KEBERADAAN MASJID AL AKBAR SURABAYA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT.

(1)

KEBERADAAN MASJID AL-AKBAR SURABAYA DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

SYARIFUDDIN

NIM : E02211027

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016


(2)

KEBERADAAN MASJID AL-AKBAR SURABAYA DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Ushuluddin/Perbandingan Agama

Oleh:

SYARIFUDDIN

NIM : E02211027

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016


(3)

PERI\YATAAN KEASLIAN

Yang beftanda tangan di bawah ini saya: Nama

Nim Jurusan

: Syarifuddin :E02211027

: Perbandingan Agarna

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah trasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang cl i rtri uk surttbertrya.

Surabaya, 10 Februari 2016 Saya yang menyatakan,

Svarifuddin NIM:B'02211027


(4)

*

'l

j I

l

i

PERSETUJUAN

PEMBIMBING

Skripsi oleh Syarifuddin ini telah disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 1 0 Februari 201 6 Pembimbing,

.

D$. Zainal Arifin. M.Pd, NIP: I 9520601 1985031001

' \llt'i

aJ


(5)

4'

PENGBSAHAN SKITIPSI

Skripsi oleh Syarifuddin initelah dipertahankan di depan

Tim Penguji Skripsi

"

Surabaya, 20 I 6

Mengesahkan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fal<ultas Ushuluddin dan Filsafat

As. 1993031002 Penguji:

Drs. Zainal Arifi n. lV[.Pd. NIP: 19520601 198503 1001

Sdtretaris.

IL--Dr. Kunawi Basyir. M.Ag.

NIP: I 9640918992031002

\

Penguji II,

Muhammad Afdillah. S.Th.I. M.Si. NIP: 19820 4212009011013


(6)

(7)

Abstrak

SYARIFUDDIN: E02211027, Peran Masjid Al-Akbar Dalam Meningkatkan Kualitas Keagamaan Masyarakat Surabaya.

Masjid Al-Akbar merupakan salah satu diantara masjid terbesar yang ada di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu ciri khas dari kota Surabaya. Berdirinya masjid secara tidak langsung telah menjadi pusat berbagai kegiatan masyarakat, ataupun juga menjadi pusat Islamic center yang memiliki pengaruh di wilayah Surabaya selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sehingga menggunakan beberapa metode dalam menemukan berbagai persoalan yang ingin penulis tulis dalam laporan penelitiannya, yaitu: (1) menggunakan metode observasi, (2) menggunakan metode wawancara, dan (3) peneliti mencoba menggambarkan kepada masyarakat luas, khususnya bagi penulis untuk lebih mengetahui tentang apa dan bagaimana keberadaan masjid tersebut.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI……… ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah……….. 3

C. Tujuan Penelitian……… 3

D. Manfaat Penelitian………. 4

E. Tinjauan Pustaka……… 4

F. Penegasan Judul……… 6

G. Metode Penelitian………. 8

H. Sistematika Penulisan……… 13

BAB II: KAJIAN TEORI A. Masjid Sebagai Pusat Peribadahan…...…….……….. 15

1. Fungsi Masjid……….….……….. 15

B. Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Umat….………... 22

1. Aspek Hissiyah……….………. 22

2. Aspek Maknawiyah..……….……… 23

3. Aspek Ij’timaiyah...………... 23

C. Pengaruh Keberadaan Masjid…..………... 26

1. Pengaruh Sosial………. 27

2. Pengaruh Ekonomi……….... 29

3. Pengaruh Budaya……….. 31

BAB III DESKRIPSI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian………..………. 33

1. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Akbar Surabaya………… 33

2. Segi Arsitektur Bangunan Masjid Al-Akbar Surabaya.... 35


(9)

4. Tujuan Didirikan………... 38

5. Visi, Misi dan Motto……… 38

6. Struktur Organisasi Masjid Al-Akbar Surabaya.……….. 38

7. Struktur Susunan Pengurus Manajemen Masjid....……... 40

8. Job Deskripsi Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya…… 42

9. Piagam Dasar Masjid Al-Akbar Surabaya.……… 45

B. Kegiatan Pelayanan Masjid Al-Akbar Surabaya………. 45

1. Ibadah dan Dakwah………. 45

2. Kegiatan Sosial………. 50

3. Kegiatan Pendidikan………. 52

4. Kegiatan Usaha………. 53

C. Pengaruh Keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya..………... 54

1. Pengaruh Sosial………. 55

2. Pengaruh Ekonomi……… 56

3. Pengaruh Budaya……….. 60

BAB VI ANALISA DESKRIPTIS PERAN MASJID A. Analisis Masjid Sebagai Pusat Peribadahan……… 63

B. Analisis Masjid Sebagai Tempat Pembinaan……….. 66

C. Analisis Pengaruh Keberadaan Masjid….……….. 68

1. Pengaruh Sosial………. 68

2. Pengaruh Ekonomi……….... 69

3. Pengaruh Budaya……….. 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 73

B. Saran………. 74

C. Penutup………. 76

DAFTAR PUSTAKA………... 77 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid bukan hanya sekedar simbol bagi umat Islam dengan ciri yang khas dari gedung dan motif interiornya, tetapi juga sebagai bentuk totalitas peran dan fungsi yang menggerakkan kehidupan manusia.1 Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang memiliki potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat, menyusun kekuatan lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam berlandasan semangat tauhid.

Memahami masjid secara universal berarti memahaminya sebagai instrument sosial masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Keberadaan masjid merupakan salah satu aspirasi umat Islam sebagai tempat ibadah yang menduduki fungsi sentral. Mengingat fungsinya yang strategis, maka perlu dilakukan pembenahan baik dari segi fisik bangunan maupun kegiatan pemakmurannya.2

Sejarah perkembangan Islam menjelaskan secara garis besar masjid memiliki dua aspek, sebagai tempat ibadah dan sebagai tempat pembinaan umat. Setelah Islam mulai mengalami perkembangan, masjid mengalami penyesuaian

1

Lukman Hakim Hasibuan, Pemberdayaan Masjid di Masa Depan, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2002), 1-2

2A. Bachrun Rifa’I dan Moch. Fachruroji,

Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005), 14


(11)

2

dan penyempurnaan baik dari segi corak maupun fungsinya.3 Maka dari itu, diperlukan juga pengelolaan masjid dengan sebaik-bainya agar keberadaan masjid berfungsi sesuai dengan tujuan berdirinya.

Adanya beberapa kegiatan yang terlaksana di masjid paling tidak telah mampu menggali potensi para jamaah, dan dapat menghidupkan fungsi dari keberadaan masjid tersebut. Pengelolaan yang baik adalah salah satu faktor yang juga berpengaruh dalam mendukung bangkitnya sebuah masjid. Jika tidak dapat mengelola fungsi masjid dengan baik, maka ia akan jauh dari fungsinya dan tidak akan mampu untuk menjawab tantangan umat.4

Jadi dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan masjid yaitu sebagai manifestasi keadaan Islam, dan umat Islam dalam tiap ruang dan waktu.5 Oleh karena itu, pembangunan masjid berarti pembangunan Islam dalam suatu kehidupan, dan keruntuhan masjid bermakna keruntuhan Islam dalam suatu kehidupan masyarakat.6 Maka dari itu, pengelolaan masjid harus dilakukan sedemikian rupa agar keberadaanya dapat berguna bagi umat Islam.

Secara tidak langsung keberadaan masjid telah memberikan kontribusinya dalam membangun pengetahuan keagamaan masyarakat. Masjid berperan dalam mempertahankan nilai yang menjadi kebudayaan Islam. Selain itu juga dapat masjid berperan dalam membangun masyarakat yang agamis, sehingga mampu

3

Mohammad E Ayub, Manajemen Masjid : Petuntuk Praktis Bagi Para Penguru /Penulis, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 11

4

Budiman Mustofa, Manajemen Masjid, (Surakarta: Ziyad, 2007), 93 5

Aboebakar Adjeh, Sejarah Masjid I dan II, dan Amal Ibadah di Dalamnya, (Jakarta: NV. Viss and Co, 1995), 25

6

Djohan Hanafiah, Masjid Agung Palembang: Sejarah dan Masa Depannya, (Jakarta: Dayu Inti Press, 1989), 1


(12)

3

memberdayakan serta mengembangkan masyarakat dari berbagai macam keterbelakangan.

Sebuah pengembangan dan pembaharuan merupakan dua hal yang diperlukan. Rasulallah Saw, mendorong umatnya untuk meningkatkan kualitas, cara kerja dan sarana hidup, serta memaksimalkan potensi sumber daya alam semaksimal mungkin. Karena diciptakannya alam semesta untuk memenuhi hajat hidup manusia.7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya sebagai pusat peribadahan masyarakat.

2. Bagaimana keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya sebagai tempat pembinaan masyarakat.

3. Bagaimana pengaruh keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya terhadap masyarakat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan yang diperoleh dari data hasil penelitian yang telah dikumpulkan, dan rumusan masalah yang telah disusun memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya sebagai pusat peribadahan masyarakat.

7


(13)

4

2. Untuk mengetahui keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya sebagai tempat pembinaan masyarakat.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh keberadaan Masjid Al-Akbar Surabaya terhadap masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari pengumpulan data hasil penelitian yang terbagi menjadi dua yaitu:

1. Akademis

Memberikan wawasan keilmuan kepada masyarakat, dan juga dapat dijadikan rujukan dalam upaya pengembangan pengetahuan kepada masyarakat terkait keberadaan masjid. Serta berguna untuk dijadikan refrensi bagi mahasiswa perbandingan agama yang melakukan penelitian.

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat berupa pendeskripsian kegiatan di Masjid Al-Akbar Surabaya seperti: kegiatan peribadahan, pengajian rutin, prosesi pernikahan, pelatihan, pendidikan dan sebagainya.

E. Tinjauan Pustaka

Menurut pandangan dan penelitian yang telah dilakukan dahulu, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa keberadaan suatu masjid memiliki fungsi dan peran yang sangat luas. Tidak hanya sebagai


(14)

5

tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat yang berhubungan dengan urusan wakaf, pendidikan keagamaan, peradilan, hukum islam, zakat dan lainnya. Dengan demikian, masjid dapat diartikan sebagai pusat kehidupan masyarakat yang dapat menuntun kehidupan masyarakat umum di luar masjid.8

Sedangkan menurut Abu Yasied, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadahan saja, tetapi juga berperan dalam menyebarkan ajaran agama Islam, dan juga sebagai sentral pendidikan. Bahkan strategi perang pun pernah dilakukan di tempat yang suci ini. selain itu masjid juga digunakan sebagai ruang konsultasi hukum, sarana progam sosial, tempat pengobatan para korban perang, majlis perdamaian, pengadilan sengketa, aula, tempat menerima tamu.

Bahkan pada masa Rasulallah masjid digunakan sebagai tempat sementara para tawanan perang. Dengan demikian aktivitas apapun boleh dilakukan di dalam masjid selama tujuannya untuk kemaslahatan agama dan umat.9 Jadi dari keterangan di atas menjelaskan bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk beribadah saja, tetapi juga ada ruangan tertentu yang digunakan sebagai aktivitas lainnya.

Pendapat lain menjelaskan bahwa secara garis besar keberadaan sebuah masjid itu memiliki dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Fungsi keagamaan diartikan sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt. Beribadah merupakan hubungan antara manusia dengan Allah (habluminallah). Sedangkan fungsi sosial masjid berperan dalam mengatur pelaksanaan kegiatan antarmanusia

8

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), 326

9

Abu, Yasied, FIQH TODAY: Fatwa Tradisional Untuk Orang Modern Fikih Kontroversial, (Jakarta: Erlangga, 2009), 83


(15)

6

(habluminannas). Meskipun demikian, kegiatan sosial pada dasarnya juga bertujuan untuk habluminallah.10

F. Penegasan Judul

Pada penegasan judul peneliti mencoba menjelaskan makna yang terdapat dalam judul penelitian, yang nantinya akan dijadikan sebagai landasan pada pembahasan selanjutnya, maka disini dapat dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul antara lain:

1. Keberadaan sama juga pengertiannya dengan hal berada, atau kehadiran.11 Jadi jika diuraikan kata keberadaan yang disesuaikan dengan judul di atas berarti, suatu bangunan peribadahan (Masjid Al-Akbar Surabaya) yang terdapat di suatu tempat yang diakui masyarakat kehadiran berdirinya.

2. Masjid merupakan tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sholat dan tempat beribadah kepada-Nya.12 Jadi Masjid merupakan suatu tempat atau simbol keagamaan bagi umat Islam yang memiliki peran sentral dalam perkembangan agama.

3. Al-Akbar atau Akbar adalah kata yang berbentuk comparative degree yang berfungsi membandingkan sesuatu dalam perserikatan.13 Pemaknaan arti kata akbar atau besar memiliki perbedaan, arti kata yang dikhususkan memiliki kedudukan yang lebih tinggi seperti dalam mengartikan suatu benda atau sifat.

10

Agus Maryanto dan Zaimul Azzah, Masjid Menara Kudus, (t.k.: Grasindo, 2009), 2 11

Arti kata, Ada, diakses pada 2/22/2016 dari, http://kbbi.web.id/peran 12

Ibid., Mohammad E Ayub, Manajemen Masjid : Petuntuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 7 13

M Fauzi Rachman, 8 Kalimat Al-Thayyibah: Ringan Dilisan, Berat Ditimbangan, (Bandung: Mizania Pustaka, 2008), 100


(16)

7

4. Dalam adalah sebuah kata yang mengandung arti (maksud tertentu).14 Jika dipahami maksud dari kata dalam yaitu, sebagai kata sambung yang menjelaskan suatu keadaan tertentu.

5. Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf dsb). Mempertinggi, memperhebat (produksi dsb).15 Menurut Moeliono seperti yang dikutip sawiwati, peningkatan adalah cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan yang lebih baik.16 Meningkatkan adalah upaya yang dilakukan untuk tujuan menambah kedudukan yang diharapkan.

6. Kualitas adalah totalitas dari fasilitas dan karakteristik suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang tersurat atau tersirat. Definisi lain yaitu penekanan kepada orientasi pemenuhan harapan pelanggan. Kualitas juga berarti perbaikan terus-menerus.17 Kualitas merupakan kalimat yang menjelaskan suatu tindakan.

7. Keagamaan juga dapat diartikan sebagai sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu hal mengenai agama, misalnya perasaan keagamaan atau soal-soal keagamaan. (W.J.S. Poerwadarminta 1986:18).18 Keagamaan berarti semua hal yang berkaitan dengan agama, dan sebagai penjelas tentang apa itu agama.

14

Ibid,. Arti kata, Dalam, diakses pada 2/22/2016 15

Ibid., Arti kata, Meningkatkan, diakses pada 2/22/2016 16

Wahyono Saputro, Skripsi Upaya Guru Meningkatkan, diakses pada 11/09/2015 dari, http://wahyono-saputro.blogspot.co.id/2011/06/skripsiupaya-guru-meningkatkan_21.html 17

Ariplie, Pengertian Kualitan dan Apa Itu Kualitas, diakses pada 11/09/2015 dari, http://ariplie.blogspot.co.id/pengertian-kualitas-apa-itu-kualitas.htm/

18

Andiadiyatma, Pengertian Keagamaan, diakses pada 15/05/2015 dari, http://andiadiyatma.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-keagamaan.html


(17)

8

8. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap, dan mempunyai kepentingan yang sama seperti sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.19 Jadi masyarakat adalah sejumlah golongan manusia yang menempati suatu tempat yang memiliki kebutuhan, sikap, tindakan yang sama.

9. Surabaya adalah nama sebuah kota yang sudah tua yang terletak di tepian muara Sungai Brantas, yang kemudian menjadi Kalimas.20 Dan Surabaya juga merupakan sebuah nama daerah yang berada di wilayah Jawa Timur.21

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan secara mendalam dengan menggali data yang dibutuhkan melalui observasi dan terlibat secara langsung dalam aktivitas keagamaan di Masjid Al-Akbar Surabaya, adanya dokumentasi serta wawancara dengan narasumber.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan seseorang, dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif

19

Majidbsz, Pengertian Masyarakat, diakses pada 15/05/2015 dari, https://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-masyarakat/ 20

Tim redaksi, Pertempuran Surabaya / Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 1

21

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Sejarah Daerah Jawa Timur, (t.k.: Direktorat Jendral Kebudayaan, t.th.), 179


(18)

9

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.22

Secara umum penelitian kualitatif berupa tindakan dan perkataan manusia yang bersifat alamiah. Pendekatan yang biasa digunakan seperti pendekatan fenomena sosial keagamaan, politik, sosiologis, antropologis, ekonomis, historis, atau pendekatan multidisiplin. Adapun bahan-bahan pustaka lain seperti dokumentasi, arsip, koran, majalah jurnal dan sebagainya.23

2. Sumber Data

Sumber data merupakan sebuah proses penggalian data yang ingin dikumpulkan oleh seorang peneliti, dan data yang didapatkan seorang peneliti diperoleh secara langsung dari lapangan di lokasi penelitian dengan instrumen yang sesuai.24 Adapun penjelasan terkait sumber data yang diperoleh yang kemudian dibagi menjadi dua hal di antarnya:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data atau informasi yang didapat dari sumber pertama.25 Jadi peneliti memperoleh data secara langsung, dan informasi yang digali berasal dari beberapa anggota masjid maupun masyarakat Surabaya yang dianggap sebagai informan kunci atau informasi yang kuat.

22

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualiitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 4-6 23

Sayuti Ali, Metodelogi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 54

24

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 36 25

Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 16


(19)

10

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung. Laporan penelitan tersebut mungkin juga mecantumkan materi deskriptif mengenai peristiwa, tindakan, dan sudut pandang pelaku yang dapat dipakai sebagai data sumber yang digali dari daerah sekitar penelitian.26

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh dalam melakukan penelitian. Untuk mendapatkan data yang diakui keabsahannya, kevalidannya, dan keakuratan datanya. Maka dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yang biasanya digunakan dalam mengumpulkan data di antaranya yaitu:

a. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki, yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap apa yang dijadikan obyek penelitian.27 Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui secara langsung objek yang diteliti. Informasi yang ingin diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan terkait aktivitas keagamaan di Masjid Al-Akbar terhadap masyarakat Surabaya.

26

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 43

27


(20)

11

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode untuk menggali data dari informan tertentu untuk mengetahui secara mendalam mengenai objek penelitian. Metode ini dilakukan dengan melakukan dialog tanya jawab kepada informan yang telah mengalami pemilihan terlebih dahulu.28

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang tidak terstruktur, di mana daftar pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya untuk dijadikan pedoman agar wawancara menjadi terarah. Wawancara bisa ditujukan kepada tokoh agama, pemerintah dan sebagian lapisan masyarakat tempat penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.29 Peneliti menggunakan metode dokumentasi ini untuk mencari dan menggumpulkan data tentang aktivitas keagamaan masyarakat di Masjid Al-Akbar Surabaya.

4. Analisis Data

Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan analisa kualitatif yang sifatnya analisa deskriptif, yaitu analisa yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari

28

James P. Spraddley, Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 79 29


(21)

12

konsep-konsep yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.30 Dengan menggunakan analisa kualitatif yang sifatnya deskriptif, penulis berusaha memahami data yang terkumpul lalu menangkap makna yang di maksud menurut pemahaman penulis sesuai keterangan dari informan.

a. Reduksi Data

Menurut Miles dan Hubermen reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.31 Data yang diperoleh kemudian ditulis dengan rapi dan terinci, serta sistematis dalam setiap mengumpulkan data. Kemudian laporan tersebut direduksi yaitu dengan memilih pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Sehingga pembahasan yang dikaji lebih terfokus dan sesuai dengan apa yang diteliti.

b. Penyajian Data

Menurut Miles dan Hubermen bahwa yang di maksud dalam penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang jelas dan singkat yang memberi kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.32 Penyajian data secara jelas dan singkat ini bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

30

Ibid., Saifudin Anwar, Metodelogi Penelitian, 126 31

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 193

32


(22)

13

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan atas rumusan masalah yang difokuskan lebih sepesifik dalam hipotesis atau proposisi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisis merupakan jawaban dari persoalan penelitian yang telah ditetapkan.33

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik, maka diperlukan sistematika penulisan yang baik pula. Sehingga isi dari hasil penelitian tidak melenceng dari apa yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam rumusan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan terarah dengan perincian sebagai berikut:

Bab I membahas tentang pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang dari permasalahan yang diangkat, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, penegasan judul, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai landasan teori yang penulis jabarkan dalam teori yang berhubungan dengan penelitian peran Masjid Al-Akbar Surabaya dalam meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat.

Bab III membahas mengenai deskripsi lokasi penelitian, meliputi letak dan kondisi geografis, serta pandangan masyarakat terkait peran dan aktivitas

33


(23)

14

keagamaan di Masjid Al-Akbar Surabaya yang berupaya meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat.

Bab IV membahas hal-hal mengenai peran Masjid Al-Akbar Surabaya dalam meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat, kemudian membahas hasil dari wawancara dan observasi, dan juga makna dan dampaknya. Serta analisis data yang berupa pertemuan antara hasil dari penelitian dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab V membahas mengenai penutup dari hasil penelitian yang meliputi kesimpulan dari penelitian yang diberikan oleh peneliti kepada pembaca. Sebagai bagian pelengkap dari skripsi ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran (dokumentasi-dokumentasi) yang mendukung penelitian ini.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Masjid Sebagai Pusat Peribadahan 1. Fungsi Masjid

Masjid merupakan sebuah istilah yang diambil dari bahasa arab yaitu sajada, yasjudu, sujudan, masjidun/masjid.1 Kalimat masjid bermakna juga

sebagai tempat sujud.2 Selain itu juga kalimat yang terulang di dalam

Al-Qur’an sebanyak dua puluh delapan kali memiliki makna lain yaitu patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.

Masjid tidak hanya diartiakan sebagai sarana tempat untuk sujud, beribadah, mendekatkan diri kepada sang pencipta, atau sebagai tempat menyucikan diri. Tetapi di sini masjid dipahami sebagai sebuah tempat yang digunakan umat Islam untuk melakukan semua aktivitas, yang berkaitan dengan hal yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah swt.3

Jika sedikit mengulas masjid pada zaman Rasulallah Saw saat terjadinya perang badar, masjid digunakan sebagai tempat berlatih disiplin, baik dengan latihan ibadah, musyawarah, fisik dan sebagainya. Ketika usai perang badar masjid beralih fungsi sebagai tempat penampungan tawanan

1

Nurul Huda SA, Cahaya Pembebasan, Agama, Pendidikan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), 280

2

John L. Esosito, Ensiklopodia Oxford Dunia Islam Modern Jilid III, (Bnadung: Mizan, 2001), 352 3


(25)

16

perang, kegiatan kuttab (sebuah kegiatan baca tulis) dilakukan sebagai bentuk

tebusan kemerdekaan bagi tawanan perang badar.4

Dalam penjelasan mengenai pemaknaan dari peran masjid jika dilihat dari paradigma yang telah terjadi sejak dahulu. Masjid merupakan simbol Islam secara fisik dan tampak. Memaknai masjid Kuntowijoyo berpendapat bahwa masjid adalah sebuah simbol dari agama yang bisa menjadi

Transformative capacity dari agama Islam seperti yang telah jelas terdapat

dalam buku sejarah Islam, baik secara sosial, politik maupun budaya.5

Maka dari hal di atas dapat menunjukkan bahwa masjid merupakan tempat yang berfungsi untuk melangsungkan berbagai macam aktivitas seperti ibadah, kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, dan juga sebagai tempat untuk mensyiarkan Islam, meningkatkan semarak keagamaan untuk mengabdi kepada Allah. Sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat Islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar.

Bagi seluruh umat Islam masjid merupakan salah satu tempat yang berpengaruh dalam proses pengembangan pengetahuan keagamaan. Dengan demikian masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat yang hanya menitikberatkan kepada akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan dari keberadaan sebuah masjid tidak lain yaitu memberikan wadah untuk masyarakat dalam mengembangkan diri, baik dari segi kehidupan maupun keagamaan.

4

Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2009), 241 5


(26)

17

Masjid yang berada di tengah kalangan masyarakat muslim maupun non muslin saat ini dan selamanya, masjid akan selalu menjadi sebuah simbol dan merupakan tempat untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti politik maupun intelektual. Baik kaum muslim tersebut mayoritas ataupun minoritas di suatau daerah tersebut.6 Jika melihat pada zaman Rasulallah Saw, secara

garis besar masjid mempunyai dua aspek kegiatan: a. Sebagai pusat ibadah (sholat), dan

b. Sebagai tempat pembinaan umat.7

Menggunakan masjid sebagai tempat aktivitas lain selain bertujuan mengabdi kepada Allah hukumnya adalah haram, karena hal ini bertentangan dengan syariat islam. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:



















Artinya: dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah kepada sesuatupun disamping Allah ( QS. Al-jin :18 ).8

Jadi dari penjelasan di atas mengapa umat Islam harus menjadikan masjid sebagai sebaik-baiknya tempat, baik untuk ibadah, menimba pengetahuan agama maupun sekedar I’tikaf. Karana memang Masjid

6

Ibid, Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, 362 7

Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, (Jakarta: Gema Insani Pres, 1996), 11

8

Tafsir Online Surat Al-Jin diakses pada 15/08/2015 dari,


(27)

18

merupakan salah satu tempat yang paling dimuliakan oleh umat Islam, tempat yang berfungsi sebagai pusat kajian sebuah kehidupan dari segi pandangan agama sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Keberadaan masjid bertujuan tidak lain berperan dalam terciptanya Islam yang kokoh, dan tidak mudah tergoyah oleh unsur yang meleburkan isi dari kandungan agama Islam itu sendiri. Jika membahasan mengenai peran masjid, maka menyangkut hal mengenai agama. Agama merupakan sebuah kebutuhan bagi sebagian besar manusia. Saat sebuah pemasalahan datang, tetapi tidak kunjung menemukan jalan keluar untuk memecahkannya.

Maka agama adalah tempat untuk memecahkan permasalahan yang ada. Begitu juga saat ilmu pengetahuan tidak mampu menjelaskan permasalahan yang ada secara menyeluruh, agama mampu menjelaskan gejala-gejala permasalahan tersebut. Agama merupakan sesuatu yang disakralkan karena terkandung di dalamnya sebuah ritual.

Dari uraian penjelasan sebelumnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, agama merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Sedangkan masjid sendiri hanyalah sebuah wadah yang berperan dalam mengembangkan keagamaan itu sendiri. Kemudian dalam hal ini beberapa aktivitas keagamaan di masjid yang menyangkut dari peran masjid mengembangkan keagamaan masyarakat dari segi peribadahan:

a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.


(28)

19

b. Masjid merupakan temapat kaum muslimin ber-i’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapat pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

c. Masjid merupakan tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan yang timbul di masyarakat.

d. Masjid merupakan tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

e. Masjid merupakan tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan gotong royong dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

f. Masjid dan majlis ta’limnya merupakan wahana untuk meningkatkan kencerdasan dan pengetahuan islam.9 Dari kegiatan ta’lim terdapat

beberapa hal yang terkandung di dalamnya antara lain:

1) al-khair (kebaikan) agar senantiasa berjalan di atas petunjuk Allah

Swt, dengan melakukan ajaran Islam.

2) menyeru berbuat ma’ruf, mengajak melakukan hal-hal baik sesuai syariat Islam.

3) melarang berbuat munkar, dengan mencegah dilakukannya segala yang diingkari (ditolak) karena dianggap buruk menurut Islam dalam segala bidang kehidupan.10

9

Ibid., Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 7-8 10

A. Suherman, Masjid sebagai Lembaga, diakses pada 16/08/2015 dari,

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195105081980031-A._SUHERMAN/MAKALAH/MASJID_Sbg_LEMBAGA.pdf#


(29)

20

g. Masjid merupakan tempat untuk pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.

h. Masjid merupakan tempat untuk mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya.

i. Masjid merupakan tempat untuk melaksanakan pengaturan dan supervise sosial.11

Dalam sejarah perkembangan Islam terutama saat periode Madinah, eksistensi masjid tidak hanya dimanfaatkan sebagai pusat ibadah yang bersifat mukhdhah/khusus, seperti sholat, tapi juga mempunyai peran sebagai

berikut:

a. Setelah tercapainya tujuan hijrah di Madinah, Rasulallah tidak langsung membangun sebuah benteng untuk berjaga-jaga dari serangan musuh, tetapi terlebih dahulu membangun masjid.

b. Kalender Islam yaitu tahun Hijriyah dimulai dengan pendirian masjid yang pertama, yaitu pada tanggal 12 Robiul Awal. Permulaan tahun Hijriyah kemudian jatuh pada 1 Muharram.

c. Di Mekkah Islam tumbuh dan di Madinah Islam berkembang. Pada periode Makkiyah Rasulallah mengajarkan dasar-dasar agama, dan pada periode Madaniyah Rasulallah menandai dengan peletakan batu pertama pendirian masjid.

d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah Swt.

11

Ibid., Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 7-8


(30)

21

e. Masjid didirikan oleh orang-orang yang bertakwa untuk kemaslahatan bersama.12

Namun seiring berjalannya waktu masjid mengalami perkembangan baik dalam bentuk bangunan, fungsi, maupun perannya yang disesuaikan dengan keadaan saat ini. Dapat dikatakan juga dimana ada komunitas masyarakat muslim pasti ada masjid, karena umat Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Pada saat ini banyak masjid didirikan umat Islam baik masjid umum, masjid sekolah, masjid kantor, masjid kampus dan sebagainya.

Sebab masyarakat itu memiliki dua substansi yakni jasad dan ruh yang masing-masing substansi itu memiliki hak bereksistensi. Disamping itu, manusia telah dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau disebut fitrah, yang harus diaktualisasikan atau ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui proses pendidikan, untuk selanjutnya dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya kelak di akhirat.13

Dari hal di atas dapat digambarkan bahwa masjid harus memiliki keterikatan dengan kehidupan masyarakat, sehingga kegiatan yang berlangsung di masjid umpamanya seperti shalat berjamaah tidak menjadi sia-sia, dan ruh shalat berjamaah di kalangan kaum muslim tidak melemah. Jika ruh shalat melemah hal tersebut akan membuat manusia dengan mudah tenggelam ke dalam lautan hawa nafsu, dan berlebihan dalam kenikmatan.

12

Ibid., Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid:Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 10 13

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2005), 143


(31)

22

Semua itu merupakan kemungkaran, kekejian dan kedurhakaan yang dilakukan manusia terhadap Tuhan-Nya.14

Jika kegiatan yang diselenggarakan di masjid lebih banyak melibatkan masyarakat sekitar, maka hal tersebut akan lebih menunjukkan manfaat dari keberadaan masjid, sehingga masjid dapat menunjukkan peran dan fungsi keberadaannya sesuai dengan tujuan didirikannya. Saat masyarakat ikut serta dalam kegiatan di masjid, maka hal tersebut bermaksud agar masyarakat dapat memberikan ide yang diharapkan mampu diterapkan dalam proses pengembangan masjid.

B. Masjid Sebagai Tempat Pembinaan

Keberadaan sebuah tempat ibadah di suatu daerah diharapkan mampu berperan dan berupaya meningkatkan kualitas keagamaan, maupun meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Dalam hal ini akan dibahas terkait peran masjid dalam hal kegiatan pembinaan terhadap masyarakat. Sebelum itu terdapat penjelasan mengenai makna dari masjid, yang secara garis besar operasionalisasi masjid terbagi menjadi tiga hal:

1. Aspek hissiyah (bangunan)

Belakangan ini banyak masjid yang berada di kota besar berdiri dengan bangunan yang mewah dan megah. Namun, dalam masalah bangunan fisik masjid, Islam tidak menentukan dan mengaturnya. Artinya, umat Islam diberikan kebebasan, sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah

14

Muhammad Bahnasi, Sholat Bersama Nabi Muahmmad Saw: Agar Sholat Memberikan Kebahagiaan dan Perubahan dalam Hidup, (Jakarta, Tim Mizani).


(32)

23

ibadah dan kegiatan umat Islam. Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan umat, tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-benar disadari sejak awal.

2. Aspek maknawiyah (tujuan)

Pembangunan masjid mempunyai dua tujuan: Masjid dibangun atas dasar takwa dengan melibatkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan jamaah atau umat Islam. Masjid dibangun atas dasar permusuhan dan perpecahan di kalangan umat dan sengaja untuk menghancurkan umat Islam. Untuk versi yang kedua ini menggambarkan ciri khas orang munafik, yang tujuan pendirian masjid hanya untuk memecah belah umat Islam.

3. Aspek ij’timaiyah (segala kegiatan)

Aspek kegiatan masjid dapat diketahui melalui aspek kelembagaan masjid tersebut. Dan di antara aspek kegiatan pada umumnya yang terdapat di masjid yaitu: Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial, Lembaga Manajemen dan dana, serta Lembaga Pengelola dan Jamaah.

a. Lembaga Dakwah dan Bakti Sosial

Pada umumnya setiap masjid memiliki kelembagaan ini, kegiatan dakwah dapat dilihat dalam bentuk pengajian atau tablig, diskusi, silaturrahmi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan bakti sosial terwujud dalam bentuk penyantunan anak yatim, khittan massal, zakat fitra, pemotongan kurban. Dan biasanya kegiatan tersebut terjadi pada bulan tertentu seperi, bulan Ramadhan, bulan Haji, bulan Maulid dan tahun baru Hijriyah.


(33)

24

b. Lembaga Manajemen dan Dana

Pola manajemen masjid pada umumnya masih ada beberapa yang bercorak tradisional (tanpa ada perkembangan) dan hanya terdapat di masjid tertentu yang mengalami perkembangan, terkait sumber daya manusia yang professional dalam menghidupkan masjid.

c. Lembaga Pengelolaan dan Jamaah

Antara pengelola dan jamaah tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Kedua hal tersebut merupakan pilar utama dalam keberlangsungan kegiatan di masjid.15

Dan masjid yang berada di tengah kalangan masyarakat muslim maupun non muslin saat ini dan selamanya, masjid akan selalu menjadi sebuah simbol dan merupakan tempat untuk melakukan aktivitas politik dan intelektual. Baik kaum muslim tersebut mayoritas ataupun minoritas di suatau daerah tersebut.16 Selain menjadi tempat yang khusus untuk

melaksanakan ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat pembinaan. Dalam hal ini adapun beberapa aktivitas pembinaan yang terdapat di masjid antara lain yaitu:

1) Pusat kegiatan masyarakat

Masjid biasanya digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. biasanya perkembangan masjid di pinggiran kota, lebih besar disbanding di daerah kota. Masjid dibangun agak jauh dari pusat kota. 2) Pusat pendidikan

15

Ibid., Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 11-13

16


(34)

25

Beberapa masjid terutama yang di danai oleh pemerintah terdapat fasilitas pendidikan, baik itu ilmu keagamaan ataupun ilmu umum. Yang tidak lain tujuannya adalah mendekatkan generasi muda kepada masjid.

3) Kegiatan dan pengumpulan dana

Biasanya masjid-masjid yang ada saat ini memiliki sebuah program pengumpulan dana, Masjid di djene, Mali umpamanya. Setiap tahun sekali melakukan festival yang gunanya dana yang di dapat untuk merekonstruksi kembali bangunan masjid yang perlu dibenahi.sebagai tempat dilaksakannya bazar islami, atau juga sebagai tempat berlangsungnya akad nikah seperti tempat ibadah lainnya. 4) Fungsi pendidikan

Masjid merupakan pusat untuk dakwah berbagi keilmuan, pendidikan nonformal seperti penagjian, ceramah-ceramah agama dan kuliah subuh dinilai sangatla penting bagi masyarakat. Karena dari hal inilah masyarakat mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma agama yang dapat dijadikan sebgai pedoman di kehidupan masyarakat yang sangat luas.

5) Fungsi budaya/kebudayaan

Masjid juga memiliki peran dalam menjaga dan melestarikan budaya yang masih dipertahanan oleh masyarakat seperti


(35)

26

musyawarah/seminar, penyelenggaraan peringatan hari besar, penyelenggaraan kesenian bernafaskan islam, yasinan malam jum’at.17

Dengan demikian masjid memiliki pengartian yang sangat luas, bahwa masjid tidak hanya berperan dan berfungsi sebagai hal-hal yang berkaitan dengan agama saja. Tetapi ada juga ruangan tertentu yang digunakan sebagai aktivitas lain, yang tujuannya tidak lain agar terciptanya tingkat ketakwaan dan demi kemajuan umat Islam itu sendiri.

Kemudian jika sedikit mengulas tentang hal-hal yang berlangsung di dalam masjid, itu memang merupakan tradisi kebudayaan Islam yang berkembang di Indonesia. Karena dalam sebuah tradisi (kebudayaan) terdapat nilai-nilai sosiologis (kemasyarakatan). Masjid dikenal dengan sebutan baitullah (rumah Allah), karena merupakan bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah.

Dalam pengertian sehari-hari masjid adalah sebuah tempa yang dipergunakan untuk mengabdi kepada Allah, tetapi karena memiliki akar kalimat yang mengartikan kepatuhan dan tunduk. Maka secara hakikat masjid berarti tempat untuk melakukan seluruh aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.

C. Pengaruh dari Keberadaan Masjid

Sangatlah tepat dan berguna dilakukannya sosialisasi dan langkah yang langsung diterapkan dari pemberdayaan masjid, mulai memberikan motivasi,

17


(36)

27

pendidikan pelatihan, dan kerja sama dalam hal formal maupun non formal yang bertujuan untuk upaya pemberdayaan masjid, dengan banyaknya masyarakat yang mengikuti kegiatan yang berlangsung di masjid, maka terjalinnya solidaritas antarmasyarakat satu dengan yang lain sebagai umatanwasatho (umat yang satu).

Dengan hal tersebut maka akan terjaga dan terciptanya pondasi agama yang kokoh dengan menjalin ukhuwah Islamiyah antarsesama. Serta keseimbangan sosial pun juga dapat tercipta setidaknya dari situasi rukun yang terjalin oleh jamaah masjid. Karena peran dan fungsi keberadaan sebuah masjid yaitu menjadi pengobat hati, pelabuhan, pengembaraan hidup, serta spirit kehidupan umat. Selanjutnya mengenai pengaruh dari peran masjid dapat dibagi menjadi beberapa hal, di antaranya yaitu:

1. Pengaruh Sosial

Keberadaan sebuah tempat ibadah di suatu daerah baik secara langsung ataupun tidak, pasti membawa sebuah pengaruh dalam lingkungan sekitarnya. Jika disandingkan dengan peran masjid, maka hal ini terkait dengan pengaruh sosial. Adapun pengaruh sosial yang muncul antara lain, pelaksanaan ibadah, pendidikan, maupun dakwah. Dari hal ini muncul benih pembentukan komunitas Islam yang kuat. Menghubungkan antarpribadi muslim dengan yang lainnya, sehingga tertanam rasa keterikatan yang kuat berdasarkan prinsip tauhid, bukan atas nama simbol golongan atau lainnya.18

Dengan demikian masjid berpengaruh dalam kehidupan sosial yaitu, memberdayakan atau mencerdaskan umat melalui kegiatan kajian yang

18

Firman Nugraha, Masjid dan Perubahan Sosial, diakses pada 18/08/2015 dari, http://firman-nugraha.blogspot.co.id/2010/12/mesjid-dan-perubahan-sosial.html


(37)

28

dimaksimalkan.19 Hal demikian ini bermaksud agar terbentuknya masyarakat

yang kompetitif dalam membangun komunitas masyarakat yang ideal dengan berlandaskan peran dari keberadaan masjid. Usaha seperti ini merupakan sebuah tantangan bagi masyarakat yang mencoba merekonstruksi fungsi sosial kemasyarakatan, agar memiliki keterikatan antara masyarakat dengan masjid.

Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, keberadaan masjid membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena selain menjadi tempat beribadah masjid juga menjadi tempat untuk kegiatan kemasyarakatan.20 Selain itu juga komunikasi yang terjalin dapat

menjadi alat dalam meningkatkan kerjasama, dukungan, ataupun hubungan antara pihak pengelola masjid, masyarakat, atau pemerintah, yang dimana hal tersebut menjaga keberlangsungan dari seluruh aktivitas yang ada di masjid.

Selain itu berdirinya sebuah masjid tidak selalu membawa pengaruh baik terhadap lingkungan sekitar masjid, karena ada beberapa di antara masyarakat yang memanfaatkan keberadaan masjid untuk menjalankan aktivitas maksiat. Sering didapati tempat-tempat tertentu digunakan untuk maksiat anak-anak muda, dijadikan tempat mabuk-mabukan, pacaran, bahkan sampai berhubungan badan, seperti yang tejadi di Masjid Arkam Babur Rahman di kota Palu.21

19

Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), 236

20

Muahmmad Arifin Badri dkk, Majalah Pengusaha Muslim: Komersialisasi Idul Fitri, (tk: Yayasan Bina Penguasa Muslim, 2012), 20

21

Wisata Palu, Wisata Religi Kubah Masjid Tujuh Warna, diakses pada 12/01/2016 dari, http://wisatapalu.com/wisata-religi-di-kota-palu-kubah-mesjid-7-warna


(38)

29

2. Pengaruh Ekonomi

Pengelolaan manajemen masjid pada umumnya masih ada yang bercorak tradisional (tanpa perkembangan), hanya terdapat di masjid tertentu yang mengalami perkembangan, terkait sumber daya manusia yang professional dalam menghidupkan masjid.22 Mengelola manajemen secara

modern tentu akan memberikan nilai tambah terhadap pembinaan umat. Masjid merupakan tempat strategis sebagai unit pelaksana teknis (UPT) pembinaan umat.23

Keberadaan sebuah masjid dalam suatu wilayah juga berperan dalam membuka lapangan usaha bagi masyarakat setempat, selain itu juga meningkatkan pendapatan dalam perekonomian, muncul inovasi-inovasi usaha yang dapat menunjang perkembangan perekonomian masyarakat. Dari hal ini masyarakat memperoleh tambahan dalam pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Masyarakat tanpa memiliki sebuah aktivitas merupakan masyarakat yang tidak berkembang bahkan masyarakat yang mati.

Dalam hal seperti ini masjid haruslah menjadi pusat pembinaan perekonomian masyarakat. Meskipun ada beberapa pendapat mengatakan, masjid merupakan tempat yang semata-mata untuk melakukan ibadah formal. Pandangan seperti ini merupakan kekeliruan dalam menafsirkan, yang

22

Ibid., Muhammad E. Ayub, Manajemen Masjid: Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus/Penulis, 11-13

23


(39)

30

dimana hal tersebut dapat menjauhkan umat Islam dalam membangun keterikatan antarsesama muslim.24

Keberadaan sebuah masjid dalam suatu wilayah haruslah dioptimalkan peran dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Sehingga kegiatan perekonomian dapat bertahan dan berlangsung lama. Selain itu pengelolaan masjid dengan sebaik-baiknya bertujuan agar masyarakat memiliki pemberdayaan diri, dan keberadaan masjid dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan masyarakat.

Hal seperti ini juga dilakukan oleh pihak pengelola Masjid Dian Al Mirza agar para jamaah, atau para wisatawan menghabiskan waktu di masjid. Selain masjid dijadikan sebagai tempat ibadah dengan, pihak pengelola masjid juga menyediakan fasilitas penunjang seperti minimarket, restoran kios makan, toko batik, rumah penginapan, gedung serbaguna, auditorium, gedung Islamic center, dapur umum, dan toko souvenir.25

Selain itu keberadaan masjid memberikan keuntungan perekonomian dalam masalah ketenagakerjaan. Dari kegiatan tersebut peluang usaha terbuka, karena hal seperti itu menyediakan lapangan kerja bagi para karyawan hotel atau penginapan, karyawan restoran, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur, pengemudi taksi, dan pekerjaan dalam bidang transportasi lainnya.26

24

Ibid., Firman Nugraha, Masjid dan Perubahan Sosial, diakses pada 18/08/2015 dari, http://firman-nugraha.blogspot.co.id/2010/12/mesjid-dan-perubahan-sosial.html 25

Nur Azizah, Nilai Dakwah Masjid Kuba Emas dan Kontribusi Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat, (IAIN: IAIN Cirebon, 2010), 37-38

26

Humaidi Al Ayubi, H, Fungsi Kegiatan Masjid Dian Al Mirza Sebagai Obyek Wisata Religi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), 32


(40)

31

Sedangkan dampak negatif dari suatu tempat yang digunakan untuk aktivitas ekonomi, seperti yang terjadi pada wisata religi makam sunan giri yaitu peningkatan jumlah pengemis, terjadinya pencemaran sampah kertas, plastic, sampah bekas makanan, minuman, serta kaleng. Namun selain itu juga adanya tindak kriminalitas seperti pencurian, serta kemacetan lalu lintas pada saat hari-hari tertentu sering terjadi.27 Hal seperti ini merupakan sesuatu

yang biasa terjadi pada suatu lingkungan yang dijadikan sebagai aktivitas perekonomian, salah satu di antaranya terkait keberadaan masjid.

3. Pengaruh Budaya

Seiring dengan berkembangnya suatu zaman, maka berkembang pula gaya hidup, cara pandang, serta tindakan pada suatu komunitas masyarakat. Untuk mengantisipasi dampak dari globalisasi, terutama bagi generasi muda. Maka dilakukannya pembinaan melalui kegiatan karya dan iman.28 Adanya

kegiatan seperti itu diharapkan dapat memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.

Karena kegiatan yang berlangsung bertujuan agar dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjalin silaturahmi, tolong-menolong serta gotong royong di antara masyarakat. Semua hal tersebut merupakan beberapa budaya yang terdapat dalam Islam. Dengan mengadakan suatu pembinaan, juga bertujuan untuk mengumpulkan masyarakat dari

27

Imroatun Khasanah, Dampak Wisata Religi Makam Sunan Giri Terhadap Masyarakat Sekitar Kecamatan Kebomas Gresik, diakses pada 12/01/2016 dari, http://library.um.ac.id/dampak- wisata-religi-makam-sunan-giri-terhadap-kehidupan-masyrakat-sekitar-di-kecamatan-kebomas-kabupaten-gresik-oleh-imroaton-khasanah.html

28


(41)

32

berbagai wilayah. Aktivitas ini merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan budaya yang Islam ajarkan.

Aktivitas lain yang dapat kita jadikan contoh, umpamanya terkait aktivitas rebana atau hadrah, memukul sebuah alat dengan diiringi pembacaan qasidah, shalawat, istighasah ini merupakan salah satu cara mempertahankan budaya Islam agar tidak terkiskis. Mungkin hal seperti ini umum dijumpai di masjid sekitar lingkugan kita, salah satunya juga diterapkan oleh pihak pengelola Masjid Dian Al-Mirzah sebagai bentuk pembudayaan.29

Seperti keterangan sebelumnya bahwa dengan perkembangan zaman yang modern, maka juga terjadi perubahan yang terjadi pada keadaan pola pikir maupun gaya hidup masyarakat. Begitu juga dengan gaya hidup masyarakat saat ini lebih banyak beraktivitas di luar rumah, seperti bekerja atau berbisnis. Kebanyakan masyarakat ingin mencari penghidupan yang lebih baik dan sejahtera dalam bidang ekonomi.

Akibatnya, masjid pun turut ditinggalkan sebagai pusat aktivitas keagamaan masyarakat. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat serta berkembangnya pemahaman sekuler, dan gaya hidup tampaknya semakin menjauhkan warga masyarakat dari masjid.30 dari beberapa hal ini dapat kita

ketahui pengaruh budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini.

29

Ibid., Humaidi Al Ayubi, H, Fungsi Kegiatan Masjid Dian Al Mirza Sebagai Obyek Wisata Religi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), 56

30

Agus Sasongko, Memakmurkan Masjid Cegah Dampak Negatif Pembangunan, diakses pada 12/01/2016 dari,


(42)

BAB III

DESKRIPSI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Akbar Surabaya

Surabaya merupakan salah satu kota besar yang tidak jarang banyak ditemui masjid besar yang didirikan seperti Masjid Al-Falah, Ampel, Rahmad, Mujahidin, tetapi pendirian masjid besar di tengah kota Surabaya masih dianggap belum cukup. Sejalan dengan perkembangan agama Islam di Surabaya, tuntutan umat akan sarana ibadah pun meningkat, yang bermuara pada munculnya gagasan untuk mendirikan masjid yang lebih besar dalam skala, dimensi dan kualitas.

Masjid Al-Akbar Surabaya adalah wujud sebuah impian yang telah lama terpendam. Masjid yang didirikan di atas tanah seluas 11,2 hektar, dan memiliki luas bangunan 28.509 m2 dengan kapasitas 59.000 diproyeksikan untuk mewujudkan konsep masjid dalam arti luas, sebagai Islamic Center dengan peran multidimensi dengan misi religius, kutural dan edukatif termasuk wisata religi, membangun dunia Islam yang rahmatan al amin.

Arsitektur bangunan masjid dikerjakan oleh tim dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), bersama konsultan ahli yang telah berpengalaman dalam membangun masjid-masjid besar di Indonesia maupun di luar negeri. Kemudian dalam penentuan arah kiblat langsung dihadiri dan disahkan oleh


(43)

34

pemuka-pemuka agama dari Departemen Agama, Dewan Masjid dan lain sebagainya.1

Sebelum Masjid berdiri pada mulanya daerah pagesangan merupakan area persawahan atau lahan kosong. Impian Mantan Wali Kota H. Soenarto (Alm) dan masyarakat Surabaya dalam membangun masjid yang dulunya terletak di daerah waru tidak tercapai, karena tidak adanya lahan kosong yang tersedia. Namun, seiring berjalannya waktu di daerah pagesangan terdapat lahan kosong yang pada akhirnya ditetapkan pembangunan masjid di daerah tersebut.2

Pada akhirnya ide atau gagasan dari H. Soenarto Soemoprawiro (Alm) Walikota Surabaya saat itu untuk membangun sebuah masjid yang terletak di daerah pagesangan tercapai. Karena pada awalnya di daerah pagesangan jarang berdiri masjid, dan dari hal itulah mengapa H. Soenarto ingin menjadikan Masjid Al-Akbar Surabaya sebagai pusat Islamic Center yang berada di wilayah Surabaya Selatan. Pada mulanya Masjid Al-Akbar Surabaya ini bernama Masjid Agung saja.3

Jika mengunjungi area masjid maka akan ditemui hal yang melatar belakangi berdirinya Masjid Al-Akbar Surabaya. Awal pembangunan masjid dilakukan pertama kali dengan peletakan batu pertama oleh H. Try Sutrisno Wakil Presiden RI yang tepatnya pada tanggal 4 Agustus 1995 atau 7 Robiul Awal 1416 H, sempat terhenti karena krisis moneter dan kembali dibangun

1

Masjid Al-Akbar, Sejarah, diakses pada 27/07/2015 dari,

http://www.masjidalakbar.com/linkmenu.php?namafile=sejarah 2

Wawancara dengan H. Marzuki Takmir Masjid Al-Akbar Surabaya 30/07/2015 pukul 15.30 WIB 3


(44)

35

pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2001. Kemudian diresmikan pada tanggal 10 November 2000 atau 14 Sya’bah 1431 H bertepatan dengan Hari Pahlawan oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid, dan juga salah seorang Menteri Agama RI Prof. Dr. H. Said Aqil Husein Al-Munawar. MA.4

2. Segi Artsitektur Bangunan Masjid Al-Akbar

a. Kubah Masjid

Kubah atau penutup struktur rangka atap kubah terdiri dari tiga lapis yaitu, Atap Kedap Air (AKA), ESP sebagai cover atap terluar (Enamel Sheet Panel merupakan plat baja yang dicoating atau diwarnai), dan penutup plafon. Kubah Masjid Al-Akbar terdiri dari 1 kubah besar dan 4 kubah kecil berbentuk limasan. Angka lima, selain bermakna rukun Islam juga sering diartikan pancasila.

b. Pintu Masjid, Keramik, Kaligrafi, dan Mimbar

Pintu Masjid Al-Akbar berjumlah 45 buah yang juga menjadi spirit perjuangan kota Surabaya. Pintu terbuat dari kayu jati yang didatangkan khusus dari Perhutani dan dibuat oleh para pengrajin dari Surabaya. Kusen terbuat dari rangka besi dilapisi kayu yang dihubungkan ke engsel maupun slot yang telah diselaraskan dengan struktur dan estetika masjid.

Untuk memenuhi kenyamanan, estetika serta keserasian keseluruhan bangunan masjid, maka marmer dari Lampung dipilih untuk pelapis dinding dan lantai ruang dalam masjid, sehingga dukungan dari

4


(45)

36

lantai terasa sekali ruangan menjadi sejuk dan kusuk. Bahan yang digunakan untuk kaligrafi tersebut terbuat dari kayu jati dengan finishing cat sistem ducco.

Ukiran kaligrafi tersebut merupakan ukiran yang dirancang langsung oleh seorang ahli kaligrafi nasional, yaitu Bapak Faiz dari Bangil. Sedangkan mimbar untuk berkhutbah dibuat dengan ketinggian 3 meter, yang tujuannya untuk mendukung kemantapan saat khutbah dan digarap para pengrajin dari Madura agar menunjukkan kesan etnis dan hiasan ornamen Madura.5

c. Bedug, Kolom, Dinding, dan Rak Al-Qur’an

Pada serambi masjid terdapat sebuah bedug dan kentongan yang diukir secara khusus. Kolom masjid berbentuk sentrifugral (bulat) 110 cm, 70 cm, dan 60 cm. Pada sebagian dinding masjdi didominasi oleh ornamen ukiran kaligrafi. Kemudian terdapat pada mihrab, relung imam, dan dinding utama ditempatkan beberapa rak Alqur’an yang terukir sedemikian rupa yang juga terdapat di seluruh penjuru masjid.6

d. Menara Masjid

Menara Masjid Al-Akbar setinggi 99 meter bermaknakan nama Allah atau Asmaul Husna. Rancangannya menara tadinya berjumlah 6 buah, namun karena pertimbangan yang bersifat teknis maupun biaya, maka menara hanya dibuat satu. Menara ini memiliki ketinggian 99 meter yang puncaknya dilengkapi dengan view tower pada ketinggian 68 meter

5

Ibid., Masjid Al-Akbar, Sejarah, diakses pada 27/07/2015 6

Masjid Al-Akbar, Home, diakses pada 27/07/2015 dari,


(46)

37

yang dapat memuat sekitar 30 orang dan pencapainnya dengan menggunakan lift untuk melihat pemandangan kota Surabaya.7

e. Plaza Masjid

Plaza dibangun dengan konsep kesatuan antara estetika lingkungan dan berfungsi untuk ibadah tertentu seperti sholat Ied dan lain-lain. Luas plaza kurang lebih 520 m2, dengan bahan lantai paving

stone, yang didesain khusus dengan motif desain sesuai dengan ornamen arsitektur masjid, garis motif dibuat sejajar dengan garis shaf di halaman masjid. Hiasan kaca patri yang digunakan masjid dibuat dengan sistem triple glazed unit untuk menghemat biaya, dan peredam suara bising.8

3. Letak Geografis

Kelurahan Pagesangan adalah salah satu Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Jambangan, yang termasuk wilayah kota Surabaya. Sedangkan Masjid Al-Akbar Surabaya terletak antara Kecamatan Jambangan dengan Kecamatan Gayungsari Surabaya, tepanya di Jln. Masjid Al-Akbar Timur No. 1 Pagesangan Surabaya.

Letak Masjid Al-Akbar berada di daerah pinggir kota Surabaya yang berdekatan di samping jalan tol arah Surabaya-Sidoarjo. Sedangkan batas Kelurahan Pagesangan adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kebonsari, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Taman kota

7 Ibid. 8

Ibid., Masjid Al-Akbar, Sejarah, diakses pada 27/07/2015 dari,


(47)

38

Sidoarjo, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karang pilang, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gayungan.9

4. Tujuan Didirikan

Didirikannya Masjid Al-Akbar Surabaya selain menjadi ikon kota Surabaya setelah Tugu Pahlawan, tujuan berdirinya yaitu sebagai pusat Islamic Center di wilayah Surabaya Selatan.10

5. Visi, Misi dan Motto

Visi : Menjadi rujukan nasional dalam Da’wak, Ibadah, Pendidikan, dan

Manajemen menuju masyarakat madani. Misi : Mengembangkan Da’wah dan Ibadah

Mengembangkan Pendidikan Akhlaqul Karimah Mengembangkan Manajemen Masjid

Mengembangkan Fasilitas dan Arsitektur.11

Motto : “Ikhlas Profesional” Motto ini mengandung arti bahwa: Pengelolaan MAS berorientasi pada ibadah semata, hanya mencari ridha Allah SWT, ditangani oleh personal yang ahli di bidang masing-masing. Unggul dan berdayaguna.

6. Struktur Organisasi Masjid Al-Akbar

Bagan Struktur Organisasi Direksi Dan Pelaksana Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya

9

Observasi 15 Juni 2015 10

Wawancara dengan Abdul Azis Pegawai Masjid Al-Akbar Surabaya 29/05/2015 pukul 16.58 WIB 11

Masjid Al-Akbar, Profil, diakses pada 27/07/2015 dari,


(48)

39

Tabel

DIREKSI

Pelaksana Pengelola MAS

DEWAN PENDIRI

DEWAN PENDIRI

DIREKTUR UTAMA WAKIL DIREKTUR UTAMA

IMAM BESAR DEWAN PENGAWAS

DIREKTUR IDARAH DIREKTUR

IMARAH-IJTIMAIYAH DIREKTUR SHIYANAH DIREKTUR MA’HAD ALI BENDAHARA PENERIMAAN KABAG KEUANGAN KAUR TATA USAHA KABAG ADMINISTRASI UMUM BENDAHARA PENGELUARAN KABAG USAHA KAUR UPT KABAG PERENCANAAN & PENGEMBANGAN KABAG PERPUSTAKAAN & LITBING KABAG IBADAH &

DAKWAH

KAUR HAL & PENGELOLA GEDUNG

KABAG PEMBINAAN KELUARGA & KEWANITAAN KABAG SOSIAL & REMAJA MASJID

KABAG PENGAMANAN

KABAG KAJIAN & DIKLAT

KABAG HUMAS & PROTOKOL

KAUR MEKANIK, ELEKTRIKAL & SIPIL KABAG PEMBANGUNAN

& PERAWATAN

KAUR KEB. MASJID

FASILITAS KANTOR

KAUR KEB. HALAMAN & TAMAN KAUR PERLENGKAPAN & BENGKEL KAUR GUDANG KABAG PERLENGKAPAN & PERALATAN KABAG SEKERTARIAT KABAG PENDIDIKAN & PENGAJARAN


(49)

40

7. Susunan Pengurus Manajemen Masjid Al-Akbar

Direktur Utama : Drs. H. Hendro Siswantoro, M.Si.

Wakil Direktur Utama : Ir. H. Moch. Jaelani, M.M.

Direktur Idarah : Drs. H. Kasno Sudaryanto, M.Ag.

Direktur Imaroh/Ijtimaiyah : Drs. HM Roziqi, M.M.

Direktur Shiyanah : Ir. H. Moerhanniono, M.T.

Direktur/Mudir Mahad Aly : Prof. DR. H. Roem Rowi, M.A.

Kabag Direktorat Idarah

Kabag Administrasi dan Umum : Drs. Hj Siti Mardikaningsih.

Kabag Keuangan : Drs. Ec. H. Thahja Gunawan.

Kabag Usaha : H. Hendro Tjahjono.

Kabag Keamanan : Drs. H. Edy Mulyono, M.M.

Kabag Humas dan Protokol : Drs. H. helmy M Noor.

Kabag Direktorat Imarah

Kabag Ibadah dan Dakwah : H. Abd Choliq Idris, S.Ag. Kabag Sosial dan Remaja : Drs. HM Ghufron Ihsan, M.Pd.I. Kabag Pembinaan Keluarga

dan Kewanitaan : DR. Hj. Hasniah Hasan, M.Si.

Kabag Kajian dan Diklat : Drs. HM. Munief, M.M. Kabag Perpustakaan dan Libting : H. Sutrisno, S.T.


(50)

41

Kabag Direktorat Shiyanah

Kabag Perencanaan dan Pengembangan : Ir. H. bambang Witjaksono, M.M. Kabag Pembangunan dan Perawatan : Ir. Safrul Nahar.

Kabag Perlengkapan dan Peralatan : Ir. H. Soewono.

Kabag Direktorat Ma’had Aly

Kabag Sekertariat : H. Abd Chanan, M.M, M.B.A.

Kabag Pendidikan dan Pengajaran : H. Ahmad Nasich Hidayatullah

Kepala Urusan Direktorat Idarah

Kaur Tata Usaha : Agoes Suroso

Kaur Hal dan Pengelolaan Gedung : Suhartono

Kaur UPT : Wahyudi, S.E.

Bendahara Penerimaan : Nur Fadilatus Z.

Bendahara Pengeluaran : Alfian, S.E.

Kepala Urusan Direktorat Shiyanah

Kaur Mekanik, Elektrikal dan Sipil : Sardjono Kaur Kebersihan Masjid, Fasilitas dan

Kantor : Eko Wahyu Saputra


(51)

42

8. Job Deskripsi Pengelola Masjid Al-Akbar

Adapun beberapa penjelasan mengenai fungsi dari badan pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya, diantaranya adalah:

a. Dewan Pendiri:

Merencanakan pengembangan masjid. Memberikan bimbingan dan pengarahan secara rutin kepada dewan redaksi.

b. Dewan Pembina:

Menetapkan kebijakan umum pengelola masjid. Mengangkat atau memperhentikan dewan direksi. Mengesahkan program kerja 4 tahun di Masjid Al-Akbar Surabaya.

c. Dewan Penasihat:

Memberikan pertimbangan tentang pengembangan fisik dan sarana masjid. Memberikan pertimbangan dalam pelaksanaan administrasi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Al-Akbar Surabaya.

d. Dewan Pengarah:

Memberikan arahan kepada dewan direksi tentang pengembangan fisik dan sarana masjid. Memberikan arahan kepada dewan direksi dalam pelaksanaan administrasi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Masjid Al-Akbar Surabaya.


(52)

43

e. Dewan Pengawas:

Melakukan kepada dewan direksi dalam menjalankan kegiatan, baik yang terkait dengan administrasi keuangan, pengebangan fisik atau tata laksananya.

f. Imam Besar:

Menyusun dan memberikan tuntunan cara-cara pelaksanaan ibadah, baik ibadah wajib, sunnah maupun ibadah yang lain sesuai ajaran agama islam. g. Dewan Direksi:

1) Direktur Utama

a) Mengembangkan dan memelihara bangunan fisik serta sarana masjid.

b) Memfungsikan Masjid Al-Akbar Surabaya dengan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai program yang dibantu oleh para direktur. c) Mengangkat atau memberhentikan staf direksi, dan dalam rangka

kelancaran opersional Masjid Al-Akbar Surabaya. 2) Wakil Direktu Utama

a) Membantu direktur utama dalam mengembangkan dan memelihara bangunan fisik serta sarana masjid.

b) Membantu memfungsikan Masjid Al-Akbar Surabaya dengan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai program yang dibantu oleh para direktur.

c) Melaksanakan tugas lain dari direktur utama dalam rangka kelancaran operasional Masjid Al-Akbar Surabaya.


(53)

44

3) Direktur Idarah

a) Melaksanakan kesekretariatan dan administrasi umum. b) Melaksanakan administrasi keuangan dan usaha. c) Melaksanakan keamanan.

d) Melaksanakan hubungan masyarakat dan protokol. 4) Direktur Imarah/Ijtiama’iyah

a) Melaksanakan program ibadah dan dakwah. b) Melaksankan program sosial dan kemasyaraatan.

c) Melaksanakan program pembinaan keluarga dan kewanitaan.

d) Melaksanakan program pendidikan/pelatihan, kajian dan pembinaan remaja masjid.

5) Direktur Shiyanah

a) Melaksanakan program perencanaan dan pengembangan. b) Melaksanakan program pembangunan dan perawatan. c) Melaksanakan program perlengkapan dan peralatan. 6) Direktur Ma’had Aly Ilmu Al-Qur’an dan Hadist (mudir)

a) Melaksanakan kegiatan kesekretariatan/administrasi umum untuk ma’had aly.

b) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pendidikan dan pengajaran ma’had aly.12

12


(54)

45

9. Piagam Dasar Masjid Al-Akbar

a. Dibangun semata-mata mengharap ridho Allah swt, dan juga merupakan amanat umat yang akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. b. Dibangun bersama pemerintah dan masyarakat melalui amanat yang

dipercayakan kepada Dewan Pendiri Masjid Al-Akbar Surabaya.

c. Masjid Al-Akbar Surabaya dibangun untuk kemaslahatan umat dan syi’ar islam.

d. Sebagai tempat melaksanakan ibadah dalam arti luas yang senantiasa berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

e. Sebagai tempat khusus penyelenggaraan ibadah sholat yang langsung berkiblat kepada Masjidil Haram Makkah.13

B. Kegiatan Pelayanan Masjid Al-Akbar 1. Ibadah dan Dakwah

Kegiatan yang terdapat di Masjid Al-Akbar merupakan aktivitas keagamaan yang selama ini berlangsung. Adapun aktivitas keagamaan yang terdapat di Masjid terbagi menjadi dua yaitu, kegiatan rutin dan kegiatan insidental (kegiatan yang diselenggarakan karena hal tertentu).

a. Kegiatan Rutin Ibadah 1) Shalat Jamaah Rawatib

Shalat jamaah rawatib dilaksanakan bertujuan untuk menciptakan ketertiban, ketenteraman dan kekhusyu’an shalat berjamaah.

13


(55)

46

Dilaksanakan setiap waktu shalat fardhu, dan terdapat beberapa petugas khusus pengatur shaf pria/wanita untuk mengatur barisan shalat demi terciptanya shaf yang teratur.

2) Shalat dan Khutbah Jum’at serta dialog

Khutbah Jum’at disampaikan oleh khatib Lokal, Regional, Nasional dan Internasional. Diadakan dialog pendalaman tema khutbah. Khatib sekaligus bertindak sebagai narasumber. Dialog dilaksanakan selama 30 menit sesudah shalat Jum’at.

3) Shalat Tahajjud Bulanan

Pelaksanaan shalat tahajjud bulanan terlaksana setiap Ahad akhir setiap bulan. Dilaksanakan kurang lebih pada pukul 02.00-03.00 Wib. Dilaksanakan secara berjamaah dan bertempat di Ruang (Utama) Masjid Al-Akbar Surabaya.

4) Khatmil Al-Qur’an

Dilantunkan oleh hufadz terbaik. Mustamiin/ Mustami’aat umum. Dilaksanakan setiap Jum’at Legi. Bertempat di Ruang Al-Akbar (Utama) Masjid Al-Akbar Surabaya.

b. Kegiatan Rutin Dakwah 1) Kajian Ba’da Shubuh

Al-Qur’an dan Tajwid Setiap Senin, Tafsir Tahlili Setiap Selasa, Hadits Setiap Rabu, Aqidah Tauhid Setiap Kamis, Akhlak Tasawuf Setiap Jum’at, Fiqih Muamalah Setiap Sabtu, Kajian dengan tema bervariasi Setiap Ahad.


(56)

47

2) Kajian Ba’da Maghrib

Kesehatan Setiap Ahad, Peradaban Islam Setiap Senin, Tafsir Maudhu’i (Tematik) Setiap Selasa, Hadis Tematik Setiap Rabu, Fiqih Kontemporer Setiap Kamis, Perbandingan Agama dan Kristologi Setiap Jum’at, Kajian Ekonomi Islam, Tasawuf & Isu2 Modernitas Setiap Sabtu.

3) Kajian Ba’da Isya’

Mengkaji makna “Surah Yasin” dan Surat-surat Al-Qur’an lainnya, Membaca “Surah Yasin” bersama. Dilaksanakan setiap Kamis malam. 4) Kajian Dhuha

Diprakarsai oleh Forum Komunikasi MAS (FORKOMMAS), Remas Masjid Al-Akbar Surabaya dan Lembaga Management Infaq (LMI), Ceramah dan pengajian untuk umum. Penceramah dan tema bervariasi, populer dan aktual. Dilaksanakan setiap bulan Ahad terakhir. Dimulai pada pukul 09.00 s/d 11.00 Wib.

5) Peringatan Hari Besar Islam

Ceramah, pengajian umum, dialog dan seminar keagamaan. Bazar dan pagelaran seni baca Al-Qur’an, adzan, hadrah dan lomba2 Islami lainnya. Dakwah bil haal, beasiswa, khitanan massal, pengobatan gratis, dsb. Kegiatan khusus ramadhan: takjil bersama, tarawih, tadarus, tahajjud dan i’tikaf, takbir, pondok Ramadhan, pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah, maal/ shadaqah.


(57)

48

6) Dakwah Bil Qalam

Penerbitan Bulletin Dakwah mingguan dan dwiwulanan. Penerbitan Himpunan Khutbah dan Ceramah. Menumbuhkan minat baca. Menyajikan informasi aktual tentang Islam dan perkembangannya, serta informasi kegiatan di Masjid Al-Akbar Surabaya.

7) Dakwah Senam

Peserta Umum, berpakaian Islami. Dilaksanakan setiap hari Sabtu Pagi. Dimulai sejak pukul 06.00 s/d 07.00 wib. Bertempat di halaman parkir barat MAS.

8) Bimbingan Manasik Haji/Umrah

Peserta umum tercatat. Tidak dipungut biaya (gratis). Pelaksanaan malam hari 3 kali selama tiga hari. Dilaksanakan setahun sekali. Bertempat di Ruang Yasmin Masjid Al-Akbar Surabaya.

9) Pembinaan Pasangan Pra Nikah.

Peserta calon pengantin yang akan melangsungkan akad nikah di MAS. Dilaksanakan sebulan sekali secara berkelompok, dibuka untuk umum yang bertempat di Ruang Raudhah Masjid Al-Akbar Surabaya. 10)Penyelenggaraan Akad Nikah

MC, Qori dan Khatib dari MAS. Rangkaian acara dilakukan selama 1 jam. Mempelai dan undangan harus berpakaian Islami. Calon mempelai diwajibkan mengikuti bimbingan pra nikah.


(58)

49

11)Bimbingan Ketahanan Keluarga

Kajian Khusus Muslimah yang diikuti peserta terbatas (berkelompok kurang lebih 20 orang) secara berkelanjutan. Setiap kelompok diberikan materi 4 kali. Dilaksanakan setiap hari Sabtu pada pukul 08.00 s/d 12.00 WIB (diakhiri shalat Dhuhur berjamaah).

c. Kegiatan Insidental dan Kondisional 1) Dzikir Akbar

Di bimbing oleh ustadz ternama dan di ikuti peserta umum. 2) Tahajjud Akbar

Di selenggarakan malam hari jam 02.00 sampai kira-kira 20 menit sebelum Shubuh, dan di bimbing oleh ustadz ternama yang dapat di ikuti peserta umum.

3) Dakwah Jalan Sehat

Peserta umum dengan berpakaian Islami. Menjelang keberangkatan ada siraman rohani (mauidhah hasanah).

4) Penyelenggaraan Ikrar Masuk Islam

Calon muallaf mengisi formulir. Pelaksanaan ikrar berlangsung ba’da Isya’ atau menyesuaikan dengan yang bersangkutan. Setelah pelaksanaan Ikrar dilakukan pengenalan bimbingan pendalaman tentang Islam, dan tidak dipungut biaya (gratis).


(59)

50

5) Konsultasi Keluarga Sakinah

Melayani konsultasi konflik dalam keluarga. Dilaksanakan di MAS setiap hari pada jam kerja ( 08.00 s/d 16.00). Di bimbing konsultan yang ahli di bidang ini seperti, DR. Hj. Hasniah Hasan, MSi.

6) Shalat Gerhana, Shalat Istisqa’, Shalat Janazah, Shalat Ghaib.14

2. Kegiatan Sosial

a. Mengelola dan Mendistribusikan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS)

Berupaya melayani jamaah secara professional dengan memberikan penjelasan urgensi zakat, infaq, sedekah dengan berbagai metode. Setelah itu melaporkan amanah tersebut kepada jamaah khususnya muzakky (orang berzakat). Sedangkan untuk zakat maal

dilayani setiap hari pada jam kerja.

Kemudian mengidentifikasi mustahiq (orang yang berhak menerima zakat), yang kemudian membagikan perolehan penerimaan kepada mustahiq. Selanjutnya erusaha melaporkan hasilnya kepada jamaah khususnya muzakky (orang berzakat), untuk waktu pendistribusian

zakat maal waktunya tentative.

b. Mengelola dan Mendistribusikan Ternak Qurban

Berupaya melayani jamaah berkurban secara professional dengan memberikan penjelasan urgensi berkurban dengan berbagai metode. Kemudian melaporkan amanah tersebut kepada jamaah khususnya

mudhahhi (orang berqurban). Selanjutnya mengidentifikasi mustahiq

14


(60)

51

(orang yang berhak menerima daging qurban), dan membagikan perolehan penerimaan ternak qurban kepada mustahiq.

Kemudian berusaha melaporkan hasilnya kepada jamaah khususnya mudhahhi (orang berqurban). Dilaksanakan qurban setiap hari

raya Idul Adha, yang sasaran utama pendistribusian ternak qurban tertuju kepada masjid/musholla yang sangat membutuhkan, mulai dari masjid mushalla sekitar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

c. Layanan Kesehatan

Disediakannya fasilitas kesehatan kepada masyarakat guna memudahkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Mengelola Klinik MAS dan enyediakan ambulance.

d. Layanan Peduli Sosial dan Pendidikan

Adanya bentuk kepedulian terhadap sesama dan sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan, maka dari itu dilaksanakannya beberapa kegiatan yang bertujuan untuk membantu jamaah atau masyarakat yang dianggap kurang mampu dengan menyalurkan bantuan ke tempat tujuan. Adanya bantuan beasiswa yang diberikan kepada anak karyawan atau masyarakat yang dianggap memerlukan.

Bantuan korban bencana alam. Membantu karyawan atau jamaah yang tertimpa musibah. Bantuan sosial lembaga pendidikan dan yayasan panti asuhan. Membina desa yang rawan kemiskinan dan pemurtadan.15

15


(1)

76

C.

Penutup

Dengan ucapan syukur,

alhamdulillahi rabbil ‘alamin

yang tiada batasnya,

atas rahmat yang telah Allah SWT. berikan kepada penulis, sehingga tugas akhir

dari program Strata Satu (S1) Program Studi Perbandingan Agama Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Tak lupa pula shalawat serta salam yang tak pernah henti-hentinya penulis

haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang karena jasanya

telah membawa kita menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Kepada para

pembaca, penulis ucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktunya untuk

membaca hasil karya penulis.

Penulis menyadari jika di dalam skripsi ini masih banyak kekurangan yang

perlu disempurnakan, maka penulis sangat berbesar hati jika banyak pihak yang

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga bagi para pembaca sehingga dapat

mengambil pelajaran yang positif dari skripsi ini. Semoga Allah senantiasa

memberikan kita ridho-Nya. Aamiin.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Bachrun Rifa’I dan Moch. Fachruroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005).

Ayub, Mohammad E Ayub, Manajemen Masjid : Petuntuk Praktis Bagi Para Penguru /Penulis, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996).

Agus Maryanto dan Zaimul Azzah, Masjid Menara Kudus, (t.k.: Grasindo, 2009).

Arti kata, Peran, diakses pada 2/22/2016 dari, http://kbbi.web.id/peran

Ariplie, Pengertian Kualitan dan Apa Itu Kualitas, diakses pada 11/09/2015 dari, http://ariplie.blogspot.co.id/pengertian-kualitas-apa-itu-kualitas.htm/ Andiadiyatma, Pengertian Keagamaan, diakses pada 15/05/2015 dari,

http://andiadiyatma.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-keagamaan.html

Ali, Sayuti, Metodelogi Penelitian Agama Pendekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002).

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

Adjeh, Aboebakar, Sejarah Masjid I dan II, dan Amal Ibadah di Dalamnya, (Jakarta: NV. Viss and Co, 1995).

Anwar, Sudirman, Management Of Student Development, (Riau: Yasayan Indragiri, 2015).

Azra, Azyumardi, Berdema Untuk Semua, (tk: Mizan Publika, 2003).

Azizah, Nur, Nilai Dakwah Masjid Kuba Emas dan Kontribusi Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat, (IAIN: IAIN Cirebon, 2010).

Bungin, Burhan, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001).

Bahnasi, Muhammad, Sholat Bersama Nabi Muahmmad Saw: Agar Sholat Memberikan Kebahagiaan dan Perubahan dalam Hidup, (Jakarta, Tim Mizani).

Esosito, John L, Ensiklopodia Oxford Dunia Islam Modern Jilid III, (Bnadung: Mizan, 2001)

Fanani, Achmad, Arsitektur Masjid, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2009)

Hakim Hasibuan, Lukman, Pemberdayaan Masjid di Masa Depan, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2002).


(3)

Hanafiah, Djohan, Masjid Agung Palembang: Sejarah dan Masa Depannya, (Jakarta: Dayu Inti Press, 1989).

Hadi, Sutrisno, Metode Research, cet IX, (Yogyakarta: Jajasan Penerbitan FIP-IKIP, 1968).

H, Humaidi Al Ayubi, Fungsi Kegiatan Masjid Dian Al Mirza Sebagai Obyek Wisata Religi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

Hafidhuddin, Didin, Agar Layar Tetap Berkembang: Upaya Menyelamtkan Umat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006).

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, (Yogyakarta: Tiarawacana, 2006)

Khasanah, Imroaton, Dampak Wisata Religi Makam Sunan Giri Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar diKecamatan Kebomas Gresik, diakses pada 12/01/2016 dari, http://library.um.ac.id/dampak-wisata-religi-makam-sunan-giri-terhadap- kehidupan-masyarakat-sekitar-di-kecamatan-kebomas-kabupaten-gresik-oleh-imroaton-khasanah.html

Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah “Al-Marwah” Tahun Buku 2015

Mustofa, Budiman, Manajemen Masjid, (Surakarta: Ziyad, 2007).

Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006).

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).

Majidbsz, Pengertian Masyarakat, diakses pada 15/05/2015 dari, https://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-masyarakat/

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2005)

Mulkhan, Abdul Munir, Kiai Ahmad dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010).

Muahmmad Arifin Badri dkk, Majalah Pengusaha Muslim: Komersialisasi Idul Fitri, (tk: Yayasan Bina Penguasa Muslim, 2012).

Masjid Al-Akbar, Sejarah, diakses pada 27/07/2015 dari,


(4)

Masjid Al-Akbar, Home, diakses pada 27/07/2015 dari,

http://www.masjidalakbar.com/linkmenu.php?namafile=home Masjid Al-Akbar, Profil, diakses pada 27/07/2015 dari,

http://www.masjidalakbar.com/linkmenu.php?namafile=profil

Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualiitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)

Nugraha, Firman, Masjid dan Perubahan Sosial, diakses pada 18/08/2015 dari,

http://firman-nugraha.blogspot.co.id/2010/12/mesjid-dan-perubahan-sosial.html Observasi 10-19 Juni 2015

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Sejarah Daerah Jawa Timur, (t.k.: Direktorat Jendral Kebudayaan, t.th.)

Program Kegiatan Imarah-Ijtimaiyah (Dakwah, Ibadah & Sosial) Masjid Nasional Akbar Progam Kegiatan Direktorat Ijtimaiyah Masjid Al-Akbar Surabaya 2006

Ranchman, M. Fauzi, 8 Kalimat Al-Thayyibah: Ringan Dilisan, Berat Ditimbangan, (Bandung: Mizania Pustaka, 2008).

Saputro, Wahyono, Skripsi Upaya Guru Meningkatkan, diakses pada 11/09/2015 dari,

http://wahyono-saputro.blogspot.co.id/2011/06/skripsiupaya-guru-meningkatkan_21.html

Spraddley, James P, Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006)

SA, Nurul Huda, Cahaya Pembebasan, Agama, Pendidikan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002).

Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2007).

Suherman, A, Masjid sebagai Lembaga, diakses pada 16/08/2015 dari, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/1951050819 80031-A._SUHERMAN/MAKALAH/MASJID_Sbg_LEMBAGA.pdf#

Sasongko, Agus, Memakmurkan Masjid Cegah Dampak Negatif Pembangunan, diakses pada 12/01/2016 dari, http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-

nusantara/15/06/10/npqjkr-memakmurkan-masjid-cegah-dampak-negatif-pembangunan

Sarwono, Jhonatan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006).


(5)

Tim redaksi, Pertempuran Surabaya / Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998).

Tafsir Online Surat Al-Jin diakses pada 15/08/2015 dari, http://www.tafsironline.org/2015/04/tafsir-tafsir-surat-al-jin-ayat-15-28.html Wisata Palu, Wisata Religi Kubah Masjid Tujuh Warna, diakses pada 12/01/2016 dari,

http://wisatapalu.com/wisata-religi-di-kota-palu-kubah-mesjid-7-warna Yasied, Abu, FIQH TODAY: Fatwa Tradisional Untuk Orang Modern Fikih

Kontroversial, (Jakarta: Erlangga, 2009).

Zein, Abdul Baqir, Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999).


(6)

DAFTAR INFORMAN

H. Marzuki, selaku pembantu umum/takmir MAS bidang Imarah. Tanthowi Jauhari, salah seorang pegawai MAS.

Abdul Aziz, salah seorang Pegawai MAS. Roni, salah seorang jamaah warga menanggal.