Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT. PERTAMINA PERSERO UNIT PEMASARAN I MEDAN DI LINGKUNGAN XII KELURAHAN SILALAS KECAMATAN MEDAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

DHAHRAN MANOGI MARPAUNG 060902028

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Dhahran Manogi Marpaung Nim : 060902028

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat.

Medan, 26 Februari 2013 PEMBIMBING

19630319 199302 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D

KETUA DEPARTEMEN

19710927 199801 2001 Hairani Siregar, M.SP

DEKAN FISIP USU


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK NAMA : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 135 halaman, 33 tabel, 3 lampiran, 19 daftar pustaka)

PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi produk dari hasil industri hilir dari pengolahan minyak bumi, gas dan oli. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan juga bertanggung jawab dalam ketersediaannya Bahan bakar di wilayah Aceh, Sumaterta Utara dan Riau. Sebagai perusahaan terbesar berskala nasional dan internasional, PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas dan dari gabungan kedua pejabat fungsionaris terbentuklah divisi lembaga Corporate Social Responbility dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai target sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat efektif atau tidak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari enam indikator efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya target, tercapainya tujuan dan perubahan nyata, maka ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan sudah efektif dengan total persentase sebesar 55,72%. Setelah bergabung dan menjadi bagian dalam program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, mayoritas responden mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tambahan, lama jam bekerja meningkat dan terjadi perubahan pola berfikir dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Data tersebut didukung dengan efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan skala likert yang tergolong tinggi dimana rata-rata peroleh skor adalah 3,28.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

The Effectiveness In Implementing the Program of Corporate Social Responsibility by PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(This thesis is composed of 6 chapters, 135 pages, 33 tables, 3 appendix, 22 libraries) PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan is a well known State Owned Corporation with operation for marketing and distributing the product of downstream manufacturing of oil, gas and natural petroleum. This state corporation is also charging and responsible for supplying the oil requirement under region of Aceh, Sumatera Utara and Riau provinces. As one of biggest corporation scaled national and international, PT. (Persero) Unit Pemasaran I Medan has a burden with responsibility to conduct a governmental program in social responsibility, there is established a special division is under one special unit well known as Corporate Social Responsibility and also known local named Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) under both the Financial Manager and Public Relation Manager. The corporation is obliged to support the social surrounding and public around.

The objective of this study is to know how effective the implementation of corporation program under social responsibility with PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, that has been provided on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat local area. Based on the result of analysis with the data obtained at least in six indicators the effectiveness of corporate social responsibility, such as: the understanding of program, achieving target accorded, noted timely, achieving the target, obtained the goal and the real change in reality. It has been taken conclusion that the implementation of program in corporate social responsibility has run effectively with total percentage of 55.72%. Following the unit affiliated and already united a special part under the program of corporation social responsibility, that mostly respondents further got job and have additional income, the length service to work become rising and also shift their paradigm in thinking around social, it means enriching also to those social surrounding in welfare with family as well as. The data, has been also supported by the effectiveness of implementing the program of corporate social responsibility, there has been done under likert scale in higher classified with average score obtained of 3.28.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan hanya bagi Mu Allah yang kukenal di dalam Nama Yesus Kristus. Hanya Engkau yang telah memberikan hikmat dan pengetahuan serta kasih dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi, guna meraih gelar sarjana sosial (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada keesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos., M.SP selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D selaku Dosen pembimbing. Terimakasih atas waktu, bimbingan, arahan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh staff edukatif dan administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Gandhi Sri Widodo selaku General Manager Unit Pemasaran I PT. Pertamina (persero) UPMS Medan.

6. Bapak Ricardo Leo Runtuwene selaku Manager Program Kegiatan Bina Lingkungan PT. Pertamina (persero) UPMS I Medan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, St. A. Marpaung dan D. Boru Panjaitan. Terima kasih untuk tetap memperjuangkan penulis menggapai mimpi dan impian, terimakasih untuk semangat dan motivasi yang engkau beri untuk penulis, begitu luar biasa dan menakjubkan. Terimakasih juga untuk “yang terhebat” bagi penulis, perjalanan hidup bersama Bapak, Ibu membuat penulis semakin dewasa dan mandiri, tidak ada yang lebih baik dari beliau. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang, atas Doa dan senyum Bapak, Ibu yang selalu menguatkan hari-hari penulis.

8. Terima kasih juga untuk adik-adik penulis, untuk adikku Jubail Marpaung, terima kasih atas banyak semangat dan motivasi yang telah adik beri. Untuk adik Dedy Tritama Marpaung dan Djona Putra Marpaung, terima kasih untuk tetap mendukung penulis di setiap keputusan yang penulis pilih. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk seluruh keluarga yang banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian study penulis.


(7)

9. Terimakasih untuk Chianku Eflin Harahap, teman-teman yang selalu memberikan keceriaan, Ikhwanul, Oka, Vera Margareth, Diky Girsang, Alek Malau (Laeku), ponakanku Trisha Putri Malau, Rendy Hasibuan dan teman terbaik yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara dan program Kegiatan Bina Lingkungan PT. Pertamina (persero) UPMS I Medan.

Medan, Februari 2013 Penulis

(Dhahran Manogi Marpaung) 060902028


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 11

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 11

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas... 14

2.1.3 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas ... 16

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 19

2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 19

2.2.2 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 21

2.2.3 Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia ... 27

2.3 Konsep-konsep yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 28

2.3.1 Pengelolaan ahaan yang Baik ... 28

2.3.2 Pembangunan Berkelanjutan ... 31

2.3.3 Millenium Development Goals ... 33

2.3.4 Tiga Garis Dasar ... 34

2.3.5 International Organization for Standardization 26000 ... 35

2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 36

2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 38

2.4 Pemberdayaan Masyarakat dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 39 2.5 Peranan Pekerja Sosial Dalam Pelaksanaan Program Tanggung Jawab


(9)

Perusahaan ... 41

2.6 Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 44

2.6.1 Kebijakan Umun ... 44

2.6.2 Tujuan dan Target Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 46

2.6.3 Kriteria Pemberdayaan ... 47

2.6.4 Penyusunan dan Pelaksanaan Program ... 47

2.6.5 Lokasi dan Sasaran Program ... 47

2.7 Kerangka Pemikiran ... 48

2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional51 2.8.1 Defenisi Konsep ... 51

2.8.2 Defenisi Operasional ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Populasi ... 56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Lingkungan XII ... 59

4.2 Kondisi Demografis Lingkungan XII ... 60

4.2.1 Sumber Daya Manusia ... 60

4.2.2 Agama ... 63

4.2.3 Kondisi Sosial Budaya ... 63

4.2.4 Sarana dan Prasarana ... 64

4.3 Struktur Organisasi Kelurahan Silalas ... 67

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ... 69


(10)

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72 5.2 Efekktivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 76 5.2.1 Pemahaman Program ... 76

5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Bidang Program

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Yang Terealisasi ... 88 5.2.2 Ketepatan Sasaran ... 89

5.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pertimbangan yang

Digunakan dalam Menetapkan Sasaran Program ... 92 5.2.3 Ketepatan Waktu ... 95

5.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Penyuluhan ... 97 5.2.4 Tercapainya Target ... 99 5.2.5 Tercapainya Tujuan ... 104

5.2.5.1 Tingkat Kemanfaatan yang Diterima oleh Responden dari

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 108 5.2.5.2 Perlu Tidaknya Program Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan Dilanjutkan ... 110 5.2.6 Perubahan Nyata ... 111

5.2.6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan

Mata Pencaharian ... 111 5.3 Hasil Wawancara dengan Petugas ... 116

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 122 6.2 Saran ... 123 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma ... 41

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarka Usia Kelompok Pendidikan ... 60

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 62

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan ... 65

Tabel 4.5 Sarana Kesehatan ... 66

Tabel 4.6 Sarana Ibadah ... 67

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 73

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan. ... .75

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 76

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 79

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 80

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 82

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Target Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 84

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Bidang Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang direncanakan ... 86

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pihak yang Menetapkan Sasaran Program ... 89

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dampak Negatif atas Kehadiran Perusahaan ... 93 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Informasi akan


(12)

Diselenggarakannya Penyuluhan Tentang ProgramTanggung Jawab

Sosial Perusahaan Sebelum Menjadi Mitra Bina ... 95

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pemberian Bantuan ... 98

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penetapan Target Kegiatan ... 100

Tabel 5.18 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Target yang Harus Dicapai untuk Setiap Kegiatan ... 101

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Target dengan Kebutuhan. ... 103

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Target Kegiatan ... 105

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pencapaian Tujuan Program ... 106

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Kelemahan Program ... 109

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Mata Pencaharian Tambahan Keluarga Responden ... 111

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Jumlah Pendapatan ... 112

Tabel 5.25 Perubahan Pola Berfikir Responden dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga ... 113

Tabel 5.26 Distribusi Berdasarkan Lama Jam Bekerja Responden Setelah Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 115


(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alir Kegiatan Program CSR ... 6 Bagan Alir Pikiran ... 50 Struktur organisasi pemerintahan Kelurahan silalas ... 63


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK NAMA : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan Di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 135 halaman, 33 tabel, 3 lampiran, 19 daftar pustaka)

PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi produk dari hasil industri hilir dari pengolahan minyak bumi, gas dan oli. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan juga bertanggung jawab dalam ketersediaannya Bahan bakar di wilayah Aceh, Sumaterta Utara dan Riau. Sebagai perusahaan terbesar berskala nasional dan internasional, PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas dan dari gabungan kedua pejabat fungsionaris terbentuklah divisi lembaga Corporate Social Responbility dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai target sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat efektif atau tidak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari enam indikator efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya target, tercapainya tujuan dan perubahan nyata, maka ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan sudah efektif dengan total persentase sebesar 55,72%. Setelah bergabung dan menjadi bagian dalam program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, mayoritas responden mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tambahan, lama jam bekerja meningkat dan terjadi perubahan pola berfikir dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Data tersebut didukung dengan efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan skala likert yang tergolong tinggi dimana rata-rata peroleh skor adalah 3,28.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : Dhahran Manogi Marpaung NIM : 060902028

The Effectiveness In Implementing the Program of Corporate Social Responsibility by PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat

(This thesis is composed of 6 chapters, 135 pages, 33 tables, 3 appendix, 22 libraries) PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan is a well known State Owned Corporation with operation for marketing and distributing the product of downstream manufacturing of oil, gas and natural petroleum. This state corporation is also charging and responsible for supplying the oil requirement under region of Aceh, Sumatera Utara and Riau provinces. As one of biggest corporation scaled national and international, PT. (Persero) Unit Pemasaran I Medan has a burden with responsibility to conduct a governmental program in social responsibility, there is established a special division is under one special unit well known as Corporate Social Responsibility and also known local named Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) under both the Financial Manager and Public Relation Manager. The corporation is obliged to support the social surrounding and public around.

The objective of this study is to know how effective the implementation of corporation program under social responsibility with PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan, that has been provided on Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat local area. Based on the result of analysis with the data obtained at least in six indicators the effectiveness of corporate social responsibility, such as: the understanding of program, achieving target accorded, noted timely, achieving the target, obtained the goal and the real change in reality. It has been taken conclusion that the implementation of program in corporate social responsibility has run effectively with total percentage of 55.72%. Following the unit affiliated and already united a special part under the program of corporation social responsibility, that mostly respondents further got job and have additional income, the length service to work become rising and also shift their paradigm in thinking around social, it means enriching also to those social surrounding in welfare with family as well as. The data, has been also supported by the effectiveness of implementing the program of corporate social responsibility, there has been done under likert scale in higher classified with average score obtained of 3.28.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara hukum bukan merupakan tanggungjawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dunia usaha. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan.

Jadi, perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas. (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17782/4/Chapter%201.pdfjam22.36I tanggal3April 2011).

Perseoran Terbatas harus eksis dalam tanggung jawab yang bersifat sosial dalam masyarakat sebagai wujud kepedulian dalam peningkatan peran perusahaan yang ramah lingkungan dan memberikan kontribusi yang optimal untuk masyarakat. Untuk itu, maka perusahaan melakukan suatu program pemberdayaan masyarakat atau sering dikatakan sebagai Community Developmen (CD). Program ini merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap pengembangan wilayah sekitarnya yang didasarkan pada kebutuhan komunitas lokal, sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Hal ini menjadi perhatian perusahaan, bukan saja untuk menjaga kesinambungan laba,


(17)

tetapi juga sudah merupakan komponen wajib dari penerapan standar manajemen skala internasional.

Salah satu hal yang paling menonjol dari tindakan perusahaan lebih sering berdampak negatif yang sangat menimbulkan permasalahan sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilihat seperti, pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar perusahaan yang sangat menimbulkan konflik perusahaan dengan masyarakat sekitar. Sebagai contoh, PT. Timah (Persero) Tbk tidak terlepas dari pelaksanaan program bina lingkungan. Pada umumnya, dilakukan dalam bentuk pemberian donasi atau sumbangan yang pendanaannya berasal dari penyisihan laba perseroan. Pemberian bantuan yang meliputi bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan sarana / prasarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam. Pemberian bantuan kepada korban bencana alam seperti yang terjadi di Cianjur Jawa Barat dan Padang Sumatera Barat, dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dilakukan perseoran sebagai bagian dari gerakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) peduli.

PT. Semen Gresik (Tbk), sebagai perusahaan industri yang melakukan penambangan bahan dari alam, Semen Gresik menyadari akan adanya konsekuensi yang harus dipikul akibat dari pemanfaatan sumber daya alam yang diperlukan sebagai bahan baku produksi. Setelah mengambil dari alam, maka perusahaan berkewajiban mengembalikan agar alam tetap nyaman, bahkan mungkin, menjadi lebih baik. Area green belt yang menempati sekeliling area terluar selebar 50 meter di area sepanjang penambangan ini ditanami dengan beberapa jenis pepohonan, yaitu pohon mangga, nangka dan mahoni.


(18)

Aktivitas yang dilakukan dalam mewujudkan hal itu melalui kegiatan penghijauan (green belt), bantuan penyediaan air bersih, pembuatan wisata air dan pembuatan real estate bekas daerah tambang dan juga penggunaan teknologi ramah lingkungan antara lain electrostatic precipitator (EP), pengelolaan air bersih (water treatment) dan penampungan air hujan berupa waduk yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.

Pelaksanaan program tanggung jawab sosial bidang lingkungan bertujuan untuk menunjang pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. Namun, pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut tidak efektif, karena tidak didukung oleh kepedulian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan serta tidak mencapai kinerja finansial dan sosial. (http:/www.semengresik.com/ina/csrEnviro.aspx/ diakses pukul 15.46 tanggal 17 Maret 2011).

PT. Pertamina (Persero) sudah lama menjalankan SCR. Bahkan sebelum diamanahkan undang-undang. Waktu itu, namanya community development atau comdev yang berarti pengembangan masyarakat. Lalu keluar ketentuan UU Perseroan Terbata No. 40/2007. Isinya, berupa amanah kepada setiap perusahaan yang mengelola sumber daya alam untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat. Korporasi harus menganggarkan dana tersebut tanpa menyebutkan untung atau rugi. Undang-undang itu juga berlaku kepada semua perusahaan, tidak berbicara BUMN atau non-BUMN.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama No. Kpts-40/C00000/ 2008-S0 tanggal 4 Agustus dan Kpts-42/C00000/2008-S0 tanggal 12 Agustus


(19)

2008 tentang Pemberlakuan Organisasi Corporate Social Responsibility (CSR), Pertamina telah membentuk Departemen Khusus yang menangani kegiatan CSR

dan PKBL dengan mengangkat dua pejabat setingkat manager masing- masing manager CSR dan PKBL langsung berada di bawah koordinasi Direktur Keuanga

Wujud pelaksanaan CSR, PT. Pertamina (Persero), sebagai bentuk kepedulian Pertamina kepada masyarakat Lingkungan VII, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, yang mengalami musibah kebakaran, Pertamina Pemasaran Region I menyumbangkan 200 (dua ratus) paket makanan siap saji, paket tersebut terdiri dari biskuit, mie instan, dan susu senilai Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) diserahkan kepada korban, selain itu diserahkan juga 3 (tiga) unit kompor gas beserta tabung elpiji untuk perlengkapan dapur umum

bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. Program CSR Pertamina difokuskan di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat, serta korban bencana.

PT. Pertamina (Persero) Pemasaran Region I pada Hari Kesehatan Nasional, tahun 2008 juga melaksanakan program CSR di bidang kesehatan. Adapun program yang telah dilaksanakan berupa pemberian makanan tambahan bagi 75 balita penderita gizi buruk di Medan Belawan. Program pemberian makanan tambahan ini berlangsung selama enam bulan dengan pemeriksaan serta pendampingan pengawasan oleh pihak Puskesmas terdekat.

Selain itu juga melaksanakan program pemberdayaan posyandu di 11 titik berupa pemberian fasilitas pelayanan posyandu, serta program pemberian


(20)

makanan sehat bagi ibu dan anak. Pelaksanaan CSR bidang kesehatan tersebut, tidak berkesinambungan dan program tersebut hanya menghidupkan program pemerintah yang telah ada sejak lama. Semestinya pelaksanaan CSR perusahaan harus dilaksanakan dengan perencanaan dan pengawasan pelaksanaan serta disosialisasikan kepada masyarakat.

Di samping pelaksanaan pada bidang kesehatan, Pertamina Pemasaran & Niaga Region I menyelenggarakan kegiatan “Pertamina Goes to School”. Kegiatan diadakan di SMA Negeri 3 Medan. Kegiatan Pertamina Goes to School juga diisi dengan pemberian bantuan 1 (satu) set PC (Personal Computer) bagi pengembangan kegiatan OSIS, yang diterima oleh ketua OSIS SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 19 Medan, disaksikan Pembina OSIS masing-masing. Diharapkan dengagn bantuan ini dapat memacu kreatifitas pelajar dalam mengembangkan kegiatan di sekolah dengan baik. Acara yang dihadiri sekitar 130 peserta di setiap sekolah ini diakhiri dengan forum tanya jawab dan pembagian doorprize. ).

Terlepas dari pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan dalam berbagai bidang di atas, masih ada masyarakat yang belum menikmati program tanggung jawab sosial PT. Pertamina (Persero). Misalnya, masyarakat di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, walaupun letak PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Medan berada di Lingkungan tersebut, tetapi masih ada masyarakat di lingkungannya yang belum menikmati program CSR perusahaan tersebut. Ada masyarakat yang beranggapan bahwa pelaksanaan


(21)

CSR perusahaan hanya untuk orang-orang yang dekat dengan pihak perusahaan. Berikut gambar bagan alur kegiatan CSR PT. Pertamina (Persero), yaitu :

Bagan Alur 1

Bagan Alur Kegiatan Program CSR PT. Pertamina (Persero)

PT. Pertamina (Persero) UPMS – I MEDAN

Divisi Hubungan Kelembagaan

CSR

Pihak yang Mengurus CSR A. Asisten Manajer CSR

a. Membuat dan melaksanakan program CSR b. Bekerjasama dengan fungsi PKBL dalam

implementasi kebijakan ke unit usaha B. Staf Program CSR

a. Menyusun dan mengajukan program-program CSR b. Membuat konsep komunikasi CSR

c. Supervisi program-program CSR terhadap unit d. Menyusun laporan

C. Staf Monitoring CSR

a. Mengawasi aktivitas kegaitan CSR di pusat maupun di unit

b. Menyelaraskan program-program community development dan relation development unit

c. Akuisi data dan menyajikan dokumen CSR sebagai bahan evaluasi

Kelurahan

Pelaksanaan Program CSR Kecamatan


(22)

Dari bagan di atas, diketahui bahwa bagian CSR merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program community development dan relation development unit perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan letak kantor PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan dengan lokasi lingkungan penerima manfaat CSR yaitu Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, untuk itu berdasarkan informasi tersebut, maka peneliti tertatrik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut melalui penelitian yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Sejauh mana efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui “Pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit


(23)

Pemasaran I Medan di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat”.


(24)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka : 1. Memberikan kontribusi keilmuan dalam mengembangkan pemahaman

mengenai efektivitas pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sudah berjalan efektif atau tidak efektif. 2. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa

FISIP USU serta menambah wwasan dan pengalaman bagi penulis.

3. Referensi dalam perumusan model pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS 1 Medan, sehingga masyarakat lebih efektif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teori dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, sebagai berikut: Efektivitas, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Konsep-konsep yang berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pemberdayaan Masyarakat dalam Tanggung Jawab Sosial


(25)

Perusahaan, Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Efektivitas Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian beserta dengan analisis data.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektifitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengaturnya, bahkan cara menentukan indikator efektifitas. Efektifitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial seperti; pendapatan, pendidikan ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Soekanto, 1989:48).

Efektifitas berasal dari kata efektif, batasan konsep ini sulit untuk diperinci, karena masing-masing disiplin ilmu memberikan pengertian sendiri. Bagi seorang ahli ekonomi atau analis keuangan, efektifitas semakna dengan keuntungan, atau laba investasi Bagi seorang manajer produksi, efektifitas seringkali berarti kuantitas keluaran (output) barang atau jasa. Bagi seorang ilmuwan bidang riset, efektifitas dijabarkan dengan jumlah paten, penamaan atau produk baru suatu organisasi. Bagi sejumlah sarjana ilmu sosial efektifitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan bekerja (Streers, 1980: 1).


(27)

Tindakan yang efektif adalah tindakan pencapaian tujuan tanpa memperhitungkan bagaimana atau seberapa pengorbanan yang diberikan atau ditimbulkan, asalkan tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat terjadi penghamburan usaha (tenaga, waktu, fikiran, ruang benda dan uang) dari yang melaksanakan pekerjaan. Menurut pengertian tersebut, efektifitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yan tepat.

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektifitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya” (Hidayat, dalam http://blog.wordPress.Com/defenisidanpengertian efektifitas/28Maret2009/).

Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya (Siagian, 2001: 24).

Pada dasarnya, dikemukakan bahwa cara yang terbaik untuk meneliti efektifitas ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan, diantaranya adalah paham mengenai optimal tujuan, prespektif sistematika, tekanan pada segi tingkah laku manusia dalam susunan organisasi.


(28)

Efektifitas dijabarkan berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga secara sepandai mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan operasionalnya (Streers, 1980:4-5).

Efektifitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektifitas operasionalnya. Terdapat beberapa cara pengukuran terhadap efektifitas, sebagai berikut:

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Campbell, 1989:121).

Sementara menurut Gibson, efektifitas organisasi dapat diukur sebagai berikut: 1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat 6. Tersedianya sarana dan prasarana

7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik (Gibson, dalam Tangkilisan, 2005:65)


(29)

Definisi-definisi tersebut menilai efektifitas dengan menggunakan tujuan akhir atau tujuan yang diinginkan. Kenyataan dalam upaya mencapai tujuan akhir, perusahaan harus mengenali kondisi-kondisi yang dapat menghalangi tercapainya tujuan, sehingga dapat diterima pandangan yang menilai efektifitas organisasi sebagai ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

2.1.2. Pendekatan terhadap Efektifitas

Pendekatan terhadap efektifitas dilakukan dengan bagian yang berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam perusahaan mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari:

1. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengatur sejauh mana suatu perusahaan berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang perlu di perhatikan dalam pengukuran efektifitas ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan. Memusatkan perhatian terhadap asperk output, yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output. Pendekatan sasaran dapat direalisasikan apabila organisasi mampu melakukan pendekatan kepada warga binaaan sosial dalam


(30)

mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu semua warga binaan sosial dapat berfungsi sosial.

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu organisasi terhadap lingkungannya, karena perusahaan mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat di ukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan sosial dengan lingkungan sekitarnya. 3. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap efektifitas sebagai defenisi dan kondisi kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap berbagai sumber yang dimiliki organisasi, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan organisasi. Tujuan dari pada pendekatan proses yang dilakukan organisasi adalah bagaimana organisasi mampu menggunakan semua program secara terkoordinir dengan baik (Cunningham, 1978: 635).


(31)

2.1.3. Masalah dalam Pengukuran Efektifitas

Kesulitan menilai efektifitas disebabkan oleh beberapa masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang ada mengenai keberhasilan organisasi. Masalah-masalah pengukuran ini sangat beraneka ragam baik dalam sifat maupun titik asal mereka. Adapun masalah-masalah dalam pengukuran efektifitas yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Masalah kesahihan susunan.

Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak (sebagai lawan dari yang kongkrit) mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan. Beliau mengungkapkan keyakinan bahwa variabel-variabel tersebut bersama-sama membentuk suatu keseluruhan yang utuh. 2. Masalah stabilitas kriteria

Artinya bahwa banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektifitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan, kepentingan dan tekanan-tekanan ekstern.

3. Masalah perspektif waktu.

Masalah yang ada hubungannya dengan hal diatas adalah perspektif waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektifitas. Masalah bagi mereka yang mempelajari manajemen adalah cara yang terbaik menciptakan keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dengan kepentingan jangka panjang, dalam usaha mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan dalam perjalanan waktu.


(32)

4. Masalah kriteria ganda.

Seperti ditunjukkan sebelumnya, keuntungan utama dari ancangan multivariasi dalam evaluasi efektifitas adalah sifatnya yang komprehensif, memadukan beberapa faktor kedalam suatu kerangka yang kompak. Hal yang terpenting adalah bahwa jika menerima kriteria tersebut untuk efektifitas, maka organisasi menurut defenisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalkan kedua dimensi tersebut secara serempak.

5. Masalah ketelitian pengukuran.

Pengukuran terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, berbicara mengenai pengukuran efektifitas organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap. Tetapi penentuan kuantitas atau pengukuran demikian sering sulit karena konsep yang diteliti rumit dan luas. Dihadapkan dengan masalah tersebut, orang harus berusaha mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan minimum atau berusaha mengendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.

6. Masalah kemungkinan generalisasi

Apabila berbagai masalah pengukuran diatas dapat dipecahkan, masih akan timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria evaluasi yang dihasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi, pada waktu memilih kriteria orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari.


(33)

7. Masalah relevansi teroitis.

Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-teori dan model-model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan relevansi model-model tersebut. Jika model tersebut tidak membantu kita dalam memahami proses, struktur dan tingkah laku organisasi, maka mereka kurang bernilai pandang dari sudut teoritis.

8. Masalah tingkat analisis

Kebanyakan model efektifitas hanya menggarap tingkat makro saja, membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungannya dengan efektifitas tetapi mengabaikan hubungan yang kritis antara tingkah laku individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasilan organisasi. Jadi, hanya ada sedikit integrasi antar model makro dengan apa yang dapat kita sebut model mikro dari karya dan efektifitas (Steers, 1980: 61-64).

Berdasarkan uraian efektifitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan dan sejauh mana perusahaan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam menentukan efektifitas tanggung jawab sosial perusahaan pada penelitian ini, dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

1. Pemahaman program 2. Ketepatan sasaran


(34)

3. Ketepatan waktu 4. Tercapainya target 5. Tercapainya tujuan 6. Perubahan nyata

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah bahwa perusahaan bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungannya, dalam melakukan tanggung jawab sosial keuntungan perusahaan tentunya berkurang. Namun bukan berarti dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan tidak untung. Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan memerlukan usaha yang menyeimbangkan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Tanggung jawab sosial modern yang berkembang memiliki fungsi essensial yaitu melakukan tugasnya untuk kemasyarakatan (sosial) dan mempunyai dampak yang luas terhadap masyarakat (http://sugengfitriyono.blogspot .com/2011/05/blog-post.html).

World Business Council for Sustainable Development memberikan definisi Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility sebagai: “business commitment to contribute to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community, and society at large to improve their quality of life”, yaitu komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerjasama dengan para pegawai,


(35)

keluarga mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.

Lebih lanjut lagi World Business Council menambahkan: “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”, yaitu komitmen dunia usaha yang terus-menerus untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas (World Business Council, dalam

Tidak ada pengertian tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial, akan tetapi dapat diartikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen dari pelaku usaha untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan karyawannya dan bertindak adil terhadap berbagai pihak yang terkait dengan aktivitasnya, serta dengan iklas menyisihkan sebagian dari hasil usahanya untuk membiayai dan secara langsung atau tidak langsung melakukan program-program yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Artinya adalah pelaku usaha harus memiliki niat yang baik atau komitmen untuk menyisihkan sebagian dari hasil usaha atau keuntungan perusahaannya serta bertanggung jawab dalam berlangsungnya berbagai program atau aktivitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan (Siagian dan Suriadi, 2010: 99).


(36)

2.2.2 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, tidak membayar pajak dan menindas buruh. Pendeknya perusahaan berdiri secara diametral dengan kehidupan sosial. Tanggung jawab sosial korporasi telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalah gunakan ijin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.

Pada Tahun 1940-an pengembangan masyarakat, secara resmi istilah pengembangan masyarakat dipergunakan di Inggris 1948 untuk mengganti istilah pendidikan massa. Di Amerika Serikat pengembangan masyarakat berakar dari disiplin pendidikan ditingkat pedesaan, sedangkan diperkotaan dikembangkan organisasi komunitas yang bersumber dari ilmu kesejahteraan sosial dan diawali pada tahun 1873. Pengembangan masyarakat merupakan pembangunan alternatif yang komprehensif serta berbasis komunitas dan dapat melibatkan pemerintah, swasta, dan lembaga non pemerintah, dari segi tujuan bisa bersifat spesifik tidak selalu multi-tujuan.

Pengembangan masyarakat semakin menjadi kebutuhan tidak saja bagi masyarakat, tetapi juga perusahaan. Perusahaan bukan lagi merupakan kesatuan


(37)

yang independen dan terisolasi, sehingga manajer tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapi juga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan mendukungnya dari lingkungan sekitarnya. Dalam mengejar tujuan ekonomisnya, perusahaan menimbulkan berbagai konsekuensi sosial lainnya, baik kemanfaatan (keamanan, kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat) maupun biaya sosial (degradasi potensi sumberdaya lingkungan, limbah dan pencemaran). Perkembangan lebih lanjut, konsep community development mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

Literatur-literatur awal yang membahas tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 1950-an menyebut tanggung jawab sosial perusahaan sebagai Social Responsibility. Tidak disebutkannya kata corporate dalam istilah tersebut kemungkinan besar disebabkan pengaruh dan dominasi korporasi modern belum terjadi atau belum disadari. Menurut Howard R. Bowen dalam bukunya: “Social Responsibility of The Businessman” dapat dianggap sebagai tonggak bagi tanggung jawab sosial perusahaan modern, dalam buku itu Bowen (1953) memberikan definisi awal dari tanggung jawab sosial perusahaan sebagai: “… obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those line of action wich are desirable in term of the objectives and values of our society” (Bowen, dalam

Walaupun judul dan isi buku Bowen bias gender (hanya menyebutkan businessman tanpa mencantumkan businesswoman), sejak penerbitan buku tersebut definisi tanggung jawab sosial perusahaan yang diberikan Bowen memberikan pengaruh besar kepada literatur-literatur tanggung jawab sosial


(38)

perusahaan yang terbit setelahnya. Sumbangsih besar pada peletakan fondasi tanggung jawab sosial perusahaan tersebut membuat Bowen pantas disebut sebagai “Bapak tanggung jawab sosial perusahaan”.

Pada tahun 1960-an banyak usaha dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu akademisi tanggung jawab sosial perusahaan yang terkenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis dikenal karena berhasil memberikan pandangan yang mendalam atas hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of Responsibility” yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial pengusaha sama dengan kedudukan social yang mereka miliki (social responsibilities of businessmen need to be commensurate with their social power). Sehingga, dalam jangka panjang, pengusaha yang tidak menggunakan kekuasaan dengan bertanggungjawab sesuai dengan anggapan masyarakat akan kehilangan kekuasaan yang mereka miliki sekarang. Kata corporate mulai dicantumkan pada masa ini. Hal ini bisa jadi dikarenakan sumbangsih Davis yang telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tanggung jawab sosial dengan korporasi

Tahun 1962, Rachel Carlson menulis buku yang berjudul “Silent Spring”. Buku tersebut dianggap memberikan pengaruh besar pada aktivitas pelestarian alam. Buku tersebut berisi efek buruk penggunaan DDT sebagai pestisida terhadap kelestarian alam, khususnya burung. DDT menyebabkan cangkang telur menjadi tipis dan menyebabkan gangguan reproduksi dan kematian pada burung. Silent Spring juga menjadi pendorong dari pelarangan penggunaan DDT pada tahun 1972. Selain penghargaan Silent Spring juga menuai banyak kritik dan


(39)

dinobatkan sebagai salah satu ”buku paling berbahaya abad ke-19 dan ke-20” versi majalah Human Events.

Tahun 1963, Joseph W. McGuire (1963) memperkenalkan istilah Corporate Citizenship. McGuire menyatakan bahwa: “The idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also certain responsibilities to society which extend beyond these obligations”. McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata “beyond” dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara yang baik (McGuire, dalam

Tahun 1971, Committee for Economic Development menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

Committee for Economic Development merumuskan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggambarkannya dalam lingkaran konsentris. Lingkaran dalam merupakan tanggungjawab dasar dari korporasi untuk penerapan kebijakan yang efektif atas pertimbangan ekonomi (profit dan pertumbuhan); lingkaran tengah menggambarkan tanggung jawab korporasi untuk lebih sensitive terhadap nilai-nilai dan prioritas sosial yang berlaku dalam menentukan kebijakan mana yang akan diambil; lingkaran luar menggambarkan tanggung jawab yang


(40)

mungkin akan muncul seiring dengan meningkatnya peran serta korporasi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat.

Tahun 1970-an juga ditandai dengan pengembangan definisi tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam artikel yang berjudul “Dimensions of Corporate Social Performance”, S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, social responsibility, dan social responsiveness. Dalam hal ini social obligatioan hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskan social obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial.

Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secara responsif dapat mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan antisipasi dan preventif. Sesuai dengan pemaparan Sethi dapat disimpulkan bahwa social obligation bersifat wajib, social responsibility bersifat anjuran dan social responsivenes bersifat preventif. Dimensi kinerja social yang dipaparkan Sethi juga mirip dengan konsep lingkaran konsentris yang dipaparkan oleh Committee for Economic Development.

Tahun 1980-an, era ini ditandai dengan usaha-usaha yang lebih terarah untuk lebih mengartikulasikan secara tepat apa sebenarnya corporate responsibility. Walaupun telah menyinggung masalah coorporate social responsibility pada 1954, Peter F. Drucker baru mulai membahas secara serius bidang tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 1984, Drucker berpendapat: “But the proper ‘social responsibility’ of business is to tame the dragon, that is to


(41)

turn a social problem into economic opportunity and economic benefit, into productive capacity, into human competence, into well-paid jobs, and into wealth”, dalam hal ini, Drucker telah melangkah lebih lanjut dengan memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola aktivitas coorporate social responsibility yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan (Drucker, dalam

Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development menerbitkan laporan yang berjudul “Our Common Future” juga dikenal sebagai Brundtland Report untuk menghormati Gro Harlem Brundtland yang menjadi ketua World Commission on Environment and Development waktu itu. Laporan tersebut menjadikan isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih sensitif pada isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan.

Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992. Dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Menghasilkan Agenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan lainnya. Hasil akhir dari pertemuan tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan .

2.2.3 Dasar Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

Tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia telah diatur dalam beberapa perundang-undangan, yaitu:


(42)

1. Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995, dimana pasal dua butir satu menyatakan bahwa wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi dapat menyumbangkan sampai dengan setinggi-tingginya 2% dari keuntungan atau penghasilan setelah pajak penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak yang digunakan bagi pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera satu.

2. Keputusan presiden Nomor 92 Tahun 1996, diubah menjadi: wajib pajak organisasi ataupun orang pribadi wajib memberikan kontribusi bagi pemberdayaan keluarga yang belum sejahtera dan keluarga sejahtera satu sebanyak dua persen dari keuntungan setelah pajak penghasilan dalam satu tahun pajak.

3. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, dimana pasal dua butir e menyatakan bahwa BUMN harus terlibat aktif memberikan bimbingan dan kontribusi kepada perusahaan lemah, koperasi, dan masyarakat.

4. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-236/MBU.2003, mewajibkan BUMN untuk mengimplementasikan program kerjasama dan program pengembangan lingkungan.

5. Surat edaran Menteri BUMN Nomor SE-433/MBU/2003, menyatakan bahwa BUMN diwajibkan membentuk bagian tersendiri yang secara khusus mengelola program pembinaan lingkungan.

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007, dimana pasal 15 butir b menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; Pasal 17 menyatakan bahwa penanam modal yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui wajib


(43)

menyediakan biaya secara bertahap untuk pemulihan lingkungan; Pasal 34 menyatakan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban program tanggung jawab sosial akan dikenai hukuman yang bersifat administratif. 7. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dimana ayat satu menyatakan bahwa

perusahaan yang menjalankan aktivitas ekonominya disektor dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan lingkungan; ayat dua menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat setempat dan linkungan adalah kewajiban perusahaan yang diperuntukkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; dan ayat tiga menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban dikenakan hukuman sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Siagian dan Suriadi, 2010:27-29).

2.3 Konsep-konsep yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.3.1 Pengelolaan Perusahaan yang Baik

Dalam melakukan usahanya perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntutan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh, dan mana yang tidak boleh dilakukan. Untuk mengejar keuntungan semaksimal mungkin


(44)

tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral yang di antaranya:

1. Asas kewajiban berbuat baik

2. Asas kewajiban tidak berbuat yang menimbulkan madharat 3. Asas menghormati otonomi manusia

4. Asas berlaku adil

Dalam upaya mencegah pelanggaran terhadap asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral tersebut, tentu diperlukan pengelolaan perusahaan yang baik. Asas-asas yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam pengelolaan perusahaan yang baik merupakan rujukan bagi perilaku para pelaku usaha. Agar harapan yang baik ini dapat terjadi maka konsep good corporate governance dengan segala asas-asasnya harus dimasukkan dalam kebijakan perusahaan dan implementasinya (Siagian dan Suriadi, 2010: 32).

Indonesia telah memiliki pedoman good corporate governance yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Perusahaan yang menerapan good corporate governance secara konsisten akan mendapatkan manfaat, selain kinerja perusahaan yang terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus terdongkrak, bahkan kredibilitas perusahaan terus meningkat. Governance berada dalam keadaan yang baik apabila terdapat sinergi diantara pemerintah, sektor swasta dan komunitas sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi (Rudito dan Famiola, 2007:168).

Lebih rinci lagi, terdapat lima prinsip pengelolaan perusahaan yang baik yang oleh para pelaku usaha dapat dijadikan sebagai acuan diantaranya adalah:


(45)

1. Prinsip Keterbukaan

Prinsip menuntut keterbukaan atas informasi. Perusahaan dituntut memiliki kerelaan dan kemampuan, memberikan informasi yang lengkap, benar atau akurat, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.

2. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip ini menuntut perwujudan atas kejelasan berkenaan dengan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Prinsip Pertanggungjawaban

Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, dan memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat. Implementasi penerapan prinsip ini diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada pemegang saham juga kepada seluruh pemangku kepentingan.

4. Prinsip Kemandirian

Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.


(46)

5. Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak setiap pemangku kepentingan. Prinsip ini diharapkan dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan (Hasmadillah, dalam Siagian dan Suriadi, 2005: 33-34).

Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep good corporate governance. Sebagai etitas bisnis yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus bertindak sebagai good citized yang merupakan tuntutan dari good business ethics.

2.3.2 Pembangunan Berkelanjutan

Perkembangan corporate social responsibility tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan, definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan.

The Brundtland Comission dibentuk untuk menanggapai keprihatinan yang semakin meningkat dari para pemimpin dunia terutama menyangkut peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang semakin cepat. Selain itu komisi ini juga dibentuk untuk mencermati dampak kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam terhadap ekonomi dan pembangunan


(47)

sosial. Oleh karena itu, konsep sustainability development dibangun diatas tiga pilar yang berhubungan dan saling mendukung satu dengan lainnya, ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh seluruh negara dalam pelaksanaan pembangunannya adalah dengan memasukkan keberlanjutan sosial kedalam perangkat kebijakan, sehingga tujuan dari masing-masing negara dalam usaha meningkatkan taraf hidup komunitasnya dapat disejajarkan antara satu dengan lainnya. Pembangunan yang berkelanjutan, yang artinya memenuhi kebutuhan saat ini dengan menguasahakan keberlanjutan pemenuhan kebutuhan bagi generasi selanjutnya. Artinya untuk memberikan kesempatan kepada generasi selanjutnya dalam memenuhi kebutuhannya, bukan dalam bentuk saving sumber daya alam, akan tetapi dalam bentuk ahli teknologi.

Pembangunan yang berkelanjutan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak memperhatikan aspek kemanusiaanya, perhatian terhadap aspek manusia merupakan sasaran untuk menuju kemasa depan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan juga dipengaruhi oleh aspek internal yaitu peningkatan kualitas manusia secara etika seperti pendidikan, kesehatan, rasa empati, saling menghargai dan kenyamanan baik spritual, emosional maupun intelektual (Rudito dan Famiola, 2007: 205).

2.3.3 Millenium Development Goals

Tujuan pembangunan milenium merupakan upaya internasional dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Negara-negara keanggotaan Perserikatan Bangsa Bangsa kemudian mengadopsi millenium development goals. Seluruh negara yang


(48)

tergabung dalam Perserikatan Bangsa Bangsa merasa perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Sebanyak 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, termasuk Indonesia yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium.

Pembangunan milenium mempunyai delapan tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2015 adalah memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar, mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global bagi pembangunan (Siagian dan Suriadi, 2010:44).

Millenium development goals menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tengat waktu dan kemajuan yang terukur. Millenium development goals didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka. Sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Manfaat dari Millenium Development Goals tidak semata-mata untuk mengukur target dan menentukan indikator dari berbagai bidang pembangunan yang menjadi tujuan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana tujuan pembangunan milenium dikonkritkan pelaksanaannya.

2.3.4 Tiga Garis Dasar

Konsep Triple Bottom Line merupakan pengukuran kinerja secara holistic dengan memasukkan ukuran kinerja ekonomis berupa perolehan keuntungan dan


(49)

juga ukuran kepedulian sosial dan pelestarian lingkungan. Ketiga faktor tersebut dikenal dengan Triple-P (3P) yaitu people, profit and planet.

Konsep 3P mengimplikasikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para karyawan (buruh), kustomer, komunitas lokal, pemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat. People menekankan pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja, memperhatikan kesehatan dan pendidikan bagi tenaga kerja. Planet berarti mengelola dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi CO2 ataupun pemakaian energi merupakan praktik yang banyak dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan konsep 3P (Elkington, dalam Wibisono, 2007:32).

Triple Bottom Line digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja perusahaan mencakup parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan setiap pemangku kepentingan guna meminimalkan gangguan atau kerusakan pada manusia dan lingkungan dari berbagai aktivitas perusahaan. Keberadaan pemangku kepentingan bisa hadir sebagai penunjang keberhasilan tanggung jawab sosial perusahaan ataupun sebaliknya, jika proses sinergi di antara para pelaku tersebut tidak dilakukan.


(50)

2.3.5 International Organization for Standardization 26000

Pada bulan September 2004, International Organization for Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama International Organization for Standardization 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. International Organization for Standardization 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. International Organization for Standardization 26000 memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya.

2. Menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan yang efektif.

3. Memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

International Organization for Standardization 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan kepentingan dari


(51)

para stakeholder, sesuai hokum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional, terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.

2.3.6 Model Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Inti pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan adalah dengan membangun kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak yang menjadi pemegang kepentingannya. Langkah awal yang wajib ditempuh oleh suatu perusahaan adalah mengetahui siapa saja pihak pemegang atau pemangku kepentingan perusahaannya, dan apa saja yang menjadi indikator kepuasan tiap-tiap pemegang kepentingan.

Latar Belakang munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, adalah bahwa pemerintah sebagai personifikasi negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab sosial sebagai suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performance perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hukum, dimana pemerintah merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan komitmen atas berlakunya hukum. Saidi dan Abidin mengemukakan sedikitnya ada empat model atau pola yang secara umum dapat dilaksanakan di Indonesia, sebagai berikut: 1. Model keterlibatan langsung

Perusahaan sendiri yang secara langsung mengimplementasikan program tanggung jawab sosial perusahaaan.


(52)

2. Model yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan sendiri mendirikan yayasan atau organisasi sosial. 3. Model bermitra dengan pihak lain

Pihak perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain, dimana organisasi mitra kerjasama tersebut secara langsung mengelola pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan.

4. Model mendukung atau bergabung dalam suatu konsortium

Sejumlah perusahaan bekerjasama mendirikan organisasi sosial dan secara langsung bertanggung jawab dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan (Saidi dan Abidin, dalam Siagian dan Suriadi, 2010:78).

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektifitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap tersebut hanya akan berdampak negatif, yaitu melestarikan ketergantungan pada uang kontribusi. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerja antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama (Siagian dan Suriadi, 2010:78).

2.3.7 Sistematika Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tahapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sistematis dan kompleks maka langkah yang dapat ditempuh adalah:

1. Dimulai dengan melihat dan menilai kebutuhan (need assessment) masyarakat sekitar. Caranya dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi di masyarakat dan lingkungan. Setelah itu dicari solusi yang terbaik menurut kebutuhan masyarakat.


(53)

2. Membuat rencana aksi, lengkap dengan anggaran, jadwal, indikator, untuk mengevaluasi dan sumberdaya manusia yang ditunjukkan untuk melakukannya. Dalam hal ini, perusahaan dapat membagi program dalam bentuk kegiatan jangka pendek, jangka panjang, hingga masyarakat menjadi mandiri.

3. Monitoring yang dapat dilakukan melalui survei ataupun kunjungan langsung. Evaluasi dilakukan secara regular dan dilaporkan agar menjadi panduan untuk strategi atau pengembangan program selanjutnya. Disamping itu perlu dilakukan audit sosial secara objektif terhadaap pelaksanaan program, untuk melihat apakah program telah dapat sasaran dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat sesuai tujuan pelaksanaannya (Ambadar, 2008: 39).

2.4 Pemberdayaan Masyarakat dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pemberdayaan masyarakat atau community development adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama dengan mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Community development sering kali diimplikasikan dalam bentuk:

1. Proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan.


(54)

2. Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.

Community development dapat didefenisikan sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Community development adalah “the process of assiting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actons”. Secara khusus community development berkenaan dengan upaya pemenuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh deskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Twelvetrees, 1991:1).

Pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan sebuah aktualisasi dari tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih bermakna dari sekedar aktivitas charity ataupun dimensi tanggung jawab sosial perusahaan lainnya seperti community relation. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaanya community development, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan berkelanjutan. Dalam aktualisasi Good Corporate Citizenship, maka kontribusi dunia usaha turut untuk serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekan kepada penciptaan kemandirian masyarakatnya, yakni program pemberdayaan.

Tabel 2.5.1 berikut, akan menunjukkan hal penting yang membedakan antara aktivitas charity dengan philanthropy antara lain bahwa, aktivitas


(55)

philanthropy lebih didorong oleh norma dan etika hukum, bukan sekedar memenuhi kewajiban. Selain itu inspirasi aktivitas adalah untuk memenuhi kepentingan semua pihak, baik perusahaan maupun komunitas. Oleh karena itu tampak bahwa community development merupakan pelaksanaan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Khususnya di Indonesia, pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan tampak lebih cocok dengan program pemberdayaan masyarakat. Diharapkan dengan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan yang bernafaskan community development dapat mencapai tujuan strategis perusahaan. Disamping untuk mencapai profit optimum juga dapat bermanfaat bagi komunitas. Dengan adanya aktivitas tersebut, komunitas memiliki mitra yang peduli terhadap kemandirian. Metamorfosis tersebut pernah diungkapkan oleh Saidi (2003:13), dalam tabel berikut:

Tabel 2.5.1 Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Paradigma

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi, adaptasi

Norma, etika, dan hukum universal

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi

masalah setempat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Terencana, teorganisir, dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana

abadi/

profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain

Penerima Manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah

pembangunan

Hibah (pembangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan Bersama


(1)

masyarakat di sekitar kantor PT. Pertamina (Persero) Medan. Hal itu berhubungan erat dengan tujuan dari Program Kemitraan itu sendiri yaitu untuk membantu usaha kecil dengan jasa administrasi enam persen per tahun dalam jangka waktu maksimal 36 bulan. Tetapi bukan berarti setiap calon mitra binaan yang mendaftarkan diri akan secara langsung dapat menjadi mitra binaan PT. Pertamina (Persero). Proposal yang telah masuk ke Progam Kemitraan bisa ditolak dengan alasan setelah dilakukan survey secara langsung oleh Asisten Kemitraan PKBL ternyata alamat yang ada pada proposal calon peserta tidak sesuai dengan yang ada; tercantum alamat pada proposal tetapi tempat usaha tidak ada; ataupun calon mitra binaan tidak mampu memberi agunan (jaminan) seperti surat tanah atau BPKB. (Wawancara dengan Koordinator Program Kemitraan Bina Lingkunga UPMS I Medan, Ricardo Leo Runtuwene pada hari Rabu 13 Januari 2013).

Pada waktu bersamaan itu juga peneliti berkesempatan bertanya kepada Asisten Kemitraan Bapak Khazali Nasution menyatakan bahwa pada bulan September 2012 lalu PKBL telah melaksanakan pelatihan Emotional Spiritual Quotien (ESQ) yang berlangsung selama dua hari di Hill Park (Sibolangit) kepada seratus mitra binaan yang bermasalah dalam pelaksanaan usahanya. Selain itu para mitra binaan yang mengikuti pelatihan tidak dipungut biaya akan tetapi diberi uang saku per hari sebagai ganti rugi karena tidak menjalankan usahanya selama dua hari dan sampai hari ini juga, acara itu rutin kami adakan. (Wawancara dengan Asisten Kemitraan PKBL PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, Khazali Nasution, pada hari Rabu 13 Februari 2013).


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan merupakan komitmen sebuah salah satu Badan Usaha Milik Negara, untuk memberikan perhatian terhadap berbagai pihak yang terkait dengan aktivitasnya, dengan iklas menyisihkan sebagian dari hasil usahanya untuk membiayai serta dan secara langsung atau tidak langsung melakukan program yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responbility dan Program Kemitraan Bina Lingkungan PT. Pertamina (Persero) UPMS I Medan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemahaman responden terhadap pelaksanaan program tanggung jawab perusahaan adalah wujud dari pada komitmen perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosial terhadap masyarakat maupun lingkungan di sekitar daerah operasional perusahaan.

2. Ketepatan sasaran, pertimbangan atau ukuran yang digunakan oleh pihak perusahaan dalam menetapkan sasaran program adalah secara umum masyarakat yang berada di sekitar operasional perusahaan termasuk masyarakat di Lingkungan XII Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat. 3. Ketepatan waktu, bahwa pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi pemberian

bimbingan dilakukan tepat waktu dan sesuai dengan rencana yang ditentukan, baik sebelum maupun setelah pelaksanaan program tanggung jawab sosial


(3)

perusahaan. Begitu juga dengan pemberian bantuan dalam rangka pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan di Desa Rantau Panjang pada umumnya dilaksanakan tepat waktu.

4. Tercapainya target dan tercapainya tujuan, penetapan target dilakukan berdasarkan pendekatan Participatory Rapid Apparsial sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pencapaian target dan tujuan tanggung jawab sosial perusahaan yang direalisasikan melalui aktivitas pemberdayaan masyarakat, pada umunya tercapai sehingga bermanfaat dan perlu dilanjutkan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Divisi Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (Persero) UMPS I Medan agar lebih kreatifitas dalam mengeksplorasi aktivitas program tanggung jawab sosial perusahaan yang berkesinambungan, sehingga program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS I Medan yang diterima oleh masyarakat dapat dipergunakan seefektif mungkin.

2. Penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan untuk kedepannya dapat meningkatkan kinerja baik dalam hal pendampingan, pemberian bimbingan maupun penyampaian informasi yang up to date serta berkelanjutan kepada masyarakat, khususnya mengenai aktivitas pelaksanaan program yang dilaksanakan di masyarakat lebih paham mengenai sasaran, tujuan, dan target program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS I Medan.


(4)

3. Untuk selanjutnya diharapkan agar masyarakat memiliki inisiatif dan partisipasi dalam menjalankan proses tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS I Medan agar tidak ketergantungan terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi dapat mempergunakan program ini sebagai kesempatan untuk membantu memperbaiki tingkat kesejahteraan.

4. Pemerintahan Keluarahan Silalas dan Kepala Lingkungan agar bekerjasama dalam mendukung program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pertamina (Persero) UMPS I Medan karena program tersebut sangat membantu masyarakat dalam hal meningkatkan kualitas hidup.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ambadar, Jackie. 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktek di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Campbell. 1989. Riset dalam Efektivitas Organisasi, Terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga.

Cunningham, J. Barton. 1978. Suatu Sumber Pendekatan Sumber Daya dalam Evaluasi dan Keefektifan Organisasi. Human Relations.

Elyas. 2001. Seayun Langkah Membangun Riau. Riau: Program Pemberdayaan Masyarakat Riau Pers.

PT. Pertamina (Persero). 2008. Perlindungan dan Penanganan Keluhan Pelanggan Customer Protection & Complaint Handling. Jakarta : Laporan Tahunan Annual Report.

PT. Pertamina (Persero).2011. Community Involvement & Development (Cid) “Pertamina Sobat Bumi”. Jakarta : Jurnal Pertamina : PT. Pertamina (Persero).

PT. Pertamina (Persero). 2012. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Partnership and Community Development Program. Jakarta : Jurnal Pertamina : PT. Pertamina (Persero).

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Undang-undang No. 11 tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Rudito. Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains.

Saidi, Zaim. Dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan, Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia (Survei 226 Perusahaan di 10 Kota). Jakarta: Piramedia.

Siagian, Matias. Suriadi, Agus. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Perspektif Pekerja Sosial). Medan: Fisip USU Pers.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan). Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Siagian, P. Sondang. 2001. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Gunung Agung.


(6)

Soekanto, Soedjono. 1989. Teori Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Streers, M. Richard. 1980. Efektivitas Organisasi: Jakarta: Erlangga.

Surat Keputusan Direktur Utama No. Kpts-40/C00000/ 2008-S0 tanggal 4 Agustus dan Kpts-42/C00000/2008-S0.

Tangkilisan. Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Twelvetrees, A. 1991. Community Work. London: Mc Milan.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Surabaya: CV. Ashkaf Madia Grafika.

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40/2007 Sumber Lain:

diakses pada tanggal 18 November 2011 Pukul 21.47 WIB.

diakses pada tanggal 21 Oktober 2009 pukul 12.33 WIB.

diakses pada tanggal 16 November 2011 Pukul 18.41 WIB.

diakses pada

tanggal 11 Januari 2013 pukul 22.48 WIB.

diakeses pada tanggal 3 April 2011 pukul 22.36 WIB.

Diakses pada tanggal 25 November 2011 Pukul 23.40 Wib.

2011 pukul 15.46 WIB.

diakses pada tanggal