Komisi B: Bidang Perekonomian dan Keuangan Proses Penyusunan dan Perumusan Peraturan Daerah Perda

53 Anggota : 1. Suranta Ginting, SE 2. Gilbert Ginting 3. Join Fransisco Ginting 4. Makmur Jambak, S.Pdi 5. Harapan Sitepu 6. Ir. Monni Pandia 7. Perhiasen Triwaty br Ginting Mitra kerja Komisi A DPRD Kabupaten Karo, yakni: Asisten I Pemerintahan Setda Kab. Karo, Badan Pertanahan Nasional, Kantor Statistik, Bagian Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Bagian Hukum dan Organisasi Tata Laksana, Bagian Bina Program, Bagian Protokol, Bagian Tata Usaha, Dinas Informasi, Komunikasi dan PDE, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Badan Kesbang, Politik dan Linmas, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan, Inspektorat, Kantor Kesatuan Satpol PP, Kecamatan, Kantor KPU.

2. Komisi B: Bidang Perekonomian dan Keuangan

Ketua : Ir. Edi Ulina Ginting Wakil Ketua : Eka Jaya Sitepu, SE Sekretaris : Natanail Ginting, SE 54 Anggota : 1. Sudarto Sitepu 2. Masdin DT Ginting 3. Inganta Kembaren, SH 4. Pengamat Sembiring, SE 5. Sudirman Ginting 6. Sentosa Sinulingga 7. Saut Gurning 8. Sarijon Bako, SP Mitra kerja Komisi B DPRD Kabupaten Karo, yakni: Asisten II Ekonomi dan Pembangunan, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, UPT Perpajakan, UPT Kehutanan, UPT Pertanian, UPT Perikanan, Bulog, Perbankan, UPT Bina Marga, UPT Irigasi Lau Renun Lau Biang, Bagian Perekonomian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan dan Energi.

3. Komisi C: Bidang Kesejahteraan Rakyat

Ketua : Harison Sitepu, SP Wakil Ketua : Drs. Darta Bangun Sekretaris : Ir. Thomas Sitepu Anggota : 1. Siti Aminah br Perangin-angin, SE 2. Martin Luter Sinulingga 3. Chairani br Karo 55 4. Aceh Silalahi 5. Drg. Bantuan Purba, M.Si 6. Alar Karo-Karo 7. Rendra Gaulle Ginting, SH 8. Suranta Sitepu, S.Si Mitra kerja Komisi C DPRD Kabupaten Karo, yakni: Asisten III Administrasi Setda Kab. Karo, UPT PLN, Kantor Departemen Agama, Bagian Umum dan Perlengkapan, Bagian Sosial dan Kesra Setda Kab. Karo, Dinas Pendidikan Nasional, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kepemudaan dan Olahraga, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Kantor Kearsipan, Perpustakaan dan Dokumentasi, Kantor Perijinan Terpadu, Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Lingkungan Hidup, Rumah Sakit Umum, Akademi Kebidanan Pemkab Karo, PDAM Tirta Malem.

4.3 Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Karo

Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Badan musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan paling banyak setengah dari jumlah anggota DPRD. Susunan keanggotaan Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD setelah terbentuk pimpinan DPRD, komisi, badan anggaran dan 56 fraksi. Masa kerja pimpinan dan anggota Badan Musyawarah ditetapkan 2 ½ dua setengah tahun dihitung mulai dari saat penetapan Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Karo. Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan Badan Musyawarah merangkap anggota. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Musyawarah bukan merupakan anggota. Setiap anggota Badan Musyawarah wajib mengadakan konsultasi dengan fraksi-fraksi sebelum mengikuti rapat Badan Musyawarah dan menyampaikan pokok-pokok hasil rapat Badan Musyawarah kepada fraksi. Badan Musyawarah mempunyai tugas: a. Membantu pimpinan menetapkan agenda DPRD untuk satu masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan peraturan daerah, dengan tidak mengurangi kewenangan Rapat Paripurna untuk mengubahnya; b. Memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD; c. Meminta danatau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keteranganpenjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing; d. Menetapkan jadwal acara rapat DPRD; e. Memberikan saranpendapat untuk memperlancar kegiatan; f. Merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan g. Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh Rapat Paripurna kepada Badan Musyawarah. 57

4.4 Badan Anggaran DPRD Kabupaten Karo

Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Anggota badan anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi dan paling banyak setengah dari jumlah anggota DPRD. Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan badan anggaran merangkap anggota. Susunan keanggotaan, Ketua, dan Wakil Ketua Badan Anggaran ditetapkan dalam Rapat Paripurna. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Anggaran dan bukan sebagai anggota. Penempatan anggota DPRD dalam badan anggaran dan perpindahannya ke alat kelengkapan DPRD lainnya didasarkan atas usul fraksi dan dapat dilakukan setiap awal tahun anggaran. Masa keanggotaan badan anggaran paling lama 2 ½ dua setengah tahun dan dapat dirubah setiap tahun anggaran. Badan Anggaran mempunyai tugas: a. Memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada Bupati dalam mempersiapkan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah paling lama 5 lima bulan sebelum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. Melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara; 58 c. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; d. Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan Gubernur bagi DPRD KabupatenKota bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah; e. Melakukan pembahasan bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan kepala daerah; dan, f. Memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD.

4.5 Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten Karo

Badan Legislasi Daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap, dibentuk dalam Rapat Paripurna DPRD. Susunan dan keanggotaan Badan Legislasi Daerah dibentuk pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah ditetapkan dalam Rapat Paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota komisi. Jumlah anggota Badan Legislasi Daerah setara dengan jumlah anggota satu komisi di DPRD Kabupaten Karo. Anggota Badan Legislasi Daerah 59 diusulkan oleh masing-masing fraksi. Pimpinan Badan Legislasi Daerah terdiri atas 1 satu orang ketua dan 1 satu orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi Daerah berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Legislasi Daerah bukan anggota. Masa jabatan pimpinan Badan Legislasi Daerah adalah 2½ dua setengah tahun. Masa keanggotaan Badan Legislasi Daerah dapat diubah pada setiap tahun anggaran. Tugas Badan Legislasi Daerah adalah: 1. Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD; 2. Koordinasi untuk penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan Pemerintah Daerah; 3. Menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan; 4. Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi danatau gabungan komisi sebelum rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan DPRD; 5. Memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh anggota, komisi danatau gabungan komisi, di luar prioritas rancangan peraturan daerah tahun berjalan atau di luar rancangan peraturan daerah yang terdaftar dalam program legislasi daerah; 60 6. Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan peraturan daerah melalui koordinasi dengan komisi danatau panitia khusus; 7. Memberikan masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; 8. Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

4.6 Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Karo

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pembentukan Badan Kehormatan DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD. Anggota Badan kehormatan dipilih dari dan oleh anggota DPRD berjumlah 5 lima orang. Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 satu orang ketua dan 1 satu orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehormatan. Anggota Badan Kehormatan dipilih dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul dari masing-masing fraksi. Untuk memilih anggota Badan Kehormatan, masing-masing fraksi berhak mengusulkan 1 satu orang calon anggota Badan Kehormatan. Dalam hal di DPRD hanya terdapat 2 dua fraksi, fraksi yang memiliki jumlah kursi lebih banyak berhak mengusulkan 2 dua orang calon anggota Badan Kehormatan. Masa tugas anggota Badan Kehormatan paling lama 2½ dua setengah tahun. 61 Badan Kehormatan DPRD mempunyai tugas: 1. Memantau dan mengevaluasi disiplin danatau kepatuhan terhadap moral, kode etik, danatau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD; 2. Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib danatau kode etik DPRD; 3. Melakukan penyeledikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, danatau masyarakat; dan 4. Melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, danatau masyarakat kepada Rapat Paripurna DPRD. Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi, Badan Kehormatan dapat meminta bantuan dari ahli independen.

4.7 Fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Karo

Fraksi bukan merupakan alat kelengkapan dewan. Fraksi dibentuk sebagai wadah berhimpun anggota DPRD untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD. Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota salah satu fraksi. Setiap fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD. Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan atau lebih dapat membentuk 1 satu fraksi. Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya tidak memenuhi ketentuan, dapat bergabung dengan fraksi yang ada 62 atau membentuk fraksi gabungan. Pembentukan fraksi dilaporkan kepada pimpinan DPRD untuk diumumkan dalam Rapat Paripurna DPRD. Tabel 2.4 Susunan fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Karo periode 2009-2014 Fraksi Ketua Fraksi Kursi Fraksi PDI Perjuangan Effendy Sinukaban, SE 7 Fraksi Partai Golkar Ferianta Purba, SE 4 Fraksi Indonesia Sejahtera Bersatu Onasis Sitepu, ST 7 Fraksi Partai Amanat Nasional Harison Sitepu, SP 3 Fraksi Partai Karya Peduli Bangsa Harapan Sitepu 3 Fraksi Pijer Podi Dra. Remita br Sembiring 5 Fraksi Karo Bersatu Saut Gurning 6 Jumlah 35 Sumber: Bagian Persidangan DPRD Kabupaten Karo, 2014 Sesuai dengan Pasal 29 Peraturan dan Tata Tertib DPRD Kabupaten Karo, fraksi mempunyai tugas menentukan dan mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan fraksi masing-masing, meningkatkan kualitas, efisiensi dan efektifitas anggotanya, memberikan usul dan saran kepada pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu berkenaan dengan bidang tugas DPRD, diminta atau tidak diminta. 63 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Proses Penyusunan dan Perumusan Peraturan Daerah Perda

Kabupaten Karo Fungsi legislasi atau pembuatan undang-undang merupakan salah satu satu fungsi lembaga legislatif baik di tingkatan pusat maupun daerah. Di tingkatan lembaga legislatif di daerah DPRD, fungsi ini dijalankan guna merumuskan dan membuat suatu kebijakan atau peraturan daerah dengan karakter dan kwalitas yang terkandung dalam peraturan tersebut, baik secara material dan fungsional. Kwalitas produk kebijakan yang dihasilkan DPRD menjadi tolak ukur kemampuan DPRD tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kebijakan ini tentunya diharapkan menjadi sebuah kebijakan yang adil, dan tidak memihak kepada kepentingan kelompok tertentu. Artinya adalah, kebijakan ini dibuat murni ditujukan kepada kepentingan publik atau masyarakatnya yang akan merasakan dampak positif dari hasil kebijakan tersebut. Proses transisi demokrasi yang menghasilkan konsep desentralisasi dan otonomi daerah menjadi sebuah awal baru bagi masyarakat, dimana masyarakat di daerah semakin dekat dengan wakil rakyat yang mewakili aspirasi atau suaranya di parlemen. Namun dalam perjalanan konsep desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, tidak jarang kita temui berbagai permasalahan-permasalahan, terlebih pada Undang-undang yang kurang tepat sasaran, tidak adil dan masih memihak kepada kepentingan kelompok tertentu. 64 Dalam Undang-Undang Otonomi Daerah No. 12 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD memiliki hak untuk membuat peraturan daerah. Dalam hal ini, DPRD diberikan wewenang untuk membentuk peraturan daerah dengan melalui proses dan tahapan yang telah ditentukan. Menurut pasal 79 Peraturan dan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Karo, menyatakan bahwa: 1 Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari DPRD atau Kepala Daerah; 2 Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD atau Kepala Daerah disertai penjelasan atau keterangan danatau naskah akademik; 3 Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pada ayat 1 diajukan berdasarkan program legislasi daerah; 4 Dalam keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah dapat mengajukan rancangan peraturan daerah di luar program legislasi daerah. 22 Pada pasal 80 dijelaskan dijelaskan, 1 Rancangan peraturan daerah yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi Daerah; 2 Rancangan peraturan daerah yang diajukan oleh DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai dengan penjelasan atau keterangan danatau naskah akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul, dan diberikan nomor pokok oleh sekretariat 22 Lihat Peraturan dan Tata Tertib DPRD Kabupaten Karo Tahun 2011, hal 34. 65 DPRD; 3 Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 oleh pimpinan DPRD disampaikan kepada Badan Legislasi Daerah untuk dilakukan pengkajian; 4 Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Badan Legislasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 kepada rapat paripurna DPRD; 5 Rancangan peraturan daerah yang telah dikaji oleh Badan Legislasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 4 disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada semua anggota DPRD selambat-lambatnya 7 tujuh hari sebelum rapat paripurna DRPD; 6 Dalam rapat paripurna DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 5, pengusul memberikan penjelasan, fraksi dan anggota DRPD lainnya memberikan pandangan fraksi dan anggota DPRD lainnya; 7 Rapat Paripurna DPRD memutuskan usul rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2, berupa persetujuan, persetujuan dan pengubahan, dan penolakan. 23 Dalam Peraturan dan Tata Tertib DRPD Kabupaten Karo 2011, dijelaskan bahwa dalam proses pembuatan kebijakan daerah terdapat dua atau tahapan pembicaraan yang harus dijalankan yaitu pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II. 24 23 Ibid. Hal 2. 24 Ibid. Hal 3. Tahap pertama tingkat I adalah pembicaraan dalam rapat paripurna. Dalam rapat ini kepala daerah memberikan penjelasan mengenai rancangan peraturan daerah Ranperda, pandangan umum fraksi terhadap Ranperda, selanjutnya tanggapan danatau jawaban kepala daerah terhadap pandangan umum fraksi. Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari DRPD dilakukan dengan penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Badan 66 Legislasi Daerah, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna mengenai rancangan peraturan daerah, kemudian mendengarkan pendapat kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah dan tanggapan danatau jawaban fraksi terhadap pendapat kepala daerah. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus yang dilakukan bersama dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya. Tahap kedua tingkat II adalah pengambilan keputusan dalam rapat yang didahului dengan penyampaian laporan pimpinan komisipimpinan, gabungan komisipimpinan panitia khusus yang berisi proses pembahasan, pendapat fraksi dan hasil pembicaraan. Selanjutnya permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat paripurna kemudian mendengarkan pendapat akhir kepala daerah. Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan sebelumnya tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

2. Penerapan Konsep Good Governance di DPRD Kabupaten Karo