Participation Partisipasi Penerapan Konsep Good Governance di DPRD Kabupaten Karo

75

2.3. Participation Partisipasi

Proses perumusan kebijakan yang dilaksanakan melalui rapat-rapat anggota dewan DPRD Kabupaten Karo yang telah di atur dalam Tata Tertib Dewan menjelaskan bahwa, masyarakat dan stakeholder harus dilibatkan dalam perumusan kebijakan tersebut. Ketentuan ini bertujuan untuk mendengarkan masukan atau aspirasi dari masyarakat Kabupaten Karo terkait bagaimana pendapat masyarakat mengenai kebijakan yang akan dibuat dan dilaksanakan melalui rapat dengar pendapat umum. Rapat ini merupakan sebuah indikator dari berjalannya prinsip participation dimana dalam rapat ini terjadi tatap muka antara DPRD dengan masyarakat, baik lembagaorganisasi kemasyarakatan maupun perorangan atau antara komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus dan masyarakat baik lembagaorganisasi kemasyarakatan maupun perorangan. Frans Dante Ginting menambahkan: “Pada pembahasan Ranperda Kabupaten Karo, diberi ruang untuk masukan stakeholder melalui rapat dengar Pendapat DPRD Kabupaten Karo sebagai bahan masukan dalam pembahasan Ranperda tersebut.” 31 Namun, dalam penjelasan tersebut, tidak dijelaskan pihak-pihak mana saja yang hadir dan diundang dalam dengar pendapat tersebut. Rapat dengar pendapat umum public hearing ini dianggap sangat penting karena merupakan ruang dan wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keluhannya kepada wakilnya di parlemen dan secara langsung mempengaruhi kwalitas peraturan daerah tersebut. Public hearing yang diatur dalam Tata Tertib Dewan 31 Wawancara dengan Frans Dante Ginting, Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Karo tanggal 25 Agustus 2014. 76 dimaksudkan sebagai mekanisme public consultation untuk mendengarkan dan menerima masukan dari masyarakat atas kebijakan yang akan diputuskan oleh DPRD. Melalui public hearing, masyarakat juga diharapkan berperan aktif dalam memberikan masukan, baik dalam bentuk saran maupun kritik kepada DPRD dan pemerintah daerah. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan nantinya tidak bertentangan dengan kondisi objektif di lapangan dan tidak menjadi kendala dan hambatan dalam proses penyusunan Ranperda tersebut.

2.4. Effectiveness and Efficiency Efektifitas dan Efisiensi