25
digunakan di dalam manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan; 3 kemampuan pemerintah untuk merancang,
memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi- fungsinya.
18
Anggota parlemen dianggap duduk di lembaga perwakilan parlemen karena mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Ajaran ini muncul di
Semua indikator atau aspek yang dikemukakan di atas berbuntut pada mencari jalan ke luar dari permasalahan penyelenggaran pemerintahan yang sudah
maupun sedang berjalan. Setiap pelaku good governance memiliki peran dan tugas masing-masing
dalam mencapai tujuan hidup bernegara. Negara pemerintah berperan menciptakan lingkungan politik dan hukum kondusif dan bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, penyelenggaraan kekuasaan memerintah, dan membangun lingkungan kondusif bagi tercapainya tujuan
pembangunan pada tingkat lokal, nasional maupun internasional dan global.
6.3 Teori Perwakilan Politik
Sesorang yang duduk di lembaga perwakilan, baik itu karena pengangkatanpenunjukkan maupun melalui pemilihan umum, mengakibatkan
timbulnya hubungan si wakil dengan yang diwakilinya. Teori-teori yang membahas hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
6.3.1 Teori Mandat
18
Ambar Teguh Sulistiyani, Memahami Konsep Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gava Media, 2011, hlm. 24.
26
Perancis pada masa revolusi dan dipelopori oleh Rousseau dan diperkuat oleh Petion. Teori mandat dibagi atas 3 jenis, yakni:
a. Mandat Imperatif. Menurut teori ini parlemen bertindak di lembaga
perwakilan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh yang diwakilinya. Parlemen tidak boleh bertindak di luar instruksi tersebut dan apabila ada
hal-hal yang baru yang tidak terdapat dalam instruksi tersebut, maka si parlemen harus mendapat instruksi baru dari yang diwakilinya setelah itu
parlemen boleh melaksanakannya. b.
Mandat Bebas. Teori ini berpendapat bahwa parlemen dapat bertindak tanpa tergantung dari instruksi yang diwakilinya. Menurut teori ini,
parlemen adalah orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang diwakilinya, sehingga parlemen dapat
bertindak atas nama mereka yang diwakilinya atau atas nama rakyat. c.
Mandat Representatif. Dalam teori ini, parlemen dianggap bergabung dalam suatu Lembaga Perwakilan. Rakyat memilih dan memberikan
mandat pada lembaga perwakilan, sehingga parlemen sebagai individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi pertanggungjawabannya,
lembaga perwakilan inilah yang bertanggungjawab kepada rakyat.
19
19
Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, Jakarta: Gava Media, 1998, hlm. 82.
27
6.3.2 Teori Gilbert Abcarian
Menurut Gilbert Abcaraian ada 4 tipe mengenai hubungan antara parlemen dengan yang diwakilinya, yaitu:
a. Parlemen bertindak sebagai wali trustee. Di sini parlemen bebas
bertindak atau mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.
b. Parlemen bertindak sebagai utusan delegate. Di sini parlemen bertindak
sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya, parlemen selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam melaksanakan
tugasnya. c.
Parlemen bertindak sebagai politico. Di sini parlemen kadang-kadang bertindak sebagai wali trustee dan ada kalanya bertindak sebagai utusan
delegate. Tindakannya tergantung dari isu yang dibahas. d.
Parlemen bertindak sebagai partisan. Di sini parlemen bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari partainya. Setelah anggota parlemen
dipilih oleh pemilihnya, maka mulailah hubungan dengan partai yang mencalonkannya dalam pemilihan tersebut.
20
20
Ibid, hlm. 85.
28
6.4 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DPRD 6.3.1 DPRD Sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat