Analisis fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

(1)

TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC

SURABAYA DARMO

SKRIPSI

Oleh:

Tamara Dita Hakim NIM. C72213169

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya


(2)

ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN)

NOMOR 02/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP DANA

TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC

SURABAYA DARMO

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh

Tamara Dita Hakim NIM. C72213169

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN Yang bcrt anda t angan di bawah i ni:

Nama Tamara Dit a H a kim

NIM C72213 1 69

Fakul tas/Jurusan/Prodi Syariah dan H uk um/ Hukum Pcrdat a lslam/ Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

Judul Skripsi Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/ DSN-M Ul/IV/2000 Tcrhadap Da na Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Dam10

menyat akan bahwa skripsi i ni sccara kesel uruhan adalah hasil pcnclit ian/karya

saya sendiri, kccua li pada bagian-bagian yang d i rujuk sumbemya.

Surabaya, 26 Maret 2017

Saya yang menyatakan ,

Tamara Dita Hakim NIM. C7221369


(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjud ul "Anal i sis Fat wa Dewan Syariah Nas ional (DSN) Nomor

02/DSN-MUl/IV/2000 Tcrhadap Dan a Tabungan Haji d i Ban k Mega Syariah KC Surabaya Darmo" yang d i t ul is olch Ta mara Dita H aki m N I M. C722 I 3 I 69 i n i

telah diperiksa dan d iset ujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 26 April 20 17 Pembi mbing,


(5)

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Tamara D

.

ita Hakim NIM. C72213169 ini teJah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Senin, tanggal 17 April 2017, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan unt uk menyelesaikan program

sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.

Majelis Mllllaqasah Skripsi:

Penguji I, Penguji II,

Dr. Sri Wariiyati. SH. MH.

NIP. 196808262005012001 Penguji IV,

Dr. H. Darmawan, S.H.I., M.H.I

NIP. 198004102005011004

Moch. Zainul Arifin.S. Ag. M. Pd . I

NIP. 197104172007101004

Surabaya, 21 April 2017 Mengesahkan,

Fakultas Syariah dan Hukum

if:f

IJI

Negeri Sunan Ampel


(6)

(7)

Skripsi yang berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo‛ adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab

pertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo? Dan 2) Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo?

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis melalui metode berfikir deduksi yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dengan pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai suatu kejadian khusus dan dibahas sesuai dengan hukum Islam.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa. Pertama, dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad Mudha>rabah Muthla>qah. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad pemilk dana memberikan modalnya kepada pengelola tanpa adanya syarat tertentu. Dasar mudha>rabah dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Dalam prakteknya Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad mudha>rabah muthla>qah untuk produk Dana Tabungan Haji yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Kedua, dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan menjelaskan tabungan yang dibenarkan yaitu

tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi’ah. Dimana

kedudukan Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yang mengurus dan membantu nasabah untuk mendapatkan seat/porsi dari pihak otoritas berhak mendapatkan nisbah atas pekerjaan yang berupa pelayanan pengurusan haji. Bank mega Syariah KC Surabaya Darmo tersebut memakai akad Mudha>rabah yang berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo telah menerapkan akad mudha>rabah (qiradh) yang sesuai dengan ketentuan Hukum Islam. Pertama, sebaiknya para nasabah yang belum cukup uang untuk melunasi kekurangan porsi haji, menabung di Bank Mega Syariah Kc Surabaya Darmo ini dijamin akadnya sesuai dengan ketentuan Hukum Islam. Kedua, hendakanya nasabah dalam menabung tabungan haji memperhitungkan bank-bank syariah yang menggunakan akad mudha>rabah, karena disamping sesuai dengan Hukum Islam juga memasyaratkan ajaran ekonomi Islam terutama di bank-bank syariah.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM...i

PERNYATAAN KEASLIAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN...iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN...vi

ASBTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TRANSLITERASI...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah...5

C. Rumusan Masalah...6

D. Kajian Pustaka...7

E. Tujuan Penelitian...9

F. Kegunaan Hasil Penelitian...9

G. Definisi Operasional...10

H. Metodologi Penelitian...10


(9)

BAB II LANDASAN TEORI MUDHARABAH...16

A. Pengertian Mudharabah...16

B. Landasan Hukum Mudharabah...20

C. Rukun dan Syarat Mudharabah...22

D. Sifat Akad Mudharabah...25

E. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah...27

F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang Pembiayaan Mudharabah...29

BAB III Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...31

A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah...31

B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan...34

C. Struktur Organisasi Perusahaan...34

D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...35

E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah...42

F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...43

G. Praktik Akad Mudharabah dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...44

H. Fasilitas yang Diberikan Bank Mega Syariah dari Dana Tabungan Haji...46


(10)

I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah

KC Surabaya Darmo...47

J. Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48

K. Operasional pada Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...48

BAB IV Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...50

A. Analisis Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...52

B. Analisis Fatwa DSN Nomor. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tergadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo...55

BAB V PENUTUP...59

A. Kesimpulan...59

B. Saran...60 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan rukun islam ke-5 dan merupakan ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim yang mampu secara fisik dan ekonomi. Di dalam masyarakat, ibadah haji tidak hanya bermakna ibadah tetapi sekaligus berhubungan dengan status sosial di masyarakat, dengan menunaikan ibadah haji status sosial masyarakat bisa meningkat. Kemanapun ekonomi dan nilai budaya masyarakat sangat mempengaruhi animo masyarakat Muslim untuk menunaikan ibadah haji yang pada gilirannya berakibat pada membludaknya antrian calon jemaah haji, yang dari tahun ke tahun masa tunggunya semakin lama. Kini, untuk dapat menunaikan ibadah haji, seorang muslim tidak hanya harus memiliki kemampuan secara ekonomi dan fisik tetapi juga harus memiliki kesempatan (porsi) yang semakin hari peluangnya semakin terbatas karena keterbatasan kuota haji yang dialosikan oleh Pemerintah Arab Saudi kepada negara pengirim jemaah haji.

Kewajiban menunaikan ibadah haji berdasarkan Quran, al-Sunnah, dan ijma’ adalah bukti ketundukan dan ketaatan seorang muslim kepada Allah SWT. Bukan hanya masyarakat yang memiliki kemampuan dari segi ekonomi dan fisik saja yang ingin menjalan atau menunaikan


(12)

ibadah haji, namun dari kalangan yang kurang mampu secara ekonomi dan fisikpun juga ingin menunaikan ibadah haji tersebut, karena ibadah haji adalah ibadah yang wajib dan bilamana menjadi haji yang mabrur maka surga adalah ganjarannya.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an, surat Ali imron ayat 97, yang berbunyi :

                                         

97. padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Standar kemampuan dalam melaksanakan ibadah haji adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya. Dia tidak membebani kecuali sesuai dengan kadar kesanggupan seorang hamba.

Haji menjadi problem yang selalu aktual dari masa ke masa. Bukan hanya karena haji merupakan ibadah panjang, mahal dan memiliki tingkat partisipasi sangat tinggi, tetapi setiap kali musim haji tiba selalu muncul problem yang sulit diselesaikan secara komperhensif. Dari mulai antrian yang begitu panjang, fasilitas, hingga penentuan pembiayaan yang


(13)

oleh DPR dalam waktu yang selalu berdekatan dengan pelaksanaan pemberangkatan ibadah haji.1

Dalam kegiatan ini Dewan Syariah Nasional memberikan kesempatan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk merespon kebutuhan masyarakat dalam berbagai produknya termasuk kepengurusan haji dengan dikeluarkannya produk pembiayaan Dana Talangan Haji yang sekarang digantikan oleh Dana Tabungan Haji oleh kemenag untuk mendapatkan porsi keberangkatan haji. Dana talangan haji sudah di gantikan oleh dana tabungan haji sejak tahun 2014, karena mengakibatkan antrian yang terlalu panjang dan menyalahi aturan hukum syara’. Peraturan ini dikeluarkan oleh Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013. Mengatur tentang BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bank Mega Syariah sebelumnya menggunakan dana talangan haji yaitu memberikan dana talangan kepada calon jamaah haji agar bisa mendapatkan nomor porsi haji. Karena itu, di sana ditetapkan syarat agar calon jamaah haji melunasi pembayaran porsi haji sebelum keberangkatannya ke tanah suci. Ini membuktikan, bahwa akad dana talangan ini jelas merupakan akad utang-piutang (qardh), bukan akad ija>rah.

1 Koeswinarno, Efektivitas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Dalam Memberikan Pelayanan dan

Bimbingan Terhadap Jamaah Haji, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2014), 01.


(14)

Maka dari itulah Kementerian Agama (kemenag) memutuskan untuk mengganti dana talangan haji dengan dana tabungan haji. Karena

menggunakan dana talangan haji menyalahi hukum syara’ juga memicu

terjadinya antrian panjang daftar calon jamaah haji.

Dana tabungan haji merupakan salah satu fasilitas pembiayaan untuk para nasabah. Tabungan haji adalah tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudha>rabah yang diperuntukan khusus bagi nasabah perorangan yang akan menjalankan ibadah haji.2

PT. Bank Mega Syariah merupakan salah satu perbankan syariah penerima setoran BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) yang memberikan fasilitas pembiayaan dana tabungan haji bagi nasabah calon jamaah haji yang kekurangan dana untuk BPIH dalam mendapatkan seat/porsi haji. Di sini Bank Mega Syariah bekerjasma dengan Kospin Jasa untuk membantu nasabah yang kekurangan dana untuk melunasi dan mendapatkan porsi haji. Kospin Jasa adalah Koperasi Simpan Pinjam yaitu memberikan kemudahan pinjaman untuk mengatasi kesulitan dalam modal termasuk pinjaman untuk ibadah haji.3

Dalam praktiknya, pembiayaan Dana Tabungan Haji pada Bank Mega Syariah menggunakan akad Mudha>rabah Muthla>qah kepada nasabahnya. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad yang di dalamnya pemilik modal memberikan modal (harta) pada pengelola untuk mengelolanya tanpa adanya syarat tertentu, dan keuntungannya menjadi

2 http://www.bsmi.co/id diaskes pada tanggal 03-10-2016


(15)

milik bersama sesuai dengan apa yang mereka sepakati.4 Disini jelas akad yang digunakan oleh Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo adalah akad Mudha>rabah Muthla>qah yaitu memakai sistem bagi hasil bukan akad utang piutang yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000. Sha@hib Al-mal, adalah pihak yang memiliki modal/dana, Mudha>rib adalah pihak yang membutuhkan modal/dana dan juga pihak yang menjalan kegiatan atau usaha dengan menggunakan modal/dana dari si pemilik modal.5

Jadi dari permasalahan di atas berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti tentang, apakah aplikasi tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI, sebagaimana yang menjadi keputusan Fatwa DSN-MUI. Maka dari itu penulis tertarik mengangkat permasalahan di atas dengan judul

‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor

02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo‛.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dari hasil penelitian sementara, maka muncul beberapa masalah yang diantaranya:

4 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(Jakarta: Gema Insani, 2011),476.


(16)

a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah. b. Proses pendaftaran pembukaan tabungan haji di Bank Mega

Syariah.

c. Penentuan pembayaran dengan sistem kredit dalam pembiayaan haji di Kospin Jasa.

d. Kesesuaian antara teori dan praktek dana tabungan haji di Bank Mega Syariah.

e. Penentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang tercantum di atas masih bersifat umum, sehingga diperlukan batasan-batasan masalah dalam pembahasannya supaya lebih terarah pada ruang lingkupnya serta permasalahannya. Maka penulis memberikan batasan pembahasan melipurti sebagai berikut:

a. Mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

b. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor tentang dana tabungan 02/DSN-MUI/IV/2000 haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.


(17)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas permasalahan yang ingin dibahas atau dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo?

2. Bagaimana analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo?

D. Kajian Pustaka

Penelitian yang penulis buat ini belum ditemukan ada yang meneliti di fakultas ini. Akan tetapi penulis menemukan beberapa

penelitian tentang dana haji yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Bank

Mega Syariah‛, yang disusun oleh Kartika Tri Mukti. Penelitian

sebelumnya ini membahas tentang aplikasi akad pembiayaan dana talangan haji di bank mega syariah. Peneliti menemukan hasil bahwa dana talangan haji pada bank mega syariah menggunakan dua akad, yaitu akad qard dan ijarah.6

Penelitian berikutnya berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan Haji (Studi Di Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di

Tiro Yogyakarta)‛ ditulis Muhammad Bahtiyar Rifai penelitian ini

6Kartika Tri Mukti, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana


(18)

membahas tentang bagaimana pandangan islam terhadap talangan haji. Hasil yang didapat peneliti adalah bahwa produk talangan haji di Bank Syariah Mandiri Cik Di Tiro Yogyakarta tidak bertentangan dengan

hukum islam karena selain tetap memperhatikan istita’ah sebagai syarat

wajib haji, kemaslahatan yang ditimbulkan juga dirasakan oleh pihak bank maupun pihak nasabah.7

Penelitian dengan penulis Vina Zakiyatul Fajriyyah dengan judul

‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛

ditemukan temuan studi yakni nasabah melakukan pengajuan pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Syariah namun dalam perbulan nasabah membayarkan pembiayaan dana talangan tersebut di Bank BNI Konvensional. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pembayaran pembiayaan dana talangan haji di Bank BNI Konvensional ditinjau menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 dapat dikatakan belum sesuai karena masih belum memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia. Dikarenakan prinsip anatara Bank Syariah dan Bank Konvensional.8

Dari beberapa kajian yang diteliti masih membahas tentang talangan haji, sedangkan sudah digantikan dengan dana tabungan haji

7Muhammad Bahtiyar Rifai, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan Haji (Studi Di

Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di Tiro Yogyakarta‛ (Skripsi-Uin Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2010), 72.

8Vina Zakiyatul Fajriyyah, ‚Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan Dana Talangan

Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri Mojokerto‛ (Skripsi-Uin Sunan Ampel,


(19)

oleh depag, alasan itulah yang melatarbelakangi penyusun untuk meneliti lebih jauh tentang dana tabungan haji sesuai dengan Fatwa DSN.

E. Tujuan Penelitian

Adapun penulis meneliti dan membahas masalah ini dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah.

2. Untuk menganalisa Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

F. Manfaat/Kegunaan Penelitian

Manfaat/kegunaan penelitian yang diharapkan penulis yakni agar bermanfaat dan berguna untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Secara teoritis, sebagai upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan perihal mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah, sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembaca yang ingin menabung untuk pemberangkatan haji.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu berguna bagi masyarakat luas yang ingin melaksanakan ibadah haji. Serta sebagai kontribusi bagi para akademisi tentang bagaimana pembiayaan untuk


(20)

ibadah haji. Bagi Bank Syariah, skripsi ini dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pembiayaan dana tabungan haji di kemudian hari.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul ‚Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo‛. Untuk mendapatkan gambaran

yang lebih jelas mengenai pengertian dalam judul skripsi ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah-istilah sebagai berikut:

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

: Sebuah lembaga yang berperan dalam menjamin ke-Islamannya keuangan syariah di seluruh dunia.

2. Dana Tabungan Haji : Merupakan tabungan yang diperuntukan bagi nasabah dalam mempersiapkan Biaya Penyelengaraan Ibadah Haji (BPIH).

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Data tentang mekanisme perolehan dana tabungan haji Bank Mega Syariah


(21)

b. Data tentang ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang ibadah haji.

2. Sumber data

Secara garis besar sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari9, data tersebut meliputi:

1. Roziq selaku Recovery Staff di Bank Mega KC Surabaya Darmo

2. Wahyu selaku Funding di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo

3. Sakti selaku Marketing Tabungan Haji di Bank Mega KCSurabaya Darmo

4. Fatwa DSN-MUI

b. Sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya10, data tersebut meliputi:

1. Ascarya, Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

9Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 91. 10 Ibid., 91.


(22)

2. Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta, Sinar Grafika

3. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonesia

4. Remy Sjahdeini, Remy, Perbankan Islam, Grafitri

5. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada

6. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah Jilid 4, Pena Pundi Aksara

7. Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5, Gema Insani

3. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data, antara lain sebagai berikut:

a. Wawancara

Adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Dengan ini penulis menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur yakni dengan cara pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang ditetapkan.11

11P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 39.


(23)

b. Observasi

Adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Kegiatan yang dilakukan penulis melalui penglihatan dan pendengaran secara langsung dan dapat dilakukan denga tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.12

c. Dokumentasi

Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan menggunakan analisis yang ada. 4. Teknik pengelolaan data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolaan data yakni:

a. Editing, yaitu: kegiatan memeriksa instrumen penelitian (termasuk kuesioner survei) yang sudah terisi.13

b. Coding, yaitu: pemberian kode dalam bentuk angka atau huruf.14 c. Analizing, yaitu: mengadakan penggalian terhadap data-data yang

telah disusun dengan cara menyelami dan merefleksikan data tersebut agar dapat ditarik kesimpulan.

5. Teknik analisis data

12

Ibid., 63.

13 Abuzar Asra, Metode Penelitian Survei, (Bogor: In Media, 2014), 170. 14 Ibid., 171.


(24)

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya peneliti adalah menganalisis data, teknik yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan deskriptif analisis dengan mengedepankan pola pikir deduktif, yaitu menggambarkan hasil penelitian diawali teori atau dalil yang bersifat umum.

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.15

Peneliti mendeskripsikan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Dan dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan tentang Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji Di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Disamping itu, peneliti akan menganalisa masalah yang ada dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulis, maka penelitian ini nanti akan dibagi dalam beberapa bab, tiap-tiap bab dibagi beberapa sub bab. Susunan sistematikanya sebagai berikut:


(25)

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengelolaan data, teknik analisis data lalu dirangkai dengan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi landasan teori mudha@rabah yang menjelaskan tentang pengertian mudha>rabah}, landasan hukum mudha>rabah, rukun dan syarat mudha>rabah, sifat akad mudha>rabah, konsep mudhar>abah dalam perbankan syariah serta Fatwa DSN tentang mudha>rabah .

Bab ketiga mengemukakan dengan jelas hasil penelitian lapangan tentang dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Yang terbagi dalam dua sub bab. Pertama sekilas mengenai profil Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Kedua mekanisme perolehan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

Bab keempat mengemukakan hasil analisis penelitian yaitu Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo.

Bab kelima skripsi ini akan diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana penelitian telah dilakukan serta saran apa yang bisa diberikan untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI MUDHARABAH

A. Pengertian Mudha>rabah

Mudha>rabah adalah bahasa penduduk Irak dan qiradh atau muqaradhah bahasa penduduk Hijaz. Namun, pengertian qiradh dan mudha>rabah adalah satu makna. Jadi menurut bahasa, mudha>rabah atau qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian. Menurut para fuqaha, mudha>rabah ialah akad antara dua belah pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya dan pihak satu sebagai pengelola..1

Dalam mengaplikasikan, mudha>rabah penyimpan atau deposan bertindak sebagai Sha@hib Al-mal (pemilik modal) dan bank sebagai Mudha>rib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudha>rabah atau ija>rah. Akad mudha>rabah merupakan akad utama yang digunakan oleh bank syariah baik untuk penghimpun dana (pendanaan) maupun untuk penyaluran dana (pembiayaan). Mudha>rabah terbagi menjadi 2 macam yaitu, Mudha>rabah Muthla>qah biasa diaplikasikan dalam pendanaan, sedangkan mudha>rabah Muqayyadah biasa diaplikasikan dalam pendanaan maupun pembiayaan.


(27)

Mudha>rabah Muthla>qah adalah seseorang yang memberikan modal kepada yang lain tanpa syarat tertentu. Sha>hibul mal memberikan dana untuk pembiayaan dan mudha>rib sebagai pengelola, keuntungan akan di bagi sesuai kesepakatan, dibagi tiga (dua pertiga dan sepertiga), dan sebagainya. Atau dapat pula seseorang yang memberikan modalnya secara akad mudha>rabah tanpa menentukan pekerjaan, tempat, waktu, sifat pekerjaannya, dan siapa yang boleh berinteraksi dengannya.2

Transaksi ini tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan wilayah bisnis. Di sini sha>hibul mal memberikan keleluasan kepada mudha>rib untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan dengan prinsip syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya. Mudha>rib harus diberikan perintah dan wewenang untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam melakukan usaha. Seluruh pengeluaran rutin yang berhubungan dengan mudha>rabah, yang bukan pengeluaran pribadi mudha>rib akan dibebankan ke dalam akun mudha>rabah. Mudha>rib tidak diperbolehkan untuk melakukan perhitungan ulang atau menentukan angka mutlak terhadap keuntungan di muka, keuntungan akan dibagi antara sha>hibul mal dan mudha>rib sesuai dengan proporsi yang telah disetujui di muka dan tercantum secara jelas pada perjanjian mudha>rabah.3

Akad mudha>rabah dalam dunia perbankan diterapkan sebagai tabungan, salah satunya sebagai tabungan haji. Tabungan Haji Syariah

2 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,

(Jakarta: Gema Insani, 2011),479-480.


(28)

sangat direkomendasikan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Tabungan Haji Syariah adalah jenis produk tabungan berdasarkan akad Mudha>rabah Muthla>qah yang sesuai dengan prinsip syariah. Nasabah menyetorkan sejumlah dana dengan jumlah tetap dengan jangka waktu tertentu hingga target dana tercapai. Dana yang terkumpul digunakan sebagai pembiayaan pelaksanaan haji. Tabungan Haji syariah berbeda dengan Tabungan Syariah. Maka jika nasabah ingin membuka rekening untuk Tabungan Haji Syariah. Berapapun uang yang dimiliki segera mungkin untuk ditabung ke rekening haji agar cepat naik haji.

Sedangkan Mudha>rabah Muqayyadah adalah akad mudha>rabah yang pemilik modal menentukan salah satu hal di atas. Atau pemilik modal memberikan seribu dinar, misalnya pada orang lain untuk mudha>rabah dengan syarat agar mengelolanya di negeri tertentu, atau barang tertentu, atau waktu tertentu, atau tidak menjual dan membeli kecuali dari orang tertentu.4 Dalam aktivitas pendanaan akad mudha>rabah digunakan dalam produk tabungan dan investasi. Tabungan Haji menggunakan akad mudha>rabah muthla>qah. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan5.

Hasil mudha>rabah usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank menggunakannya untuk melakukan mudha>rabah

4 Ibid., 480


(29)

pembiayaan, maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.6 Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian.

Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.7 Nisbah bagi hasil antara pemodal dan pengelola harus disepakati di awal perjanjian. Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing pihak tidak diatur dalam Syariah, tetapi tergantung kesepakatan mereka. Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50:50, tetapi bisa juga 30:70, 60:40, atau proporsi lain yang disepakati.

Pembagian keuntungan yang tidak diperbolehkan adalah dengan menentukan alokasi jumlah tertentu untuk salah satu pihak. Diperbolehkan juga untuk menentukan proporsi yang berbeda untuk situasi yang berbeda. Misalnya, jika pengelola berusaha di bidang produksi, maka nisbahnya 50 persen, sedangkan kalau pengelola berusaha di bidang perdagangan, maka nisbahnya 40 persen.8

6 Heri Sudarsono, Bank&Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,2004), 59. 7 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 95-96.


(30)

B. Landasan Hukum Mudha>rabah

1. Dasar Hukum Mudharabah dalam Al-Qur’an

                        

Artinya: ‚Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kamu beruntung‛. (QS. Al-Jumuah ayat 10)9

                                       

Artinya: ‚Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat‛. (QS. Al-Baqarah 198)10

2. Dasar Hukum Mudharabah dalam Hadits Hadis Rasulullah SAW:

‚Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul

Munthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah

9 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, cet10 (Bandung: Dipenogoro, 2012), 553.

10


(31)

syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun

memperbolehkannya.‛ (HR. Thabrani)11

3. Dasar Hukum Mudharabah

Secara ijma’ juga dinyatakan bahwa mudha>rabah

diperbolehkan. Dalil ijma’ adalah apa yang diriwayatkan oleh Jamaah

dari para sahabat bahwa mereka memberikan harta anak yatim untuk dilakukan mudha>rabah atasnya, dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Oleh karena itu, dianggap sebagai ijma’.

Ibnu Taimiyah menetapkan landasan hukum mudha>rabah dengan

ijma’ yang berlandaskan pada nash. Mudha>rabah sudah terkenal di kalangan bangsa Arab jahiliah, terlebih di kalangan suku Quraisy. Mayoritas orang Arab bergelut di bidang perdagangan. Para pemilik modal memberikan modal mereka kepada para amil (pengelola). Rasulullah pun pernah mengadakan perjalanan dagang dengan membawa modal orang lain sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Beliau juga pernah mengadakan perjalanan dagang dengan mengelola modal Khadijah. Kalifah dagang yang terdapat di dalamnya Abu Sufyan , mayoritas mereka melakukan mudha>rabah dengan Abu Sufyan dan yang lainnya.12

11 Ibid., 85

12 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,


(32)

C. Rukun dan Syarat Mudha>rabah

Rukun mudha>rabah adalah ijab dan qabul yang dilakukan oleh orang yang layak melakukan akad.

Akad mudha>rabah tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, akan tetapi dapat diungkapkan dengan bentuk apa pun yang menunjukkan makna mudha>rabah. Akad dinilai dari tujuan dan maknanya bukan lafadz dan ungkapan verbal.13

Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menujukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang (ta’athi).14

Menurut ulama Syafi’iyah, rukun-rukun qiradh ada enam, yaitu: 1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya;

2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang;

13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 4, Ter Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara: 2006), 218. 14 Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana: 2010), 71.


(33)

3. Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang; 4. Mal, yaitu harta pokok atau modal;

5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolahan harta sehingga menghasilkan laba; 6. Keuntungan.

Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudha>rabah adalah ijab dan kabul yang keluar dari orang yang memiliki keahlian.

Sedangkan syarat sahnya terdiri dari15:

1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu berbentuk mas atau perak batangan (tabar), mas hiasan atau barang dagangan lainnya, mudha>rabah tersebut batal.

2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan.

3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga, atau seperempat.


(34)

5. Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan kabul dari pengelola.

6. Mudha>rabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak karena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad mudha>rabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudha>rabah ada persyaratan-persyaratan, maka mudha>rabah tersebut menjadi rusak (fasid) menurut pendapat al-Syafi’i dan Malik. Sedangkan menurut

Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, mudha>rabah tersebut sah.

Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa tidak disyaratkan mutlak dalam akad mudha>rabah. Keduanya beralasan, ‚jika akad

mudharabah sah dilakukan secara mutlak, maka sah juga dengan bersyarat (muqayyad).‛ Dalam mudha>rabah muqayyad pelaksana tidak boleh menyalahi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad. Jika dilanggar, maka segala resiko menjadi tanggung jawab pekerja.16

Dari Hakim bin Hazm bahwa disyaratkan bagi pemilik modal ketika memberikan hartanya kepada seseorang untuk dikelola untuk

mengatakan, ‚Hartaku jangan dimasukkan dalam kemasan basah atau

dibawa mengarungi lautan atau dibawa melewati arus air, bila dilakukan kau wajib bertanggung jawab.‛

16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 4, Ter Hasanuddin (Jakarta: Pena Pundi Aksara: 2006),


(35)

Bentuk kesanggupan untuk haji menurut Imam Asy-Syafi’i.

Kemampuan itu ada dua sisi17:

1. Seseorang mampu secara fisik dan memiliki harta yang cukup untuk membiayai perjalanan ke haji, sehingga kemampuannya itu sempurna. Ia terbebani fardhu haji, dan kewajibannya tidak gugur selama dalam kondisi seperti ini selain ia mengerjakan haji sendiri. 2. Tubuhnya ringkih dan tidak sanggup duduk baik di atas kendaraan,

padahal orang yang berhaji itu pasti menaiki kendaraan sehingga ia bisa dihajikan dengan berada di atas kendaraan, tetapi ia mampu untuk mmeperoleh orang yang menaatinya apabila ia memerintahnya untuk menajiskannya, atau ia memiliki harta yang dengan sebagian harta itu ia menemukan orang yang diupahnya untuk menghajikannya. Dengan demikian, orang tersebut termasuk orang yang terkenai kewajiban haji sebagaimana kemampuannya.

D. Sifat Akad Mudha>rabah

Para ulama sepakat bahwa akad Mudha>rabah sebelum ‘amil

(pengelola) mulai bekerja maka belum mengikat sehingga baik pemilik

modal maupum ‘amil boleh membatalkannya. Namun, mereka berbeda pendapat jika ‘amil telah mulai bekerja dalam mudha>rabah. Imam Malik berpendapat bahwa akadnya mengikat (lazim) dengan telah dimulainya pekerjaan, dan akad ini juga bisa diwariskan. Oleh karena itu, jika


(36)

mudha>rib mempunyai beberapa anak yang dapat dipercaya untuk mengelola, maka mereka boleh melakukan mudha>rabah atau qiradh seperti bapak mereka. Dan jika mereka tidak bisa mengelolanya

(dipercaya), mereka bisa mencari orang yang bisa mengelola. Jika ‘amil

telah mulai bekerja, maka akadnya tidak bisa dibatalkan hingga modalnya menjadi uang, bukan barang.

Sedangkan Abu Hanifah, Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat

bahwa akadnya tidak mengikat (tidak lazim), sehingga pemilik modal

dan ‘amil bisa membatalkan akadnya jika mereka mau. Selain itu, akad

ini bukan akad yang diwariskan.

Sumber perbedaan pendapata anatara dua kelompok ini adalah bahwa Malik menjadikan akad itu mengikat (lazim) setelah pekerjaannya dimulai, karena pembatalan akad bisa menyebabkan kemudharatan, sehingga ia termasuk akad yang bisa diwariskan. Sementara kelompok kedua menyamakan pekerjaan yang telah dimulai dengan pekerjaan yang belum di mulai. Hal itu karena mudha>rabah adalah mengelola harta orang lain dengan izinnya, sehingga pemilik

modal dan ‘amil (pengelola) bisa membatalkan akadnya, sama

sepertidalam wadi>’ah dan waka>lah.

Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan yang sependapat dengan mereka mensyaratkan untuk sahnya pembatalan dan menyudahi mudha>rabah, pelaku akad yang lain harus mengetahui adanya pembatalan tersebut, sama seperti dalam seluruh jenis syirkah yang lain.


(37)

Ulama Hanafiyah juga mensyaratkan bahwa modal harus menjadi uang ketika pembatalan. Jika modal tersebut masih berbentuk barang, seperti harta bergerak atau tidak bergerak, maka pembatalan tersebut tidak sah menurut mereka.

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jika

mudha>rabah batal dan modalnya berbentuk barang sementara pemilik modal dan pengelola sepakat untuk menjualnya atau membaginya, maka hal itu dibolehkan karena hak mereka itu tidak keluar dari kekuasaan

mereka. Jika ‘amil meminta modal tersebut dijual sedangkan pemilik modal menolaknya, maka pemilik modal harus dipaksa untuk

menjualnya, karena hak ‘amil adalah mendapatkan untuk dan

keuntungan tersebut tidak bisa di peroleh kecuali dengan adanya penjualan.18

E. Konsep Mudha>rabah dalam Perbankan Syariah

Konsep mudha>rabah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 19 ayat 1 huruf b yaitu:

‚menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudha>rabah atau akad yang lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah‛.

18 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 5, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattini,


(38)

Secara istilah, mudha>rabah adalah akad kerja sama antara sha>hib al-mal (pemilik modal) dengan mudha>rib (yang mempunyai keahlian atau keterampilan) untuk mengelolah suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung shahib al-mal. Dalam akad mudha>rabah ini, terjadi percampuran/penggabungan (partnership) dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (sha>hib al-mal) dan pihak pekerja (mudha>rib).

Dasar mudha>rabah di dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah salah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Semangat yang ada dalam akad mudha>rabah adalah semangat kerja sama dan saling menutupi kelemahan masing-masing pihak.

Mudha>rabah merupakan salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal/sha>hibul mal terhadap pengusaha/mudha>rib yang memiliki keahlian di dalam berbisnis tetapi tidak memiliki modal yang cukup untuk berbisnis, maka pihak pemilik modal menyerahkan modalnya kepada mudha>rib dengan perjanjian bag hasil. Konsep mudha>rabah ini hanya melibatkan pemilik modal dan


(39)

pengusaha/mudharib saja. Pihak Perbankan Syariah hanya terlibat selaku pihak intermediary agar dapat memberikan kepastian hukum, baik bagi pemilik modal atau pengusaha. Atas konsep ini, maka Perbankan Syariah menerapkan konsep mudha>rabah.19

F. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan Mudha>rabah 1. Ketentuan Umum Mudharabah

Ketentuan tabungan telah diatur dalam Fatwa DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000. Dalam Fatwa ini, ketentuan umum tabungan adalah sebagai berikut:

Pertama : Tabungan ada dua jenis :

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi>’ah.

Kedua : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudha>rabah: 1. Dalam transaksi ini nasabah bertidnak sebagai shahibul

mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudha>rib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudha>rib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak


(40)

bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudha>rabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudha>rib menutup biaya operasional

tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Ketiga : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah:

1. Bersifat simpanan.

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.


(41)

BAB III

DANA TABUNGAN HAJI PADA BANK MEGA SYARIAH KC SURABAYA DARMO

A.Sejarah Berdirinya PT. Bank Mega Syariah Sekilas Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.

Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui


(42)

Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.

Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp787,204 miliar.

Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh Indonesia.


(43)

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil.

Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.

Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia.1


(44)

B. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan

Visi adalah tujuan atau gambaran masa depan yang akan kita raih dalam waktu yang telah ditentukan. Visi dalam Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sendiri yaitu Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa.

Misi adalah apa yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan

tersebut. Misi dalam Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sendiri yaitu bertekad mengembangkan perkonomian syariah melalui sinergi dengan semua pemangku kepentingan, menerbarkan nilai-nilai kebaikan yang islami dan manfaat bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan beramal serta senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi mengembangkan produk layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.2

Nilai-nilai dalam perusahaan merupakan landasan moral untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Nilai-nilai perusahaan di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yaitu Integrity, Synergy, Excellence.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

1. President Director. 2. Business Director.

- Financing Business& Network Group. - Commersial Bussiness Division.


(45)

- Joint Financing Business Division. - Network Division.

- Collection & Recovery Division.

- Business & Product Development Division. 3. Operation, IT & Support Director.

- Transactional & Financing Operation Division. - General Affairs Division.

- Information Technology Division. 4. Risk, Compliance & HC Director.

- Risk Management Division. - Compliance Division.

- Human Capital Management Division. - Internal Control Division.

D. Produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo

1. Funding (Produk Pendanaan) a. Tabungan Utama iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang memberikan kemudahan, kenyamanan dan keuntungan sesuai prinsip syariah.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah atau Mudharabah Muthlaqah.


(46)

- Dana sapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah. b. Tabungan Haji iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan ibadah haji.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah.

- Dana tidak dapat ditarik, kecuali untuk setoran awal porsi haji dan setoran pelunasan biaya penyelenggara Ibadah Haji. c. Mega Syariah Mobile

Layanan perbankan yang disediakan oleh Bank Mega Syariah untuk bertransaksi perbankan melalui ponsel. Nasabah dapat melakukan transaksi non tunai seperti cek saldo, transfer maupun melihat histori transaksi secara real time dengan biaya yang murah.

- Memberikan kenyamanan bertransaksi kapan dan dimana saja. - Sistem keamanan yang handal dengan PIN Challenge

menjadikan layanan ini sangat aman. - Terdapat 3 pilihan penggunaan:

1. Melalui SMS 2. Melalui USSD


(47)

d. Tabungan Platinum iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang memberikan pelayanan utama dengan berbagai keuntungan dan fleksibilitas.

- Setoran awal ringan.

- Hadiah langsung yang menarik.

- Dapat bertransaksi diseluruh jaringan ATM Prima BCA, Bersama & Mega Net.

e. Tabungan Investasya iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan dan non perorangan yang memberikan bagi hasil lebih tinggi untuk dan investasi lebih besar.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah.

- Nilai investasi akan berpotensi naik/turun mengikuti pergerakan profit bank.

- Dana dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah. f. Tabungan Rencana iB

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan sesuai keinginan nasabah.


(48)

1. Tabungan rencana – setoran rutin

Jumlah dan tanggal setoran tetap setiap bulannya sesuai dengan pilihan nasabah.

2. Tabungan rencana – setoran non rutin

Jumlah dan tanggal setoran bebas sesuai cashflow nasabah, namun nasabah memiliki terget dana dan waktu pemenuhan terget dananya.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah.

- Jangka waktu 6 s/d 216 bulan (18 tahun).

- Rekening akan ditutup secara otomatis jika terjadi gagal debet setoran sebanyak 3 kali berturut-turut.

g. Tabungan Simpel Ib

Tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan (khusus siswa) dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

- Simpanan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah.

2. Financing (Produk Pembiayaan) a. Pembiayaan Investasi


(49)

Merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk membiayai kebutuhan investasi atau pengadaan barang modal, seoerti renovasi, rehabilitasi, perluasan usaha atau pun pendirian proyek baru.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Muthlaqah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Realisasi pembiayaan dapat secara langsung atau bertahap. - Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan

kemampuan nasabah.

- Margin tetap sepanjang waktu pembiayaan (akad murabahah). b. Pembiayaan IMBT iB

Fasilitas pembiayaan investasi dengan akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT) dimana obyek yang dapat dibiayai adalah barang bergerak yang dapat diikat dengan fiducia.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock. - Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review


(50)

c. Pembiayaan MMQ iB

Fasilitas pembiayaan kepemilikan asset melalui pola kerjasama atas suatu usaha sewa, dimana penyertaan porsi dana Bank menurun karena pengambilalihan oleh nasabah.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah Muntanaqisah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock. - Harga sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review

dan penyesuaian dengan tingkat imbal hasil yang berlaku. d. Pembiayaan Modal Kerja

Merupakan fasilitas pembiayaan dengan tujuan pemberian tambahan dana unruk modal kerja usaha baik untuk persediaan usaha maupun untuk menutupi piutang usahanya.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan Musyarakah.

- Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Struktur pembiayaan bersifat revolving dan non revolving. - Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan

kemampuan nasabah.


(51)

e. Pembiayaan Rekening Koran Syariah iB

Merupakan fasilitas pembiayaan modal kerja dengan akad Musyarakah, dimana realisasi maupun pembayaran pokok dapat dilakukan berulang – ulang kali, selama limit fasilitasnya belum terlampaui dan pembiayaan belum jatuh tempo.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Musyarakah. - Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.

- Bersifat revolving. f. Pembiayaan Join Financing

Kerjasama antara Bank Mega Syariah dengan Perusahan Mitra untuk melakukan pembiayaan secara syariah kepada nasabah / end user dengan sumber dananya merupakan sharing antara Bank Mega Syariah dan Perusahaan Mitra.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan Ijarah Muntahiyah bit Tamlik.

- Struktur pembiayaan kepada end user dapat disesuakan dengan produk pembiayaan usaha mitra.

- Tujuan pembiayaan dapat berupa pembiayaan konsumtif maupun produktif.


(52)

g. Pembiayaan Implant Banking Program

Fasilitas pembiayaan kepada karyawan Perusahaan Mitra melalui kerjasama dimana Perusahaan Mitra tersebut bertindak sebagai penjamin (corporate guarantee) atas pembiayaan yang diterma oleh karyawannya.

- Pembiayaan dalam mata uang rupiah.

- Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Murabahah dan Ijarah Multijasa.

- Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel.

- Proses pembiayaan karyawan yang cepat dan mudah.3u

E. Tujuan dan Manfaat Mudharabah

a. Bagi Bank

1. Salah satu bentuk penyaluran dana;

2. Memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil sesuai pendapatan usaha yang dikeloal nasabah.

3. Pengembalian pokok pembiayaan sesuai dengan cash flow.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati untuk mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkert dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.


(53)

b. Bagi Nasabah

Memenuhi kebutuhan modal usaha melalui sistem kemitraan dengan bank.4tungan sesuai p

rinsip syariah

F. Latar Belakang Produk Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo

Dunia perbankan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, bisa dilihat dengan semakin banyaknya bermunculan bank-bank baru termasuk bank yang dibentuk oleh suatu pemerintah daerah. Kondisi ini sudah tentu akan menimbulkan persaingan ketat dalam dunia perbankan. Dalam persaingan yang ketat ini ada beberapa bank yang mendapat kepercayaan sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPS BPIH), salah satunya adalah Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo ingin menjadi BPIH (Bank Penerima Setoran Haji) yang kemudian mendaftar ke Kemenag dan disetujui menjadi Bank BPIH5.

1. Perkembangan Dana Tabungan Haji

Sejak berdirinya Bank Mega Syariah karena berbasis Syariah maka wajib memiliki produk utama yaitu tabungan haji. Secara operasional sama seperti membuka tabungan pada umumnya. Ketika bank masih memperbolehkan adanya talangan, nasabah banyak yang berminat. Namun setelah ada aturan bahwa bank tidak boleh lagi

4 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2014), 43. 5 Wawancara dengan Ibu Devi Selaku OM Bank Mega Syariah pada tanggal 06 Januari 2017


(54)

menerima talangan, pada akhirnya bank bekerjasama dengan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) atau perkumpulan pengajian dan pihak bank pun mengadakan seminar edukasi tentang tabungan haji. 2. Keunggulan Produk Dana Tabungan Haji

a. Sistem terhubung online SISKOHAT Kementrian Agama RI. b. Porsi haji lebih cepat dengan switching SISKOHAT.

c. Setoran awal ringan (hanya Rp. 200.000,-). d. Gratis biaya administrasi

e. Mendapatkan Perlindungan Asuransi (sesuai ketentuan yang berlaku).

f. Mendapatkan bagi hasi.

g. Fleksibel dalam menentukan setoran selanjutnya. h. Dapat memperoleh SMS notifikasi.

i. Disediakan fasilitas Autodebet untuk setoran bulanan.

j. Setoran online secara realtime di seluruh kantor cabang Mega Syariah.

k. Mendapatkan VCD Manasik Haji.


(55)

G. Praktek Akad Mudharabah Dalam Dana Tabungan Haji di Bank Mega

Syariah KC Surabaya Darmo

1. Syarat-syarat Dana Tabungan Haji

Sebelum melakukan pembukaan rekening dana tabungan haji Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah, diantaranya6:

a. Tidak ingin porsi

- KTP

- NPWP

b. Ingin porsi

- KTP

- KK

- Surat Nikah (jika sudah menikah)

2. Kewajiban Yang Harus Ditanggung Nasabah

- Nasabah wajib memberikan data yang valid dan masih berlaku. - Nasabah wajib memberikan data yang lengkap tentang sumber

dana dan identitas diri.

- Nasabah bersedia memberikan informasi yang lengkap.

3. Kewajiban Bank Terhadap Nasabah

- Bank wajib menjaga kerahasiaan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya.


(56)

- Bank wajib memberikan informasi yang benar pada waktu yang

tepat.

- Bank wajib berusaha mengerti kebutuhan pelanggan.

- Bank wajib berusaha melakukan peningkatan-peningkatan yang

berkesinambungan.

- Bank wajib berusaha memenuhi prinsip-prinsip yang berorientasi

pada pelayanan. 4. Hak Nasabah

- Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank. - Mendapatkan penjelasan tentang produk yang ditawarkan.

5. Hak Bank

- Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang

telah disepakati bersama.

H. Fasilitas yang diberikan Bank Mega Syariah dari Dana Tabungan Haji

Seperti halnya pada pendanaan lainnya pada Bank Mega Syariah, pendanaan Dana Tabungan Haji juga memiliki keunggulan. Sehingga ada beberapa fasilitas istimewa yang diberikan oleh pihak bank untuk para calon haji baik saat pembukaan rekening maupun saat pemberangkatan haji ke tanah suci. Berdasarkan hasil dari wawancara terhadap bapak Wahyu, yang diberikan tersebut adalah7:

7 Wawancara dengan Bapak Wahyu Selaku Marketing Tabungan Haji Bank Mega Syariah pada


(57)

1. Porsi, calon jamaah haji akan mendapatkan nomor antrian keberangkatan Ibadah Haji jika dana sudah terkumpul.

2. Bebas Biaya Admin, calon jamaah haji tidak dikenai potongan bulanan.

3. Mendapatkan souvenir keberangkatan Haji, calon jamaah haji mendapatkan kain batik, vcd haji dan kain ihram.

4. Pendampingan saat pemorsian ke depag, calon jamaah haji yang telah mendaftar dan menabung akan didampingi oleh pihak Bank Mega Syariah KC Surbaya Darmo saat pemorsian ke depag.

5. Proses cepat, begitu calon jamaah haji ada dana mencukupi untuk syarat minimal pemorsian, pihak bank bisa langsung melakakukan proses swicing/pemindah bukuan saldo ke rekening kemenang untuk syarat pemorsian ke depag.

I. Aplikasi Akad Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega Syariah KC

Surabaya Darmo

Tabungan Haji iB adalah tabungan yang ditujukan untuk nasabah perorangan yang diperuntukkan untuk merencanakan dana keberangkatan ibadah haji.

Untuk meningkatkan jumlah nasabah yang menggunakan dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo, bank bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti penjelasan Bapak Roziq selaku Recovery Staff:


(58)

“Bekerjasama dengan KBIH, Instansi, Instansi ada pemerintahan dan sekolah, ke perusahaan-perusahaan dan bank lebih banyak bekerjasama

dengan KBIH. Sekitar 20 KBIH yang sudah bekerjasama”.

Aplikasi akad Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah Surabaya KC Darmo, menggunakan prinsip Mudharabah seperti penjelasan dari Bapak Wahyu Selaku:

“Ada akad khusus, akadnya ada dua yaitu: CIF (Customer Information

File) yaitu akad untuk data nasabah, dan untuk haji memakai akad

Mudharabah”\

J. Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji Pada Bank Mega KC Surabaya

Darmo

1. Buka Rekening

Nasabah membuka rekening pada Bank Mega Syariah sebesar Rp. 200.000,-. Perhitungan nisbah untuk nasabah akan di perjanjikan di awal dengan nisbah untuk nasabah 0,07% per bulan sedangkan bank mendapat keuntungan dana mengendap untuk disalurkan ke pembiayaan atau dipinjamkan ke pada bank lain sebagai bentuk modal. Dana tabungan haji tidak dapat diambil jadi berapapun dana mengendap itu menjadi keuntungan bank.

2. Sudah Terima Buku Rekening

Nasabah yang sudah menerima buku tabungan haji sudah mulai bisa menabung untuk mendapatkan porsi.


(59)

3. Tawarkan Porsi

Nasabah yang ingin segara mendapatkan porsi tetapi kekurangan dana, akan ditawarkan porsi sebesar Rp. 25.000.000,00. Yang nantinya dana tersebut akan disetorkan ke depag. Setelah nasabah mendapatkan SPPIH (Surat Pemberangkatan Pergi Ibadah Haji) dan BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) dari Kemenag, surat tersebut nantinya akan dibawa oleh pihak yang meminjamkan dana sebagai jaminan dari pinjaman porsi haji. Selanjutnya nasabah akan mengangsur kepada yang memberikan dana.

K. Operasional Pada Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya

Darmo 1. Haji Porsi

Nasabah datang ke kantor Bank Mega Syariah dengan membawa syarat-syarat pembukaan tabungan haji:

- Foto Copy KTP.

- Foto Copy KK (Kartu Keluarga).

- Foto Copy Surat Nikah dengan membawa dokumen asli.

- NPWP.

- Pas Foto 3x4 berwarna 30 lembar dan 4x6 5 lembar.

Setelah rekening jadi nasabah wajib menyetorkan uang sejumlah Rp. 25.500.000,-. Setelah itu nasabah akan didampingi ke Kemenag untuk mendapatkan nomor porsi haji atau SPPIH (Surat Pemberangkatan Pergi


(60)

Ibadah Haji). Untuk disetorkan ke rekening yang nantinya akan mendapatkan bukti penyetoran rekening haji BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji). Proses terakhir adalah melunasi BPIH sebelum waktu yang telah ditentukan.

2. Non Porsi

- KTP

- NPWP


(61)

BAB IV

ANALISIS FATWA DSN NOMOR 02/DSN-MUI/IV/2000 TERHADAP DANA TABUNGAN HAJI DI BANK MEGA SYARIAH KC SURABAYA DARMO

A. Pengertian Mudharabah Dalam Perbankan

Dalam aktivitas ekonomi, bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan dan investasi. Demikian pula bank syariah juga bertindak sebagai lembaga perantara keuangan dari pihak yang surplus dana kepada pihak minus dana untuk investasi. Inti mekanisme perbankan syariah adalah menciptakan hubungan kontrak secara baik antara pemilik modal dengan pengguna modal.1

Secara teknis Mudha>rabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak di maan pihak pertama (sha>hibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudha>rib). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung secara proposional dari jumlah modal, yaitu oleh pemilik modal. Kerugian yang timbul disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Adapun menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, mudha>rabah yaitu akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan

pihak kedua (‘amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola

dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang

1 Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta: BPFE, 2005), hal


(62)

dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.2

Begitu juga salah satu dari produk Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yaitu tabungan haji. Tabungan haji adalah tabungan yang ditujukan untuk dana keberangkatan ibadah haji. Tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad mudha>rabah.

Hal itulah yang kemudian membuat penulis merasa perlu untuk meninjau dan menganalisis mekanisme dan Fatwa DSN terhadap dana tabungan haji khususnya pada Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo yang merupakan tempat penelitian penulis dalam karya ilmiah ini. Maka dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Analisis Mekanisme Perolehan Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah. Berdasarkan data yang penulis uraikan dalam bab III terkait dengan mekanisme perolehan Dana Tabungan Haji, dijelaskan bahwa Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo menggunakan akad yaitu Mudha>rabah Muthla>qah . Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad antara pihak pemilik modal (sha>hibul mal) dengan pengelola (mudha>rib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah.


(63)

Dasar mudha>rabah dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Atas dasar saling menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk saling bekerja sama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.

Dilihat dari segi transaksi yang dilakukan pemilik modal dengan pekerja, para ulama fikih membagi akad mudha>rabah kepada dua bentuk, yaitu mudha>rabah muthla>qah (peryerahan modal secara mutlak, tanpa syarat dan batasan) dan mudha>rabah muqqayadah (penyerahan modal dengan syarat dan batasan tertentu). Dalam mudha>rabah muthla>qah, pekerja diberi kebebsan selama mendapatkan keuntungan. Sedangkan, dalam mudha>rabah muqayyadah, pekerja mengikuti ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pemilik modal.

Dalam kegiatan ini Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo merupakan salah satu perbankan syariah penerima setoran BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) yang memberikan fasilitas pembiayaan dana tabungan haji bagi nasabah calon jamaah haji dengan ketentuan akad yang diperobelahkan dalam Islam yaitu mudha>rabah muthla>qah. Akad ini menggunakan sistem bagi hasil yang nantinya nasabah dan pihak bank mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan di awal. Akad yang dipakai Bank Mega Syariah


(64)

sudah sesuai dengan ketentuan Hukum Islam yaitu bagi hasil tanpa adanya unsur utang piutang.

Nasabah yang ingin berangkat untuk ibadah haji harus membuka rekening terlebih dahulu sebesar RP. 200.000,-. Nasabah yang sudah membuka rekening dan sudah mendapatkan buku rekening bisa mulai menabung untuk mendapatkan porsi. Sedangkan, nasabah yang ingin mendapat porsi lebih cepat tetapi mempunyai kendala kekurangan dana, pihak bank akan menawarkan untuk meminjam kepada Kospin Jasa (Koperasi Simpan Pinjam Jasa) yang secara terpisah tidak terkait dengan dengan mekanisme akad Mudha>rabah di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo. Pihak Kospin Jasa akan memberikan dana porsi sebesar Rp. 25.000.000.00,- yang nantinya dana itu akan disetorkan ke depag. Setelah nasabah mendapat SPPIH (Surat Pendaftaran Pergi Ibadah Haji) dan BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah Haji) dari depag, surat tersebut nantinya akan dibawa oleh pihak yang meminjamkan dana sebagai jaminan dari pinjaman porsi haji. Selanjutnya nasabah akan mengangsur kepada Kospin Jasa.

Keunggulan Poduk Dana Tabungan Haji:

- Sistem terhubung online SISKOHAT Kementrian Agama RI. - Porsi haji lebih cepat dengan switching SISKOHAT.

- Setoran awal ringan hanya Rp. 200.000. - Gratis biaya administrasi.


(65)

- Setoran online secara realtime di seluruh kantor cabang Bank Mega Syariah.

- Mendapatkan souvenir keberangkatan haji. - Fleksibel dalam menentukan setoran selanjutnya.

- Mendapat perlindungan asuransi ( sesuai ketentuan yang berlaku). Dari ketentuan yang ada pada Bank Mega KC Surabaya Darmo produk Tabungan Haji dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam akad mudha>rabah muthla>qah dalam muamalah yaitu dengan melihat rukun dan syarat akad mudha>rabah:

1. Adanya pelaku.

Dalam hal ini nasabah Tabungan Haji bertindak sebagai sha>hibul mal atau pemilik dana, dimana nasabah menabung untuk porsi keberangkatan haji.

2. Adanya pemilik modal.

Dalam hal ini modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk uang tunai bukan piutang.

3. Adanya laba atau keuntungan.

Keuntungan yang diperoleh dari nasabah dan nantinya dikelola oleh Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo sehingga mendapat laba atau keuntungan.


(66)

4. Adanya kesepakatan (ijab dan qobul).

Kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Sebelum pembukaan rekening Tabungan Haji. Nasabah harus memenuhi syarat-syarat untuk pembukaan rekening Tabungan Haji.

2. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Terhadap Dana Tabungan Haji di Bank Mega Syariah.

Tabungan haji adalah tabungan yang ditujukan untuk dana keberangkatan ibadah haji. Tabungan haji sangat direkomendasikan bagi nasabah yang berencana untuk melaksanakan ibadah haji. Tabungan haji adalah jenis produk simpanan dengan akad mudha>rabah muthla>qah yang sesuai dengan prinsip syariah. Nasabah menyetorkan sejumlah dana dengan jumlah tetap dalam jangka waktu tertentu hingga terget dana tercapai. Dana yang terkumpul akan digunakan sebagai pembiayaan pelaksanaan ibadah haji nasabah.

Tabungan haji syariah berbeda dengan tabungan syariah. Maka jika nasabah ingin membuka rekening untuk tabungan haji syariah. Berapapun uang yang dimiliki segera mungkin untuk ditabung ke rekening haji agar cepat naik haji. Dalam hal perbedaan antara tabungan haji syariah dan tabungan haji, yang paling utama adalah tabungan haji (dan juga produk lainnya) dalam sistem syariah tidak mengenal bunga (interest) yang tetap seperti Bank Konvensional, melainkan dikenal istilah bagi hasil (nisbah). Jadi pada saat awal pembukaan rekening dilakukan perjanjian bagi hasil yang tetap antara bank dengan calon nasabah. Dana yang terkumpul dari


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.

2. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan Wadi>’ah.

Kedua : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudha>rabah:

1. Dalam transaksi ini nasabah bertidnak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudha>rib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudha>rib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudha>rabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Ketiga : Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi>’ah:


(2)

58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.


(3)

59

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dana tabungan haji di Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad Mudha>rabah Muthla>qah. Akad Mudha>rabah Muthla>qah adalah akad pemilk dana memberikan modalnya kepada pengelola tanpa adanya syarat tertentu. Dasar mudha>rabah dalam Islam (fiqih muamalah), pada dasarnya transaksi bisnis yang menjadi inti dalam fiqih muamalah adalah transaksi bagi hasil. Akad mudha>rabah adalah satu akad dengan sistem bagi hasil. Akad tersebut diperbolehkan dalam Islam, karena untuk saling membantu antara orang yang mempunyai modal dan pelaku usaha. Dalam prakteknya Bank Mega Syariah KC Surabaya Darmo memakai akad mudha>rabah muthla>qah untuk produk Dana Tabungan Haji yang sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000.

2. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan menjelaskan tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudha>rabah dan


(4)

60

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Darmo yang mengurus dan membantu nasabah untuk mendapatkan set/porsi dari pihak otoritas berhak mendapatkan nisbah atas pekerjaan yang berupa pelayanan pengurusan haji. Bank mega Syariah KC Surabaya Darmo tersebut memakai akad Mudha>rabah yang berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

B. Saran

1. Hendaknya pihak bank lebih memeberikan fasilitas yang lebih baik pada tabungan haji karena bersaing dengan bank-bank lainnya.

2. Bank harus lebih giat lagi menawarkan produknya kepada masyarakat khususnya yang belum mengerti dana talangan haji digantikan dengan dana tabungan haji.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2011. Asra, Abuzar. Metode Penelitian Survei. Bogor: In Media, 2014.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jilid 5. Ter Abdul Hayyie

al-Kattani Jakarta: Gema Insani, 2011.

Karim, Adiwarman. Bank Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Karim, Helmi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Kartika Tri Mukti. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Akad Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Bank Mega Cabang Surabaya”

(Skripsi-Uin Sunan Ampel, Surabaya, 2012).

Koeswinarno. Efektivitas Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dalam Memberikan Pelayanan dan Bimbingan Terhadap Jamaah Haji. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementriaan Agama RI, 2014.

Muhammad Bahtiyar Rifai. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan

Haji (Studi Di Bank Syariah Mandiri Cabang Cik Di Tiro Yogyakarta”

(Skripsi-Uin Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010), 72.

Muhammad. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah. Yogyakarta: BPFE, 2005.

Mardani. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Kencana, 2014.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Remy Sjahdeini, Sutan. Perbankan Islam. Jakarta: Grafitri, 1999.

Sabid, Sayyid. Fikih Sunnah. Jilid 4. Ter. Hasanuddin Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Sadi, Muhammad. Konsep Hukum Perbankan Syariah. Malang: Setara Press, 2015.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Bandung: Media Press, 1999. Subagyo, Joko P. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2004.

Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:Ekonesia, 2004.

Syafi’i, Abdullah. Fikih Imam Syafi’i. Jakarta: Pustaka Azzam, 2012.

Vina Zakiyatul Fajriyyah. “Tinjauan Yuridis Terhadap Pembayaran Pembiayaan

Dana Talangan Haji Di Bank BNI Konvensional Capem Ngoro Industri

Mojokerto” (Skripsi-Uin Sunan Ampel, Surabaya, 2016. http://www.megasyariah.co/id


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65