Good Governance Kerangka Teori

21 melakukan tindakan. Di Cina yang berideologi komunis, paling tidak dipakai sebagai landasan untuk membentuk kebijakan-kebijakan di dalam negeri dan luar negeri, walaupun kadang-kadang meninggalkan ideologi tersebut. Paling tidak ideologi tersebut masih merupakan sarana untuk merasionalkan dan melegitimasi tindakan-tindakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahannya. Di banyak negara berkembang seperti Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Nasionalisme dan demokrasi masih merupakan landasan untuk membentuk kebijakan-kebijakan pemerintahannya. 12

6.2 Good Governance

Istilah governance, good governance, dan good public governance menjadi popular dalam kurun waktu 1996-1997 karena banyak diperkenalkan oleh lembaga pemberi bantuan luar negeri foreign donor agencies 13 12 Ayyi. 6 Agustus 2011. Faktor-faktor Strategis yang Berpengaruh dalam Perumusan Kebijakan. baik yang bersifat multilateral maupun bilateral. Istilah tersebut sering dikaitkan dengan kebijakan pemberian bantuan aid policies, dalam arti good governance dijadikan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian bantuan baik berupa pinjaman loan maupun hibah. http:id.shvoong.comlaw-and-politicspublic-administrations2195982-faktor-faktor-strategis-yang- berpengaruh. diakses 12 Maret 2014. 13 Indra Fibiona. 1 Juli 2013. Good Governance: Asal Usul, Perkembangan Konsep, dan Kritik http:indracuin.blogspot.com201307good-governance-asal-usul-perkembangan.html, diakses 12 Maret 2014. 22 Berdasarkan uraian di atas, governance merujuk pada tiga pilar yakni: public governance merujuk pada lembaga pemerintah, corporate governance merujuk pada pihak swastadunia usaha, dan civil society masyarakat sipil. Untuk mewujudkan good governance, upaya pembenahan pada berbagai pilar lainnya secara serentak dan seimbang. 14 OECD dan World Bank mendefinisikan good governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana Upaya mewujudkan good governance hanya dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan peran ketiga pilar tesebut. Disamping itu jika ada pembaharuan pada salah satu pilar maka harus diimbangi dengan pembaharuan pada pilar-pilar lain. Hubungan ketiganya harus dalam posisi yang seimbang dan saling kontrol checks and balances untuk menghindari penguasaan atau eksploitasi oleh salah satu komponen lainnya. Prinsip checks and balance bagi bangsa Indonesia dapat diterjemahkan dengan prinsip keseimbangan, keselarasan, keserasian dan semangat saling mengawasi mengingatkan antar sesama umat dan warga negara. Apabila salah satu komponen lebih tinggi daripada yang lain maka yang terjadi adalah dominasi kekuasaan atas dua komponen lainnya. Dengan menerapkan prinsip–prinsip good governance dalam ketiga pilar tersebut maka akan terjadi proses yang sinergis dan konstruktif antar ketiganya sehingga secara umum sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. 14 Ambar Teguh Sulistiyani, Memahami Konsep Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gava Media, 2011, hlm. 23. 23 investasi yang langka, dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. 15 “pelaksanaan wewenang ekonomi, politik, dan administratif untuk mengelola urusan Negara di semua tingkat. Kepemerintahan yang baik mencakup semua mekanisme, proses dan lembaga yang merupakan saluran bagi rakyat untuk mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memenuhi kewajiban-kewajiban mereka dan menyambung perbedaan-perbedaan mereka” Sedangkan UNDP mendefinisikan pemerintahan yang baik sebagai: 16 Berdasarkan definisi tersebut, UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance yang saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri 17 a. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. , sebagai berikut: b. Rule of Law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia. 15 Dr. Sedarmayanti M.Pd, Good Governance Kepemerintahan yang Baik dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 7. 16 Purwo Sudjiwo, Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik, Yogyakarta, 2004, hlm. 70. 17 Op.cit, hlm 7-8. 24 c. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dipantau. d. Responsiveness. Lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders. e. Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur. f. Effectiveness and Efficiency. Proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin. g. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat civil society bertanggung jawab kepada publik dan lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. h. Strategic Vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini. Sedangkan World Bank sedikitnya mengusung 3 indikator yang harus diperhatikan, yaitu: 1 bentuk rejim politik; 2 proses dimana kekuasaan 25 digunakan di dalam manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan; 3 kemampuan pemerintah untuk merancang, memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi- fungsinya. 18 Anggota parlemen dianggap duduk di lembaga perwakilan parlemen karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Ajaran ini muncul di Semua indikator atau aspek yang dikemukakan di atas berbuntut pada mencari jalan ke luar dari permasalahan penyelenggaran pemerintahan yang sudah maupun sedang berjalan. Setiap pelaku good governance memiliki peran dan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan hidup bernegara. Negara pemerintah berperan menciptakan lingkungan politik dan hukum kondusif dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggaraan kekuasaan memerintah, dan membangun lingkungan kondusif bagi tercapainya tujuan pembangunan pada tingkat lokal, nasional maupun internasional dan global.

6.3 Teori Perwakilan Politik