Pandangan habib Idrus bin Muhammad Alaydrus terhadap memajang pengantin saat walimatul 'urs dalam perspektif hukum Islam.
PANDANGAN HABIB IDRUS BIN MUHAMMAD
ALAYDRUS TERHADAP MEMAJANG PENGANTIN SAAT
WALIMATUL ‘URS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh
Nur Laili
NIM. C01212086
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016
PER}.IYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama
Nrn Laili
NIM
c0r212086
Fakultas/Jurusan
Syariah dan Hukum/ Ahwal Al-Syaltsiyyah
Judul Skripsi
Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap Memajang Pengantin Saat Walimatul
'Urs Dalam Perspektif Hukum Islam.
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa s*ripsi ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagran yang
dirujuk sumbernya.
Surabaya, 03 Agustus 2016
Saya menyatakan
Nur Laili
c01212086
11
PERSETUJUAN PE,MBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Nur Laili NIM.C01212086 yang berjudul "Pandangan
Habib Idrus Bin Muhammad Alaydrus Terhadap Memajang Memajang Pengantin
Saat Walimatul 'Urs Dalam Perspektif Hukum Islam"
ini telah diperiksa dan
disetuj ui unt uk dimunaqas ahkan.
Surabaya, 03 Agustus 2016
Dosen Pembimbing.
(Dr. H. Darmawan. S.HI..M.HI.)
NIP : 19800410200501 1004
iii
L
PENGESA}IAN
Slaipsi yang ditulis oleh Nur Laili NIM. CAI2I2086 ini telah dipertahankan di
depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Ampel pada hari Senin, 15 Agustus 2A16, dan dapat diterima sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu
Syari'ah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Penguji
II
Dr. H. Darmawan. S.HI.. M.HI.
NIP. I 9540525 198503 1001
\-rP. 1 9800410200501 1004
Penguji
ll
III
Penguji IV
)
<
W
Muhammad Hatta. S.As. MHI
Sukamto. SH..MS
\T. 196003121999031001
NIP. I 97 i 10262007
0
| t0 12
Surabaya, 15 Agustus 2016
Mengesahkan,
Fakultas Syariah dan Hukum
NrP. r 96803091996031002
IV
r
Abstrak
Hamam, NIM. D01396013
PERANAN GURU AGAMA DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS BELAJAR
SISWA DI MTs. TARBIYATUL AKHLAQ DI DESA WEDORO ANOM KEC. DRIYOREJO KAB.
GRESIK
Masalah yang menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini adalah: bagaimana upaya guru
agama dalam mengembangkan kreatitivitas belajar siswa di MTs Tarbiyatul Akhlaq
Wedoroanom Kec. Driorejo Kab. Gresik, bagaimana keadaan belajar siswa di MTs tersebut
dan bagaimana peranan guru agama dalam mengembangkan kreativitas belajar siswanya.
Adapun metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dengan populasi yang terdiri
dari siswa MTs. Tarbiyatul Akhlaq yang berjumlah 130 siswa, sampelnya diambil 30% dari
jumlah populasi sehingga jumlahnya sebanyak 40 siswa, teknik pengumpulan datanya dengan
menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan angket, sedang analisa datanya
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan data statistik yang menggunakan
korelasi product moment.
Penelitian ini memberikan suatu kesimpulan bahwa: (1) Upaya guru agarna di Madrasah
Tsanawiyah Tarbiyatul Akhlaq Wedoroanom Kec. Driyorejo Kab. Gresik ini dalam rangka
meningkatkan kreativitas belajar siswa masih terbatas pada mernberikan dorongnan, perhatian
serta motivasi. Guru agama masih jarang yang menggunakan berbagai macam tnetode atau
cara dalam mengajar. Namun dari adanya motivlisi ini menirnbulkan dampak yang positif dalam
kreativitas belajar, ini berarti pelaksanaan peranan guru agama adalah sedang atau cukup. (2)
Keadaan guru agama dalam mengembangkan belajar siswa adalah dengan mengnakan
metode diskusi, tanya jawab, dan rnetode belajar kelompok. Ternyata dengan adanya tiga
macam metode ini ada pengaruh terhadap nilai dan pengetahuan siswa, baik pengetahuan
pelajaran maupun pengetahuan luar. Hal ini rnenunjukkan bahwa kreativitas belalar siswa yang
di gunakan adalah cukup. (3) keadaan peranan guru agama dalam mengembangkan kreativitas
belajar adalah menunjukkan cukup. Hal ini diketahui dari hasil rumus korelasi yang
menunjukkan korelasi sedang atau cukup. Hal ini berdasarkan perhitungan product moment
yaitu sebesar 0,553 yang bila di konsultasikan dengan nilai interpretasi, nilai tersebut berarti di
antara 0,40 - 0,70 (korelasi sedang atau cukup).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
}IALAMAN JI]DUL
HALAMAN NOTA DINAS......
HALAMAN PENGESAHAN .."..... ....
}IALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
fi
t't
f
,r.
y.'
,t
I
BAB. II
l.
Pengertian Guru Agama
2. Syarat-sYarat Guru Agama
3. Tugas dan tanggung jawab Guru
Agama'
""""" ""
4. Strategi Guru Agama dalam mengajar
5. Macanr-macam fungsi Guru
Agama
""""""""""
"'
B. Masalah Kreatifltas Belajar Siswa
1. Pengertian
kreatifitas belajar
2. PentingnYa kreatifitas belajar
3. Meningkatkan kreatifitas belajar siswa
4'Kegiatanuntukmengembangkankreatifitasbelajarsiswa.
5.Faktor-faktoryangmempengaruhikreatifitasbelajarsiswa.
C.PerananGuruAgarnadalamupayamengembangkankreatifitas
belajar siswa.
BAB. III
Laporan hasil penelitihan
A. Sekilas tentang gambaran objek penelitihan
1. Sejarah berdirinya Mts. Tarbiyatul Akhlaq di Wedoro Anom
Kec. Driyorejo Kab- Gresik
2. Struktur Organisasi Mts. Tarbiyatul Akhlaq
3. Keadaan tenaga pendidik dan siswa
4. Fasilitas I saranapendidkanya ........""
5. Aktifitas Guru Agama dalam mengembangkan kreatifitas
Belajar siswa
B. Penyajian data dan analisa data'
i.
""""
Penyajian data
2. Analisa data
BAB.
IV
:
Kesimpulan, Saran dan penutup
A. KesirnPulan
""" "
"
'.."""
i
B. Saran-saran
C.
PenutuP
""""""""":'
DAFTAR PUSTAKA
LAMPiRAN-LAMPIRAN
j
_1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah sebuah ikatan suci, ikatan yang akan mengahalalkan
yang haram dan menyatukan dua insan keluarga. Perkawinan adalah pintu menuju
kebaikan yang bertebaran pada jalan-Nya, dan juga bagian dari keindahan yang
Allah beri di dunia. 1 Dalam pandangan Islam, perkawinan merupakan ibadah dan
ketaatan. Seorang mukmin dapat meraih pahala dan balasan, bila mengikhlaskan
niat, menuluskan kehendak, serta memaksudkan perkawinannya demi menjaga
dirinya dari hal-hal yang diharamkan, bukan sekedar dorongan hawa nafsu yang
menjadi tujuan dasar dalam perkawinan. 2
Ajaran Islam yang agung mengangkat kenikmatan biologis kepada derajat
keluhuran dan kesucian, yang mengubah kebiasaan menjadi ibadah dan yang
mengubah syahwat menjadi jalan untuk meraih ridho Allah SWT. Satu syarat,
yaitu niat yang benar untuk mengubah kebiasaan menjadi ibadah.3 Perkawinan
dimaksudkan untuk menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan mewujudkan
tujuan yang karenanya Allah telah menciptakan manusia, yakni melahirkan
keturunan yang sholeh, yang tampanya kehidupan takkan mungkin berlanjut. 4
1
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja! (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), 98.
M. Ali Ash-Shobuni, Perkawinan Islami (Solo: Mumtazah, 2008), 20.
3
Ibid, 21
4
A. Mudjab Muhalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008), 34.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Bagi dua orang yang saling mencintai, perkawinan mungkin suatu hal
paling indah yang terjadi pada mereka. Perkawinan juga bukan hanya soal
mempersatukan dua hati yang saling mencintai. Perkawinan juga merupakan
salah satu syari’at agama yang disunnahkan. Tujuan perkawinan sendiri dalam
Islam adalah:5
1. Menjaga Diri Dari Perbuatan Maksiat
2. Mengamalkan Ajaran Rasulullah saw
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami dan menerapkan Syariat
Islam
4. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
5. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Dari tujuan perkawinan itu sendiri maka akan membentuk rumah tangga
yang Islami yakni merupakan basis penting dalam perjalanan pembangunan
ummat.
Rumah tangga merupakan organisasi terkecil yang bisa menjadi
gambaran mikro kondisi sebuah masyarakat. Ia juga merupakan pijakan kedua
setelah pembinaan individu muslim, dan wadah praktis untuk pengamalanpengalaman syariat Islam secara berkelompok dan terorganisasi. Fungsi-fungsi
dalam rumah tangga yang teratur dan terstruktur rapi disertai semangat amanah
dan tanggung jawab masing-masing anggotanya akan menciptakan kondisi yang
Yazid, ‚Tujuan Pernikahan Dalam Islam‛, dalam
http://islamdiaries.tumblr.com/post/37326522822/tujuan-pernikahan-dalam-islam.html, diakses pada
6 desember 2012
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
tentram dan di ridhai Allah SWT.6 Jika suami sebagai qawwa>m (pemimpin) dan
istri sebagai ribatul bait (pengatur) rumah tangga menyadari amanat tersebut
akan dipertanggung jawabkan di akhirat, maka akan terwujudnya rumah tangga
yang samara (saki>nah}, mawaddah}, rah}mah}).
Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ar RÚm ayat 21 yaitu:
Artinya: ‚dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir‛. 7
Sudah
menjadi
hal
yang
biasa
di
kalangan
masyarakat
bahwa
memberlangsungkan pesta pernikahan adalah salah satu ajaran Islam. Bahkan
untuk di Indonesia, pesta pernikahan tidak hanya sekedar sebuah ajaran adiluhung
agama, tetapi sudah menjadi kearifan lokal transnasional yang sudah turuntemurun diwariskan secara massif dan sudah mengakar kuat. Realitas ini
menunjukkan bahwa budaya lokal telah ikut ambil bagian dalam mensukseskan
momentum ini.8
Berjuta suku, ras, dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia serta ditopang
oleh luas wilayah yang tebentang dari sabang sampai merauke, telah membuka
A. Mudjab Muhalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya (Mitra Pustaka: Yogyakarta, 2008), 23.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002),796.
8
Miftah Faridl, Rumahku Surgaku ( Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 68.
6
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kemajemukan model pesta pernikahan. Di satu sisi, ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi anak negeri. Di sisi yang lain, bentuk hajatan pernikahan ini juga
menyisakan banyak persoalan yang kompleks. Krisis moral telah menyulap pesta
yang agung ini kehilangan esensinya. Kode etik serta norma agama yang
seharusnya menjadi pedoman hidup di dalam segala segi\ kehidupan lenyap
dimakan zaman.9
Pesta perkawinan yang seharusnya sebagai ajang untuk mendulang barokah
kini ternodai lantaran perayaannya penuh dengan praktik kemaksiatan, dimana
pada saat pelaksanaan walimatul ‘urs pengantin perempuan dengan berhias secara
berlebihan di pajang di depan tamu laki-laki yang bukan muhrimnya, ada pula
laki-laki dan perempuan bercampur baur (ikhtila>t) satu sama lain, busana
mampelai wanita yang menampakkan warna kulit hingga terdapat bagian tubuh
yang tidak tertutupi, berphoto mesra para tamu undangan dengan pengantin, non
mahram bersalaman dengan kedua mempelai hingga ada yang saling cium pipi
kanan dan pipi kiri, bahkan ada pula yang sampai mabuk-mabukan di malam
pesta.
Namun tidak hanya itu saja zaman sekarang ini adanya kebiasaan yang
sudah menjadi adat di masyarakat yakni memajang pengantin terutama pengantin
perempuan di semua tamu undangan dengan tidak memakai jilbab dan
bertabarruj, yang mana semuanya itu bisa di nikmati oleh seluruh undangan tamu
9
M. Sayyid, Fiqih Cinta Kasih ( Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2008), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
laki-laki karena pada dasarnya perbuatan zina itu semuanya di mulai dari mata.
Dan tidak diragukan lagi bagi orang-orang yang masih mempunyai fitrah suci
terhadap agama, bahwa perbuatan seperti itu banyak mengandung kerusakan
besar, laki-laki asing mempunyai peluang besar untuk melihat perempuanperupuan mutabarrijat10 dan akibat buruk yang akan timbul darinya. Sedangkan
prosesi pernikahan merupakan awal kita mencari ridho Allah untuk membangun
keluarga baru dengan hal-hal yang diridhoi Allah dan jauh dari maksiat.
Dalam sebuah pesta perkawinan pengantin di dudukkan dengan
memamerkan kecantikan, perhiasan dan keindahan (tabarruj) didepan khalayak
umum pada saat walimatul ‘urs, Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 33
yang berbunyi:
Artinya: ‚Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya‛ 11
Suatu hal yang lazim di sekitar kita bahwa kaum muslimin masih
terkungkung kuat oleh adat dan tradisi nenek moyang saat menyelenggarakan
pesta perkawinan. Hukum adatlah yang menjadi pijakan dalam masalah
pernikahan. Sementara itu, syariat Islam yang amat mulia dan telah diridhai oleh
10
11
Mutabarrijat adalah wanita-wanita yang membuka aurat.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 830.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Allah justru dikesampingkan. Kalau adat dan tradisi tersebut sesuai dengan Islam,
tidak menjadi masalah. Namun, adat yang ada ternyata banyak yang bertentangan
dengan Islam, baik dari segi keyakinan maupun tata cara salah satunya yakni
memajang pengantin pada saat acara walimatul ‘urs yang merupakan kebiasaan
masyarakat yang tidak sesuai syariat Islam yakni menampakkan perhiasan dan
keindahan kepada laki-laki yang bukan mahram, sebagaimana yang dilakukan
oleh perempuan-perempuan pada masa jahiliyah sebelum Islam datang. Dalam
ayat yang lain, Allah berfirman dalam al-Qur’an surat An-Nur ayat 31 yaitu:
Artinya: ‚Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung‛. 12
Bahkan sudah menjadi kebiasan di masyakarat dalam sebuah pesta
perkawinan yakni pengantin saling berciuman di khalayak umum yang dapat
menimbulkan syahwat atau keinginan bagi yang melihatnya. Dari proses
pernikahan seperti itu sudah sangat menyalahi aturan dalam ajaran islam,
sedangkan sebuah perkawinan untuk mencapai sebuah keluarga islami adalah
rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab islami, baik yang
menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga dan proses
perkawinannya sesuai dengan syariat Islam.
Keluarga islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan
ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah.13
Sebuah langkah awal untuk membangun sebuah keluraga yang Islami atau
sesuai syariat yaitu dari proses pernikahan yang sesuai adab-adab perkawinan
dalam agama islam. Seperti proses perkawinan di kalangan habaib yang tidak
memajang pengantin di khalayak umum pada saat walimatul ‘urs, di takutkan
adanya kemungkaran di dalamnya, dan juga tidak mencampur baurkan tamu
wanita dan laki-laki dalam pesta perkawinannya, selain ditakutkan adanya
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Ag`ung, 2002), 676.
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, 1993), 23.
12
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
ikhtilat juga di takutkan kehilangan esensi dari proses perkawinan yang dapat
menghilangkan keberkahan terhadap proses perkawinan tersebut.
Berpijak dari pemikiran diatas, dan belum adanya pembahasan secara
komprehensif mengenai hukum dari memajang pengantin di khalayak umum,
maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dalam bentuk sebuah skripsi
dengan judul ‚Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap
Memajang Pengantin Saat Walimatul ‘Urs Dalam Perspektif Hukum Islam‛.
Maka untuk memperoleh kesimpulan yang pasti, penulis akan melakukan
penelitian guna mendapatkan fakta yang akan dijadikan bahan untuk menjawab
permasalahan tersebut.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Perkawinan menurut Hukum Islam.
2. Tujuan perkawinan dalam Islam.
3. Pesta perkawinan yang terjadi dimasyarakat yang telah menjadi sebuah adat.
4. Pesta perkawinan yang sesuai syariat islam.
5. Memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
6. Pesta perkawinan di kalangan habaib.
Dari beberapa masalah yang dapat diidentifikasi penulis diatas dan
banyaknya perkara yang ditemukan, maka agar tidak terjadi kerancuan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
pembahasan skripsi yang akan ditulis, maka penulis membatasi terhadap
permasalahan tentang:
1. Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus Terhadap memajang
pengantin saat walimatul ‘urs.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap Pandangan Habib Idrus bin Muhammad
Alaydrus memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus terhadap
memajang pengantin saat walimatul ‘urs?
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus tentang memajang pengantin saat walimatul ‘urs?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk menarik perbedaan mendasar antara
penelitian yang dilakukan, dengan kajian atau penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya sehingga diharapkan tidak adanya pengulangan materi penelitian
secara mutlak.
Penelitian terkait Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap memajang pengantin saat walimatul ‘urs belum pernah dilakukan
sebelumnya, Penulis hanya menemukan beberapa karya tulis lain yang sedikit
berhubungan dengan pembahasan dalam karya tulis ini, diantaranya:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
1. Miskino dalam makalahnya ‚Pendidikan Calon Pengantin Membentuk
Keluarga Yang Berkarakter Dan Berkualitas‛ Makalah ini membahas
seberapa pentingkah suatu pendidikan calon pengantin diperlukan bagi para
calon pengantin saat ini. Sedangkan untuk membentuk keluarga yang
berkualitas dan berkarakter ada banyak faktor lain yang mendukung dalam
suatu keluarga.14
2. Skripsi, Ruqaiyah yang berjudul ‚tinjauan yuridis terhadap kursus calon
pengantin di malaysia dan Indonesia‛. Skripsi ini membahas tentang
Permasalahan keluarga yang terjadi di masyarakat yang menyebabkan
pemerintah
khususnya
dari
Kementerian
Agama
berinisiatif
untuk
melaksanakan program suscantin untuk meningkatkan kualitas keluarga yang
baik dan diharapkan dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah
dan rahmah. 15
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Herlina Ekasaputri yang berjudul
‚Islamic
Parenting
Diwilayah
Minoritas
(Cara
Keluarga
Muslim
Menanamkan dan Mempertahankan Keyakinan Anggota Keluarga didaerah
Semarapura Tengah, Klungkung Bali)‛. Skripsi ini membahas tentang cara
sebuah keluarga orang muslim untuk Menanamkan dan Mempertahankan
14
Miskino, ‚Pendidikan Calon Pengantin Mmebentuk Keluarga Yang Berkarakter Dan Berkualitas‛
(Universitas Muhammadiyah Prof, Dr. Hamka, Bekasi, 2010).
15
Ruqaiyah ‚tinjauan yuridis terhadap kursus calon pengantin di malaysia dan indonesia‛.( Skripsi
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Keyakinan Anggota Keluarganya karena mereka berada di wilayah yang
minoritas orang muslim.16
4. Skripsi Adiana Rakhmi Halan yang berjudul ‚analisis hukum islam terhadap
upah fotografer pre wedding: hasil keputusan bahtsul masail ke xii forum
musyawarah pondok pesantren putri (fmp3) se jawa timur‛.17 Skripsi ini
membahas tentang hokum dari upah fotografer pre wedding dengan mengkaji
hasil keputusan bahtsul masail ke xii forum musyawarah pondok pesantren
putri (fmp3) se jawa timur.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Mengetahui terhadap Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
2. Mengetahui Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus Tentang memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, sekurang- kurangnya
dalam 2 (dua) hal di bawah ini:
1. Aspek teoritis
Nita Herlina Ekasaputri ‚islamic parenting diwilayah minoritas (cara keluarga muslim
menanamkan dan mempertahankan keyakinan anggota keluarga di daerah semarapura tengah,
klungkung–bali)‛\(Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).
17
Adiana Rakhmi Halan ‚analisis hukum islam terhadap upah fotografer pra wedding: hasil
keputusan bahtsul masail ke xii forum musyawarah pondok pesantren putri (fmp3) se jawa
timur‛(Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
a. Kegunaan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi peneliti
selanjutnya dan juga diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan
acuan penelitian berikutnya, kemudian untuk mengetahui proses
perkawinan yang sesuai syariat Islam.
b. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan pengetahuan tentang
Hukum memajang pengantin saat walimatul ‘urs
2. Aspek praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan hukum
bagi seluruh masyarakat terhadap Hukum memajang pengantin saat
walimatul ‘urs demi tercapainya perkawinan yang sesuai dengan syariat
Islam.
b. Memberikan pandangan tentang hukum memajang pengantin saat
walimatul ‘urs menurut pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus.
A. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah deretan pengertian yang dipaparkan secara
gamblang untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, yaitu:
1. Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus adalah\ seorang Habib yang menjadi
pemimpin dalam Majelis Rasulullah saw di Surabaya, Seorang yang telah
menyebarkan agama Islam melalui dakwahnya keberbagai tempat. AlHabib Idrus bin Muhammad Alaydrus merupakan salah satu murid dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
guru mulia Al-Hafidz Al-Musnid Al-Habib Umar bin Hafidz bin Syeikh
Abu Bakar bin Salim dan merupakan sahabat dari Al-Habib Munzir bin
Fuad Al-Musawa.
2. Memajang Pengantin: Menempatkan orang yang sedang melangsungkan
perkawinannya secara rapi untuk dipamerkan di depan semua orang.
3. Hukum Islam : Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berkenan dengan kehidupan berdasarkan Al-quran, Hadist dan pandangan
Ulama.18
Berdasarkan definisi operasional yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian dengan judul ‚Pandangan Al-Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap Memajang Pengantin Saat Walimatul ‘Urs Dalam Perspektif Hukum
Islam‛, terbatas pada pembahasan mengenai pandangan Al-Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus dan juga Pandangan menurut Hukum Islam itu sendiri
terhadap Memajang Pengantin saat Walimatul ‘Urs .
B. Metode Penelitian
Supaya dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggung jawabkan
dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, maka penulis membutuhkan data
tentang pelaksanaan pemajangan pengantin di khalayak umum yang terjadi di
masyarakat.
18
Sudarsono, Kamus Hukum ( Jakarta: Rineka Cipta,1992),169.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang berupa studi
tokoh. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dari
tokoh yang diambil sebagai obyek penelitian. Agar penulisan skripsi ini dapat
tersusun dengan benar, maka penulis memandang perlu untuk mengemukakan
metode penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1.
Data yang dihimpun
a. Data-data tentang Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus mengenai
Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Latar Sosial, dan juga Kiprah Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus.
b. Data-data tentang hasil penelitian yang akan dilakukan tentang masalah
memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
2.
Sumber Data
Berdasarkan data yang akan dihimpun di atas, maka yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer
Sumber data primer di sini adalah sumber data yang diperoleh
secara langsung dari subyek penelitian.19 Dalam penelitian ini sumber
data primer adalah Al-Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus terhadap
Pemajangan Pengantin saat walimatul ‘urs.
b. Sumber data sekunder
19
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 91.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
didapatkan oleh peneliti dari subjek penelitiannya,20 sumber data
sekunder berasal dari kepustakaan yang dilakukan dengan menelusuri
kepustakaan berdasarkan sumber-sumber bacaan seperti : buku-buku
yang berhubungan dengan Perkawinan,
Kaidah Usul Fiqih,
Perkawinan yang sesuai syariat Islam, dokumen-dokumen, jurnal
ilmiah yang pada dasarnya berhubungan dengan topik yang bisa
dijadikan sebagai landasan berfikir guna memperkuat faktor - faktor
di dalam penyusunan penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat menentukan baik
tidaknya sebuah penelitian. Maka kegiatan pengumpulan data harus dirancang
dengan baik dan sistematis, agar data yang dikumpulkan sesuai dengan
permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan salah satu sumber untuk memperoleh data
dari buku dan bahan bacaan mengenai penelitian yang pernah
dilakukan.21 Studi dokumen ini adalah salah satu cara pengumpulan data
20
21
Ibid, 56.
Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, (Jakarta: UI –Press,1986),201.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
yang digunakan dalam suatu penelitian sosial. Pengumpulan data
tersebut dilakukan guna memperoleh sumber data primer dan sekunder,
baik dari kitab-kitab, buku-buku, maupun dokumen lain yang berkaitan
dengan kebutuhan penelitian.
b. Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara wawancara, wawancara adalah
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasiinformasi atau keterangan-keterangan.22 Dalam hal ini peneliti dalam
mencari keterangan data menggunakan pedoman wawancara, sedangkan
responden yang diwawancarai adalah Al-Habib Idrus bin Muhammad
Alaydrus.
4. Teknik pengolaan data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapan tahapan
sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
denganmemilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
22
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cetakan Kesepuluh,(Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan. 23
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.
5.
Teknik analisis data
Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder
maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode ini dipergunakan untuk membahas permulaan pembahasan
dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang
pemajangan pengantin saat walimatul ‘urs.
C. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam judul ini mempunyai alur pikiran yang jelas dan
terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis menyusun sistematika dalam lima
bab dari Judul ini meliputi:
23
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, ( Hilal Pustaka: Surabaya, 2013), hal. 253.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Bab pertama, sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan landasan teori, pada skripsi ini penulis menjelaskan
teori- teori yang di gunakan dalam penelitian tersebut, yakni berupa seputar
tinjauan umum walimatul ‘urs yang membahas tentang pengertian walimatul ‘urs,
kedudukan walimatul ‘urs yang berisikan tentang dasar hukum walimah, hukum
menghadiri walimah, etika menghadiri walimah, hal-hal yang disunnahkan dalam
walimah, hikmah walimah ‘urs dan juga yang terakhir menerangkan tentang
praktek walimatul ‘urs menurut hukum Islam.
Bab ketiga, merupakan penelitian tentang pemajangan pengantin saat
walimatul ‘urs, yakni berupa Biografi Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus,
Latar Belakang Pendidikan, Latar Sosial dan yang terakhir tentang Kiprah Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus dalam berdakwah.
Bab keempat, berupa Analisis Hukum Islam terhadap pandangan Al-Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus tentang pemajangan pengantin saat walimatul
‘urs.
Bab kelima, merupakan bagian terakhir dari skripsi atau penutup yang
memuat kesimpulan dan Saran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM WALIMATUL ‘URS
A. Pengertian Walimatul ‘Urs
Agama
Islam
telah
mensyari’atkan
kepada
kita
semua
untuk
mengumumkan sebuah pernikahan. Hal itu bertujuan untuk membedakan dengan
pernikahan rahasia yang dilarang keberadaannya oleh Islam. Selain itu,
pengumuman tersebut juga bertujuan untuk menampakkan kebahagiaan terhadap
sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT kepada seorang mukmin, sebab dalam
pernikahan dorongan nafsu birahi menjadi halal hukumnya. Dan dalam ikatan itu
juga, akan tertepis semua prasangka negatif dari pihak lain. Tidak akan ada yang
curiga, seorang laki-laki berjalan berduaan dengan seorang wanita, itulah
sebabnya Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk menyiarkan akad
nikah
atau
mengadakan
suatu
walimah
untuk
mengumumkan
acara
perkawinannya di proses walimatul ‘urs pada khalayak umum.1
Dari Aisyah, bahwa Nabi saw bersabda:
َِأَعِنواَبِالنِ َاحَِواجعُو َفِيَامَساجِدِ واضربواَعَيه: َِقَاَلََرَسوَلَُاَه:عنَعاَئِ ةََقَاَلَت
ِبالدّف
Artinya: Dari aisyah telah berkata Rasulullah saw: ‚Umumkan
pernikahanmu, tempatkanlah di masjid, dan pukullah musik rebana.
(HR.Tirmizi).2
Tidak diragukan bahwa mengadakan siaran dimasjid-masjid adalah lebih
mendapatkan perhatian dan berpengaruh,oleh karena di masjid-masjid merupakan
1
2
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hadiah Untuk Pengantin (Jakarta: Mustaqim, 2001), 302.
Abu ‘Isa Muhammad bin Isa al-Tirmizi, al-jami’ al-Sahih, juz III, 407.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
tempat orang banyak berkumpul , lebih lebih pada zaman sahabat, masjidmasjid merupakan tempat pertemuan umum.
َإَِّهَاَبدَّلِ ْعر َِ ِنَولِي ة:َ َّلَ ّاَخطَبَعِيَّفَاطِ ةََقَالََرسولَُاهَِصَّىَالَّهَعَيهَِوس.
Artinya: ‛Tatkala Ali meminang Fatimah Radhiyallahu anhuma ia berkata,
‘Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya
merupakan keharusan bagi pengantin untuk menyelenggarakan walimah
)pesta perkawinan).(HR. Ahmad)3.
Dalam kehidupan sehari-hari kata walimah sering diartikan sebagai
pertemuan (perjamuan) formal, yang diadakan untuk menerima tamu, baik itu
dalam pernikahan maupun pertemuan lainnya. Maksudnya adalah makanan yang
disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bisa juga diartikan sebagai
makanan untuk tamu undangan atau lainnya.4
Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm menyebutkan bahwa walimah adalah
tiap-tiap jamuan merayakan pernikahan, kelahiran anak, khitanan, atau peristiwa
menggembirakan lainnya yang mengundang orang banyak untuk datang, maka
dinamakan walimat.5
Dalam pembahasan ini, akan diperjelas makna walimah kaitannya dengan
’urs (pernikahan) yang selama ini sudah dipahami banyak kalangan masyarakat,
dan bahkan sudah menjadi budaya tersendiri dari masing-masing daerah atau
wilayah.
Walimatul ‘urs terdiri dari dua kata, yaitu al-walimah dan al-‘urs. Al
walimah secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata ﻭ ﻴﻤﺔ١ artinya
3
Ahmad bin Hambal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Juz V, 395.
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung : Cv Pustaka Setia, 1999),149.
5
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam 9 ( Jakarta:Gema Insani, 2011), 121.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Al-jam’u yaitu berkumpul, sebab antara suami istri berkumpul. Walimah juga
berasal dari kata Arab al-Walim artinya makanan pengantin. Maksudnya adalah
makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan, bisa juga
diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainnya.6 Dan pengertian
walimatul ’urs adalah walimah untuk pernikahan yang menghalalkan hubungan
suami istri dan pemindahan status kepemilikan.7
Walimatul sendiri diserap dalam bahasa Indonesia menjadi walimah, dalam
fiqh Islam mengandung makna yang umum dan makna yang khusus. Makna
umum dari walimah adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan orang
banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus disebut walimatul ‘urs
mengandung
pengertian
peresmian
pernikahan
yang
tujuannya
untuk
memberitahu khalayak ramai bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami
istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua belah pihak atas
berlangsungnya pernikahan tersebut.8Bahwa walimah terjadi pada setiap dakwah
(perayaan dengan mengundang seseorang) yang dilaksanakan dalam rangka untuk
memperoleh kebahagiaan yang baru. Yang paling mashur menurut pendapat yang
mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam sebuah pesta
pernikahan.9
Menurut Sayyid Sabiq, walimah diambil dari kata al-walmu dan
mempunyai makna makanan yang dikhususkan dalam sebuah pesta pernikahan.
6
` Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah VII, Terjemah Fiqih Sunnah (Bandung: Alma’arif, 1990), 149.
7
Muhammad bin Ismail, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, Jilid II (Jakarta: Darus Sunnah
Press, 2010), 724.
8
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), 1917.
9
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam 9 ( Jakarta:Gema Insani, 2011), 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Dalam kamus hukum, walimah adalah makanan pesta perkawinan atau tiap-tiap
makanan yang dibuat untuk para tamu undangan.10
Berbeda dengan ungkapannya Zakariya al-Anshari, bahwa walimah terjadi
atas setiap makanan yang dilaksanakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang
baru dari pesta pernikahan dan kepemilikan, atau selain dari keduanya. Tentang
kemashuran pelaksanaan walimah bagi pesta pernikahan sama dengan apa yang
telah diungkapkan oleh Syafi’i.
Jadi bisa diambil suatu pemahaman bahwa pengertian walimatul ’urs adalah
upacara perjamuan makan yang diadakan baik waktu aqad, sesudah aqad, atau
dukhul (sebelum dan sesudah jima’). Inti dari upacara tersebut adalah untuk
memberitahukan dan merayakan pernikahan yang dilakukan sebagai ungkapan
rasa syukur dan kebahagiaan keluarga.
Pada umumnya pelaksanna Walimah diadakan ketika acara akad nikah
berlangsung, atau sesudahnya, bisa jadi ketika hari perkawinan (mencampuri
istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga diadakan tergantung adat dan kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.11 Dan di dalam masyarakat kata
walimah dimutlakkan untuk acara pesta perkawinan saja, banyak macam-macam
dari bentuk walimah itu sendiri, diantaranya:12
1. Walimatul ‘Ursy adalah walimah dalam pesta perkawinan.
2. Walimatul Khitan adalah suatu walimah dalam acara khitan.
10
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz. VII, Terjemah Fiqih Sunnah( Bandung: PT Al-Ma’arif, Cet.
Ke-2, 1982),166.
11
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1 (Bandung : Pustaka Setia, 1999), 149.
12
Darmawan, Eksistensi Mahar dan Walimah ( Surabaya:Avisa, 2011),65-66.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
3. Aqiqah adalah walimah dalam acara penyembelihan kambing ketika
kelahiran anak.
4. Naqiah adalah walimah karena datangnya musafir.
5. Wakirah adalah walimah dalam acara memasuki rumah (bangunan) baru.
6. Wadimah adalah walimah dalam acara karena selamat dari musibah
7. Makdubah adalah walimah yang diadakan tapi tampa ada sebab.
8. Tasyakuran Haji adalah walimah yang diadakan sebelum berangkat haji
atau setelah datang dari haji.
B.
Kedudukan Walimah
1. Dasar Hukum Walimah
Walimatul ‘urs merupakan mata rantai dalam pembahasan nikah yang
juga mempunyai aspek-aspek hukum dalam pelaksanaannya. Sudah menjadi
kebiasaan fiqh (yang terkadang juga dipahami sebagai hukum Islam)
mengenal istilah ikhtilaf dalam penetapan hukum. Ikhtilaf sudah sering
terjadi di kalangan ulama fiqh dalam penetapan hukum suatu masalah yang
menurut mereka perlu disikapi. Sikap peduli para ulama dalam pemaknaan
dan
pemahaman
ayat-ayat
al-Qur’an
maupun
hadist-hadist
Rasul
dijadikannya sebagai dalil untuk menentukan hukum yang pantas bagi
pelaksanaan walimatul ‘urs.13
Pandangan mereka terhadap dalil-dalil
yang menerangkan tentang
walimah jelaslah berbeda, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai
dalam memahami sumber hukum Islam sebagai pemaknaan sosial. Hukum
13
M. Sayyid, Fiqih Cinta Kasih (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2008), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
yang dilegalisasikan oleh para ulama’ ada beberapa macam, diantaranya
hukum wajib dalam mengadakan suatu walimatul ‘urs bagi orang yang
melangsungkan pernikahan. Wajibnya melaksanakan walimatul ‘urs
berdasarkan sabda Nabi kepada Abdurrahman:14
ََ ا:َعنَاََ َِبنَِ اِل َاَ ََّالنّبِيَّ َرأَ َعَىَعبدَِالرّح نَِبنَِعوفَاَثَرَصفْر ََفقَال
َ َِاَول. َفَبار َاهََُل:ََقَال.َاَِّىَتزوّجتَا رَأ ًَعَىَو ََِوا َ ِنَ َ ب:ََا؟َفَقَال
َ. وَلَوَبِ ا
Artinya: Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw melihat ada bekas
kuning-kuning pada 'Abdur Rahman bin 'Auf. Maka beliau bertanya,
"Apa ini ?". Ia menjawab, "Ya Rasulullah, saya baru saja menikahi
wanita dengan mahar seberat biji dari emas". Maka beliau bersabda,
"Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun
(hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing". [HR. al-Tirmizi]15
Dan Nabi sendiri tidak pernah meninggalkan untuk menghadirinya,
meski diperjalanan atau dirumah.16Dalam hadist tersebut menjadikan lafadz
أﻭل ٌﻭلﻭٌبشاةsebagai dalil keharusan mengadakan sebuah walimatul ’urs. Yang
mana fi’il amar dalam hadist tersebut mengandung perintah wajib. Hal ini
dikemukakan oleh Abdul Aziz Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum Islam.17
Akan tetapi jumhur ulama’ berpendapat bahwa mengadakan acara
walimatul ’ursy hukumnya adalah sunah. Hal ini dikarenakan walimah
adalah pemberian makanan lantaran mendapat kegembiraan seperti
mengadakan pesta-pesta yang lain. Maka amar (anjuran) Nabi, dalam hadits
14
Abdul Fatah, Kifayatul Akhyar (Semarang: Rineka Cipta, 1990), 219.
Abu ‘Isa Muhammad bin Isa al-Tirmizi, al-jami’ al-Sahih, juz III, 402
16
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Terjemah Bulúgh Al-Maram (Bandung: Mizan
Pustaka, 2010), 427.
17
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),
1918.
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
adalah amar sunnah, karena diqiyaskan kepada amar menganjurkan korban
pada hari raya Haji dan pesta-pesta lainnya.18
ا اَولَ رسولُ اهِ صَى اهِ عَيهِ وسَ عَى شيئ ِن َِساِئهِ ا اَولَ عَى: ََقَالَ ا
ينبِ اَولَ بِ ا
Artinya:Dari Anas, ia berkata,"Rasulullah saw, tidak pernah
mengadakan pesta perkawinan dengan isterinya seperti ketika
pernikahanannya dengan zaenab, beliau berpesta dengan seekor
kambing.(HR. Bukhari).19
Dalam shahih Imam Bukhari dari Shafiyah binti Syaibat, ia berkata:
.َاَولَ َعَىَبعضََِِساِئهَِبِ دّينَِ ِنَشعِير:عنَصفِيّةََبِنتَِشيبةََاََّ اَقَالَت
Artinya: Dari Shafiyah binti Syaibah, bahwa ia berkata, "Nabi saw
mengadakan walimah atas (pernikahannya) dengan sebagian istrinya
dengan dua mud gandum. [HR. Bukhari]20.
Setiap ada pernikahan selalu disertai dengan resepsi pernikahan atau
walimah. Acara semacam ini sudah dianggap biasa dan telah membudaya
bagi setiap masyarakah manapun, hanya saja cara dan sistemnya yang
berbeda. Sedangkan maksud yang terkandung dari mengadakan walimahan
itu tiada lain hanya untuk menunjukan rasa syukur atas pernikahan yang
telah terjadi sebagai rasa bahagia untuk dinikmati bersama masyakarat
disekitar lingkungannnya.
Beberapa hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa walimah itu boleh
diadakan dengan makanan apa saja sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukkan
oleh Nabi saw, bahwa perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah
18
Darmawan, Eksistensi Mahar dan Walimah ( Surabaya:Avisa, 2011),62.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, 255.
20
Ibid.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
oleh beliau bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain,
tetapi semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.
2. Hukum Menghadiri Walimah
Menghadiri undangan walimah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
Muslim. Dan janganlah ia meninggalkannya, sebagaimana telah jelas dari
hadits Abu Hurairah Radhiallohu’anhu yang telah lalu. Diriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallohu’anhuma, Rosulullah Sholallohu’alaihi wa
Sallam bersabda:
ِإ َاَدعِيَأَحدكُ َإِلَىَولِي ةَِعر َفَ ْي ِب
Artinya: Jika salah seorang dari kalian diundang ke resepsi pernikahan,
maka hendaklah ia datang memenuhinya.‛ (HR. Muslim)21
Apabila menghadiri undangan walimah untuk menunjukan perhatian,
memeriahkan, dan menggembirakan orang yang mengundang, maka
hukumnya menghadiri walimah adalah wajib. Jadi apabila seseorang
menerima undangan untuk menghadiri walimah ia harus datang kecuali
kalau ada halangan-halangan tertentu yang betul-betul menyebabkan orang
itu tidak dapat mendatangi undangan walimah tersebut.
Adapun wajibnya mendatangi undangan walimah, apabila:22
a. Tidak ada udzur syar’i.
b. Dalam walimah itu tidak ada atau tidak digunakan untuk
perbuatan mungkar.
21
22
Abi al-Husain Muslim, Sahih Muslim, juz II, 1054.
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
c. Yang diundang baik dari kalangan orang kaya maupun miskin.
Pada saat seseorang mendapatkan undangan walimah, sedangkan
seseorang tersebut dalam keadaan puasa, maka sebaiknya tetap mendatangi
undangan dengan tujuan untuk mendoakan kedua pengantin.23Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:24
فَِ َْكَا ََ فْطِر�
ALAYDRUS TERHADAP MEMAJANG PENGANTIN SAAT
WALIMATUL ‘URS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh
Nur Laili
NIM. C01212086
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016
PER}.IYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama
Nrn Laili
NIM
c0r212086
Fakultas/Jurusan
Syariah dan Hukum/ Ahwal Al-Syaltsiyyah
Judul Skripsi
Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap Memajang Pengantin Saat Walimatul
'Urs Dalam Perspektif Hukum Islam.
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa s*ripsi ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagran yang
dirujuk sumbernya.
Surabaya, 03 Agustus 2016
Saya menyatakan
Nur Laili
c01212086
11
PERSETUJUAN PE,MBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Nur Laili NIM.C01212086 yang berjudul "Pandangan
Habib Idrus Bin Muhammad Alaydrus Terhadap Memajang Memajang Pengantin
Saat Walimatul 'Urs Dalam Perspektif Hukum Islam"
ini telah diperiksa dan
disetuj ui unt uk dimunaqas ahkan.
Surabaya, 03 Agustus 2016
Dosen Pembimbing.
(Dr. H. Darmawan. S.HI..M.HI.)
NIP : 19800410200501 1004
iii
L
PENGESA}IAN
Slaipsi yang ditulis oleh Nur Laili NIM. CAI2I2086 ini telah dipertahankan di
depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Ampel pada hari Senin, 15 Agustus 2A16, dan dapat diterima sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu
Syari'ah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Penguji
II
Dr. H. Darmawan. S.HI.. M.HI.
NIP. I 9540525 198503 1001
\-rP. 1 9800410200501 1004
Penguji
ll
III
Penguji IV
)
<
W
Muhammad Hatta. S.As. MHI
Sukamto. SH..MS
\T. 196003121999031001
NIP. I 97 i 10262007
0
| t0 12
Surabaya, 15 Agustus 2016
Mengesahkan,
Fakultas Syariah dan Hukum
NrP. r 96803091996031002
IV
r
Abstrak
Hamam, NIM. D01396013
PERANAN GURU AGAMA DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS BELAJAR
SISWA DI MTs. TARBIYATUL AKHLAQ DI DESA WEDORO ANOM KEC. DRIYOREJO KAB.
GRESIK
Masalah yang menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini adalah: bagaimana upaya guru
agama dalam mengembangkan kreatitivitas belajar siswa di MTs Tarbiyatul Akhlaq
Wedoroanom Kec. Driorejo Kab. Gresik, bagaimana keadaan belajar siswa di MTs tersebut
dan bagaimana peranan guru agama dalam mengembangkan kreativitas belajar siswanya.
Adapun metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dengan populasi yang terdiri
dari siswa MTs. Tarbiyatul Akhlaq yang berjumlah 130 siswa, sampelnya diambil 30% dari
jumlah populasi sehingga jumlahnya sebanyak 40 siswa, teknik pengumpulan datanya dengan
menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan angket, sedang analisa datanya
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan data statistik yang menggunakan
korelasi product moment.
Penelitian ini memberikan suatu kesimpulan bahwa: (1) Upaya guru agarna di Madrasah
Tsanawiyah Tarbiyatul Akhlaq Wedoroanom Kec. Driyorejo Kab. Gresik ini dalam rangka
meningkatkan kreativitas belajar siswa masih terbatas pada mernberikan dorongnan, perhatian
serta motivasi. Guru agama masih jarang yang menggunakan berbagai macam tnetode atau
cara dalam mengajar. Namun dari adanya motivlisi ini menirnbulkan dampak yang positif dalam
kreativitas belajar, ini berarti pelaksanaan peranan guru agama adalah sedang atau cukup. (2)
Keadaan guru agama dalam mengembangkan belajar siswa adalah dengan mengnakan
metode diskusi, tanya jawab, dan rnetode belajar kelompok. Ternyata dengan adanya tiga
macam metode ini ada pengaruh terhadap nilai dan pengetahuan siswa, baik pengetahuan
pelajaran maupun pengetahuan luar. Hal ini rnenunjukkan bahwa kreativitas belalar siswa yang
di gunakan adalah cukup. (3) keadaan peranan guru agama dalam mengembangkan kreativitas
belajar adalah menunjukkan cukup. Hal ini diketahui dari hasil rumus korelasi yang
menunjukkan korelasi sedang atau cukup. Hal ini berdasarkan perhitungan product moment
yaitu sebesar 0,553 yang bila di konsultasikan dengan nilai interpretasi, nilai tersebut berarti di
antara 0,40 - 0,70 (korelasi sedang atau cukup).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
}IALAMAN JI]DUL
HALAMAN NOTA DINAS......
HALAMAN PENGESAHAN .."..... ....
}IALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
fi
t't
f
,r.
y.'
,t
I
BAB. II
l.
Pengertian Guru Agama
2. Syarat-sYarat Guru Agama
3. Tugas dan tanggung jawab Guru
Agama'
""""" ""
4. Strategi Guru Agama dalam mengajar
5. Macanr-macam fungsi Guru
Agama
""""""""""
"'
B. Masalah Kreatifltas Belajar Siswa
1. Pengertian
kreatifitas belajar
2. PentingnYa kreatifitas belajar
3. Meningkatkan kreatifitas belajar siswa
4'Kegiatanuntukmengembangkankreatifitasbelajarsiswa.
5.Faktor-faktoryangmempengaruhikreatifitasbelajarsiswa.
C.PerananGuruAgarnadalamupayamengembangkankreatifitas
belajar siswa.
BAB. III
Laporan hasil penelitihan
A. Sekilas tentang gambaran objek penelitihan
1. Sejarah berdirinya Mts. Tarbiyatul Akhlaq di Wedoro Anom
Kec. Driyorejo Kab- Gresik
2. Struktur Organisasi Mts. Tarbiyatul Akhlaq
3. Keadaan tenaga pendidik dan siswa
4. Fasilitas I saranapendidkanya ........""
5. Aktifitas Guru Agama dalam mengembangkan kreatifitas
Belajar siswa
B. Penyajian data dan analisa data'
i.
""""
Penyajian data
2. Analisa data
BAB.
IV
:
Kesimpulan, Saran dan penutup
A. KesirnPulan
""" "
"
'.."""
i
B. Saran-saran
C.
PenutuP
""""""""":'
DAFTAR PUSTAKA
LAMPiRAN-LAMPIRAN
j
_1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah sebuah ikatan suci, ikatan yang akan mengahalalkan
yang haram dan menyatukan dua insan keluarga. Perkawinan adalah pintu menuju
kebaikan yang bertebaran pada jalan-Nya, dan juga bagian dari keindahan yang
Allah beri di dunia. 1 Dalam pandangan Islam, perkawinan merupakan ibadah dan
ketaatan. Seorang mukmin dapat meraih pahala dan balasan, bila mengikhlaskan
niat, menuluskan kehendak, serta memaksudkan perkawinannya demi menjaga
dirinya dari hal-hal yang diharamkan, bukan sekedar dorongan hawa nafsu yang
menjadi tujuan dasar dalam perkawinan. 2
Ajaran Islam yang agung mengangkat kenikmatan biologis kepada derajat
keluhuran dan kesucian, yang mengubah kebiasaan menjadi ibadah dan yang
mengubah syahwat menjadi jalan untuk meraih ridho Allah SWT. Satu syarat,
yaitu niat yang benar untuk mengubah kebiasaan menjadi ibadah.3 Perkawinan
dimaksudkan untuk menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan mewujudkan
tujuan yang karenanya Allah telah menciptakan manusia, yakni melahirkan
keturunan yang sholeh, yang tampanya kehidupan takkan mungkin berlanjut. 4
1
Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja! (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), 98.
M. Ali Ash-Shobuni, Perkawinan Islami (Solo: Mumtazah, 2008), 20.
3
Ibid, 21
4
A. Mudjab Muhalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008), 34.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Bagi dua orang yang saling mencintai, perkawinan mungkin suatu hal
paling indah yang terjadi pada mereka. Perkawinan juga bukan hanya soal
mempersatukan dua hati yang saling mencintai. Perkawinan juga merupakan
salah satu syari’at agama yang disunnahkan. Tujuan perkawinan sendiri dalam
Islam adalah:5
1. Menjaga Diri Dari Perbuatan Maksiat
2. Mengamalkan Ajaran Rasulullah saw
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami dan menerapkan Syariat
Islam
4. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
5. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Dari tujuan perkawinan itu sendiri maka akan membentuk rumah tangga
yang Islami yakni merupakan basis penting dalam perjalanan pembangunan
ummat.
Rumah tangga merupakan organisasi terkecil yang bisa menjadi
gambaran mikro kondisi sebuah masyarakat. Ia juga merupakan pijakan kedua
setelah pembinaan individu muslim, dan wadah praktis untuk pengamalanpengalaman syariat Islam secara berkelompok dan terorganisasi. Fungsi-fungsi
dalam rumah tangga yang teratur dan terstruktur rapi disertai semangat amanah
dan tanggung jawab masing-masing anggotanya akan menciptakan kondisi yang
Yazid, ‚Tujuan Pernikahan Dalam Islam‛, dalam
http://islamdiaries.tumblr.com/post/37326522822/tujuan-pernikahan-dalam-islam.html, diakses pada
6 desember 2012
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
tentram dan di ridhai Allah SWT.6 Jika suami sebagai qawwa>m (pemimpin) dan
istri sebagai ribatul bait (pengatur) rumah tangga menyadari amanat tersebut
akan dipertanggung jawabkan di akhirat, maka akan terwujudnya rumah tangga
yang samara (saki>nah}, mawaddah}, rah}mah}).
Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ar RÚm ayat 21 yaitu:
Artinya: ‚dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir‛. 7
Sudah
menjadi
hal
yang
biasa
di
kalangan
masyarakat
bahwa
memberlangsungkan pesta pernikahan adalah salah satu ajaran Islam. Bahkan
untuk di Indonesia, pesta pernikahan tidak hanya sekedar sebuah ajaran adiluhung
agama, tetapi sudah menjadi kearifan lokal transnasional yang sudah turuntemurun diwariskan secara massif dan sudah mengakar kuat. Realitas ini
menunjukkan bahwa budaya lokal telah ikut ambil bagian dalam mensukseskan
momentum ini.8
Berjuta suku, ras, dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia serta ditopang
oleh luas wilayah yang tebentang dari sabang sampai merauke, telah membuka
A. Mudjab Muhalli, Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya (Mitra Pustaka: Yogyakarta, 2008), 23.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002),796.
8
Miftah Faridl, Rumahku Surgaku ( Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 68.
6
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kemajemukan model pesta pernikahan. Di satu sisi, ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi anak negeri. Di sisi yang lain, bentuk hajatan pernikahan ini juga
menyisakan banyak persoalan yang kompleks. Krisis moral telah menyulap pesta
yang agung ini kehilangan esensinya. Kode etik serta norma agama yang
seharusnya menjadi pedoman hidup di dalam segala segi\ kehidupan lenyap
dimakan zaman.9
Pesta perkawinan yang seharusnya sebagai ajang untuk mendulang barokah
kini ternodai lantaran perayaannya penuh dengan praktik kemaksiatan, dimana
pada saat pelaksanaan walimatul ‘urs pengantin perempuan dengan berhias secara
berlebihan di pajang di depan tamu laki-laki yang bukan muhrimnya, ada pula
laki-laki dan perempuan bercampur baur (ikhtila>t) satu sama lain, busana
mampelai wanita yang menampakkan warna kulit hingga terdapat bagian tubuh
yang tidak tertutupi, berphoto mesra para tamu undangan dengan pengantin, non
mahram bersalaman dengan kedua mempelai hingga ada yang saling cium pipi
kanan dan pipi kiri, bahkan ada pula yang sampai mabuk-mabukan di malam
pesta.
Namun tidak hanya itu saja zaman sekarang ini adanya kebiasaan yang
sudah menjadi adat di masyarakat yakni memajang pengantin terutama pengantin
perempuan di semua tamu undangan dengan tidak memakai jilbab dan
bertabarruj, yang mana semuanya itu bisa di nikmati oleh seluruh undangan tamu
9
M. Sayyid, Fiqih Cinta Kasih ( Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2008), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
laki-laki karena pada dasarnya perbuatan zina itu semuanya di mulai dari mata.
Dan tidak diragukan lagi bagi orang-orang yang masih mempunyai fitrah suci
terhadap agama, bahwa perbuatan seperti itu banyak mengandung kerusakan
besar, laki-laki asing mempunyai peluang besar untuk melihat perempuanperupuan mutabarrijat10 dan akibat buruk yang akan timbul darinya. Sedangkan
prosesi pernikahan merupakan awal kita mencari ridho Allah untuk membangun
keluarga baru dengan hal-hal yang diridhoi Allah dan jauh dari maksiat.
Dalam sebuah pesta perkawinan pengantin di dudukkan dengan
memamerkan kecantikan, perhiasan dan keindahan (tabarruj) didepan khalayak
umum pada saat walimatul ‘urs, Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 33
yang berbunyi:
Artinya: ‚Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya‛ 11
Suatu hal yang lazim di sekitar kita bahwa kaum muslimin masih
terkungkung kuat oleh adat dan tradisi nenek moyang saat menyelenggarakan
pesta perkawinan. Hukum adatlah yang menjadi pijakan dalam masalah
pernikahan. Sementara itu, syariat Islam yang amat mulia dan telah diridhai oleh
10
11
Mutabarrijat adalah wanita-wanita yang membuka aurat.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 830.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Allah justru dikesampingkan. Kalau adat dan tradisi tersebut sesuai dengan Islam,
tidak menjadi masalah. Namun, adat yang ada ternyata banyak yang bertentangan
dengan Islam, baik dari segi keyakinan maupun tata cara salah satunya yakni
memajang pengantin pada saat acara walimatul ‘urs yang merupakan kebiasaan
masyarakat yang tidak sesuai syariat Islam yakni menampakkan perhiasan dan
keindahan kepada laki-laki yang bukan mahram, sebagaimana yang dilakukan
oleh perempuan-perempuan pada masa jahiliyah sebelum Islam datang. Dalam
ayat yang lain, Allah berfirman dalam al-Qur’an surat An-Nur ayat 31 yaitu:
Artinya: ‚Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung‛. 12
Bahkan sudah menjadi kebiasan di masyakarat dalam sebuah pesta
perkawinan yakni pengantin saling berciuman di khalayak umum yang dapat
menimbulkan syahwat atau keinginan bagi yang melihatnya. Dari proses
pernikahan seperti itu sudah sangat menyalahi aturan dalam ajaran islam,
sedangkan sebuah perkawinan untuk mencapai sebuah keluarga islami adalah
rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab islami, baik yang
menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga dan proses
perkawinannya sesuai dengan syariat Islam.
Keluarga islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan
ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah.13
Sebuah langkah awal untuk membangun sebuah keluraga yang Islami atau
sesuai syariat yaitu dari proses pernikahan yang sesuai adab-adab perkawinan
dalam agama islam. Seperti proses perkawinan di kalangan habaib yang tidak
memajang pengantin di khalayak umum pada saat walimatul ‘urs, di takutkan
adanya kemungkaran di dalamnya, dan juga tidak mencampur baurkan tamu
wanita dan laki-laki dalam pesta perkawinannya, selain ditakutkan adanya
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Ag`ung, 2002), 676.
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, 1993), 23.
12
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
ikhtilat juga di takutkan kehilangan esensi dari proses perkawinan yang dapat
menghilangkan keberkahan terhadap proses perkawinan tersebut.
Berpijak dari pemikiran diatas, dan belum adanya pembahasan secara
komprehensif mengenai hukum dari memajang pengantin di khalayak umum,
maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dalam bentuk sebuah skripsi
dengan judul ‚Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap
Memajang Pengantin Saat Walimatul ‘Urs Dalam Perspektif Hukum Islam‛.
Maka untuk memperoleh kesimpulan yang pasti, penulis akan melakukan
penelitian guna mendapatkan fakta yang akan dijadikan bahan untuk menjawab
permasalahan tersebut.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Perkawinan menurut Hukum Islam.
2. Tujuan perkawinan dalam Islam.
3. Pesta perkawinan yang terjadi dimasyarakat yang telah menjadi sebuah adat.
4. Pesta perkawinan yang sesuai syariat islam.
5. Memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
6. Pesta perkawinan di kalangan habaib.
Dari beberapa masalah yang dapat diidentifikasi penulis diatas dan
banyaknya perkara yang ditemukan, maka agar tidak terjadi kerancuan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
pembahasan skripsi yang akan ditulis, maka penulis membatasi terhadap
permasalahan tentang:
1. Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus Terhadap memajang
pengantin saat walimatul ‘urs.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap Pandangan Habib Idrus bin Muhammad
Alaydrus memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus terhadap
memajang pengantin saat walimatul ‘urs?
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus tentang memajang pengantin saat walimatul ‘urs?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk menarik perbedaan mendasar antara
penelitian yang dilakukan, dengan kajian atau penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya sehingga diharapkan tidak adanya pengulangan materi penelitian
secara mutlak.
Penelitian terkait Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap memajang pengantin saat walimatul ‘urs belum pernah dilakukan
sebelumnya, Penulis hanya menemukan beberapa karya tulis lain yang sedikit
berhubungan dengan pembahasan dalam karya tulis ini, diantaranya:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
1. Miskino dalam makalahnya ‚Pendidikan Calon Pengantin Membentuk
Keluarga Yang Berkarakter Dan Berkualitas‛ Makalah ini membahas
seberapa pentingkah suatu pendidikan calon pengantin diperlukan bagi para
calon pengantin saat ini. Sedangkan untuk membentuk keluarga yang
berkualitas dan berkarakter ada banyak faktor lain yang mendukung dalam
suatu keluarga.14
2. Skripsi, Ruqaiyah yang berjudul ‚tinjauan yuridis terhadap kursus calon
pengantin di malaysia dan Indonesia‛. Skripsi ini membahas tentang
Permasalahan keluarga yang terjadi di masyarakat yang menyebabkan
pemerintah
khususnya
dari
Kementerian
Agama
berinisiatif
untuk
melaksanakan program suscantin untuk meningkatkan kualitas keluarga yang
baik dan diharapkan dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah
dan rahmah. 15
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Herlina Ekasaputri yang berjudul
‚Islamic
Parenting
Diwilayah
Minoritas
(Cara
Keluarga
Muslim
Menanamkan dan Mempertahankan Keyakinan Anggota Keluarga didaerah
Semarapura Tengah, Klungkung Bali)‛. Skripsi ini membahas tentang cara
sebuah keluarga orang muslim untuk Menanamkan dan Mempertahankan
14
Miskino, ‚Pendidikan Calon Pengantin Mmebentuk Keluarga Yang Berkarakter Dan Berkualitas‛
(Universitas Muhammadiyah Prof, Dr. Hamka, Bekasi, 2010).
15
Ruqaiyah ‚tinjauan yuridis terhadap kursus calon pengantin di malaysia dan indonesia‛.( Skripsi
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Keyakinan Anggota Keluarganya karena mereka berada di wilayah yang
minoritas orang muslim.16
4. Skripsi Adiana Rakhmi Halan yang berjudul ‚analisis hukum islam terhadap
upah fotografer pre wedding: hasil keputusan bahtsul masail ke xii forum
musyawarah pondok pesantren putri (fmp3) se jawa timur‛.17 Skripsi ini
membahas tentang hokum dari upah fotografer pre wedding dengan mengkaji
hasil keputusan bahtsul masail ke xii forum musyawarah pondok pesantren
putri (fmp3) se jawa timur.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Mengetahui terhadap Pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
2. Mengetahui Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus Tentang memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, sekurang- kurangnya
dalam 2 (dua) hal di bawah ini:
1. Aspek teoritis
Nita Herlina Ekasaputri ‚islamic parenting diwilayah minoritas (cara keluarga muslim
menanamkan dan mempertahankan keyakinan anggota keluarga di daerah semarapura tengah,
klungkung–bali)‛\(Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).
17
Adiana Rakhmi Halan ‚analisis hukum islam terhadap upah fotografer pra wedding: hasil
keputusan bahtsul masail ke xii forum musyawarah pondok pesantren putri (fmp3) se jawa
timur‛(Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
a. Kegunaan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi peneliti
selanjutnya dan juga diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan
acuan penelitian berikutnya, kemudian untuk mengetahui proses
perkawinan yang sesuai syariat Islam.
b. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan pengetahuan tentang
Hukum memajang pengantin saat walimatul ‘urs
2. Aspek praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan hukum
bagi seluruh masyarakat terhadap Hukum memajang pengantin saat
walimatul ‘urs demi tercapainya perkawinan yang sesuai dengan syariat
Islam.
b. Memberikan pandangan tentang hukum memajang pengantin saat
walimatul ‘urs menurut pandangan Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus.
A. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah deretan pengertian yang dipaparkan secara
gamblang untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, yaitu:
1. Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus adalah\ seorang Habib yang menjadi
pemimpin dalam Majelis Rasulullah saw di Surabaya, Seorang yang telah
menyebarkan agama Islam melalui dakwahnya keberbagai tempat. AlHabib Idrus bin Muhammad Alaydrus merupakan salah satu murid dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
guru mulia Al-Hafidz Al-Musnid Al-Habib Umar bin Hafidz bin Syeikh
Abu Bakar bin Salim dan merupakan sahabat dari Al-Habib Munzir bin
Fuad Al-Musawa.
2. Memajang Pengantin: Menempatkan orang yang sedang melangsungkan
perkawinannya secara rapi untuk dipamerkan di depan semua orang.
3. Hukum Islam : Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berkenan dengan kehidupan berdasarkan Al-quran, Hadist dan pandangan
Ulama.18
Berdasarkan definisi operasional yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian dengan judul ‚Pandangan Al-Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus
Terhadap Memajang Pengantin Saat Walimatul ‘Urs Dalam Perspektif Hukum
Islam‛, terbatas pada pembahasan mengenai pandangan Al-Habib Idrus bin
Muhammad Alaydrus dan juga Pandangan menurut Hukum Islam itu sendiri
terhadap Memajang Pengantin saat Walimatul ‘Urs .
B. Metode Penelitian
Supaya dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggung jawabkan
dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, maka penulis membutuhkan data
tentang pelaksanaan pemajangan pengantin di khalayak umum yang terjadi di
masyarakat.
18
Sudarsono, Kamus Hukum ( Jakarta: Rineka Cipta,1992),169.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang berupa studi
tokoh. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan merupakan data yang diperoleh dari
tokoh yang diambil sebagai obyek penelitian. Agar penulisan skripsi ini dapat
tersusun dengan benar, maka penulis memandang perlu untuk mengemukakan
metode penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1.
Data yang dihimpun
a. Data-data tentang Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus mengenai
Biografi, Latar Belakang Pendidikan, Latar Sosial, dan juga Kiprah Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus.
b. Data-data tentang hasil penelitian yang akan dilakukan tentang masalah
memajang pengantin saat walimatul ‘urs.
2.
Sumber Data
Berdasarkan data yang akan dihimpun di atas, maka yang menjadi sumber
data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer
Sumber data primer di sini adalah sumber data yang diperoleh
secara langsung dari subyek penelitian.19 Dalam penelitian ini sumber
data primer adalah Al-Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus terhadap
Pemajangan Pengantin saat walimatul ‘urs.
b. Sumber data sekunder
19
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 91.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
didapatkan oleh peneliti dari subjek penelitiannya,20 sumber data
sekunder berasal dari kepustakaan yang dilakukan dengan menelusuri
kepustakaan berdasarkan sumber-sumber bacaan seperti : buku-buku
yang berhubungan dengan Perkawinan,
Kaidah Usul Fiqih,
Perkawinan yang sesuai syariat Islam, dokumen-dokumen, jurnal
ilmiah yang pada dasarnya berhubungan dengan topik yang bisa
dijadikan sebagai landasan berfikir guna memperkuat faktor - faktor
di dalam penyusunan penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat menentukan baik
tidaknya sebuah penelitian. Maka kegiatan pengumpulan data harus dirancang
dengan baik dan sistematis, agar data yang dikumpulkan sesuai dengan
permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan salah satu sumber untuk memperoleh data
dari buku dan bahan bacaan mengenai penelitian yang pernah
dilakukan.21 Studi dokumen ini adalah salah satu cara pengumpulan data
20
21
Ibid, 56.
Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, (Jakarta: UI –Press,1986),201.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
yang digunakan dalam suatu penelitian sosial. Pengumpulan data
tersebut dilakukan guna memperoleh sumber data primer dan sekunder,
baik dari kitab-kitab, buku-buku, maupun dokumen lain yang berkaitan
dengan kebutuhan penelitian.
b. Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara wawancara, wawancara adalah
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasiinformasi atau keterangan-keterangan.22 Dalam hal ini peneliti dalam
mencari keterangan data menggunakan pedoman wawancara, sedangkan
responden yang diwawancarai adalah Al-Habib Idrus bin Muhammad
Alaydrus.
4. Teknik pengolaan data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapan tahapan
sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
denganmemilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
22
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cetakan Kesepuluh,(Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan. 23
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga
dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.
5.
Teknik analisis data
Setelah data telah terkumpul baik itu data primer dan data sekunder
maka langkah berikutnya adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan pola pikir deduktif.
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode ini dipergunakan untuk membahas permulaan pembahasan
dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil yang bersifat umum tentang
pemajangan pengantin saat walimatul ‘urs.
C. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam judul ini mempunyai alur pikiran yang jelas dan
terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis menyusun sistematika dalam lima
bab dari Judul ini meliputi:
23
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, ( Hilal Pustaka: Surabaya, 2013), hal. 253.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Bab pertama, sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan landasan teori, pada skripsi ini penulis menjelaskan
teori- teori yang di gunakan dalam penelitian tersebut, yakni berupa seputar
tinjauan umum walimatul ‘urs yang membahas tentang pengertian walimatul ‘urs,
kedudukan walimatul ‘urs yang berisikan tentang dasar hukum walimah, hukum
menghadiri walimah, etika menghadiri walimah, hal-hal yang disunnahkan dalam
walimah, hikmah walimah ‘urs dan juga yang terakhir menerangkan tentang
praktek walimatul ‘urs menurut hukum Islam.
Bab ketiga, merupakan penelitian tentang pemajangan pengantin saat
walimatul ‘urs, yakni berupa Biografi Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus,
Latar Belakang Pendidikan, Latar Sosial dan yang terakhir tentang Kiprah Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus dalam berdakwah.
Bab keempat, berupa Analisis Hukum Islam terhadap pandangan Al-Habib
Idrus bin Muhammad Alaydrus tentang pemajangan pengantin saat walimatul
‘urs.
Bab kelima, merupakan bagian terakhir dari skripsi atau penutup yang
memuat kesimpulan dan Saran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM WALIMATUL ‘URS
A. Pengertian Walimatul ‘Urs
Agama
Islam
telah
mensyari’atkan
kepada
kita
semua
untuk
mengumumkan sebuah pernikahan. Hal itu bertujuan untuk membedakan dengan
pernikahan rahasia yang dilarang keberadaannya oleh Islam. Selain itu,
pengumuman tersebut juga bertujuan untuk menampakkan kebahagiaan terhadap
sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT kepada seorang mukmin, sebab dalam
pernikahan dorongan nafsu birahi menjadi halal hukumnya. Dan dalam ikatan itu
juga, akan tertepis semua prasangka negatif dari pihak lain. Tidak akan ada yang
curiga, seorang laki-laki berjalan berduaan dengan seorang wanita, itulah
sebabnya Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk menyiarkan akad
nikah
atau
mengadakan
suatu
walimah
untuk
mengumumkan
acara
perkawinannya di proses walimatul ‘urs pada khalayak umum.1
Dari Aisyah, bahwa Nabi saw bersabda:
َِأَعِنواَبِالنِ َاحَِواجعُو َفِيَامَساجِدِ واضربواَعَيه: َِقَاَلََرَسوَلَُاَه:عنَعاَئِ ةََقَاَلَت
ِبالدّف
Artinya: Dari aisyah telah berkata Rasulullah saw: ‚Umumkan
pernikahanmu, tempatkanlah di masjid, dan pukullah musik rebana.
(HR.Tirmizi).2
Tidak diragukan bahwa mengadakan siaran dimasjid-masjid adalah lebih
mendapatkan perhatian dan berpengaruh,oleh karena di masjid-masjid merupakan
1
2
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hadiah Untuk Pengantin (Jakarta: Mustaqim, 2001), 302.
Abu ‘Isa Muhammad bin Isa al-Tirmizi, al-jami’ al-Sahih, juz III, 407.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
tempat orang banyak berkumpul , lebih lebih pada zaman sahabat, masjidmasjid merupakan tempat pertemuan umum.
َإَِّهَاَبدَّلِ ْعر َِ ِنَولِي ة:َ َّلَ ّاَخطَبَعِيَّفَاطِ ةََقَالََرسولَُاهَِصَّىَالَّهَعَيهَِوس.
Artinya: ‛Tatkala Ali meminang Fatimah Radhiyallahu anhuma ia berkata,
‘Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya
merupakan keharusan bagi pengantin untuk menyelenggarakan walimah
)pesta perkawinan).(HR. Ahmad)3.
Dalam kehidupan sehari-hari kata walimah sering diartikan sebagai
pertemuan (perjamuan) formal, yang diadakan untuk menerima tamu, baik itu
dalam pernikahan maupun pertemuan lainnya. Maksudnya adalah makanan yang
disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bisa juga diartikan sebagai
makanan untuk tamu undangan atau lainnya.4
Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm menyebutkan bahwa walimah adalah
tiap-tiap jamuan merayakan pernikahan, kelahiran anak, khitanan, atau peristiwa
menggembirakan lainnya yang mengundang orang banyak untuk datang, maka
dinamakan walimat.5
Dalam pembahasan ini, akan diperjelas makna walimah kaitannya dengan
’urs (pernikahan) yang selama ini sudah dipahami banyak kalangan masyarakat,
dan bahkan sudah menjadi budaya tersendiri dari masing-masing daerah atau
wilayah.
Walimatul ‘urs terdiri dari dua kata, yaitu al-walimah dan al-‘urs. Al
walimah secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata ﻭ ﻴﻤﺔ١ artinya
3
Ahmad bin Hambal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Juz V, 395.
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung : Cv Pustaka Setia, 1999),149.
5
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam 9 ( Jakarta:Gema Insani, 2011), 121.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Al-jam’u yaitu berkumpul, sebab antara suami istri berkumpul. Walimah juga
berasal dari kata Arab al-Walim artinya makanan pengantin. Maksudnya adalah
makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan, bisa juga
diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainnya.6 Dan pengertian
walimatul ’urs adalah walimah untuk pernikahan yang menghalalkan hubungan
suami istri dan pemindahan status kepemilikan.7
Walimatul sendiri diserap dalam bahasa Indonesia menjadi walimah, dalam
fiqh Islam mengandung makna yang umum dan makna yang khusus. Makna
umum dari walimah adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan orang
banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus disebut walimatul ‘urs
mengandung
pengertian
peresmian
pernikahan
yang
tujuannya
untuk
memberitahu khalayak ramai bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami
istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua belah pihak atas
berlangsungnya pernikahan tersebut.8Bahwa walimah terjadi pada setiap dakwah
(perayaan dengan mengundang seseorang) yang dilaksanakan dalam rangka untuk
memperoleh kebahagiaan yang baru. Yang paling mashur menurut pendapat yang
mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam sebuah pesta
pernikahan.9
Menurut Sayyid Sabiq, walimah diambil dari kata al-walmu dan
mempunyai makna makanan yang dikhususkan dalam sebuah pesta pernikahan.
6
` Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah VII, Terjemah Fiqih Sunnah (Bandung: Alma’arif, 1990), 149.
7
Muhammad bin Ismail, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, Jilid II (Jakarta: Darus Sunnah
Press, 2010), 724.
8
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), 1917.
9
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam 9 ( Jakarta:Gema Insani, 2011), 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Dalam kamus hukum, walimah adalah makanan pesta perkawinan atau tiap-tiap
makanan yang dibuat untuk para tamu undangan.10
Berbeda dengan ungkapannya Zakariya al-Anshari, bahwa walimah terjadi
atas setiap makanan yang dilaksanakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang
baru dari pesta pernikahan dan kepemilikan, atau selain dari keduanya. Tentang
kemashuran pelaksanaan walimah bagi pesta pernikahan sama dengan apa yang
telah diungkapkan oleh Syafi’i.
Jadi bisa diambil suatu pemahaman bahwa pengertian walimatul ’urs adalah
upacara perjamuan makan yang diadakan baik waktu aqad, sesudah aqad, atau
dukhul (sebelum dan sesudah jima’). Inti dari upacara tersebut adalah untuk
memberitahukan dan merayakan pernikahan yang dilakukan sebagai ungkapan
rasa syukur dan kebahagiaan keluarga.
Pada umumnya pelaksanna Walimah diadakan ketika acara akad nikah
berlangsung, atau sesudahnya, bisa jadi ketika hari perkawinan (mencampuri
istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga diadakan tergantung adat dan kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.11 Dan di dalam masyarakat kata
walimah dimutlakkan untuk acara pesta perkawinan saja, banyak macam-macam
dari bentuk walimah itu sendiri, diantaranya:12
1. Walimatul ‘Ursy adalah walimah dalam pesta perkawinan.
2. Walimatul Khitan adalah suatu walimah dalam acara khitan.
10
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz. VII, Terjemah Fiqih Sunnah( Bandung: PT Al-Ma’arif, Cet.
Ke-2, 1982),166.
11
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1 (Bandung : Pustaka Setia, 1999), 149.
12
Darmawan, Eksistensi Mahar dan Walimah ( Surabaya:Avisa, 2011),65-66.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
3. Aqiqah adalah walimah dalam acara penyembelihan kambing ketika
kelahiran anak.
4. Naqiah adalah walimah karena datangnya musafir.
5. Wakirah adalah walimah dalam acara memasuki rumah (bangunan) baru.
6. Wadimah adalah walimah dalam acara karena selamat dari musibah
7. Makdubah adalah walimah yang diadakan tapi tampa ada sebab.
8. Tasyakuran Haji adalah walimah yang diadakan sebelum berangkat haji
atau setelah datang dari haji.
B.
Kedudukan Walimah
1. Dasar Hukum Walimah
Walimatul ‘urs merupakan mata rantai dalam pembahasan nikah yang
juga mempunyai aspek-aspek hukum dalam pelaksanaannya. Sudah menjadi
kebiasaan fiqh (yang terkadang juga dipahami sebagai hukum Islam)
mengenal istilah ikhtilaf dalam penetapan hukum. Ikhtilaf sudah sering
terjadi di kalangan ulama fiqh dalam penetapan hukum suatu masalah yang
menurut mereka perlu disikapi. Sikap peduli para ulama dalam pemaknaan
dan
pemahaman
ayat-ayat
al-Qur’an
maupun
hadist-hadist
Rasul
dijadikannya sebagai dalil untuk menentukan hukum yang pantas bagi
pelaksanaan walimatul ‘urs.13
Pandangan mereka terhadap dalil-dalil
yang menerangkan tentang
walimah jelaslah berbeda, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai
dalam memahami sumber hukum Islam sebagai pemaknaan sosial. Hukum
13
M. Sayyid, Fiqih Cinta Kasih (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2008), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
yang dilegalisasikan oleh para ulama’ ada beberapa macam, diantaranya
hukum wajib dalam mengadakan suatu walimatul ‘urs bagi orang yang
melangsungkan pernikahan. Wajibnya melaksanakan walimatul ‘urs
berdasarkan sabda Nabi kepada Abdurrahman:14
ََ ا:َعنَاََ َِبنَِ اِل َاَ ََّالنّبِيَّ َرأَ َعَىَعبدَِالرّح نَِبنَِعوفَاَثَرَصفْر ََفقَال
َ َِاَول. َفَبار َاهََُل:ََقَال.َاَِّىَتزوّجتَا رَأ ًَعَىَو ََِوا َ ِنَ َ ب:ََا؟َفَقَال
َ. وَلَوَبِ ا
Artinya: Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw melihat ada bekas
kuning-kuning pada 'Abdur Rahman bin 'Auf. Maka beliau bertanya,
"Apa ini ?". Ia menjawab, "Ya Rasulullah, saya baru saja menikahi
wanita dengan mahar seberat biji dari emas". Maka beliau bersabda,
"Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah meskipun
(hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing". [HR. al-Tirmizi]15
Dan Nabi sendiri tidak pernah meninggalkan untuk menghadirinya,
meski diperjalanan atau dirumah.16Dalam hadist tersebut menjadikan lafadz
أﻭل ٌﻭلﻭٌبشاةsebagai dalil keharusan mengadakan sebuah walimatul ’urs. Yang
mana fi’il amar dalam hadist tersebut mengandung perintah wajib. Hal ini
dikemukakan oleh Abdul Aziz Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum Islam.17
Akan tetapi jumhur ulama’ berpendapat bahwa mengadakan acara
walimatul ’ursy hukumnya adalah sunah. Hal ini dikarenakan walimah
adalah pemberian makanan lantaran mendapat kegembiraan seperti
mengadakan pesta-pesta yang lain. Maka amar (anjuran) Nabi, dalam hadits
14
Abdul Fatah, Kifayatul Akhyar (Semarang: Rineka Cipta, 1990), 219.
Abu ‘Isa Muhammad bin Isa al-Tirmizi, al-jami’ al-Sahih, juz III, 402
16
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Terjemah Bulúgh Al-Maram (Bandung: Mizan
Pustaka, 2010), 427.
17
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),
1918.
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
adalah amar sunnah, karena diqiyaskan kepada amar menganjurkan korban
pada hari raya Haji dan pesta-pesta lainnya.18
ا اَولَ رسولُ اهِ صَى اهِ عَيهِ وسَ عَى شيئ ِن َِساِئهِ ا اَولَ عَى: ََقَالَ ا
ينبِ اَولَ بِ ا
Artinya:Dari Anas, ia berkata,"Rasulullah saw, tidak pernah
mengadakan pesta perkawinan dengan isterinya seperti ketika
pernikahanannya dengan zaenab, beliau berpesta dengan seekor
kambing.(HR. Bukhari).19
Dalam shahih Imam Bukhari dari Shafiyah binti Syaibat, ia berkata:
.َاَولَ َعَىَبعضََِِساِئهَِبِ دّينَِ ِنَشعِير:عنَصفِيّةََبِنتَِشيبةََاََّ اَقَالَت
Artinya: Dari Shafiyah binti Syaibah, bahwa ia berkata, "Nabi saw
mengadakan walimah atas (pernikahannya) dengan sebagian istrinya
dengan dua mud gandum. [HR. Bukhari]20.
Setiap ada pernikahan selalu disertai dengan resepsi pernikahan atau
walimah. Acara semacam ini sudah dianggap biasa dan telah membudaya
bagi setiap masyarakah manapun, hanya saja cara dan sistemnya yang
berbeda. Sedangkan maksud yang terkandung dari mengadakan walimahan
itu tiada lain hanya untuk menunjukan rasa syukur atas pernikahan yang
telah terjadi sebagai rasa bahagia untuk dinikmati bersama masyakarat
disekitar lingkungannnya.
Beberapa hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa walimah itu boleh
diadakan dengan makanan apa saja sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukkan
oleh Nabi saw, bahwa perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah
18
Darmawan, Eksistensi Mahar dan Walimah ( Surabaya:Avisa, 2011),62.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, 255.
20
Ibid.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
oleh beliau bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain,
tetapi semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.
2. Hukum Menghadiri Walimah
Menghadiri undangan walimah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
Muslim. Dan janganlah ia meninggalkannya, sebagaimana telah jelas dari
hadits Abu Hurairah Radhiallohu’anhu yang telah lalu. Diriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallohu’anhuma, Rosulullah Sholallohu’alaihi wa
Sallam bersabda:
ِإ َاَدعِيَأَحدكُ َإِلَىَولِي ةَِعر َفَ ْي ِب
Artinya: Jika salah seorang dari kalian diundang ke resepsi pernikahan,
maka hendaklah ia datang memenuhinya.‛ (HR. Muslim)21
Apabila menghadiri undangan walimah untuk menunjukan perhatian,
memeriahkan, dan menggembirakan orang yang mengundang, maka
hukumnya menghadiri walimah adalah wajib. Jadi apabila seseorang
menerima undangan untuk menghadiri walimah ia harus datang kecuali
kalau ada halangan-halangan tertentu yang betul-betul menyebabkan orang
itu tidak dapat mendatangi undangan walimah tersebut.
Adapun wajibnya mendatangi undangan walimah, apabila:22
a. Tidak ada udzur syar’i.
b. Dalam walimah itu tidak ada atau tidak digunakan untuk
perbuatan mungkar.
21
22
Abi al-Husain Muslim, Sahih Muslim, juz II, 1054.
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
c. Yang diundang baik dari kalangan orang kaya maupun miskin.
Pada saat seseorang mendapatkan undangan walimah, sedangkan
seseorang tersebut dalam keadaan puasa, maka sebaiknya tetap mendatangi
undangan dengan tujuan untuk mendoakan kedua pengantin.23Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:24
فَِ َْكَا ََ فْطِر�