16
untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum.
9
6.1.2 Perumusan Kebijakan
Suatu kebijakan mencakup tindakan oleh satu orang pejabat atau suatu lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah atau menolak suatu alternatif
kebijakan yang disediakan untuk menjawab suatu isu kebijakan. Dalam bentuknya yang positif, keputusan kebijakan bias berupa penetapan undang-undang ataupun
peraturan lainnya. Keputusan kebijakan biasanya merupakan puncak dari berbagai keputusan yang dibuat selama proses perumusan kebijakan.
Pendefinisian Masalah Defining Problem
Menurut Winarno, mengenali dan mendefinisikan suatu masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan.
10
9
William Dunn dikutip dalam Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Pressindo, 2002, hlm. 32-34.
10
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan, Yogyakarta: Media Pressindo, 2002.
Agar dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali
dan didefinisikan dengan baik. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, seberapa besar
kontribusi yang diberikan oleh kebijakan publik dalam menjawab permasalahan- permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat akan menjadi akan menjadi
pertanyaan yang menarik dalam evaluasi kebijakan publik. Namun demikian,
17
apakah permasalahan-permasalahan tersebut dapat terjawab atau tidak bergantung pada sejauh mana kita mampu mengenali dan mendefinisikan masalah tersebut.
Kegagalan suatu kebijakan sering disebabkan bukan karena pemecahan masalah tersebut kurang tepat, tetapi disebabkan oleh kesalahan-kesalahan para
pembuat kebijakan dalam mendefinisikan suatu masalah. Jadi pendefinisian suatu kebijakan. Di dalam perumusan kebijakan inilah dicarikan berbagai alternatif
kebijakan yang nantinya akan dibahas lebih mendalam dan mendetail pada agenda setting.
6.1.3 Aktor-Aktor dalam Proses Pembuatan Kebijakan
Dalam perspektif ilmu politik, analisis terhadap proses kebijakan harus terfokus pada aktor-aktor. Jika politik diartikan sebagai “Siapa, melakukan apa,
untuk memperoleh apa”, maka aktivitas yang terjadi dalam proses kebijakan adalah satu bentuk kegiatan yang dilakukan aktor politik untuk memperoleh nilai-
nilai politik. Di samping itu, peran aktor-aktor sangat menentukan dalam merumuskan, melaksanakan, dan mempertimbangkan konsekuensi kebijakan yang
dibuatnya. Para aktor tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang menunjukkan kekuatannya mempengaruhi proses kebijakan, yang diperinci
sebagai berikut: 1.
Lembaga Kepresidenan. Lembaga ini terdiri atas Presiden, Wakil Presiden, serta pejabat lainnya di kantor kepresidenan. Lembaga Kepresidenan
sangat penting dalam proses kebijakan karena mempunyai struktur yang
18
kuat dalam melakukan rekrutmen para policy maker yang berasal dari lingkaran eksekutif, di samping itu lembaga ini mempunyai resources
yang kuat dalam bentuk dana yang digunakan untuk pelaksanaan proyek- proyek pemerintah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat. Lembaga ini merupakan lembaga yang tidak
bisa diabaikan dalam proses kebijakan disebabkan konteks politiknya dalam institusi yaitu menentukan rancangan kebijakan, DPR juga
mempunyai modal representativitas poltik yang bisa digunakan untuk membentuk opini publik.
3. Birokrat. Lembaga ini penting dalam proses kebijakan disebabkan
keahlian yang mereka miliki, pengetahuan tentang institusi sesuai masa kerja, serta peran pentingnya dalam implementasi kebijakan.
4. Lembaga Yudikatif. Lembaga ini berwenang melakukan ajudikasi pada
implementasi kebijakan dan pada gilirannya menjadi masukan untuk formulasi.
5. Partai Politik. Lembaga ini berperan penting dalam menggalang opini
publik yang bermanfaat dalam melontarkan isu-isu yang nantinya akan dikembangkan dalam tahap agenda setting.
6. Kelompok-kelompok Kepentingan. Aktor ini berfungsi menyalurkan isu-
isu publik dalam proses agenda setting. 7.
Media Massa. Aktor yang terlibat dalam semua tahap kebijakan karena berfungsi sebagai komunikator antara pemerintah dan masyarakat. Media
19
massa mempunyai kekuatan yang khas, yaitu kemampuannya menjangkau audiens lebih luas dibanding kelompok manapun.
8. Kelompok Intelektual Kampus dan Non Kampus. Aktor yang terlibat
dalam proses kebijakan, baik dalam agenda setting dan evaluasi, serta membentuk opini publik denagn relatif obyektif. Ada kalanya mereka
juga berperan dalam formulasi kebijakan ketika negara menghendaki sumbangan pemikiran para teknokrat secara langsung maupun tidak
langsung, dalam perencanaan pembangunan.
11
6.1.4 Nilai-Nilai yang Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan