Pengembangan profesionalisme guru program tartil Al-Qur'an dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur'an peserta didik: studi multikasus di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.

(1)

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PROGRAM

TARTIL AL-

QUR’AN DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA AL-

QUR’AN PESERTA DIDIK

(Studi Multikasus di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan

Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Alaika M. Bagus Kurnia PS NIM. F1.2.3.15.201

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Bagus Alaika PS, Muhammad. 2017. Pengembangan profesionalisme guru program

Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan peserta didik di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Program Pasca Sarjana. Universitas Islam Negeri Surabaya. Pembimbing: Dr. A. Yusam Thobroni, M.Ag.

Kata kunci: Pengembangan, Profesionalisme Guru, Program Tarti>l Al-Qur’a>n

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan program pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l Al-Qur’a>n, bagaimana kondisi kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesionalisme guru Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Sehingga guru TQ dapat dikategorikan sebagai guru profesionalisme.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan mengambil lokasi penelitian di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Metode yang digunakan pada penelitian adalah observasi, dokumentasi dan wawancara dengan pendekatan fenomenologi. Dan selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School adalah adalah supervisi akademik, pelatihan, pembinaan rutin,

micro teaching lanjutan dan evaluasi kinerja guru. Adapun kondisi keberhasilan kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an antar kedua sekolah ini ada perbedaan jika diprosentasekan, yaitu SMP Khadijah sudah mencapai 90% dari target yang ditentukan. Sedangkan SMP ICMBS masih mencapai 60-70% dari target yang ditentukan. Artinya kemampuan peserta didik di SMP Khadijah lebih baik dibandingkan dengan di SMP ICMBS.Faktor-faktor pendukung dalam pengembangan profesionalisme guruprogram TQ di kedua sekolah tersebut adalah adanya kesadaran dalam mengikuti kegiatan pengembangan profesionalisme guru dan didukung dengan adanya program kerja program TQ yang lain di SMP Khadijah. Ketiga, didukung fasilitas dan support yang kuat dari lembaga di SMP ICMBS. Kelima, pengatuaran waktu pembelajaran Al-Qur’an yang fleksibel, dan keenam, target pembelajaran Tartil

dan Tahfidh dapat diseragamkan. Faktor-faktor penghambatnya adalah adanya perpindahan dari metode lama ke metode baru. Kurangnya kesadaran guru dalam mengikuti kegiatan pengembangan profesionalisme. Adanya guru yang berpindah tugas. Ketidakhadiran guru TQ dalam pembelajaran. Kelima, kurangnya penguasaan guru dalam pengelolaan kelas. Kurangnya motivasi belajar peserta didik. Kurangnya keinginan guru pada peningkatan kinerja dalam pembelajaran. Kemampuan dasar para guru yang sifatnya heterogen.


(7)

(8)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Penelitian ... 11

F. Penelitian Terdahulu ... 12

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II KAJIAN TEORI ... 27

A. Tinjauan tentang Pengembangan profesionalisme guru ... 27

1. Pengertian Pengembangan Profesionalisme Guru ... 27

2. Fungsi Profesionalisme Guru ... 35

3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru ... 37

4. Cara Pengembangan Profesionalisme Guru ... 40

5. Hambatan Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Guru ... 42

6. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Dan Mengembangkan Profesionalisme Guru ... 44


(9)

xi

7. Supervisi Akademik sebagai salah satu upaya pengembangan

profesionalisme guru ... 45

B. Tinjauan tentang program Tarti>l al-Qur’a>n ... 55

1. Pengertian program Tarti>l al-Qur’a>n ... 55

2. Model pembelajaran al-Qur’a>n ... 56

C. Tinjauan tentang kemampuan peserta didik membaca al-Qur’a>n ... 71

1. Pengertian kemampuan peserta didik membaca al-Qur’an ... 71

2. Indikator kemampuan membaca al-Qur’an ... 72

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an ... 73

BAB III PENYAJIAN DATA ... 76

A. Gambaran Umum Sekolah ... 76

1. SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ... 76

a. SMP Khadijah ... 76

b. SMP Insan Cendekia Muslim Boarding School ... 81

2. Guru dan Program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ... 85

a. Guru dan program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya ... 85

b. Guru dan program Tartil al-Qur’an di Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ... 88

B. Paparan Data ... 91

1. Usaha Sekolah Mengembangkan Profesionalisme Guru Program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ……….……… 91

2. Kondisi kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan tersebut di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ………..……… 98


(10)

xii

3. Faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan Di SMP Insan Cendekia Mandiri

Boarding School Sidoarjo ……….……… 101

BAB IV ANALISIS DATA ... 112 A. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan Profesionalisme

Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan

SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ……….… 112 1. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan Profesionalisme

Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP

Khadijah Surabaya ………. 112 2. Analisis Usaha Sekolah dalam Mengembangkan

Profesiona-lisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Insan

Mandiri Boarding School Sidoarjo ………..………... 119 B. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di

SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan Pengelompokan Kelas sesuai

dengan Tingkat Kemampuan Mereka ………... 126 1. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di

SMP Khadijah dan Pengelompokan Kelas Sesuai

dengan Tingkat Kemampuan Mereka ………. 126 2. Analisis Kemampuan Peserta Didik Program Tarti>l al-Qur’a>n di

SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan Pengelompokan Kelas Sesuai dengan Tingkat Kemampuan

Mereka ………. 128

C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School


(11)

xiii

1. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP

Khadijah Surabaya ……….. 135

2. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Profesionalisme Guru Program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ……….. 144

BAB V PENUTUP ... 153

A. Simpulan ... 153

B. Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan menunjukkan adanya aktivitas atau tindakan aktif dan interaksi dinamis yang dilakukan secara sadar dalam usaha untuk mencapai tujuan.1

Faktor penting keberhasilan pendidikan adalah guru yang merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendididk, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.2 Profesionalisme tersebut diartikan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.3

Peningkatan profesionalitas guru penting dilakukan mengingat pendidikan merupakan salah satu sarana terpenting dalam usaha

1

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,cet.I (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003), 5.

2

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1. 3


(13)

2

pembangunan sumber data manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaaan yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan masyarakat yang beradab dan berperadaban.4 Selain itu, kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu sumber daya manusia masyarakat tersebut. Mutu sumber daya manusia tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan mengahsilkan keluaran yang bermutu. Dari sanalah pentingnya manajemen dalam pendidikan diterapkan.5 Salah satunya adalah pengembangan sumber daya manusia pendidik.

Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan profesionalisme guru merupakan usaha mempersiapkan guru agar memiliki berbagai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai petugas professional. Pengembangan atau peningkatan kemampuan professional harus bertolak pada kebutuhan atau permasalahan yang nyata yang dihadapi oleh guru, agar bermakna.6

Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang menuntut pengelola pendidikan agar dapat membuat perencanaan, pengorganisasian, melaksanakan, dan

4

Wan Moh Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmi Zarkasyi, dkk, (Bnadung: Mizan, 2003), 23.

5

Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manjemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan; dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), 58.

6

Kemdiknas, Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP, (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2010), 1.


(14)

3

evaluasi pendidikan secara mandiri sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Perundang-undangan tersebut menuntut penataan manajemen dalam berbagai jalur dan jenjang pendidikan serta mutu tenaga pendidik sesuai dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga tujuan masyarakat segera terwujud. Dalam studi keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin lembaga sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah selaku top leader mempunyai wewenang dan kekuasaan serta strategi kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan mengembangkan bawahannya secara professional. Lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas (mutu) pendidikan.

Untuk mendukung kemajuan sekolah, harus diperhatikan pentingnya mengenai kompetensi professional guru, yaitu kemampuan dasar untuk menjalankan tugas secara professional. Guru harus mengetahui dan menguasai materi yang harus diajarkan, mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan, dan menghubungkannya dengan konteks komponen-komponen secara keseluruhan, mengetahui dan dapat menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, di


(15)

4

samping mengetahui, dan terampil memanfaatkan berbagai media serta alat pembelajaran yang relevan dengan bahan ajar yang akan diajarkan.7

Profesi guru telah diakui memiliki banyak kontribusi terhadap pembentukan sikap, perilaku, serta ketercapaian transfer of learning kepada para peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Jasa para guru ini patut dihargai dengan segala konsekuensi peningkatan kesejahteraan dan taraf kehidupannya, karena mereka disamping merupakan tumpuan harapan bagi orang banyak, baik rakyat jelata maupun petinggi negara, juga tidak terbayangkan akan seperti apa masa depan generasi muda bangsa ini jika tanpa sentuhan profesionalitas guru.

Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Profesional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Profesionalisasi artinya proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi professional. Profesionalitas artinya suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sedangkan

Professionalism artinya sifat professional (suatu paham yang mengajarkan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus dilandasi pekerjaan tertentu).8

Profesionalisme yang dekade terakhir ini menjadi permasalahan yang urgen dan dijadikan setiap pemberdayaan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini. Pada hakekatnya profesionalisme guru itu

7

Muhaimin, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 170.

8

John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), 449.


(16)

5

bagaimana sering difahami oleh kebanyakan guru, menurut Dedi Supriadi, bahwa profesional menunjuk pada dua hal, yakni orangnya dan kinerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan profesionalisme menunjuk kepada derajat atau tingkat kinerja seseorang sebagai seorang professional dalam melaksanakan profesi yang mulia.9

Sekarang ini, banyak sekolah-sekolah di daerah perkotaan tengah mencoba meningkatkan mutu pendidikan dengan mengadakan program-program baru dan bahkan bagi sebagian sekolah dapat dikatakan sebagai program unggulan mereka. Dan mereka ternyata lebih memilih bidang karakter, budi pekerti dan keagamaan untuk menjadi prioritas bagi peningkatan mutu pendidikan. Sehingga selanjutnya diadakan program belajar membaca al-Qur’an yang biasa dikenal dengan istilah program Tartil al-Qur’an, atau Ta’lim al-Qur’an, atau lainnya. Dan di antara sekolah-sekolah tersebut ada yang sudah menjalankan program tersebut selama satu periode atau bahkan lebih lama. Dan pastinya mereka menghendaki program semacam Tartil al-Qur’an yang sedang berjalan tersebut menjadi meningkat dan berkembang kualitasnya. Sehingga dilakukan upaya-upaya dalam rangka peningkatan atau pengembangan program tersebut. Dan profesionalitas guru menjadi sangat penting untuk memerankan visi tersebut dan sebagai pelaku aktif dalam mengembangkan program pembelajaran al-Qur’an yang dimaksud. Apalagi upaya semacam ini dilakukan oleh sekolah-sekolah Islam yang cukup terkenal elite di perkotaan yang dapat memunculkan rasa

9

Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Bandung : Pustaka Ilmu, 2002), 170.


(17)

6

penasaran dan bahkan rasa ingin tahu bagi mereka yang hendak mengambil pelajaran dari cara mereka mengatur dan mengembangkan pendidikan di sekolah mereka. Dalam hal ini peneliti memiliki pandangan dua sekolah yang sudah memiliki kriteria tersebut, yaitu SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Oleh sebab itu, penulis dalam bagian ini juga akan menggambarkan program Tartil al-Qur’an dari SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ini.

Pertama, Program Tartil al-Qur’an dalam istilah di SMP Khadijah yang juga disebut dengan nama Program Ta’lim al-Qur’an ini merupakan salah satu program unggulan SMP Khadijah. Program ini bertujuan agar siswa-siswi memiliki keunggulan di bidang membaca Al-Qur'an, serta untuk dapat menuju perilaku anak sholeh, mampu menumbuhkan akhlak yang qur’ani. Pembelajaran al-Qur’an di SMP Khadijah di awal pertumbuhannya menggunakan metode Tilawati dan sekarang beralih pada metode Bilqolam dengan harapan terwujudnya perkembangan yang signifikan di dalam program ini. Pembelajarannya melalui dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu tingkatan kelas jilid Bilqolam untuk pemula, tingkatan Juz ‘Amma (Juz 30) untuk persiapan menuju al-Qur’an (Juz 1-29), tingkatan al-Qur’an sesuai kategori juz dan dipersiapkan untuk mengikuti wisuda terbuka al-Qur’an, dan tingkatan Tahfidz sebagai pengembangan dari tingkatan al-Qur’an.10

Kedua, Program Tartil al-Qur’an dalam istilah di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School yang dikatakan Program Mengaji al-Qur’an ini

10

Hasil wawancara dengan guru Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah, yaitu Bapak.Ibrahim al-Hakim, S.H.I pada tanggal 24 Oktober 2016.


(18)

7

merupakan salah satu program unggulan Yayasan Insan Cendekia Mandiri Boarding School. Program ini bertujuan agar peserta didik memiliki keunggulan di bidang membaca al-Qur'an, serta untuk dapat menuju perilaku anak sholeh, mampu menumbuhkan akhlak yang terpuji di setiap jenjang umur dan pendidikan. Program Mengaji Al-Qur’an di Insan Cendekia Mandiri Boarding School menyiapkan generasi cinta al-Qur'an dan pemimpin dunia, sebab al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi seluruh umat di dunia. Pembelajaran al-Qur'an di Yayasan Insan Cendekia Mandiri Boarding School menggunakan metode tilawati dengan tingkatan materi yaitu, jilid tilawati sebagai persiapan, dan selanjutnya ke tahap Hafalan/Hafidz al-Qur’an. Setiap peserta didik lulus satu jenjang pendidikan al-Qur’an, selanjutnya ia naik pada level hafalan. Dan pada akhirnya diadakan munaqasyah dimana para peserta didik tersebut diuji oleh para munaqisy. 11

Dalam perkembangan program Tartil al-Qur’an tersebut, seringkali ada beberapa permasalahan yang menimpa profesionalisme guru al-Qur’an diidentifikasikan dari penguasaan materi guru al-Qur’an yang kurang, cara guru membawakan pembelajaran al-Qur’an terkesan monoton, kondisi kelas yang tidak teratur dan tidak kondusif karena kurangnya kemampuan guru mengelola kelas, administrasi yang tidak teratur dan berantakan dan lain sebagainya. Hal ini merupakan kekurangan yang seharusnya segera dibenahi untuk meningkatkan kualitas kemampuan peserta didik. dan lain sebagainya. Untuk membenahi dan memperbaiki semua kekurangan itu, dilakukanlah

11

Hasil wawancara dengan guru Tartil al-Qur’an di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School, yaitu Syaifuddin Noer pada tanggal 07 April 2017.


(19)

8

upaya-upaya oleh kepala sekolah untuk pengembangan program Tartil al-Qur’an ini. Khususnya pimpinan program Tartil al-Qur’an tersebut akan mengerahkan segala daya dan pikiran untuk memperbaiki temuan masalah di dalam program yang dipimpinnya dan selanjutnya diperbaiki dengan berbagai macam pendekatan untuk kemaslahatan bersama.

Dari dasar pemikiran tersebut menarik perhatian bagi peneliti untuk mengadakan penelitian secara ilmiah dan mendalam pada persoalan pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di sekolah Islam. Dan berdasarkan pra penelitian terhadap kedua sekolah ini masih belum ada penelitian yang memfokuskan masalah profesionalisme guru program Ta’lim al-Qur’an yang sekarang lagi booming dan akan berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa serta menyinggung masalah tentang kualitas/keunggulan (excellence), kemauan kuat untuk menjadi professional (passion for profesionalisme), dan etika (etichal).

Terlebih belum ada peneliti yang secara detail melihat seperti apa potret dan tipologi guru al-Qur’an professional saat ini. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik (studi multi kasus di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo)”


(20)

9

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, penulis telah mengidentifikasi beberapa masalah yang ada di dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perencanaan program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an peserta didik yang dinilai kurang matang dan terkesan dadakan.

2. Implementasi program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik yang dianggap kurang maksimal. 3. Evaluasi program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an peserta didik yang hanya sekedar menilai dan menentukan kekurangannya saja tanpa adanya tindak lanjut solusi sebagai perbaikan.

4. Pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’a>n peserta didik dianggap kurang karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan tentang metode mengajarkan baca Al-Qur’a>n, pengelolaan kelas yang kurang maksimal, dan administrasi pembelajaran yang tidak teratur.

5. Pentingnya mengetahui faktor yang mendukung dan yang menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l Al-Qur’a>n.

Selanjutnya agar tidak terjadi pembahasan yang melebar atau kesimpangsiuran terhadap permasalahan ini, maka penulis membuat batasan masalah agar terfokus pembahasannya sehingga lebih jelas dan terarah. Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:


(21)

10

1. Bidang yang diteliti adalah pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo, bukan guru sekolah.

2. Kemampuan peserta didik program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan pengelompokan kelas mereka sesuai dengan tingkat kemampuan.

3. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo, bukan guru sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana usaha sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School?

2. Bagaimana kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan tersebut di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School ?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan yang menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo?


(22)

11

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran upaya pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo

2. Mengetahui kondisi kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan tersebut di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo

3. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.

E. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pengajaran al-Qur’a>n pada khususnya. Dan juga sebagai bahan kajian di UIN Sunan Ampel Surabaya.


(23)

12

a. Bagi sekolah, sebagai sumber informasi dan evaluasi untuk pengembangan profesionalisme guru program Tartil al-Qur’an

(Belajar Membaca al-Qur’an) di sekolah masing-masing.

b. Bagi pendidik dan pengelola pendidikan, semoga penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan lebih meningkatkan keprofesionalitasnya sebagai seorang guru al-Qur’an.

c. Bagi pembaca, sebagai referensi untuk mengembangkan profesionalisme guru program Tartil al-Qur’an

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas tentang pengembangan profe-sionalisme guru al-Qur’an belum pernah peneliti jumpai. Sehingga penulis tertarik untuk membahasnya dalam penelitian tesis ini. Terdapat beberapa kajian penelitian yang kebanyakan fokusnya pada pengembangan profe-sionalisme guru sekolah, diantaranya sebagai berikut:

1. Disertasi yang ditulis oleh Istanto Wahju Djatmiko dengan judul “Pengembangan Keperofesionalan Guru Sekolah Menengah Kejuruan”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menanyakan bagaimana kematangan psikologis (X1), kemampuan mengelola pengetahuan dan keterampilan (X2), kegiatan pengembangan keprofesionalan (X3), kinerja guru (X4), serta keefektifan guru SMK (X5); (2) bagaimana struktur hubungan kausal terhadap kelima variabel di atas, (3) bagiamana pengaruh langsung dan tak langsung pasangan variabel dari kelima variabel di atas; dan (4) bagaiamana pengaruh antar masing-masing


(24)

13

kelima variabel di atas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan expost facto research. Dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kematangan psikologis (X1) dan kemampuan mengelola pengetahuan dan keterampilan (X2) guru SMK berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan pengembangan keprofesionalan (X3) yang dilakukan guru SMK serta berdampak pada kinerja (X4) dan keefektifan (X5) guru SMK dalam melaksanakan profesinya. Dan hasil penelitian secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa sebagian besar guru SMK (84,1%) memiliki kematangan psikologis termasuk kategori amat baik. Sebagian guru SMK (55,6%) memiliki kemampuan mengelola pengetahuan dan keterampilan termasuk kategori amat baik. Kualitas kegiatan pengembangan keprofesionalan sebagian guru SMK (71,1%) termasuk kategori baik. Sebagian guru SMK (73,3%) memiliki kinerja termasuk dalam kategori amat baik. Sebagian guru SMK (53,0%) menunjukkan kualitas keefektifan dalam bekerja termasuk dalam kategori baik dan sebagian kecil guru SMK lainnya (36,2%) termasuk dalam kategori amat baik.12

2. Tesis yang ditulis oleh Bustami, dengan judul “Pengaruh Pengembangan Profesionalisme guru SMP terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Aceh Timur”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi ketersediaan guru SMP Negeri di Aceh Timur sudah sesuai dengan

12

Istanto Wahju Djatmiko, Pengembangan Keperofesionalan Guru Sekolah Menengah Kejuruan, (Yogyakarta:Tesis, 2012), i.


(25)

14

standar pendidikan nasional, dan bagaimana pengaruh pengembangan guru terhadap peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitif-kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan guru berdasarkan kualitas yaitu pendidikan minimal S1 sudah baik, yakni 64,8 guru di kabupaten Aceh Timur sudah berpendidikan S1. Dari segi kuantitas dari total guru 1150 yang tersedia 623 orang atau 54,2%, selebihnya diisi oleh tenaga honor sebanyak 527 orang (45,8%). Dan pengembangan profe-sionalisme guru mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan sebesar 32%, selebihnya 68% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.13

3. Tesis yang ditulis oleh M. Taufik dengan judul “Manajemen Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik di SMKN 2 Samarinda”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamana upaya peningkatan profesionalisme tenaga pendidik di SMKN 2 Samarinda dalam meningkatkan kualitas mereka. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif dengan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan mutu pendidikan minimal memilih dan memilah guru melalui uji kompetensi menuju terbentuknya guru profesional dan merupakan indikator penting dalam meningkatkan pendidikan bermutu yang akan melahirkan sumber daya bermutu pula

13

Bustami, Pengaruh Pengembangan Profesionalisme guru SMP terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Aceh Timur, (Aceh Timur, Tesis, 2014).


(26)

15

yang pada akhirnya akan meningkatkan sumber daya manusia secara umum.14

4. Tesis yang ditulis oleh Yus Shofiyatus Sholihah dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru, Studi di SMAN 1 Srengat Blitar”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profesionalisme guru di SMAN 1 Srengat Blitar, dan bagaimana upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di di SMAN 1 Srengat Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif. Lalu diadakan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Hasil penelitiannya adalah bahwa (1) Di SMA Negeri 1 Srengat profesionalisme guru cukup bagus, misalnya di samping guru-guru PAI melaksanakan tugas pokok juga masih melaksankan tugas tambahan dan juga selalu membuat kelengkapan mengajar seperti : membuat RPP, diawal tahun ajaran baru harus membuat prota (program tahunan), begitupun juga setiap semester membuat promes (program semester), silabus, dan ketika dalam mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar anak itu tidak merasa jenuh.(2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru ialah mengikutkan guru dalam diklat,

14

M. Taufik, Manajemen Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik di SMKN 2 Samarinda, (Malang, Tesis PPs UIN Malang Jur. MPI, 2010).


(27)

16

pelatihan dan seminar, mengedepankan kedisiplinan, memotivasi guru, supervisi, dan MGMP. Dan juga menetapkan bentuk imbalan kinerja dan hukuman bagi yang lalai dalam menjalankan tugasnya.15

Dalam penelitian ini ada perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa semua penelitian yang sebelumnya difokuskan pada pengembangan atau peningkatan profesionalisme pendidik atau guru sekolah, sedangkan dalam penelitian ini lebih spesifik kepada pengembangan profesionalisme guru al-Qur’an dan belum pernah ada penelitian tentang ini sebelumnya menurut penulusuran penulis, di samping perkembangan program Tarti>l al-Qur’a>n di sekolah-sekolah Islam semakin pesat sebagai program unggulan. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat materi ini sebagai penelitian tesis.

Adapun dalam pembahasan tesis tentang pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo ini penulis lebih menekankan pada usaha sekolah dalam mengembangkan profesional-isme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Penulis juga memfokuskan pada faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo. Dan

15

Yus Shofiyatus Sholihah, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru, Studi di SMAN 1 Srengat Blitar, (Malang: Tesis PPs UIN Malang Jur. MPI, 2010).


(28)

17

selanjutnya lebih mendalam dalam pembahasan faktor yang mendukung dan yang menghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n tersebut. Baik di SMP Khadijah Surabaya maupun di SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo, program Tarti>l al-Qur’a>n merupakan program yang diunggulkan dan diprioritaskan di samping masih banyak lagi lainnya. Seiring perkembangannya yang pesat, mestinya sekolah mengharapkan program tersebut menjadi lebih baik dengan sentuhan-sentuhan kebijakan yang sengaja diberikan untuk meningkatkan kualitas program Tarti>l al-Qur’a>n baik dari segi administrasi, pendidik , kurikulum maupun pembela-jarannya. Oleh sebab itu, penelitian tentang pengembangan profesionalisme guru al-Qur’an di sini dianggap penting dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan langkah-langkah operasional dan ilmiah yang dilakukan dalam rangka mencari jawaban atas rumusan masalah penelitian.16 Metode penilitian ini merupakan rencana pemecahan bagi persoalan yang diselidiki.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Karena semua yang digali adalah bersumber langsung dari objek yang bersangkutan untuk melakukan studi yang mendalam. Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian

16

Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UINSA, 11.


(29)

18

ini adalah data, keterangan yang lengkap dari komponen-komponen sekolah yang bersangkutan terutama yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Alasan dipilihnya ini karena masalah yang dikaji menyangkut masalah yang sedang berkembang dalam program Tartil al-Qur’an di sekolah, khususnya di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo, yakni pengembangan profesionalisme gurunya. Melalui pendekatan fenomenologi, diharapkan deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan dapat diinterpretasi makna dan isinya lebih dalam. Dan penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme guru program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.

Lexy j. Moleong mengungkapkan bahwa pendekatan fenomenologi sebagai: pertama, pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; kedua, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seorang Husserl. Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dan perspektif pertama seseorang. Peneliti dalam pandangan fenomeno-logi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap


(30)

19

orang–orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Atau berusaha memahami subjek dari segi pandang mereka sendiri.17

3. Sumber Data

Maksud dari sumber data dalam penelitian ini adalah subjek di mana data diperoleh.18 Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School

b. Guru yang mengajar program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School

c. Kepala/Koordinator program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis juga menggunakan beberapa metode yang dikira sesuai dengan masalah yang diteliti. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah sebagai berikut :

17

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 17.

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bina Angkasa, 2006), 107.


(31)

20

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan atau pencatatan dengan sistematik terhadap objek penelitian.19 Dalam metode ini, penulis menggunakan observasi partisipan, yakni penulis mengadakan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung, dan turut ambil bagian dalam pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan di SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.

Metode ini digunakan untuk mengamati langsung pengembangan profesionalisme guru program TQ, antara lain:

1) Peningkatan kemampuan guru melalui pelatihan dan pembinaan. 2) Sertifikasi guru melalui kerjasama dengan lembaga atau instansi

al-Qur’an.

3) Eksplorasi kemampuan guru dalam Kelompok Kerja Guru Al-Qur’an

4) Penertiban administrasi guru dalam melakukan pembelajaran al-Qur’an

Sedangkan observasi di luar kelas dilakukan guna mengamati keadaan sekolah pada umumnya (letak geografis, sarana dan fasilitas, situasi dan kondisi) dan kemampuan guru dalam berinteraksi dan berperan dalam pengembangan profesionalisme guru program

19


(32)

21

program Tarti>l Al-Qur’a>n dalam meningkatkan kemampuan membaca

al-Qur’an peserta didik. b. Wawancara

Wawancara yaitu cara atau metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara bebas terpimpin. Maksudnya, dalam melaksanakan wawancara, penulis membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan digunakan. Wawancara ini ditujukan kepada guru sebagai pengajar program Tarti>l Al-Qur’a>n dan kepada informan lain yang menjadi sumber data penelitian.

c. Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu usaha memperoleh data mengenai hal-hal yang bersifat variabel yaitu berupa catatan, transkip, buku dan lain-lain.20 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang angka-angka dan catatan penting, seperti data tentang hasil peserta didik, keadaan sarana dan prasarana belajar, jumlah siswa, staf guru, serta dokumen lain yang relevan dengan penyusunan tesis ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan menganalisa data yang terkumpul dari hasil dokumentasi, obseravsi, dan wawancara.21 Adapun langkah-langkah yang

20

Winarno Surahman, Pengantar Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1982), 124.

21


(33)

22

diambil peneliti dalam menentukan langkah analisis data adalah sebagaimana yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman sebagai berikut:22

a. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan seluruh data yang berhasil dikumpulkan yaitu data dari hasil pengamatan (observasi, wawancara, dan dokumentasi).

b. Reduksi data: yaitu proses pemilihan data, menggolongkan, meng-arahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan, finalnya dapat ditarik kesimpulan dan verifikasi.

c. Penyajian data: dalam penyajian data ini, seluruh data-data di lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara dan hasil observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi tentang pengembangan profesionalisme guru tarti>l al-Qur’a>n dalam mening-katkan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi: adalah kegiatan penggambaran secara utuh dari obyek yang diteliti pada proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang pada penyajian data melalui informasi tersebut, peneliti dapat melihat segala sesuatu yang diteliti dan menarik kesimpulan mengenai obyek penelitian.

22

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), 247-252.


(34)

23

6. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Sugiono, di dalam pengujian keabsahan data suatu penelitian kualitatif perlu dilakukan beberapa hal meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas (realibilitas), uji transferabilitas (validitas eksternal), dan uji komfirmabilitas (obyektivitas).23

Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama, trianggulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan dokumen serta arsip yang memuat catatan berkaitan dengan data yang dimaksud. Kedua, triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen. Ketiga, triangulasi waktu pengumpulan data merupakan kapan dilaksanakannya triangulasi atau metode pengumpulan data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi, Sugiono menjelaskan ada tiga macam triangu-lasi.24 Ketiga triangulasi tersebut yaitu triangulasi sumber data, pengum-pulan data, dan waktu. Ketiga triangulasi tersebut dapat digambarkan dalam dalam bentuk skema di bawah ini:

Gambar 1.1 Triangulasi Sumber Data

23

Ibid.,270-271. 24

Ibid., 273-274.

Atasan Teman


(35)

24

Gambar 1.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Penjelasan dua dari triangulasi itu akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Triangulasi sumber adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji

kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik adalah suatu alat untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang sama namun dengan alat yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan di atas penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber data yang berupa observasi serta wawancara dengan narasumber secara langsung dan dokumen yang berisi catatan terkait dengan data yang diperlukan oleh peneliti.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan tesis ini, secara umum penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi lima bab, yaitu :

Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

Wawancara Observasi


(36)

25

kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah kajian teori, meliputi tinjauan tentang pengembangan profesionalisme guru meliputi pengertian pengembangan profesionalisme guru, fungsi profesionalisme guru, syarat-syarat profe-sionalisme guru, cara pengembangan profeprofe-sionalisme guru, hambatan dalam mengembangkan keprofesionalan guru, dan upaya-upaya untuk meningkat-kan dan mengembangmeningkat-kan profesionalisme guru, serta supervisi akademik sebagai salah satu usaha mengembangkan profesionalisme guru. Dan tinjauan tentang program Tarti>l al-Qur’a>n meliputi pengertian program Tarti>l Al-Qur’a>n, dan model pembelajaran al-Qur’a>n. Dan tinjauan tentang

kemampuan peserta didik membaca al-Qur’a>n, yang meliputi pengertian kemampuan peserta didik membaca al-Qur’an, indikator kemampuan membaca al-Qur’an, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an.

Bab ketiga adalah adalah penyajian data yang meliputi gambaran umum sekolah, yaitu gambaran SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School, guru dan program Tartil al-Qur’an di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian data.

Bab keempat adalah analisis, yaitu meliputi Analisis Usaha Sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School


(37)

26

Sidoarjo, analisis kemampuan peserta didik program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah Surabaya dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo dan pengelompokan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, dan analisis faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesionalisme guru program Tarti>l al-Qur’a>n di SMP Khadijah dan SMP Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo


(38)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Pengembangan Profesionalisme Guru 1. Pengertian Pengembangan Profesionalisme Guru

Makna dari pengembangan adalah suatu tindakan, proses hasil atau pernyataan ke arah yang lebih baik. Yang dimaksud dengan "ke arah yang lebih baik" adalah adanya kemajuan, peningkatan, pembinaan,

pertumbuhan.1 Dan arti pengembangan menurut Kamus Bahasa

Indonesia adalah perihal berkembang, yakni menjadi besar, luas, banyak, menjadi bertambah sempurna (pribadi, pikiran, pengetahuan dan

sebagainya).2

Sedangkan Warren G. Bennis membatasi pengertian

pengem-bangan. Ia berkata : "Development is a response to change, a complex

education strategy intended to change the beliefs, attitude, values and structure so that they can be better adapt to new technology, market and

challenge and dizzying rate of change it self ".3

Artinya: pengembangan adalah usaha untuk mengubah, sebuah strategi pendidikan yang komplek dengan tujuan untuk mengubah kepercayaan, tingkah laku, nilai dan struktur agar mereka dapat beradaptasi lebih baik dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru.

1

Thoha Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 6-7.

2

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 131. 3

Warren G. Bennis dalam Sutarto (terjemahan), Dasar - Dasar Kepemimpinan Organisasi, (Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 2010), 416.


(39)

28

Dari batasan Bennis, inti dari pengembangan adalah respon terhadap realitas, pengembangan dilakukan untuk mengubah keyakinan sikap, nilai dan struktur, pengembangan itu ke arah yang lebih baik,

pengembangan itu adaptif dan fleksibel karena harus sesuai dengan

probabilitas zaman.

Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan mengharuskan adanya pembayaran untuk

melakukannya.4

Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism

yang secara leksikal berarti sifat profesional.5 Jadi, yang dimaksud

dengan profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang dipersyarat-kan (dituntut) untuk dapat melalakudipersyarat-kan suatu pekerjaan yang dilakudipersyarat-kan secara efisien dan efektif dengan tingkat kehalian yang tinggi dalam mencapai tujuan pekerjaan tersebut. Untuk mencapai keahlian itu seseorang harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu (pada jenjang pendidikan tinggi).

Jadi, profesionalisme guru dapat diartikan sebagai keahlian dalam membidangi bidangnya atas dasar pendidikan yang khusus.

Menurut Sudarwan yang dikutip oleh Mujtahid bahwa pengembangan profesional tenaga pendidik dimaksudkan untuk

4

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, cet. ke-1, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002), 15.

5


(40)

29

memenuhi tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk menyusun

kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk

membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian tenaga pendidik dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan men-dorong keinginan tenaga pendidik untuk menikmati dan mendorong keinginan pribadinya, seperti halnya dia membantu peserta

didiknya.6

Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi.7

Profesional adalah tampilnya kemampuan untuk membuat keputusan atas beragam kasus serta mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori wawasan keahliannya. sedangkan profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.8

Profesionalisme guru adalah guru yang menguasai, mampu mengembangkan dan bertanggungjawab terhadap diisiplin ilmu, memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak didik secara profesional, melindungi dan menghormati hak-hak anak didik, menjadi teladan

6

Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009), 27. 7

Koten, A.N, Pengembangan Profesionalisme Guru, (Malang: IKIP Malang, 1997), 16. 8

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 46.


(41)

30

dalam sikap dan pemikiran, berkemampuan menyusun kurikulum (satuan pelajaran) yang relevan, efektif dan efisien, memberikan informasi yang luas dan mutaahkir, menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi pengembangan peserta didik, memmbuat sistem penilaian yang shahih serta pemantauan dan evaluasi yang teratur, sebagai

kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan baik dengan transfer

knowledge and attitude maupun pengembangan scientific attitude anak

didik.9

Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting, yaitu; (1) memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi, (2) kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (ketrampilan dan keahlian khusus) yang dimiliki, (3) penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian yang dimiliki itu. Sebagai seorang guru yang professional, setidaknya tercermin sifat-sifat yang bernilai tinggi dilihat dari kaca mata Islam seperti:

a. Al-Usta>dz : kedalaman pengetahuan kurikulum, menetapkan standar pengetahuan, kepastian tujuan.

b. Al-Syaik} : pengetahuan luar biasa, antusias pengetahuan, kesiapan menjawab, bidang kolaboratif.

c. Al-Mudabbir : ketrampilan disiplin, efektifitas kerja, melakukan perubahan perilaku.

9

Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 57.


(42)

31

d. Al-Muna>d}omah : perhatian pada siswa, ada kerja sama, penyalur aspiratif.

e. Al-Had}onah : membangkitkan belajar, mempengaruhi siswa, me-ngetahui keadaan siswa.

f. Al-Ima>m : harapan dan kemampuan siswa, mendorong potensi. g. Al-Mudarris : Faham tujuan pembelajaran, lanjut pencapaian hasil,

menata kelas.

h. Al-Roi>s : hubungan kualitas siswa, saling menghormati, menunjukkan kepercayaan.

i. Al-Muba>diroh : menjalin komunikasi dengan stakeholders, mengga-lang informasi up to date, menyatukan ide-ide.

j. Al-Mu’allim : ketrampilan manajemen, memastikan perilaku siswa, menunjukkan rasa hormat antar siswa.

Pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendi-dikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.


(43)

32

Seorang guru harus memiliki kemampuan profesionalisme dalam

mengajar. Kriteria kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:10

a. menguasai bahan

b. menguasai program belajar

c. mengelola kelas

d. menggunakan media/sumber

e. menguasai landasan-landasan kependidikan

f. mengelola interaksi pembelajaran

g. menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran

h. menguasai fungsi dan program pelayanan dan bimbingan di sekolah

i. mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian

pendidikan guna keperluan pengajaran

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.

Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan tenaga kependidikan, dituntut terselenggaranya kegiatan yang jelas sebagai satu kesatuan

10

Ahmad Tafsir, ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 114.


(44)

33

fungsi yang integral. Artinya tujuan-tujuan itu pada dasarnya di implementasikan melalui penyelenggaraan dimensi kegiatan yang sejalan dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yang salah satunya adalah pembinaan.

Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan lainnya.

Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengem-bangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Berkenaan dengan hal tersebut, menurut Rusli Syarif mengemukakan bahwa pembinaan adalah suatu proses untuk membantu tenaga kerja untuk membentuk, meningkatkan dan mengubah pengetahuan, keterampilan sikap dan tingkah lakunya agar dapat mencapai standar tertentu sesuai dengan apa

yang dituntut oleh jabatannya.11

Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa pembinaan bermuara pada adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya yaitu untuk meningkatkan keterampilan, kecakapan, kemampuan dan sebagainya. Begitupun pembinaan yang dilakukan kepada tenaga kependidikan khususnya guru, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan yaitu pembinaan tenaga

11


(45)

34

kependidikan merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan

(sekolah).12 Sedangkan menurut Rohani mengungkapkan bahwa

pembinaan guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pengawas, ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, sehingga tujuan

pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.13

Pembinaan guru pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Gaffar, pembinaan guru merupakan suatu keharusan untuk mengatasi

permasalahan tugas di lapangan.14 Jadi, pembinaan guru menekankan

kepada pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap profesional.

Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam

12

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengantar Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI, 2001), 103.

13

Rohani, N.K. Pengaruh Pembinaan Kepala Sekolah dan Kompensasi Terhadap Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota Surabaya, (Jurnal Pendidikan Dasar 5, (1) 2004), 72.

14

T. Prihatin, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi Pembinaan Guru di Era Otonomi Daerah, (Jurnal Pendidikan. 14, (1), 2005), 40.


(46)

35

kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang

luar biasa.15

Jadi, pengembangan profesionalisme guru adalah suatu tindakan membina guru tampil lebih baik dalam menguasai, mampu mengembangkan dan bertanggungjawab terhadap diisiplin ilmu, memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak didik secara profesional, melindungi dan menghormati hak-hak anak didik, menjadi teladan dalam sikap dan pemikiran, berkemampuan menyusun kurikulum (satuan pelajaran) yang relevan, efektif dan efisien, memberikan informasi yang luas dan mutaahkir, menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi pengembangan peserta didik, memmbuat sistem penilaian yang shahih serta pemantauan dan evaluasi yang teratur.

2. Fungsi Profesionalisme Guru

Guru sebagai tenaga professional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional.16

Sedangkan menurut M. Chobib Taha dalam bukunya Kapita

Selekta Pendidikan Islam, mengatakan bahwa profesionalisme guru

15

PSDMPK-PMP, Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kemendikbud, 2012), 56.

16

Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, 150.


(47)

36

agama Islam itu dapat dilihat dari pengertian dan fungsi pendidik. Adapun fungsi guru adalah sebagai berikut:

a. Sebagai Murobbi

Guru sebagai murobbi harus memiliki sikap tanggung jawab, penuh kasih sayang terhadap peserta didik dalam memberikan

pembelajaran bagi mereka.17

Jadi, seorang guru harus bepacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai orang tua yang penuh kasih sayang terhadap peserta didiknya, teman dan tempat mengadukan perasaan bagi mereka, fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani mereka sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.

b. Sebagai Mu’allim

Guru sebagi mu’allim harus menguasai ilmu teoritik,

memiliki kreatifitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap hidup selalu menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah di dalam

kehidupan sehari-hari.18

Oleh karena itu menurut penulis, apabila seseorang akan menggeluti suatu bidang profesi, maka ia harus benar-benar menggelutinya. Dengan demikian seseorang seharusnya dapat mengembangkan profesi yang ditekuninya. Itulah yang dimaksud

17

M. Cholib Taha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Rosada Karya, Jakarta: 1996), 11-12. 18


(48)

37

dengan spesialisasi ilmu, karena profesi harus mengandung keahlian seperti itu.

c. Sebagai Muaddib

Sebagai seorang guru harus mampu mensinergikan antara ilmu dan amalnya sekaligus, karena hilangnya dimensi amal akan

menghapus citra dan esensi pendidikan Islam.19

Maka untuk menjadi profesional, guru harus menyatukan antara konsep personaliti dan integritas yang kemudian dipadukan dengan keahliannya dan kompetensinya. Sehingga guru yang profesional diharuskan memahami betul tugas fungsi-fungsi guru di atas. Dan selanjutnya dengan peningkatan pemahaman tersebut akan meningkatan pula kinerja guru dalam melaksanakan profesionalismenya.

3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru

Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasikan beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional, yaitu:

a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,

b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat

c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah,

d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran.20

Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai berikut:

19

Ibid. 20

Mulyasa, Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007), 18.


(49)

38

a. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa

komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.

b. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan

serta cara mengajarkannya kepada para siswa.

c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai

teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan

belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.

e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

lingkungan profesinya.21

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005,disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan,ketaqwaan, dan aklak mulia.

21

Siti Asdiqoh, Etika Profesi Keguruan, cet. ke-1, (Yogyakarta, Trust Media Publishing, 2013), 8.


(50)

39

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakan pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sessuai dengan prestasi

kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-halyang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam:

a. Sehat jasmani dan ruhani,

b. Bertakwa,

c. Berilmu pengetahuan yang luas,

d. Berlaku adil,

e. Berwibawa,

f. Ikhlas

g. Mempunyai tujuan yang Rabbani,


(51)

40

i. Menguasai bidang yang ditekuni.22

Jadi, menurut hemat peneliti apabila seorang guru mampu memiliki syarat-syarat dan kriteria tersebut, maka ia dapat dikatakan sebagai guru yang professional sesuai bidangnya. Dan hal tersebut bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan secara instan. Akan tetapi membutuhkan latihan dan usaha yang keras mewujudkannya menjadi nyata dalam diri guru dalam berproses mengembangkan diri menjadi guru yang professional.

4. Cara Pengembangan Profesionalisme Guru

Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk

penguatan kompetensi guru berdasarkan standar kompetensi guru (pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional). Cara pengembangan profesi dapat dilakukan melalui forum MGMP, seminar, pelatihan, dan studi lanjut.

Dan seorang guru harus memiliki 10 kompetensi sebagai berikut:

a. memiliki kepribadian sebagai guru

b. menguasai landasan pendidikan

c. menguasai bahan pelajaran

d. menyusun program pengajaran

e. melaksanakan proses pembelajaran

f. melaksanakan penilaian pendidikan

22

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, cet. ke-1, (Jogjakarta, Ar-Ruz Media, 2008), 130-154.


(52)

41

g. melaksanakan bimbingan

h. melaksanakan administrasi sekolah

i. menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan

masyarakat

j. melaksanakan penelitian sederhana

Jadi, jika dihubungkan dengan pembelajaran Al-Qur’an, cara

pengembangan gurunya menurut penulis adalah dapat melalui forum

musyawarah guru Al-Qur’an, pelatihan/diklat metode pembelajaran Al

-Qur’an, pembinaan membaca Al-Qur’an, dan studi lanjut bidang

pembelajaran Al-Qur’an.

Dan ada beberapa macam kegiatan guru yang termasuk

kegiatan pengembangan profesi guru adalah sebagi berikut:23

a. mengadakan penelitian di bidang pendidikan

b. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan

c. membuat alat pelajaran/peraga atau bimbingan

d. menciptakan karya tulis mengikuti kegiatan pengembangan

kurikulum

Menurut peneliti, keempat kompetensi guru yang telah disebutkan di atas perlu dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan agar profesionalisme guru terus meningkat. Bila dalam pelaksanaan pengembangan profesi tersebut menghadapi kendala,

23


(53)

42

diperlukan adanya pendampingan (advokasi) agar para guru mendapatkan kemudahan untuk mengembangkan profesinya.

5. Hambatan dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru

Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indone-sia merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembela-jaran. Rendahnya mutu profesionalitas guru-guru di Indonesia menurut disebabkan antara lain:

a. Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan

bidang tugas. Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

b. Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.

Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

c. Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

Sementara ini guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama. Memang benar sekarang terdapat program sertifikasi. Namun, program tersebut tidak memberikan peluang kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru yang ditunjuk kepala sekolah yang notabene akan berpotensi subjektif.


(54)

43

d. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara

berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan tidak adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, dan pelatihan berkala.

e. Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI

maupun di SLTP/MTs dan SMU/SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya.

f. Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetensi

rendah dan memprihatinkan.

g. Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan

termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan

profesionalitas diri atau memutakhirkan pengetahuan mereka secara terus-menerus dan berkelanjutan, meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin menaikkan pangkat mereka dan sangat rajin pula mengikuti program-program pendidikan kilat atau jalan pintas yang dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan.

h. Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu,

terdorong, dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru.


(55)

44

i. Persoalan rambu-rambu atau acuan pelaksanaan, arah kebijakan

pendidikan, paradigma sistem pendidikan, termasuk sistem dan kurikulum yang selalu mengalami perubahan.

j. Semakin cepatnya perkembangan tehnologi sehingga menuntut

guru lebih proaktif terhadap perkembangan tersebut.

k. Kesempatan guru yang sangat terbatas dalam mengembangkan

kemampuannya.

l. Sistem yang selama ini digunakan oleh guru masih monoton

sehingga berpengaruh terhadap pola pikir peserta didik.24

6. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan dan Mengembangkan Profesionalisme Guru

Untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu profesi guru

dapat dilakukan dengan cara: 25

a. Sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan:

1) Menekuni dan mempelajari sacara kontinu

pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan teknik atau cara atau proses belajar mengajar secara umum. Misalnya, pengetahuan tentang proses pembelajaran atau ilmu-ilmu lainnya yang dapat meningkatkan tugas keprofesiannya.

2) Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan.

3) Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas

keprofesiannya.

24

http://ady-ajuz.blogspot.com/2009/03/23-kendala-dalam-meningkatkan.html diakses pada tanggal 15 Februari 2017.

25


(56)

45

4) Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan

kebutuhan pengajaran.

b. Secara bersama-sama dapat dilakukan, misalnya dengan:

1) Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya.

2) Mengikuti program pembinaan kekohesifan secara khusus,

misalnya program akta, sertifikasi, dan lain sebagainya.

7. Supervisi Akademik sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru

a. Konsep Supervisi Akademik

1) Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.26

Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang

sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas-aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa

26

C.D. Glickman, Gordon S.P, and Ross-Gordon, J.M. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach (Seventh Edition. Boston: Perason, 2007), 6-7


(57)

46

kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap perta-nyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi aka-demik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya

berupa pembuatan program supervisi akademik dan

melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.27

2) Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik

Tujuan supervisi akademik di antaranya adalah mem-bantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kuriku-lum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan

membimbing penelitian tindakan kelas (PTK).28 Gambar tiga

tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program

sekolah.29 Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber

informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.

27

T.J. Sergiovanni, Supervision of Teaching (Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development, 1982), 9.

28

Ibid., 15. 29

C.D. Glickman, Gordon S.P, and Ross-Gordon, J.M. Supervision and Instructional,...


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Usman, Nur. Pendidikan Al-Qur’an Metode Qiroati Dinamika Dan

Perkembangannnya, (Malang: Tim Pembina Pendidikan Al-Qur’an Metode

Qiroati Koordinator Cabang Malang II)

Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. Membangun Profesionalisme Guru dan

Pengawas Sekolah, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2008)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bina Angkasa, 2006)

Asdiqoh, Siti, Etika Profesi Keguruan, cet. ke-1, (Yogyakarta, Trust Media Publishing, 2013)

Azmi Jasmi, Kamarul dan P. Madya Mohd Aderi Che No, Sejarah Kaedah serta

Model Pengajaran dan Pembelajaran al-Qur’an, (Kuala Lumpur: tp., 2013),

B Miles, Matthew, dan Michael A. Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Terjemah: Tjejep Rohendi Rohidi), (Jakarta: UI Press, 1992)

Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Bin Abdurrahman Ar Rumi, Fahd. Terjemahan Amirul Hasan dan Muhammad Halagi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1996)

Budiyanto, HM. Prinsip-prinsip Metodologi Buku IQRO’, (Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995)

C.D. Glickman and Ross-Gordon, Supervision and Instructional Leadership A

Development Approach, (Boston: Perason, 2007)

Chadziq Charisma, Moh. Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991)

Danim, Sudarman, Inovasi Pendidikan, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2002)

Deni Koswara, D., Seluk-Beluk Profesi Guru, (Bandung: PT. Pribumi Mekar, 2008)


(2)

Depag RI., Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Pada

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tahun 1994, (Jakarta: Dirjend Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam, 1993/1994)

Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988)

Farid, Maksum dkk., Cepat Tanggap Belajar Al-Qur'an An-Nahdhiyah, (Tulung Agung: LP Ma'arif, 1992)

G. Bennis, Warren. dalam Sutarto (terjemahan), Dasar - Dasar Kepemimpinan

Organisasi, (Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 2010)

H.R.Taufiqurrahman, MA. Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM.

Bashori Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005)

Hasan, Abdurrohmim, Muhammad Arif dan Abdur Rouf, Strategi Pembelajaran

al-Qur’an Metode Tilawati, (Surabaya: Pesantren al-Qur’an Nurul Falah Surabaya, 2010)

Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Humam, As’ad . Iqro’; Cara Cepat Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta: Team

Tadarus AMM, 2000),

Kemdiknas, Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP, (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2010)

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah; New Cordova, (Bandung: Syamil Quran, 2012)

Koten, A.N, Pengembangan Profesionalisme Guru, (Malang: IKIP Malang, 1997) Kuniadin, Didin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012)

Luay Jiemly, M. Pengembangan Profesionalitas Pendidik di MTs Nurul Khoir Rungkut Surabaya, (Surabaya: UINSA, 2016)

M. Echols, John & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990)


(3)

Miftah, Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993)

Moh Nor Wan Daud, Wan, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.

Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmi Zarkasyi, dkk, (Bnadung: Mizan, 2003)

Muhaimin, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka

Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993)

Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru, (Malang:UIN-Malang Press,2009) Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002)

Mulyasa, Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007)

Munir, Ahmad. dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : PT Rineka Cipta,1994)

Nurdin, Muhamad. Kiat Menjadi Guru Profesional, cet. ke-1, (Jogjakarta, Ar-Ruz Media, 2008)

Nurdin, Syafrudin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, cet. ke-1, (Jakarta, Ciputat Pers, 2002),

Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UINSA

Poerwadarminto, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987)

Prihatin, T. Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi Pembinaan

Guru di Era Otonomi Daerah, (Jurnal Pendidikan. 14, (1), 2005)

PSDMPK-PMP, Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kemendikbud, 2012)

Raka Joni, T. Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus Pen-didikan

Berdasar Kompetensi, (Jakarta: Depdikbud, P3G, 1980)

Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala, Manjemen Sumber Daya Manusia untuk


(4)

Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Penerbit SIC, 2001)

Rohani, N.K. Pengaruh Pembinaan Kepala Sekolah dan Kompensasi Terhadap

Kinerja Guru SLTP Negeri di Kota Surabaya, (Jurnal Pendidikan Dasar 5, (1)

2004), 72.

Salim Zarkasyi, Dahlan. Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhotul Mujawwidin), Jilid I

Sehertian Piet, A. Profil Pendidikan Profesional, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1994) Shofiyatus Sholihah, Yus, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru, Studi di SMAN 1 Srengat Blitar, (Malang: Tesis PPs

UIN Malang Jur. MPI, 2010)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet. Ke-3

Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Gramedia, Widiasarana Indonesia, 1993)

Sudjana, Nana, Penilaian hasil proses belajar mengajar, (Bandung: PT Remaja, 2010),

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)

Supriadi, Dedi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Bandung : Pustaka Ilmu, 2002)

Surahmad, Winarto, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1976)

Surahman, Winarno, Pengantar Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1982)

Suryono, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999)

Sutarto (terjemahan), Dasar - Dasar Kepemimpinan Organisasi, (Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 2010)


(5)

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. Ke-12

Syarif, R. Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa, 1991) Syarif, Rusli. Manajemen Latihan dan Pembinaan, (Bandung: Angkasa, 1991)

Tafsir, Ahmad. ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

Taha, M. Cholib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Rosada Karya, Jakarta: 1996) Taufik, M., Manajemen Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik di SMKN 2

Samarinda, (Malang, Tesis PPs UIN Malang Jur. MPI, 2010).

Thohari, Hamim, dkk., Wahyu Pertama yang Mengubah Peradaban (Telaah atas

Pola Pembinaan Nabi SAW di Awal Penyebaran Islam, (Jakarta: Departemen

Dakwah DPP Hidayatullah, 2002)

Tim Bil Qolam, Bil Qolam;Metode Praktis Belajar al-Qur’an, (Malang:PIQ, 2016) Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengantar Pengelolaan Pendidikan,

(Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI, 2001)

Tim Penulis, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembina Kelembagaan Agama Islam)

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,cet.I (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003)

Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999)

Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)

Warson Munawwir, Ahmad, Kamus al-Munawwir; Arab-Indo, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997)

Hasil dokumentasi proposal kegiatan pembinaan guru Al-Qur’an SMP Khadijah 2016-2017.


(6)

Hasil dokumentasi proposal kegiatan Supervisi Bil Qolam SMP Khadijah 2016-2017 Hasil Observasi kegiatan MMQ di SMP Khadijah

Hasil wawancara dengan Koordinator/Kepala TQ yaitu Ibrahim Al-Hakim pada tanggal 05 April 2017 pukul 10.00 WIB di kantor guru.

Hasil Wawancara dengan Syaifuddin Noer, selaku koordinator Tartil Al-Qur’an di SMP ICMBS.

Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum yaitu Syaifuddin Noer pada tanggal 11 April 2017 pukul 10.00 WIB di Ruang BK dan Waka Kesiswaan .

Hasil Wawancara dengan Waka Kurikulum, Minhatul Aliyah pada tanggal 04 April 2017 pukul 08.10 WIB di kantor Wakasek.

http://ady-ajuz.blogspot.com/2009/03/23-kendala-dalam-meningkatkan.html diakses pada tanggal 15 Februari 2017.