah 1) Hari biasa

(a) Muzdalifah, Siang hari Rp. 4.500.000. – Malam hari Rp. 5.500.000.

1) Hari jum’at, sabtu, minggu, dan hari libur.

(a) Muzdalifah, siang hari Rp. 6.000.000. – Malam hari 7.000.000.

b. Infaq tambahan fasilitas gedung bagi pengguna Muzdalifah 1) Dekorasi : Rp. 500.000

2) Plafon / slayer : Rp. 700.000 3) Catering : Rp. 4.000 / orang 4) Foto / vidio : Rp. 550.000


(72)

61

5) Hiburan : Rp. 600.000

c. Fasilitas yang disediakan di ruang Muzdalifah 1) Luas ruangan 42 m x 24 m.

2) Sound syistem 2000 watt. 3) Mic dinamic 3, 1 wirales. 4) Kursi lipat 150 buah.

5) Ruang rias 2 kamar dan ruang tunggu. 6) Karpet jalan warna merah.

7) Daya tampung 500 orang. 8) Kipas angin

d. Uang muka resepsi minimal Rp.2.000.000. Adapun hasil dokumentasi ruang Mudzhalifah

Gambar4.7 Panggung Pernikahan Ruang Muzdalifah


(73)

62

Pelaksana akad nikah atau shohibul hajat datang ke lokasi acara 30 menit sebelum acara. Diawali dengan regristrasi ulang di lokasi acara, lalu menuju rang transit. Selanjutnya menuju ruang akad nikah yang di tentukan. Prosesi pelaksanaan ini akan di pandu oleh tim protokol petugas yang di tunjuk oleh pihak masjid al akbar surabya.

B. Penyajian Data

Dalam penyajian data, peneliti berusaha memaparkan data yang benar-benar fakta yang dihasilkan selama penelitian berlangsung. Adapun data yang dihasilkan berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dengan demikian peneliti dapat menjawab dari rumusan masalah dan landasan teori yakni, bagaimana koordinasi penyewaan gedung di masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

Sebagaimana data yang di peroleh dari hasil penelitian akan menyajikan data untuk menjawab masalah yang diangkat. Adapun data tersebut meliputi beberapa hal yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Persewaan Gedung

Gedung masjid di era sekarang tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat peribadatan semata, namun beralih fungsi sebagai gedung serba guna, namun dari fungsi tersebut tidak menghilangkan fungsi utamanya yaitu untuk mendekatkan diri terhadap Allah Swt. Banyak gedung masjid yang disewakan untuk berbagai acara, seperti event pameran, pernikahan, acara pertemuan atau seminar. Berdasarkan


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Bab V

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian pada halaman sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi penyewaan gedung di Masjid Al Akbar menerapkan Serangkaian tindakan, waktu yang di perlukan dalam tindakan-tindakan tersebut, dan pedoman pelaksanaan. Dari ketiga tindakan koordinasi tersebut dapat menghasilkan sifat-sifat koordinasi yang antara lain bersifat dinamis, mencegah timbulnya perbedaan dan pertentangan, serta menyeimbangkan secara tepat semua kegiatan dalam proses penyewaan gedung masjid Al-Akbar Surabaya. Jadi proses penyewaan di masjid Al-Akbar Surabaya dari awal proses penyewaan gedung, dari mengkoordinasi jadwal, koordinasi para pegawai dari setiap devisi, koordinasi alat-alat, dan fasilitas gedung sudah terkoordinasi secara efesien dan efektif.

Adapun untuk hasil laba sewa yang di dapatkan bisa digunakan sebagai biaya operasional masjid, Jadi sama-sama mendapatakan keuntungan dari konsumen yang menyewa gedung dan pihak koordinator yang menyewakan gedng. Untuk gedung masjid al-akbar sendiri mempnyai tiga gedng utama dan dua gedung cadangan yang setiap gedung mempunyai harga sewa yang berbeda.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

B. Saran dan Rekomendasi

Dengan selesainya penulisan sekripsi ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran dan rekomendasi berikut ini:

1. Pengurus MAS telah melakukan koordinasi yang sudah tepat dimana melakukan koordinasi melalui perdevisi, sehingga di setiap devisi mempunyai tanggung jawab dan tugas masing-masing sesuai perdevisi yang diemban.

2. Untuk meminimalisir ketidak lancaran kegiatan pihak MAS memberikan rambu-rambu serta aturan agar tidak menggagu orang lain yang akan melaksanakan ibadah di masjid.

3. Kepada pembaca diharapkan tidak hanya mengetahui koordinasi penyewaan gedung masjid namun juga mengetahui makna dan pesan serta nilai-nilai agama yang terkandung di dalam masjid Al Akbar, sehingga dapat dimanfaatkan dan menerapkan nilai-nilai agama yang dilakukan oleh pihak masjid Al Akbar Surabaya dalam melakukan koordinasi penyewaan gedung.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang manajem koperasi karena Masjid Al Akbar Surabaya memiliki usaha yang bergerak dibidang koperasi masjid.

C. Keterbatasan penelitian

Dalam penulisan skripsi mengalami keterbatasan penelitian karena narasumber kabag Masjid Al Akbar Surabaya sulit untuk di temui karena


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

mempunyai jadwal yang sangat padat, dan ada juga beberapa data tentang struktur masjid dan Job Deskripsi yang sedang dalam proses perbaikan.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Nana Rukmana, 2002, Masjid dan Dakwah , Jakarta, Al-Mawardi Prima.

Said Agil Husein, Al Munawar, 2004, Pedoman Manajemen Masjid, jakarta, Icmi Orsat Cempaka Putih.

George R.Terry, 2009, Prinsip-Prinsip Manajemen, jakarta,PT Bumi Aksara.

Ernie tisnawati, dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar manajemen, jakarta, Prenada media.

Era Sari Munthe, 2011, Sistem Penyewaan Kontainer Pada PT.Putra Guna Jaya Mulia Jakarta, Jurnal Komputer, vol.7, no.2, hal. 90.

Wikipedia bahasa indonesia, Masjid Al akbar surabaya, hhtp://id.wikipedia.org/wiki/masjid Al-Akbar, diakses pada sabtu, 9 april pukul 01:05

Alviani Wahyunni, 2014, Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Penyewaan Dan Infastruktur Teknologi Informasi, skripsi, Fakultas sains dan teknologi Uiversitas Islam Neggri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Siti Kopsah, 2012, Perancangan Sistem Informasi Penyewaan Gedung Dan Kamar Di Monume Diponegoro Yogyakarta, skripsi, Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Amikom Yogyakarta.

Tati Hartati, 2013, Pengaruh Koordinasi Kepala Unit Terhadap Efektivitas Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Kabupaten Majalengka, jurnal, administrasi negara volume IV no 1 januari-juni 2013.

Mohammad anis, Koordinasi dan Intregrasi Strategik Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran Dristributor Semen, Jurnal, Sains Pemasaran Indonesia, Volume I, No. 2, September 2002, halaman 198–218.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Prianatama Rela, 2009, Pengaruh Koordinasi Terhadap Penigkatan Evektivitas Kerja Karyawan Pada PT. IV (Persero) Medan, Skripsi, (Universitas Sumatera ,medan ).

Susilo Martoyo, 1988, Pengetahuan dasar manajemen dan kepemimpinanan, Yogyakarta, BPFE.

Indriyono gitosudarmo dan Agus Mulyono, 1999, Prinsip-prinsip Manajemen, Yogyakarta, BPFE.

Didin Hafidhudin dan Hendri Tanjung. 2003, Manajemen Syariah, Jakarta, Gema Insani Press.

Wahyuh Ariani, 2009, Manajemen Operasi Jasa, yogyakarta, graha ilmu.

Rulam Ahmadi, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, AR-RUZZ MEDIA. Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, Bandung, PT Refika Aditama.

Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Burhan Bungin, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, Jakarta, Kencana.

Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif Cetakan ke IV, Bandung, Alfabeta. Hamid Patilima, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, ALFABETA.

H.Endro siswantoro, 2014, Panduan penggunaan fasilitas masjid al-akbar surabaya, Surabaya,MAS.

Wawancara bapak hartono selaku pengelola gedng sewa masjid al-akbar surabaya pada tanggal 8 juli 2016 pukul 10.31 di masjid al-akbar surabaya

Wawacara dengan bapak H.Hendro selaku ketua kabag masjid al-akbar suabaya pada tanggal 18 juli 2016 pukul 11.09 di masjid al-akba surabaya

Susilo martoyo, 998., “Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan” (BPFE:


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id