Analisis Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1

FAKULTAS EKONOMI DEPARTEMEN AKUNTANSI

S K R I P S I

ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero)

OLEH :

NAMA : HARIS PINAYUNGAN

NIM : 060503020

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Analisis Implementasi Tanggung Jawab Sosial pada PT. Perkebunan Nusantara I ( Persero ).

Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 7 Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Haris Pinayungan NIM : 060503020


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, karena berkat rahmat, hidayah, dan petunjukNya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Tanggung Jawab Sosial pada

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero)”. Penulisan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi., Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Sambas Ade Kususma, SE, MSi Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji II.

5. Bapak Drs. Rustam, MSi, Ak., selaku dosen wali penulis, seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasihat pada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Staff dan Pegawai Kantor Pusat PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I (Persero) Langsa, yang memberikan izin dan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tua yang paling saya sayangi dan selalu ingin saya bahagiakan, Ayahanda Almarhum H. Zulkifli Nasution dan Ibunda Hj. Elida Hafni Lubis S.pdI , yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.

8. Udak saya yang tercinta Drs. H. Ramlan Nasution, dan Drs. H. Ruslan Nasution, serta Abang, kakak, adik saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi saya, serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.


(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 7 Juli 2010 Penulis,

Haris Pinayungan NIM : 060503020


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana Implementasi atau Penerapan Tanggung Jawab Sosial PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) yang diterapkan di dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Jenis penelitian adalah penelitian secara kualitatif dengan menggunakan laporan keuangan perusahan dan laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan selama 5 tahun (2005-2009) serta dokumen mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR).

Hasil dari penelitian adalah masih kurangnya PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) di dalam melakukan penagihan piutang Program Kemitraan dan Bina lingkungan (PKBL) dan masih kuranganya kesadaran para mitra binaan untuk mengembalikan pinjaman serta terjadinya beberapa bencana alam di wilayah Aceh sehingga banyak Mitra Binaan yang tidak diketahui keberadaannya.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study is how the implementation or application of the social responsibility of PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) which is applied in the Partnership Program and Community Development.

This is qualitative research which is using financial company report and the Partnership Program and Community Development report for five years (2005-2009) and Corporate Social Responsibility (CSR) document.

The results of study showed the lack of PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) in collecting of debt accounts in the Partnership Program and Community Development and the member also still has less awareness to repay the loan. The occurrence of several natural disasters in the region of Aceh results the member in that program is unknown.


(8)

DAFTAR ISI

`Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

I. Latar Belakang Masalah ... 1

II. Perumusan Masalah dan Batasan Penelitian ... 6

A. Rumusan Masalah ... 6

B. Batasan Penelitian ... 6

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

A. Tujuan Penelitian... 7

B. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tanggung Jawab Sosial ... 8

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial ... 8

2. Komponen Utama Tanggung Jawab Sosial (CSR) ... 10


(9)

4. Tahapan Penerapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) ... 14

5. Ukuran Keberhasilan Program CSR ... 16

6. Jenis-jenis Perusahaan Berdasarkan Karakteristik Tanggung Jawab Perusahaan ... 18

7. Manfaat Kegiatan ... 19

8. Hambatan/Tantangan Penerapan Program Tanggung Jawab Sosial ... 21

9. Implementasi Tanggung Jawab Sosial pada Badan Usaha Milik Negara ... 22

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

1. Fadle Mustafa (2008) ... 22

2. Harry Wahyudhy Utama (2007) ... 23

C. Kerangka Konseptual ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 25

C. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 26

D. Model Analisis Data ... 26

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 28

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 28

1. Historis Perusahaan ... 28


(10)

2.2. Misi ... 30

2.3. Good Corporate Governance (GCG) ... 30

3. Pendirian Kegiatan Program PKBL ... 31

3.1. Kegiatan Utama ... 36

3.2. Program Kemitraan ... 37

3.3. Program Bina Lingkungan ... 38

4. Wilayah Binaan ... 39

5.. Struktur Organisasi ... 39

5.1. Susunan Pengurus... 40

B. Analisis Hasil Penelitian ... 42

Ihktisar Kebijakan Akuntansi ... 46

1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ... 46

2. Penyajian Laporan Keuangan ... 47

3. Kas dan Setara Kas... 48

4. Piutang Penyisihan kepada BUMN ... 48

5. Piutang Pinjaman Mitra Binaan ... 50

6. Pendapatan dan Beban ... 52

6.1.Pendapatan... 53

6.2.Beban Operasional... 53

7. Aktiva Bersih ... 53

8. Pembrian Dana Program Bina Lingkungan... 55


(11)

A. 1. Realisasi Kerja pada Tahun 2009 ... 55

1.1. Proses Penyaluran ... 55

1.2. Bantuan Pinjaman Program Kemitraan ... 56

1.3. Bantuan Hibah Program Kemitraan ... 57

1.3.1. Bantuan Hibah Program Kemitraan ... 57

1.3.2. Bantuan Hibah Program Lingkungan ... 57

1.4. Biaya Operasional ... 59

1.4.1. Biaya Beban Operasional Program Kemitraan ... 59

1.4.2. Biaya Beban Operasional Program Bina Lingkungan ... 60

2. Realisasi dan Anggaran ... 60

2.1. Akumulasi Sumber dan Penggunaan Dana Program Kemitraan ... 60

2.2. Perbandingan Sumber Dana dan Diagram Batang ... 61

2.3. Akumulasi Sumber dan Penggunaan Dana Program Bina Lingkungan ... 62

2.4. Perbandingan Sumber dan Penyaluran Dana Program Bina Lingkungan ... 63

3. Kinerja Program Kemitraan ... 63

3.1. Penerimaan Angsuran ... 64


(12)

3.3. Tingkat Efektivitas Penyaluran ... 67

3.4. Tingkat Kolektibilitas Penyaluran Pinjaman ... 67

3.5. Kinerja Perusahaan pada Tahun 2009 ... 68

B. Kinerja Program Kemitraan Tahun 2008 ... 67

1.1. Penerimaan Angsuran ... 67

1.2. Program Write Off ... 68

1.3. Tingkat Efektivitas Penyaluran pada Tahun 200869 1.4. Tingkat Kolektibilitas Penyaluran Pinjaman ... 70

2.1. Kinerja Perusahaan ... 71

C. Kinerja Program Kemitraan Tahun 2007 ... 71

1.1. a. Penerimaan Angsuran ... 71

b. Mutasi Pinjaman Bermasalah ... 72

1.2. Program Write Off 2007 ... 72

1.3. Kinerja ... 73

1.3.1. Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana ... 73

1.3.2. Kinerja Perusahaan Tahun 2007 ... 74

D. Kinerja Program Kemitraan Tahun 2006 ... 75

1.1. a. Penerimaan Angsuran ... 75

b. Mutasi Pinjaman Bermasalah ... 75

1.2. Program Write Off ... 76

1.3. Tingkat Efektivitas Penyaluran Tahun 2006 ... 78


(13)

E. Kinerja Program Kemitraan Tahun 2005 ... 80

1.1. a. Penerimaan Angsuran ... 80

b. Mutasi Pinjaman Bermasalah ... 81

1.2. Program Write Off ... 81

2.1. Kinerja Perusahaan Tahun 2005 ... 82

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA... ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 4.1 : Penyaluran per Wilayah ... 56

Tabel 4.2 : Bantuan Hibah Program Kemitraan ... 57

Tabel 4.3 : Bantuan Hibah Program Bina Lingkungan ... 58

Tabel 4.4 : Rincian Bantuan Koperasi ... 59

Tabel 4.5 : Biaya Beban Operasional Program Kemitraan ... 59

Tabel 4.6 : Biaya Beban Operasiaonal Program Bina Lingkungan ... 60

Tabel 4.7 : Sumber Dana ... 60

Tabel 4.8 : Penggunaan Dana ... 61

Tabel 4.9 : Akumulasi Sumber Dana ... 62

Tabel 4.10 : Perbandingan Sumber Dana ... 63

Tabel 4.11 : Penerimaan Ansuran ... 63

Tabel 4.12 : Program Write Off ... 64

Tabel 4.13 : Penerimaan Angsuran 2008 ... 67

Tabel 4.14 : Program Write off... 68

Tabel 4.15 : Penerimaan Angsuran 2007 ... 71

Tabel 4.16 : Mutasi Pinjaman Bermasalah ... 72

Tabel 4.17 : Tunggakan Mitra Binaan ... 72

Tabel 4.18 : Penerimaan Ansuran 2006 ... 74


(15)

Tabel 4.20 : Program Write Off 2006 ... 77

Tabel 4.21 : Penerimaan Angsuran 2005 ... 80

Tabel 4.22 : Mutasi Pinjaman Bermasalah ... 81


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual………24 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi KBL…………..………...40


(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana Implementasi atau Penerapan Tanggung Jawab Sosial PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) yang diterapkan di dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Jenis penelitian adalah penelitian secara kualitatif dengan menggunakan laporan keuangan perusahan dan laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan selama 5 tahun (2005-2009) serta dokumen mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR).

Hasil dari penelitian adalah masih kurangnya PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) di dalam melakukan penagihan piutang Program Kemitraan dan Bina lingkungan (PKBL) dan masih kuranganya kesadaran para mitra binaan untuk mengembalikan pinjaman serta terjadinya beberapa bencana alam di wilayah Aceh sehingga banyak Mitra Binaan yang tidak diketahui keberadaannya.


(18)

ABSTRACT

The purpose of this study is how the implementation or application of the social responsibility of PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) which is applied in the Partnership Program and Community Development.

This is qualitative research which is using financial company report and the Partnership Program and Community Development report for five years (2005-2009) and Corporate Social Responsibility (CSR) document.

The results of study showed the lack of PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (Persero) in collecting of debt accounts in the Partnership Program and Community Development and the member also still has less awareness to repay the loan. The occurrence of several natural disasters in the region of Aceh results the member in that program is unknown.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kemajuan sebuah perusahaan yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan budaya membuat dunia bisnis melaju dengan cepat, dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan Karena pada dasarnya kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas perusahaan yang mengarah pada keinginan perusahaan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu didapat, karena selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, antara lain membuka lapangan pekerjaan, menyediakan kebutuhan masyarakat dan pembayaran pajak bagi pemerintah.

Bisnis yang baik selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak sekedar mencari keuntungan, akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan kebutuhan secara baik. Bisnis yang hanya mencari keuntungan telah menyebabkan perilaku yang menjurus menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nilai-nilai manusiawi lainnya.


(20)

Sekarang ini perusahaan dihadapkan pada persaingan global dengan linkungan yang berubah secara cepat. Perekonomian kapitalis yang pada prakteknya sering mengabaikan kepentingan sosial dan lingkungan, perlahan namun pasti sudah mulai mengadopsi nilai-nilai sosial. Perekonomian kapitalisme yang dulu hanya menekankan pada aspek pertumbuhan skala makro dan maksimalisasi laba berkelanjutan pada skala perusahaan, sekarang mulai memperhatikan kepentingan di luar laba. Hal ini menuntut manajemen perusahaan untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan stockholders, tetapi lebih pada kepentinga stakeholders.

Munculnya akuntansi sosial tidak terlepas dari kesadaran perusahaan terhadap kepentingan lain selain untuk memaksimalkan laba bagi perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa mereka selalu bersinggungan dengan berbagai kontroversi dan masalah sosial sehingga perusahaan mulai memperhartikan hubungan dengan lingkungan sosial. Akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi keuangan tradisional, yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya kepada pemilik modal khususnya pemegang saham.

Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih luas dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang saham tetapi juga bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders. Hal ini terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang telah mengakomodasi hal tersebut, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 paragraph ke-9 :


(21)

”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Laporan keuangan sebagai laporan pertanggung jawaban perusahaan kepada pemilik dan kreditur ternyata belum mencukupi. Dapat dikatakan, entitas perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba sebanyak-banyaknya bagi entitas tetapi juga dituntut untuk menghasilkan benefit yang maksimal bagi masyarakat umum dan lingkungan sosial, karena pengguna laporan keuangan tidak terbatas kepada pemegang saham, calon investor, kreditur dan pemerintah semata tetapi juga untuk stakeholder yang lain.

Dalam penerapannya, akuntansi pertanggung jawaban sosial mengalami berbagai kendala, terutama dalam masalah pengukuran elemen-elemen sosial dan dalam rangka penyajiannya di laporan keuangan yang bersifat kuantitatif. Masalah pengukuran timbul terutama karena tidak semua elemen sosial dapat diukur dengan satuan uang serta belum terdapatnya standar akuntansi yang baku mengenai pengukuran dan pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai mempedulikan lingkungan sosialnya, mengingat pentingnya aspek sosial tersebut. Wujud perhatian itu tampak pada kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan.


(22)

Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha ikut memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian sosial perusahaan dengan berkembangnya akuntansi sosial termasuk didalamnya pengungkapan aktivitas sosial dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Upaya perusahaan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam meningkatkan pembangunan kesejahtraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multi pihak yang solid dan baik ,yaitu kemitraan antara perusahaan ,pemerintah dan masyarakat ,yang disebut Kemitraaan Tripartit. Peraturan pemerintah diperlukan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial,salah satunya tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas,khususnya dalam pasal 74, yang menjadi 4 ayat.Yaitu:

Ayat (1) : Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di

bidang dan /atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

Ayat (2) : Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai mana

dimaksud pada ayat(1)merupakan kewajiban Perseroan yang di anggarkan dan perhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksannya dilakukan dengan meperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Ayat (3) : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksudpada ayat(1)dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Ayat (4) : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab


(23)

Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi, PT.Perkebunan Nusantara-I (Persero).

V i si

Menjadi Perusahaan agribisnis perkebunan yang tangguh serta mampu memberikan kesejahteraan bagi stakeholders dan kontribusi yang optimal kepada negara.

M i s i

1. Meningkatkan pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan

dengan mengusahakan 2 komoditi yaitu kelapa sawit dan karet secara efisien dan ekonomis, dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance.

2. Meningkatkan profitabilitas perusahaan secara berke-sinambungan melalui value creation.

3. Meningkatkan Pengelolaan budidaya Kelapa Sawit dan Karet

dengan menggunakan teknologi maju.

4. Mengusahakan, memelihara dan meningkatkan kesejahteraan

Karyawan serta kepuasan pelanggan.

5. Berpedoman dan menjunjung tinggi nilai-nilai religius.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang bagaimana penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, yang selama ini telah di laksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), melalui skiripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Tanggung jawab


(24)

II. Perumusan Masalah dan Batasan Penelitian A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka, penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan antara lain :

1. Bagaimanakah perilaku sosial perusahaan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya terhadap lingkungan sekitarnya?.

2. Bagaimanakah penerapan Tanggung Jawab Sosial perusahan atau

(Corporate Social Responssibility) yang diterapkan didalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan oleh PT Perkebunan Nusantara I (Persero) ?.

3. Apakah masalah yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) di dalam penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang diterapakan di dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ?.

B. Batasan Penelitian

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam penelitian yang dilakukan , maka permasalahan dalam penelitian akan di batasi pada Analisis Implementasai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero).


(25)

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah PT. Perkebunan Nusantara-I (Persero), telah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan secara memadai.

b. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya.

B. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini,diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan di

bidang Tanggung jawab Sosial Perusahaan.

d. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,informasi, dan kelengkapan data yang bermanfaat dalam pertumbuhan perusahaan.

e. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Tanggung Jawab Sosial

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial atau Corporate Sosial Responsibilities merupakan suatu elemen penting dalam kerangka kelanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi,lingkungan dan sosial budaya.

Sebuah organisasi dunia World Bisnis council for sustainable Development(WBCSD) yang di publikasikan dalam situs www.wbsd.org.theswitzerland. Mendefenisikan tanggung jawab sosial sebagai berikut :

CSR atau Tanggung Jawab Sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluaraga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Dari defenisi di atas,dapat di katakan bahwa Tanggung Jawab Sosial adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengiteraksikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan (Stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.Bila kita telah lebih dalam, Tanggung Jawab Sosial dapat di katakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang di


(27)

peroleh bukan sekedar bentuk finansial melainkan rasa kepercayaan dari masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar agar perusahaan dapat terus melakukan aktivitasnya. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Tanggung Jawab Sosial berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Perusahaan yang mengedepankan konsep ini akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa


(28)

kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.

2. Komponen Utama Tanggung Jawab Sosial (CSR)

Menurut Wibisono (2007;134), terdiri beberapa komponen utama Tanggung Jawab Sosial, yaitu :

a. Perlindungan lingkungan.

Organisasi lingkungan memiliki peranan sebagai wadah control sosial yang fokus terhadap pembangunan berkekelanjutan yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Program perlindungan lingkungan ini berfungsi agar perusahaan dapat menjalankan kegitan usahanya dengan berwawasan lingkungan. Contohnya Manejemen daur ulang.

b. Perlindungan dan jaminan karyawan.

Karyawan merupakan faktor penting bagi perusahaan. Apabila perusahaan bersinergi dengan serikat pekerja,maka hampir dapat dipastikan bahwa kinerja karyawan akan positif. Contohnya Pelatihan/kemajuan karir.

c. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat.

Masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dapat mempengaruhi arah dan kebijakan sebuah perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena masyarakat merupakan salah satu bagian dari komponen stakeholder perusahaan. Contohnya : mempekerjakan tenaga lokal


(29)

Pemegang saham merupakan pihak yang sangat berkuasa dalam perusahaan.Para direksi maupun manajer yang diangkat dalam RUPS harus mengetahui keinginan dari pemegang saham dan memberikan informasi secara transparan mengenai keadaan perusahaan. Contohnya semua informasi tentang semua program atau keinginan yang dijalankan perusahaan dapat melibatkan pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat non financial.

e. Penanganan pelanggan/produk

Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan akan memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Jika pelanggan mendapatkan kepuasan dari perusahaan, bisnis akan terus bergulir dengan adanya repeat order dari pelanggan. Contohnya: keterlibatan pelanggan dalam pengembangan produk.

f. Pemasok (supplier)

Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi. Hubungan yang baik dengan pemasok menguntungkan perusahaan karena pemasok telah mengetahui keinginan perusahaan dan akan memenuhinya sesuai dengan keinginan pelanggan. Contohnya: komunikasi dengan pemasok.


(30)

Komunikasi dan pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi, baik bagi stakeholder maupun shareholder. Sistem informasi ini diperlukan baik dalam proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya: memasukkan data kontribusi sosial ke dalam laporan tahunan.

3. Faktor yang mempengaruhi CSR

Menurut Chatrine (2008), pada umumnya implementasi Tanggung Jawab Sosial di perusahaan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

a. Komitmen pimpinan perusahaan.

Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah sosial tidak akan memperdulikan aktivitas sosial. Perusahaan secara keseluruhan sebaiknya meyakini bahwa Tanggung Jawab Sosial (CSR) merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Dengan kata lain, Tanggung Jawab Sosial (CSR) bukan lagi dilihat dari sentra biaya (cost center) melainkan sentra laba (profit center) di masa mendatang. Dengan demikian, Tanggung Jawab Sosial bukan lagi sekedar aktivitas sampingan atau suatu hal yang dapat dikorbankan demi mencapai efisiensi. Namun, Tanggung Jawab Sosial (CSR) telah menjadi bagian penting dalam perusahaan, dimana CSR jika disikapi secara strategis dapat digunakan untuk memperbaiki konteks kompetitif perusahaan yang berupa kualitas lingkungan bisnis tempat perusahaan beroperasi.


(31)

Perusahaan besar dan mapan memiliki peran yang lebih besar untuk memberikan kontribusi daripada perusahaan kecil dan belum mapan. Tanggung Jawab Sosial (CSR) adalah wujud kesadaran perusahaan yang merupakan bagian dari masyarakat, dimana sebaiknya antara perusahaan dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme sehingga tercipta harmonisasi hubungan bahkan meningkatkan citra dan performa perusahaan.

c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur oleh pemerintah

Regulasi dan penataan sistem pajak yang kacau akan memperkecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan sehingga perusahaan dapat menjadi penolong dalam mengatasi masalah sosial yang ada di negara ini. Bisa dipastikan pemerintah tidak akan sanggup mengatasi berbagai permasalahan sosial secara sepihak. Untuk itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh perusahaan akan sangat besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat. Jika sistem regulasi kondusif dan insentif pajak semakin besar diberikan akan lebih berpotensi dalam memberikan semangat pada perusahaan untuk berkontribusi pada masyarakat.


(32)

Dalam melaksanakan CSR, perlu dibuat suatu perencanaan matang yang menyeluruh dan dapat dijalankan secara matematis. Menurut Umar (2003:349), Program jangka panjang suatu perusahaan diturunkan dari perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. Program CSR merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat sustainable di dunia usaha. Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perusahaan perlu dibuat program-program yang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan program CSR membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Menurut Rahendrawan (2006), ada beberapa langkah persiapan dan penerapan CSR, yaitu : a. Perencanaan CSR, yang terdiri dari :

1) mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan CSR untuk perusahaan

2) mempersiapkan alat ukur kinerja dan alat ukur status dari CSR 3) mengidentifikasi inovasi dan/atau intervensi terhadap sistem

yang sedang diterapkan

4) mengidentifikasi masalah CSR yang relevan dengan kegiatan operasional perusahaan

5) mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan CSR, baik dengan unit organisasi dan/atau dari kematangan CSR itu sendiri


(33)

6) menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan CSR di dalamnya

7) mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak yang relevan dalam merancang CSR

8) mempersiapkan program-program dari CSR b. Persiapan aktivitas CSR, yang terdiri dari:

1) proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program CSR

2) memanajemen perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan

3) organisasi program-program CSR, baik internal maupun

eksternal

4) sumber daya internal dari perusahaan (sumber daya manusia, modal, dll)

c. Pengimplementasian CSR, yang terdiri dari:

1) menghubungkan program-program CSR dengan para

stakeholders, yang keterlibatannya akan ditentukan berdasarkan kondisi, prioritas, dan anggaran perusahaan.

2) mengimplementasikan program.

3) person(s) in charge, orang yang memimpin pelaksanaan program


(34)

d. Evaluasi, yang terdiri dari :

1) metode pengawasan dan perangkatnya 2) metode evaluasi dan perangkatnya

3) mekanisme pengembangan terus menerus

4) person(s) in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin

jalannya evaluasi

e. Pelaporan, yang terdiri dari:

1) mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal 2) komunikasi internal dan sistem koordinasi

3) sistem komunikasi eksternal 4) laporan verifikasi

5. Ukuran Keberhasilan Program CSR

Menurut Wibisono (2007:145), untuk melihat sejauh mana efektivitas program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Setidaknya, ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu:

a. Indikator Internal

1) Ukuran Primer

a) Minimize, yaitu meminimalkan perselisihan, konflik, atau

potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif.


(35)

b) Asset, yaitu aset perusahaan yang terdiri dari pemilik, pemimpin perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara dengan aman.

c) Operational, yaitu seluruh kegiatan perusahaan berjalan

aman dan lancar. 2) Ukuran Sekunder

a) Tingkat penyaluran dan kolektibilitas (umumnya untuk PKBL BUMN).

b) Tingkat complience pada aturan yang berlaku.

b. Indikator Eksternal

1) Indikator Ekonomi

a) Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum.

b) Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara

ekonomis.

c) Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan.

2) Indikator Sosial

a) Frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial

b) Tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat.


(36)

6. Jenis-jenis perusahaan berdasarkan karakteristik tanggung jawab perusahaan

Klasifikasi konseptual Tanggung Jawab Sosial (CSR) dikemukakan oleh Carol (1991) dalam Chatrine (2008), memberikan karakteristik tanggung jawab perusahaan yang didasarkan pada empat tipe perusahaan sebagai berikut :

a. tipe perusahaan reaktif (reactive), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) tidak adanya dukungan dari manajemen

2) manajemen merasa entitas sosial itu tidak penting

3) tidak adanya laporan tentang lingkungan sosial perusahaan

4) tidak adanya dukunga pelatihan tentang entitas sosial kepada karyawan

b. tipe perusahaan defensif (defensive), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) isu lingkungan hanya diperhatikan jika dipandang perlu

2) sikap perusahaan tergantung pada kebijakan pemerintah tentang dampak lingkungan yang harus dilaporkan

3) sebagian kecil karyawan mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan.


(37)

c. tipe perusahaan akomodatif (accomodative), dengan karakteristik sebagai berikut:

1) terdapatnya beberapa kebijakan top management tentang

lingkungan sosial

2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun eksternal

3) terdapat beberapa karyawan yang mendapat dukungan untuk

mengikuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan

d. tipe perusahaan proaktif (proactive), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) top management mendukung sepenuhnya mengenai isu-isu

lingkungan sosial perusahaan

2) kegiatan akuntansi sosial dilaporkan, baik secara internal maupun eksternal

3) karyawan memperoleh pelatihan secara berkesinambungan

tentang akuntansi dan lingkungan sosial perusahaan

7. Manfaat kegiatan CSR

Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007:131), ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh apabila program CSR diterapkan oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut :


(38)

a. manfaat bagi individu karyawan, yaitu : 1) belajar metode alternatif dari berbisnis

2) menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru

3) mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru 4) memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan

memberi kontribusi bagi komunitas local 5) mendapatkan persepsi baru atas bisnis b. manfaat bagi penerima program, yaitu :

mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya

1) mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa

pendekatan yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah 2) memperoleh pengalaman dari organisasi seperti menjalankan

tugas.

c. manfaat bagi perusahaan, yaitu :

1) memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas bekerja sama dengan komunitas

2) peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas 3) meningkatkan pengetahuan tentang komunitas local

4) meningkatkan citra dan profil perusahaan di masa masyarakat karena para karyawan menjadi duta besar bagi masyarakat.


(39)

8. Hambatan/tantangan penerapan program Tanggung Jawab Sosial

Menurut Rudito (2007:240), terdapat faktor penghambat/tantangan dalam menjalankan program Tanggung Jawab Sosial, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kualitas sumber daya yang rendah. Dalam konteks ini, sumber daya yang tersedia kurang dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan. Di samping itu, pola hidup komunitas lokal sangat berbeda dengan pola hidup dari industri itu sendiri.

b. Jumlah staf yang kurang memadai. Ini merupakan dampak dari

sumber daya lokal yang kurang memadai sedangkan perusahaan dituntut untuk mempekerjakan penduduk lokal sebagai konsekuensi dari keberadaan perusahaan di wilayah tersebut.

c. Kurangnya dukungan pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan sistem dan keadaan politik di daerah tersebut. d. Perbedaan persepsi di pihak internal dan atau pihak eksternal

perusahaan. Pihak internal tentu saja ingin memaksimalkan keuntungan. Dengan adanya Program CSR, tentu saja akan menambah biaya bagi perusahaan. Namun, program CSR harus tetap dijalankan karena menyangkut kepentingan pihak eksternal, seperti masyarakat sekitar.


(40)

9. Implementasi Tanggung Jawab Sosial pada Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor usaha yang belum diminati oleh swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, hasil penerimaan lainnya. Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, perdagangan, dan konstruksi.

B. Tinjauan Penelitian terdahulu 1. Fadle Mustafa (2008)

Penelitian ini dilakukan oleh Fadle Mustafa berjudul “Penerapan Akuntansi Sosial Ekonomi Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT.Pupuk Sriwijaya (Persero)” Metode yang digunakan adalah metode deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan


(41)

bahwa biaya-biaya sosial PT Pusri terdiri dari biaya sosial yang terkait dengan karyawan, biaya sosial yang terkait dengan masyarakat, pengusaha kecil dan koperasi, biaya sosial yang terkait dengan konsumen, dan biaya sosial yang terkait dengan lingkungan.

2. Harry Wahyudhy Utama (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Harry Wahyudhy utama

berjudul Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT. Pupuk kujang”.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualittif deskriftif .Hasil Penelitian bahwa. Penerapan Tanggung Jawab Sosial di perusahaan menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan.

Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholders serta lingkungan masyarakat sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya.

C. Kerangka Konseptual

Tanggung jawab perusahaan memberikan konsep yang berbeda dimana perusahaan tersebut secara sukarela menyumbangkan sesuatu demi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) didasarkan pada semua hubungan, tidak hanya dengan masyarakat tetapi juga dengan pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung


(42)

jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama

,

.Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu

cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Pada kesempatan kali ini penulis membuat kerangka konseptual dimana

Undang-undang No. 40 tahun 2007 dan Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan No. 01 Paragraf 09, sebagai dasar dari penerapan Tanggung Jawab Sosial atau yang lebih dikenal dengan CSR, mewajibkan untuk melaksanakan kegiatan CSR bagi perusahaan dan didalam PSAK juga dianjurkan memebuat laporan kegiatan lingkungan.Hal ini merupakan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar seperti masyarakat, karyawan, pemerintah, yang mempunyai tujuan untuk kemajuan perkonomian nasional. Dalam penelitian ini, peneliti membuat bagan atau gambaran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Undang-undang No 40 tahun 2007

PSAK No 01Paragraf 9

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


(43)

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriftif,yaitu penulis mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahn penelitian dan mencari penyelesaiannya.Menurut Sugiyono (2006:11),” penelitian deskriftif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau dengan menghubungkan dengan variabel lainya”.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari:

1. Data primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh dari responden selaku objek penelitian,dalam hal ini data yang diperoleh berupa hasil wawancara.

2 Data skunder, yaitu data yang diolah yang diperoleh dari perusahaan, antara lain sturuktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, dan data yang berhubungan dengan aktivitas (kinerja) perusahaan.

3. Sumber data, di peroleh dari kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara I,

di bawah naungan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM), bagian Umum unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.


(45)

C. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Adapun tehnik pengumpulan data dan pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Tehnik dokumentasi,yaitu dengan cara mengumpulkan data skunder

yang telah terdokumentasi, baik data keuangan maupun data non-keuangan.Data ini bersumber dari perusahaan dan literatur-literatur

yang ada.

2. Wawancara Sugiyono (2006:130) menyatakan bahwa, ”wawancara

digunakan sebagai tehnik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi untuk menemukan masalah yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang kebih mendalam jumlah respondennya sedikit/kecil.”

D. Model Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode analisis data dimana data yang di kumpul, disusun, diinterpretsikan, dan di analisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang di hadapi. Data yang diperoleh berupa laporan keuangan PT. PERKEBUNAN Nusantara I (Persero) tahun 2005 -2009 selain itu peneliti juga membutuhkan data laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan peneliti juga membutuhkan dokumen dan catatan lain yang berkenaan dengan kegiatan CSR yang telah diterapkan perusahaan, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan data kelengkapan lainnya.


(46)

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Untuk keperluan ini, penulis melakukan penelitian pada kantor PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), Jl. Kebun Baru No. 86, Langsa,

Nangroe Aceh Darussalam.Waktu penelitian adalah selama bulan April-Juni 2010.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum Perusahaan 1. Historis Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) merupakan satu-satunya BUMN Perkebunan yang berada di Provinsi Pemerintah aceh, dibentuk dari hasil Konsolidasi BUMN Perkebunan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996, yang dikukuhkan dengan Akta Pendirian Nomor 34 tanggal 11 Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta, dengan modal dasar Perseroan sebesar Rp 400,- milyar dan yang sudah ditempatkan dan disetor pemerintahs ebesar Rp 120,- milyar, kemudian telah dilakukan perubahan dengan Akta Nomor 6 tanggal 8 Oktober 2002 oleh Kantor Notaris Sri Rahayu A. Prasetyo, SH dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-20858 HT.01.04 tahun 2002 tanggal 25 Oktober 2002.

Kemudian pada akhir tahun 2008, Anggaran Dasar PTPN I mengalami perubahan sesuai akta perubahan Anggaran Dasar Perseroan Nomor 7 tanggal 13 Agustus 2008 dan telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-80120.Ah.01.02 Tahun 2008, tanggal 31 Oktober 2008.


(48)

terdiri dari :

Kebun/Unit Kerja Budi Daya Kebun/Unit Kerja Budi Daya

1. Pulau Tiga - K. Sawit 10. Krueng Luas - K. Sawit

2. Kebun Lama - K. Sawit 11. Ujung Lamie - K. Sawit

3. Kebun Baru - K. Sawit 12. Batee Puteh - K. Sawit

4. Tualang Sawit - K. Sawit 13. PKS. Pulau Tiga - Pengolahan TBS

5. Cot Girek - K. Sawit 14. PKS/PIS T. Seumantoh - Pengolahan TBS

6. Karang Inong - K. Sawit 15. PKS Cot Girek - Pengolahan TBS

7. JR. Utara - K. Sawit & Karet 16. Kantor Pusat - Langsa

8. PKR. JR Utara - Pengolahan Karet SIR - Kantor Penghubung - LO Medan

9. JR. Selatan - Karet & Pengolahan RSS - Kantor Penghubung - LO Jakarta

17. RS. Cut Meutia - Layanan Kesehatan

Untuk kebun karet eks KSO, dalam hal ini kebun Karang Inong dan JR. Selatan, pada tanggal 16 Oktober 2009 telah ditanda tangani kerjasama pengelolaan antara PTPN I dengan PTPN III dan efektif mulai tanggal 1 Januari 2010 dengan jangka waktu 25 tahun kedepan.

Sedangkan kebun K. Sawit eks KSO sejak cut off date per tanggal 31 Agustus 2009, sejak tanggal 1 September 2009 sampai saat ini masih dikelola

sendiri. Kedepan pengelolaan kebun tersebut akan dikerjasamakan dengan PTPN IV dalam bentuk anak perusahaan.


(49)

2.1.Visi

Menjadikan PTPN I sebagai korporasi perkebunan yang tangguh dalam menghadapi persaingan global dan mampu memberikan kesejahteraan bagi stakeholder.

2.2.Misi

- Meningkatkan pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan dengan

mengusahakan 2 (dua) komoditi yaitu kelapa sawit dan karet secara efisien dan ekonomis, dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG.

- Menciptakan Value Creation untuk meningkatkan profitabilitas korporasi secara berkesinambungan.

- Meningkatkan pengelolaan budi daya kelapa sawit dengan menggunakan teknologi maju.

- Mengusahakan, memelihara dan meningkatkan kesejahteraan karyawan serta kepuasan pelanggan.

- Berpedoman dan menjunjung tinggi nilai-nilai religius.

2.3.Good Corporate Governance (GCG)

Penerapan GCG dalam pengelolaan kegiatan usaha PTPN I masih dan terus dilaksanakan, karena penerapan ini merupakan satu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan


(50)

peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Pengelolaan perusahaan tetap berpegang pada penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yang meliputi :

- Transparansi, yaitu keterbukaan dalam setiap pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai korporasi.

- Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana korporasi bebas dari benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

- Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

- Pertanggungjawaban, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

- Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pendirian Kegiatan Program PKBL

PTP. Nusantara I (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang membawa misi pemerintah sebagai salah satu katalisator


(51)

penggerak perekonomian nasional disamping usaha yang dilakukan pihak swasta, koperasi dan semua unsur penggerak sistem ekonomi di Indonesia. Adapun tujuan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah dalam rangka membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional dengan cara mendorong pelaku ekonomi tingkat menengah dan kecil agar tidak terjadi kesenjangan, sehingga diharapkan akan dapat tercipta kemitraan yang sehat dengan Badan Usaha Milik Negara yang tujuan akhirnya untuk kemakmuran masyarakat.

Pada awalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1983 telah diamanatkan kepada semua BUMN untuk dapat turut membantu pengembangan usaha kecil dan sebagai tindak lanjutnya telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1232/KMK.013/1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usaha Kecil oleh BUMN yang kemudian disusul dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) melalui pemanfaatan laba BUMN yang disempurnakan dengan No. 60/KMK.016/1996 tanggal 9 Pebruari 1996 tentang pereubahan pasal dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pembinaan BUMN Departemen Keuangan dan Direktur Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil dan Koperasi Departemen Koperasi dan PPK No. KEP. 1515/BU/1994 dan 02/SKB/PPKX/1994 tanggal 14 Oktober 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara.


(52)

Kemudian pelaksanaannya diubah dengan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan No. 266/KMK.016/1997 tanggal 11 Juni 1997 yang diikuti dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Republik Indonesia/Kepala Badan Pembinaan BUMN No. 197/MPBUMN/1999 tanggal 29 Juli 1999 tentang Pedoman Penentuan Kualitas dan Penghapusbukuan (Write-Off) Pinjaman Dana Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dari Bagian Laba Badan Usaha Milik BUMN, dan dilakukan perubahan kembali dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Republik Indonesia No. Kep-216/MPBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Pedoman Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN. Dengan terjadinya pergantian nama kementerian tersebut pelaksanaannya dikembalikan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK).

Dengan pertimbangan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan perlu ditingkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, maka Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri No. 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan Junto Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan dan saat ini disebut dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Dalam rangka penyempurnaan Surat Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina


(53)

Lingkungan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri No. 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTP. Nusantara I (Persero) berdomisili di Jl. Kebun Baru Po Box 1 Langsa.

Maksud dan tujuan didirikannya Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTP. Nusantara I (Persero) adalah :

1. Merupakan wujud kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya atau lebih dikenal dengan Corporate Sosial Responsibility (CSR). Dengan pelaksanaan PKBL diharapkan hubungan dengan para stakeholders menjadi baik dan langgeng sehingga kelangsungan usaha perusahaan dapat terjaga.

2. Untuk meningkatkan taraf hidup pengusaha kecil, menegah dan koperasi yang pada gilirannya mampu mengurangi kesenjangan sosial dan sekaligus dapat menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

3. Untuk menciptakan hubungan saling menunjang antara PTP.

Nusantara I (Persero) dengan Dinas Koperasi dan UKM di dalam pelaksanaan penyaluran dana yang efektif dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di lingkungan wilayah kerja perusahaan serta terwujudnya ekonomi kerakyatan tanpa mengabaikan peran usaha dari perusahaan.


(54)

5. Perbaikan SDM masyarakat di sekitar ps melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTP. Nusantara I (Persero) berpedoman kepada beberapa ketentuan :

a. Surat Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007, tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dimana setiap BUMN Pembina diwajibkan untuk membuat Laporan Triwulan sebagai pertanggung jawaban keuangan dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

b. Surat Edaran Menterei Badan Usaha Milik Negara Nomor :

SE-433/MBU/2003, tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

196/KMK.016/1998 tanggal 24 Maret 1998 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara.

PKBL PTP. Nusantara I (Persero) beralamat di Kantor Pusat PTN I (Persero) Kota Langsa Propinsi Aceh. Komitmen Manajemen dalam mengelola perusahaan juga memperhatikan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial di wilayah operasi perusahaan. Hal tersebut menghindari image masyarakat badan perusahaan bukan sebagai pencari keuntungan belaka tetapi juga memperhatikan lingkungan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan.


(55)

3.1 Kegiatan Utama

Urusan PKBL PTP. Nusantara I (Persero) telah mendukung Program Kemitraan sejak tahun 1989 dan sampai dengan tahun 2009 jumlah mitra binaan sebanyak 1.104 unit usaha dalam bentuk pemberian pinjaman untuk modal kerja dan investasi berbagai kalangan usaha kecil meliputi :

- Sektor Industri - Sektor Perdagangan - Sektor Pertanian - Sektor Peternakan - Sektor Perikanan - Sektor Jasa dan - Sektor Lainnya

Selain bantuan tersebut di atas perusahaan juga membantu Kopontren, Sekolah dan Perguruan Tinggi dalam bentuk pola perkebunan kelapa sawit yaitu seluas ± 754 Ha tanaman kelapa sawit dimana manfaat bantuan tersebut untuk membiayai pesantren yang mendidik anak-anak/guru yang berasal dari anak yatim piatu yang tidak mampu yang terdapat di kabupaten-kabupaten Propinsi Aceh.

3.2. Program Kemitraan

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut dengan Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan


(56)

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bgian laba BUMN dan setiap Badan Usaha Milik Negara wajib memenuhi ketentuan ini. Sedangkan bagi Persero terbuka dapat melaksanakan program Kemitraan dengan berpedoman pada keputusan ini yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sumber dana Program Kemitraan berasal dari :

• Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina

• Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan.

• Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain jika ada

• Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain. Bentuk dan Status Bantuan dan Pembinaan

a. Pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.

b. Pinjaan khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan. c. Beban Pembinaan

1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemasaran, promosi, dan hal lain yang menyangkut peningkatan produktifitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program Kemitraan.


(57)

2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana program kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

3) Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk

kepentingan Mitra Binaan.

3.3. Program Bina Lingkungan

Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan Program Bina Lingkungan ini terdiri dari :

• Program Bina Lingkungan BUMN adalah program Bina Lingkungan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan.

• Program Bina Lingkungan BUMN Peduli adalah program Bina

Lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama oleh BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh Menteri Negara BUMN.

Sumber Dana Bina Lingkungan berasal dari :

• Penyisihan laba setelah Pajak BUMN Pembina

• Hasil bunga deposito atau jasa giro dari dana program Bina Lingkungan


(58)

wilayah kerja PTP. Nusantara I (Persero) meliputi Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tengah, Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Barat, Aceh Selatan dengan kondisi dan karakterMitra Binaan yang sangat bervariasi serta latar belakang yang berbeda. Secara umum Mitra Binaan mempunyai berbagai permasalahan karena Mitra Binaan merupakan usaha bisnis dalam kategori usaha mikro/kecil.

5. Stuktur Organisasi

Struktur organisasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) semula berada di Biro Perencanaan dan Pengembangan dan dialihkan ke Bagian Umum sesuai Surat Keputusan Direksi No. 01.5/P/SKEP/313/2007 tanggal 29 September 2007 operasional atas pengawasan dan pembinaan di bawah Direktur SDM dan Umum.


(59)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)

5.1. Susunan Pengurus

Agar tujuan pelaksanaan Program Kemitraan dapat tercapai seperti yang diinginkan, maka perlu dibentuk unit tersendiri yang bertugas khusus melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau selanjutnya disebut sebagai unit PKBL dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan secara keseluruhan dengan satuan gugus tugas sebagai berikut :

a. Unit PKBL sekurang-kurangnya melakukan fungsi pembinaan

(evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi dan lainnya termasuk fungsi administrasi dan keuangan).

DIREKTUR SDM DAN UMUM

BAGIAN UMUM

URUSAN PKBL


(60)

b. Unit PKBL di Kantor Pusat dibentuk dengan memperhatikan jumlah dana yang dikelola, luas wilayah binaan dan jumlah mitra binaan serta mempertimbangkan kondisi perusahaan, sedangkan bentuk pelaksanaan di Kantor Cabang/Perwakilan disesuaikan dengan kebutuhan.

c. Unit PKBL bertanggungjawab langsung kepada Direksi Perusahaan yang ditetapkan dalam rapat Direksi, sedangkan Karyawan yang ditunjuk untuk menagani unit PKBL memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan karyawan lain di BUMN pembina yang bersangkutan.

Struktur organisasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTP. Nusantara I (Persero) ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 01.5/SKEP/313/2007 dengan susunan sebagai berikut :

- Kepala Bagian Umum : H. Azhar Nasir, SH

- Kepala Urusan PKBL : Drs. Yuan Helmi

- Staf Urusan Administrasi Keuangan : Sri Kemala, SE

Perubahan Struktur Organisasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTP. Nusantara I (Persero) ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan No. 01/P/SKEP/426/2009 dan No. 01.5/SKEP/313/2009 sebagai berikut :

- Kepala Bagian Umum : H. Azhar Nasir, SH

- Kepala Urusan PKBL : Usmansyah

- Staf Urusan Administrasi Keuangan : Drs. H. Wan Fadli, MBA

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan


(61)

Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemempuan usaha kecil agar mampu menjadi tangguh dan mandiri melelui pemenpaatn dana dari bagian laba perusahaan .Program Bina lingkungan yang selanjutnya disebut BL, adalah Program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalai pemanfatan dana bagian dari laba BUMN.Program ini terdiri dari Program BL BUMN Pembina dan Program BL BUMN Peduli. Program BL BUMN Pembina adalah BL yang ditetapkan oleh dan ditetapkan oleh BUMN pembina diwilayah usaha BUMN yang bersangkutan sedangkan Program BL BUMN Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama oleh BUMN pembina dan pelaksaannya ditetapkan serta dikordinator oleh Menteri Negara BUMN.

Sumber Dana Program Kemitraan: berasal dari

1. Penyisihan laba setelah pajak BUMN pembina sebesar 2%,berdasarkan surat keputusan Menteri BUMN, Undang – undang Nomor 19 Tahun 2003 tantang Badan Usaha Milik Negara.

2. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program kemitraan.

3. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain jika ada. 4. Penyaluran dana dari BUMN pembina lain.

Adapun beberapa Unit usaha Mitra Binaan yang dibina oleh PTPN I (Persero) antara lain :


(62)

Nama Pemilik : Amiruddin

Alamat Usaha : Desa Simpang VI Karang Baru Aceh Tamiang

Jenis Usaha : Pedagang Kelontong, berupa sembako

secara eceran

Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000

Masa Pembinaan : 2 Tahun, (2007 – 2009)

Masa Jatuh Tempo Pinjaman : 1 September 2009 Kualitas Pinjaman Berdasarkan

kriteria PKBL, PTPN I (Persero) : Lancar

Agunan atau jaminan berupa : BPKB Sepeda Motor dengan Nomor Polisi BL 5117 AL

Perkembangan usaha menurut

Pemilik Usaha : Sebelum mendapatkan pinjaman PKBL

PTPN I (Persero) usaha Warung Kembar hanya beromset sekitar RP. 200.000 per hari.

Sedangkan sesudah mendapatkan Pinjaman PKBL PTPN I (Persero) Usaha Warung Kembar beromset sekitar Rp. 600.000,- per hari dan perkembangan usaha dapat dilihat bahwa persediaan barang dagangan di kios bertambah dan usaha Warung Kembar telah Mempunyai 1 orang karyawan. Penilaian Pemilik Usaha Mitra

Binaan PTPN I (Persero) Terhadap PKBL PTPN I

(Persero) : Sangat baik

2. Usaha : UD. RIZKI FIRMA SERVICE

Nama Pemilik : Ibrahim


(63)

No. 7 A

Jenis Usaha : Service Sepeda Motor

Besar Pinjaman : Rp. 17.775.500

Masa Pembinaan : 2 Tahun, (2007 – 2009)

Masa Jatuh Tempo Pinjaman : 1 Maret 2009 Kualitas Pinjaman Berdasarkan

kriteria PKBL, PTPN I (Persero) : Lancar

Agunan atau jaminan berupa : Surat Akte Tanah beralamat di Desa Payad Kuala Simpang

Perkembangan usaha menurut

Pemilik Usaha : Sebelum mendapatkan pinjaman PKBL

PTPN I (Persero) usaha UD. Riski Firma

Service hanya beromset sekitar Rp. 150.000,- per hari.

Sedangakan setelah mendapatkan pinjaman PKBL PTPN I (Persero) UD . Riski Firma Service, beromset sekitar Rp. 900.000,- per hari dan mempunyai 3 orang karyawan serta mempunyai 2 unit kompresor.

Penilaian Pemilik Usaha Mitra Binaan PTPN I (Persero) Terhadap PKBL PTPN I


(64)

3. Usaha : UD. ANEKA

Nama Pemilik : Darmansyah

Alamat Usaha : Jl. Pasar Ikan No. 152 Kuala Simpang

Jenis Usaha : Pembuatan perabot rumah tangga

Besar Pinjaman : Rp. 23.610.000

Masa Pembinaan : 2 Tahun, (2007 – 2009)

Masa Jatuh Tempo Pinjaman : 30 Januari 2009 Kualitas Pinjaman Berdasarkan

kriteria PKBL, PTPN I (Persero) : Macet

Agunan atau jaminan berupa : Surat Akte Tanah di Desa Paya Buyuk Kuala Simpang

Perkembangan usaha menurut

Pemilik Usaha : Sebelum mendapatkan pinjaman PKBL

PTPN I (Persero) UD.Aneka beromset sekitar RP.15.000.000 per bulan dan mempunyai 3 orang karyawan.

Sedangkan setelah mendapatkan pinjaman PKBL PTPN I (Persero) UD Aneka tidak dapat menjalankan usahanya, akibat keluarnya peraturan daerah tentang kayu dan hasil hutan yang membatasi praktek Ilegal loging yang berakibat UD.Aneka tidak mendapatkan bahan baku berupa kayu, hal ini merupakan penyebab tidak terpenuhinya kewajibannya ke PKBL PTPN I (Persero).

Penilaian Pemilik Usaha Mitra Binaan PTPN I (Persero) Terhadap PKBL PTPN I

(Persero) : Kurang baik


(65)

4. Usaha : UD. Amanda

Nama Pemilik : Suprapto

Alamat Usaha : Desa Seunebok Baru Kecamatan Manyak

Payed

Jenis Usaha : Pembuatan roti, kue

Besar Pinjaman : Rp. 24.307.500

Masa Pembinaan : 2 Tahun, (2006 – 2008)

Masa Jatuh Tempo Pinjaman : 10 Maret 2008 Kualitas Pinjaman Berdasarkan

kriteria PKBL, PTPN I (Persero) : Macet

Agunan atau jaminan berupa : Surat Akte Tanah di Desa Simpang Empat Karang Baru Kuala Simpang

Perkembangan usaha menurut

Pemilik Usaha : Sebelum mendapatkan pinjaman PKBL

PTPN I (Persero) UD .Amanda beromset sekitar RP.400.000 per hari dan 2 orang karyawan, tetapi sejak terjadinya banjir di daerah Aceh Tamiang pemilik usaha tidak dapat melanjutkan usahanya lagi karena seluruh peralatan telah rusak dan hanyut terbawa arus banjir. Sejak saat itu pemilik telah menutup usahanya menyebabkan tidak dapat mengembalikan pinjaman PKBL PTPN I (Persero).Banjir ini terjadi pada tahun 2006.

Penilaian Pemilik Usaha Mitra Binaan PTPN I (Persero) Terhadap PKBL PTPN I


(66)

Sumber Dana Program Bina Lingkungan

1. Penyisihan laba BUMN setelah laba setelah pajak sebesar 30% dari 2% dari Program Kemitraan (30% dari yang di atas) berdasarkan surat keputusan Mentri BUMN, Undang – undang nomor 19 tahun 2003.

2. Hasil bunga deposito dan /atau jasa giro dari dana Program Kemitraan Bina Lingkungan.

Program ini bersifat suka rela tanpa mengharapkan pengembalian.Apabila perusahan mengalami kerugian maka Program PKBL akan di bahas didalam RUPS PT Perkebunan Nusantara I (Persero).

Pada kesempatan kali ini Peneliti menggunakan atau menganalisis data 5 tahun mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

Ukuran Keberhasilan Mitra binaan

Didalam Program Kemitaraan PT perkebunan Nusantara I (Persero) ukuran keberhasilan Mitra Binaan tergantung pada tingkat pengembalian pinjaman Mitra Binaan tanpa melihat berhasil atau tidaknya Usaha yang di Bina, dapat dilihat pada Kualitas pinjaman pada halaman berikutnya.

Penyaluran Pinjaman

Pinjaman disalurkan melalui Program Kemitraan diarahkan kepada usaha kecil yang secar teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memeperoleh pinjaman (belum bankable). Di dalam Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) pada prinsipnya seluruh pemohon wajib mendapat pinjaman,tetapi hal ini juga dipertimbangkan atas dana yang tersedia diperusahaan, ukuran atau indikator bagi si peminjam akan dilakukan beberapa tahapan :


(67)

1. Tahapan survai oleh Tim dari PTPN I (Unit PKBL)

2. Melihat karakter si pemohon oleh Tim dari PTPN I (Unit PKBL) 3. Melihat jaminan atau agunan (bila perlu sesuai pinjaman dengan yang

diajukan pemohon).

Pada prinsipnya keputusan permohonan berada pada Tim dari PTPN I (unit PKBL), didalam Program kemitraan PTPN I (Persero) tidak ada yang gagal atau di tolak hanya di berikan tahapan sesuai dengan urutan pendaftaran permohonan tetapi ada juga beberapa unit usaha yang di kembalikan permohonannya misalnya; Karakteristik perusahan, dan tidak memenuhi syarat Administrasi.

Evaluasi yang dilakukan menilai layak atau tidaknya permohonan

Calon Mitra Binaan yang ingin mendapatkan pinjaman Program kemitraan untuk pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada PTPN I (Persero) pembina, atau BUMN penyalur atau lembga penyalur dengan melampirkan data sebagi berikut;

1. Nama dan alamat unit usaha.

2. Nama dan alamat pemilik unit usaha. 3. Bukti identitas diri pemilik.

4. Bidang usaha.

5. Izin usaha atau surat keterangandari pihak yang berwenag. 6. Data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha. 7. Rencana usaha dan kebutuhan dana.


(68)

(Persero) sebagai penyalur memberikan keputusan berdasarkan kreteria yang ditetapkan oleh Tim survey. Pinjaman Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) selama 2 tahun. Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) dilakukan Oleh Kementerian BUMN dapat dilihat pada halaman berikutnya.

2. Penyajian Laporan Keuangan

Pengelolaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan rutin PTP. Nusantara I (Persero), dan pembukuan PKBL terpisah dari Pembukuan PTP. Nusantara I (Persero).

Laporan keuangan PKBL disusun dengan menggunakan konsep harga perolehan (historical cost) dan mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Basis akuntansi adalah dasar akrual (accrual basis) kecuali untuk penerimaan bunga pinjaman menggunakan dasar kas (cash basis).Laporan Keuangan PKBL terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Laporan Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Posisi Keuangan menyajikan informasi yang menggambarkan posisi keuangan berupa aktiva, kewajiban dan aktiva bersih pada saat tertentu.

Laporan Aktivitas menyajikan informasi mengenai penerimaan dana, pendapatan, penyaluran dana dan pengeluaran/beban operasional, serta kenaikan/penurunan aktiva bersih pada periode berjalan.


(69)

dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan Arus Kas disusun menggunakan metode langsung.

3. Kas dan Setara Kas

Kas adalah saldo kas (cash on hand) dan atau rekening bank/giro pos yang dimiliki untuk memenuhi komitmen jangka pendek bukan untuk investasi atau tujuan lain. Setara kas adalah deposito atau investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, yang dapat segera diubah dan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan dan dapat menjadi kas dalam jumah yang telah diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

4. Piutang Penyisihan Laba kepada BUMN

Piutang Penyisihan Laba kepada BUMN adalah penyisihan laba BUMN Pembina tahun lalu atau tahun sebelumnya yang belum dialokasikan BUMN Pembina kepada unit PKBL.

5. Piutang Pinjaman Mitra Binaan

Piutang pinjaman mitra binaan disajikan dalam jumlah pokok pinjaman, piutang pinjaman bermasalah dan telah diusulkan untuk dihapuskan disajikan sebagai aktiva lain-lain.Kualitas pinajaman ini digunakan sebagai acuan atau indikator didalam evaluasi kinerja Mitra Binaan pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)


(70)

- Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu;

- Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; - Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan

atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama;

- Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui.

Pinjaman bermasalah :

a. Pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya namun tidak terpulihkan, dikelompokkan dalam aktiva lain-lain dengan pos pinjaman bermasalah. b. Terhadap pinjaman bermasalah sebagaimana dimaksud pada butir a di atas

yang akan dihapusbukukan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri / RUPS.

c. Terhadap pinjaman bermasalah yang telah dihapusbukukan tetap

diupayakan penagihannya dan hasilnya dicatat dalam pos pinjaman bermasalah yang diterima kembali.


(71)

Mulai tahun buku 2008, pada akhir periode akuntansi diakui beban penyisihan piutang, yaitu beban yang timbul karena adanya penyisihan atas piutang pinjaman yang mungkin tidak tertagih yang dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari saldo piutang, sesuai dengan kualitas pinjaman.

Beban penyisihan piutang diukur dan dicatat sebesar selisih jumlah alokasi penyisihan piutang tahun berjalan dengan jumlah alokasi penyisihan piutang pada tahun sebelumnya. Prosentase alokasi penyisihan piutang dihitung berdasarkan kualitas pinjaman, yaitu :

- untuk piutang lancar, besarnya penyisihan adalah 0% - untuk piutang kurang lancar, besarnya penyisihan adalah 25% - untuk piutang diragukan, besarnya penyisihan adalah 75%

- untuk piutang macet, besarnya penyisihan adalah 100%

6. Pendapatan dan Beban

Pendapatan diakui dan disajikan dalam laporan aktivitas sesuai dengan basis yang dibunakan yaitu basis akrual. Pendapatan akan dicatat/diakui pada saat realisasi, kecuali penerimaan bunga pinjaman menggunakan basis kas yaitu pendapatan bunga pinjaman diakui ketika kas diterima. Pendapatan meliputi jumlah kas yang diterima atas bunga pinjaman, jasa giro, bunga deposito dan pendapatan lainnya.


(72)

Pendapatan jasa administrasi yang dikenakan kepada Mitra Binaan sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 Pasal 12, jasa administrasi pinjaman sebagai berikut :

a. Jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan pertahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan lain oleh Menteri. b. Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip jual beli

maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan dengan margin sebesar 6% (enam persen) atau sesuai dengan penetapan Menteri.

c. Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil maka rasio bagi hasilnya untuk BUMN Pembina adalah mulai dari 10% (10 : 90) sampai dengan maksimal 50% (50 : 50).

6.2 Beban Operasional

Untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan disediakan dana operasional bersumber dari hasil pengembangan dana kemitraan (bukan yang berasal dari pokok dan penyisihan laba BUMN) yang diakui sebesar jumlah yang benar-benar dikeluarkan dan akan digunakan untuk operasional diantaranya :

a. Kegiatan Pembinaan

- Beban perjalanan dinas petugas/pengelola dalam rangka survey lokasi usaha calon mitra binaan, monitoring/evaluasi perkembangan usaha mitra binaan dan kegiatan penagihan pinjaman.

- Beban upah tenaga harian/honorer yang membantu pelaksanaan


(73)

b. Beban karyawan unit PKBL diantaranya beban yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam melaksanakan fungsi pembinaan, fungsi administrasi dan keuangan.

c. Beban administrasi yang meliputi administrasi Bank, beban surat

menyurat dan sejenisnya.

d. Pengadaan Inventaris seperti pembelian perangkat komputer beserta program aplikasinya dan inventaris kantor lainnya.

e. Pengadaan kendaraan bermotor yang akan dipergunakan untuk menunjang kegiatan operasional yang pengadaannya disesuaikan dengan kondisi dana operasional yang tersedia.

7. Aktiva Bersih

Aktiva bersih diklasifikasikan menjadi Aktiva Bersih Terikat (ABT) dan Aktiva Bersih Tidak Terikat (ABTT). Aktiva Bersih Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu atau tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasional normal. Aktiva Bersih Tidak Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu.

8. Pemberian Dana Program Bina Lingkungan

Pemberian Dana Program Bina Lingkungan dilakukan dalam bentuk seperti di bawah ini :


(1)

b. Mutasi Pinjaman Bermasalah

Dalam pelaksanaan Program Kemitraan terdapat kendala yang timbul disebabkan sebagian Mitra Binaan tidak memenuhi kewajibannya dan melaksanakan angsuran, sehingga dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut :

(Rp. 000)

Uraian

Penerimaan Tunggakan

S.d. Tahun 2004 Tahun 2005 Selisih Tunggakan S.d. Tahun 2005 Bertambah Resche

PTPN-I

Usaha Kecil 3.634.417 625.730 140.066 (182.692) 3.451.725 Koperasi 431.841 19.297 14.675 (518) 431.323 Jumlah 4.066.258 645.027 154.741 (183.210) 3.883.048

EKS. PTPN-IV

Usaha Kecil - 1.999.154 21.077 1.978.077 1.978.077

Koperasi - 244.517 - 244.517 244.517

Jumlah - 2.243.671 21.077 2.222.594 2.222.594

EKS. PTPN-III

Usaha Kecil - 232.248 2.500 229.748 229.748

Koperasi - 290.080 - 290.080 290.080

Jumlah - 522.328 2.500 519.828 519.828

JUMLAH

Usaha Kecil 3.634.417 2.857.132 163.643 2.025.133 5.659.550 Koperasi 431.841 553.894 14.675 534.079 965.920 Jumlah 4.066.258 3.411.026 178.318 2.559.212 6.625.470 Sumber: PTPN I, tabel 4.22

1.2 Program Write Off

Sehubungan dengan terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dimana sebagian besar mitra binaan berasal dari Kabupaten Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Barat, dan Aceh Selatan telah terkena musibah tersebut dimana diantaranya ada yang meninggal dunia, tempat usaha/rumah sudah tidak ada dan tidak diketahui lagi alamat yang bersangkutan, selain itu ditambah pula dengan terjadinya banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang. Berkaitan dengan total tunggakan tersebut di atas


(2)

dalam keadaan force mayor maka mitra binaan yang terkena musibah yang tidak mungkin lagi melakukan usahanya, kepada yang bersangkutan akan dilakukan write off (penghapusbukuan).

Adapun jumlah mitra binaan tersebut menurut wilayah binaan adalah sebagai berikut :

(Rp. 000)

No. Wilayah Usaha Kecil Koperasi Jumlah

Unit Rp. Unit Rp. Unit Rp.

1. Aceh Tamiang 12 149.414 7 45.360 19 194.774

2. Langsa 75 815.306 3 18.418 78 883.724

3. Aceh Timur 32 415.192 15 95.832 47 511.024

4. Aceh Utara 7 43.086 2 25.960 9 69.045

5. Aceh Tengah 21 248.436 2 290.080 23 538.516

6. Pidie 22 166.457 6 44.149 28 210.606

7. Aceh Besar 69 642.665 11 189.738 80 832.404 8. Banda Aceh 64 791.363 4 46.284 68 837.648

9. Sabang 10 60.405 - - 10 60.405

10. Aceh Barat 14 87.145 4 39.015 18 126.160 11. Aceh Selatan 63 405.984 2 10.307 65 416.291 12. Aceh Tenggara 31 264.005 7 57.558 38 321.563 Jumlah 420 4.089.458 63 862.702 483 4.952.160 Sumber: PTPN I, tabel 4.23

2.1 Kinerja Perusahaan pada Tahun 2005

Perhitungan Kinerja Usaha PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) pada tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002 pada Nilai Bobot sebesar 55,55 dengan kategori “BBB” dan Tingkat Kesehatan

“Kurang Sehat”.

Dengan demikian hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya Piutang Tak tertagih terlalu tinggi dari Program kemitraan dan Bina lingkungan yang berakibat menjadi Penghapus bukuan oleh perusahaan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) telah dilaksanakan pada oleh PT Perkebunan Nusanatara I (Persero), sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007, Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan. Program Kegiatan PKBL telah sesuai daengan ketentuan- ketentuan yang berlaku.

2. Masalah yang di hadapi dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah adanya tunggakan atas Kewajiban dari mitra binaan hal ini di sebabakan anatra lain:

- Kurangnya kesadaran sebagian mitra binaan didalam melaksanakan pembayaran kewajiban angsurannya.

- Adanya sebagian mitra binaan yang mengalami Force mayor dalam menjalankan usaha dan ada juga mitra binaan yang telah meninggal dunia dan tidak memiliki ahli waris untuk melanjutkan usahanya. - Situasi dan kondisi keamanan di daerah Aceh yang baru pulih serta

sebagian besar mitra binaan baru memulai usahanya sehingga memerlukan dana yang cukup untuk pengelolaan usahanya.


(4)

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai beikut :

1. Penelitian ini hanya mengambil satu perusahaan saja sebagai objek penelitiannya dan satu variabel saja sehingga kesimpulan penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk perusahaan lain yang menerapkan Program CSR.

2. Metode yang digunakan hanya Metode Kualitatif, analisis tanpa mempengaruhi variabel yang lain.

C. Saran

Adapun saran dari peneliti antara lain : a. Bagi perusahaan

1. Mengadakan pendekatan persuasif serta mengajak mitra binaan bermasalah dan memberi soslusi terhadap perkembangan mitra binaan sehingga mitra binaan mampu melunasi angsurannya.

2. Melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap calon dan mitra binaan serta melakukan studi banding ke daerah lain guna meningkatkan mutu produksi mitra binaan yang bersangkutan.

3. Mengadakan penyelamatan piutang bermasalah melealui penjawalan ulang piutang bermasalah

4. Melakukan pemindah bukuan piutang macet atau mitra binaan yang tidak mampu lagi melunasi angsurannya disebabkan karena terjadinya bencana alam, kebakaran, pemilik meninggal dunia dan tidak ada lagi ahli waris sehingga tidak mempunyai modal usaha untuk meneruskan usahanya lagi.


(5)

b. Bagi peneliti selanjutnya

1. Bagi peneliti lain yang ingin mengangkat topik yang sama, sebaiknya menggunakan objek yang lebih banyak (tidak hanya satu perusahaan), sehingga hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan.

2. Selain itu diharapkan pula bagi peneliti berikutnya untuk menambah variabel yang akan diteliti agar penelitian lebih lengkap.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan, 2005. Management Control System, Edisi Sebelas, Terjemahan F. X. Kurniawan Tjakranadi, PT. Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penelitian Skripsi,

Medan.

Ihsan, Arfan 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya, cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta

Hermawan, Asep, 2003. Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, LPFE Universitas Trisakti, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2004. Standar Akuntansi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Sitorus, Chatrine EY, 2008. “Analisis Terhadap Hubungan Antara Program Corporate Social Responsibilities dengan profitabilitas perusahaan (Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari Tbk.)”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan kesembilan, Alfabeta, CV, Bandung.

Mustafa, Fadle, 2008.”Penerapan Akuntansi Sosial Ekonomi Terhadap Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan pada PT.Pupuk Sriwijaya (Persero)”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi,Universitas Widyatama,

Jakarta.

Utama, Harry Wahyudhy, 2007. ”Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada PT.Kujang”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Guna Dharma, Jakarta.

Tresnawati, Rina, 2008. “Pengaruh Sebelum dan Setelah Penerapan Corporate Social Responsibility terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus terhadap PT. TELKOM)”, Skripsi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, Jakarta.

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Nagara, 2007 “Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan” Jakara Pusat