PROSTITUSI SEBAGAI KEJAHATAN ONLINE DALAM UNDANG-

BAB III PROSTITUSI SEBAGAI KEJAHATAN ONLINE DALAM UNDANG-

UNDANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Dasar Pembentukan Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik Saat ini kemajuan teknologi dan informasi berjalan dengan sangat cepat.Adanya internet memungkinkan setiap orang mudah untuk mengakses informasi dan bertransaksi dengan dunia luar.Bahkan internet dapat menciptakan suatu jaringan komunikasi antar belahan dunia sekalipun. Kemajuan teknologi ini tentunya mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya antara lain mudahnya memperoleh informasi kapan pun dan dimana pun, meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan sebagai media yang memungkinkan siapapun untuk berpartisipasi di dalamnya untuk keperluan apa pun dan lain-lain. Sedangkan dampak negatifnya yaitu membuka ruang terjadinya perdagangan gelap, penipuan dan pemalsuan, dapat merusak moral bangsa melalui situs-situs tertentu, menurunkan rasa nasionalisme, penyalahgunaan yang tidak memandang nilai-nilai agama dan sosial budaya dapat menimbulkan perpecahan dan sebagainya. 77 77 http:www.lawangpost.comreadasas-asas-dan-tujuan-uu-nomor-11-tahun-2008- internet-dan-transaksi-elektronik1148 Di Akses Pada Tanggal 19 April 2013 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dibuat dengan berbagai dasar pikiran bahwa: 1. Bahwa pembangunan nasional sebagai suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat. 2. Bahwa globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Bahwa perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk- bentuk perbuatan hukum baru. 4. Bahwa penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional berdasarkan Peraturan Perundang-undangan demi kepentingan nasional. 5. Bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 6. Bahwa pemerintah perlu mendukung pengembangan Teknologi Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya masyarakat Indonesia. 78 Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi law of information technology, hukum dunia maya virtual world law, dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun global Internet dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual.Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber cyber space, meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. 78 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal.Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak, karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal. 79 Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi tidak semata-mata untuk perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia danatau dilakukan oleh warga negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah hukum yurisdiksi Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing atau badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia, mengingat pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik dapat bersifat lintas teritorial atau universal. Yang dimaksud dengan “merugikan kepentingan Indonesia” adalah meliputi tetapi tidak terbatas pada merugikan kepentingan ekonomi nasional, perlindungan data strategis, harkat dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan negara, warga negara, serta badan hukum Indonesia. 79 http:www.attayaya.net200906dasar-pembentukan-dan-penjelasan-undang.html Dasar pembentukan dan penjelasan undang-undang informasi dan transaksi elektronik Di tulis oleh Attayaya, Di Akses Pada Tanggal 19 April 2013 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara B. Pencegahan Prostitusi Online Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik. Tanggal 25 Maret 2008 lalu pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informasi Depkominfo mengeluarkan undang-undang baru tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Hadirnya Undang-undang ini disambut positif berbagai kalangan walaupun tidak sedikit juga yang menentangnya. Walaupun terlambat, kehadiran aturan hukum baru tersebut dapat dilihat sebagai bentuk respons pemerintah untuk menjerat orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan internet hingga merugikan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Menurut Menkominfo pada saat itu Muhammad Nuh, sedikitnya ada tiga hal mendasar penyalahgunaan internet yang dapat menghancurkan keutuhan bangsa secara keseluruhan, yakni pornografi, kekerasan, dan informasi yang menjerumuskan ke hal-hal yang negatif. 80 Prostitusi yang sekarang marak dilakukan di dunia maya cukup menarik perhatian banyak orang.Berbagai pihak harus bertanggung jawab untuk termasuk para pengguna internet. Menteri Komunikasi dan Informatika Menkominfo saat ini Tifatul Sembiring mengatakan pihaknya tetap menangani kasus penjualan wanita tuna susila WTS dengan menggunakan sistem online, Menurutnya, bukanlah hal yang mudah untuk menuntaskan masalah penjualan WTS melalui sistem online tersebut. Apalagi dengan adanya perkembangan telepon seluler saat ini “Itu akan selalu ada selama internet ada, jangankan lewat internet lewat handphone saja bisa dimasukin dengan hal-hal b egituan”,kendala lain untuk 80 http:imambasyori.blog.com20130101perlukah-uu-ite-di-indonesia Di Akses Pada Tanggal 1 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mengatasi masalah penjualan WTS melalui sistem online tersebut karena banyaknya jumlah situs di dunia. Karena itu laporan dari masyarakat amat dibutuhkan. 81 Menurut pakar digital forensik Ruby Alamsyah, banyak cara untuk bisa mengantisipasi maraknya prostitusi di dunia maya. Salah satunya adalan melalui penyensoran data dan menelusuri pola-pola yang digunakan.Pencegahan bisa dilakukan dengan penyensoran data, dan menelusuri patern-paternnya, 82 Beruntungnya, kondisi masyarakat Indonesia yang kian sadar terhadap pengaruh buruk dunia online, dengan cepat akan memberikan reaksi jika menemukan sebuah website yang memang dianggap melanggar Undang-Undang ITE. Dukungan positif juga ditunjukan oleh media masa baik cetak dan online yang terus memberitakan situs-situs yang memang merasahkan tersebut sehingga secara tidak langsung menekan pihak berwajib untuk segera bertindak.Hal ini patut diacungi jempol. Pelaku prostitusi online yang memanfaatkan jejaring Facebook, menurut Gatot, bisa dijerat dengan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE, khususnya Pasal 27 Ayat 1. Ketentuan pasal tersebut menyatakan, Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi 81 http:dekanio.blogspot.com201011pelacuran-jalanan-di-surakarta.htmlPelacur Jalanan Ditulis OlehDavid Kurniawan, Di Akses Pada Tanggal 30 April 2013 82 http:jakarta.okezone.comread2010020855301449banyak-cara-mencegah- prostitusi-onlineBanyak Cara Mencegah Prostitusi Online Di tulis olehStefanus Yugo Hindarto, Di Akses Pada Tanggal 28 April 2013 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. 83 C. Pengaturan Tindak Pidana Yang Bisa Menjerat Pelaku Prostitusi Online Di Dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam hal pengaturan kegiatan prostitusi secara online terdapat pasal yang mengatur mengenai kegiatan prostitusi secara online tersebut yaiu : UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 Ayat 1, Isi pasal 27 ayat 1 adalah sebagai berikut “ setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau menstransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan melanggar kesusilaan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Pengaturan Mengenai Unsur Obyektif, Subyektif dan Sanksi 1. Perbuatan tanpa hak 2. Mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. 3. Dilakukan dengan sengaja dan sadar bahwa perbuatan yang dilakukan nya adalah sebuah perbuatan yang melanggar hukum. 4. Sanksi pidana penjara menjadi paling lama 6 tahun danatau 83 http:tekno.kompas.comread2010032410423752Jual.Diri.Lewat.Facebook.Bisa.Dij erat.UU.ITE?utm_source=WPutm_medium=Ktpidxutm_campaign= Di Akses Pada Tanggal 1 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5. Pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar Keterangan Mengenai Unsur Obyektif, Subyektif dan Sanksi Unsur Obyektif Pelaku baru dapat di bebani pertanggungjawaban apabila pelaku telah melakukan dan telah tercapai nya tujuan dari perbuatan yang berupa: 1. Tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat di aksesnya 2. Sebuah informasi danatau dokumen yang bersifat elektronik 3. Informasi danatau dokumen yang bersifat elektronik mengandung unsur pelanggaran kesusilaan Unsur Subyektif Sama halnya dengan rumusan kesalahan yang melekat pada muatan Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik merumuskan kesalahan dari perbuatan menjalankan kegiatan prostitusi secara Online hanya dirumuskan: 1. Dengan adanya kesalahan 2. Dilakukan dengan sengaja, sadar akan adanya aturan yang melarangnya 3. Keadaan jiwa yang sehat Sanksi Pidana Penjara: Paling lama 6 tahun pidana denda Pidana Denda: Sebesar Rp. 1.000.000.000,00 Satu miliyar Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

D. Bisnis Prostitusi Sebagai Modus Kejahatan