KAJIAN TEORI Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal (studi atas Peran Pemuda di Desa Mekarsari)

7. Dapat diselenggarakan pemerintah dan swasta. 8. Dapat diselenggarakan di dalam atau di luar kelas. 6 Dalam memahami konsep pendidikan nonformal, perlu melihat kembali peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan nonformal bisa dikatakan juga pendidikan berbasis masyarakat yang peduli dengan perubahan pembangunan local pada level komunitas dan berdampak langsung pada pengembangan sumber daya manusia melali pendidikan. David R. Evans menyebutnya “anggur lama yang dimasukkan kedalam botol baru” atau old wine in new bottles; artinya, ia bukan barang baru. Konsep pendidikan non formal menurut evans, adalah kegiatan pendidikan yang terorganisisakan di luar sistem pendidikan formal. Beliau juga menempatkan pendidikan nonformal sebagai bagian dari keseluruhan konsep terpadu dari sistem pendidikan. Dalam konsep itu, beliau juga memberikan penekanan pada ciri-ciri antara lain: sebenarnya sangat luas, partisipatif, melibatkan kerja organisasi kemasyarakatan, perkumpulan swasta, lebih mementingkan tindakan pada tingkat lokal. Namun, pada saat yang sama, hal itu menimbulkan kerancuan yang lebih kompleks antara perencanaan pendidikan non formal dan sistem pendidikan pada umumnya yang mempertimbangkan tujuan pembangunan nasional. 7 Dari penjabaran tentang pendidikan nonformal diatas dapat dimaknai bahwa pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang dilaksanakan secara terorganisir dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan secara mandiri untuk melayani kebutuhan anggota masyarakat di luar kegiatan pendidikan sekolah. Model pendidikan berbasis masyarakat untuk konteks Indonesia kini semakin diakui keberadaannya pasca pemberlakuan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Keberadaan lembaga ini diatur 6 Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Upaya Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: CV Eraswasta, 1984, hal.3 7 Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Nonformal, Malang: FIP UM, 2009, hal. 96 pada 26 ayat 1 sd 7. Jalur yang digunakan nonformal, dengan bunyi pasal sebagai berikut : 1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. 3. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 4. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 5. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 6. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 7. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 8 Untuk memahami konsep pendidikan nonformal, kita perlu melihat kembali pada peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan nonformal sangat dekat dengan persoalan-persoalan pembangunan masyarakat.Seperti perubahan masyarakat secara mikro atau local development pada level komunitas, yang berdampak langsung pada pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Konsep keilmuan pendidikan nonformal pada prinsipnya menunjukkan sifat reflektif studi aktivitas kemanusiaan yang terjadi didalamnya.Subjeknya, yaitu manusia pengamat dan objeknya yaitu manusia yang bertindak, oleh karenanya komponen utama ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Dengan demikian teori dan realitas dalam keilmuan “pendidikan nonformal adalah suatu kesatuan yang satu sama lain saling mencampuri interfere. Maka keilmuan pendidikan luar sekolah adalah suatu kesatuan disiplin ilmu multireferential discipline yang membangun sistem teori yang bersifat khusus dengan memiliki ciri khas sebagai realita dari ilmu pendidikan itu sendiri sebagai acuan utamanya bagi pengembangan keilmuan pendidikan nonformal ”. 9 8 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006 , hal. 18-19 9 Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal PKBM di Indonesia Sebuah Pembelajaran dari Komunikasi jepang, Bandung: Alfa Beta, 2009, hal. 27 Perbedaan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah Pendidikan luar sekolah Pendidikan sekolah Derajat keketatan dan keseragaman yang lebih rendah Derajat keketatan dan keseragaman yang lebih tinggi Bentuk dan isi program yang bervariasi Bentuk dan isi program yang seragam untuk satuan jenis dan jenjang pendidikan Pembiayaan yang dipikul oleh pihak yang berbeda-beda Pembiayaan atau pengelolaan program yang pada umumnya berada di pihak pemerintah 10 Dari pengkotakan perbedaan di atas adalah sebagian kecil dari penggolongan dan sudut pandang antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah. Penggolongan umur peserta didik juga menjadi perbedaan, dalam pendidikan luar sekolah umur peserta didik tidaklah menjadi persyaratan ketat. Karena pendidikan merupakan proses berkelanjutan education is a continuing process. Pendidikan dimulai dari bayi sampai dewasa bahkan sampai mati, yang tentunya memerlukan berbagai metode dan sumber- sumber belajar. 11 b. Pendidikan Islam Nonformal Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 dijelaskan tentang pendidikan nonformal, pasal 26 ayat 3: yang berbunyi, satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok 10 Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah wawa san sejarah perkembangan falsafah teori dan pendukung asas, Bandung: Nusantara Press, 1991, hal. 13 11 Saleh Marzuki, op. cit., hal. 137 belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan sejenis. 12 Pendidikan nonformal dalam Islam telah menampakkan bentuk yang dilaksanakan dalam masyarakat.Bentuk pendidikan nonformal dalam pendidikan Islam seperti yang disebut di atas telah berjalan dalam masyarakat dan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan pembinaan dan penelenggaraanya, sehingga dapat membentuk karakter masyarkat Islam yang di ridhoi Allah SWT. Pendidikan nonformal dalam pendidikan Islam akan memberikan kontribusi yang sangat berarti, karena menyiapkan peserta didik untuk menguasai ilmu keislamam dan memiliki tingkat pengalaman yang baik dan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Keinginan masyarakat Islam dalam mengembangkan dan melaksanakan pendidikan keagamaan Islam dapat dilihat banyaknya lembaga pendidikan Islam yang tumbuh, karena terinspirasi dari al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW., untuk selalu meningkatkan keimanan dan ilmu pengetahuan. Pendidikan Islam atau pendidikan Islam nonformal sangat mudah dilaksanakan.Misalnya dalam bentuk lembaga kursus, kursus membaca dan menafsirkan Al- Qur’an, bisa dalam bentuk pelatihan pesantren kilat, kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat. Dengan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam non formal bukanlah jenis pendidikan Islam formal dan bukan jenis pendidikan Islam informal, namun sistem pembelajarannya di luar sekolah. Meskipun sistem pembelajarannya di luar sekolah, bukan berarti tidak mengarah pada Tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan SNP, akan tetapi tetap mengarah terhadap tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 12 Direktorat Pendidikan Islam, Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Departemen Agama, 2008 hal. 19 c. TPA sebagai Pendidikan Nonformal Uraian pendidikan nonformal dalam perspektif pendidikan keagamaan Islam ditemukan dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pada pasal 21 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur’an, Diniyah Takmiliyah , atau bentuk lain yang sejenis”. 13 Dari salah satu pendidikan diniyah nonformal terdapat pendidikan Al- Qur’an yang menjadi kepala dari Taman Pendidikan Al-qur’an TPA. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2007 pada pasal 24 ayat 1 sd 6, ayat-ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: 1 Pendidikan Al-qur’an bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan Al- qur’an. 2 Pendidikan Al-qur’an terdiri dari Taman Kanak-kanak Al- qur’an TKQ, Taman Pendidikan Al-qur’an TPQ, Ta’limul Qur’an lil Aulad TQA, dan bentuk lain yang sejenis. 3 Pendidikan Al-qur’an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan tidak berjenjang. 4 Penyelenggaraan pendidikan Al-qur’an dipusatkan di masjid, mushalla, atau tempat lain yang memenuhi syarat. 5 Kurikulum pendidikan Al-qur’an adalah membaca, menulis dan menghafal ayat-ayat Al- qur’an, tajwid, serta menghafal doa-doa utama. 13 Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008 hal.23 6 Pendidik pada pendidikan Al-qur’an minimal lulusan diniyah menengah atas atau yang sederajat, dapat membaca Al- qur’an dengan tartil dan mengusai teknik pengajaran Al- qur’an. 14 Taman Pendidikan Al- Qur’an bila dilihat dari struktur ayat-ayat dalam Peratutan Pemerintah di atas, memang termasuk kepada pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan agama untuk para peserta didiknya. Di kalangan masyarakat di DKI Jakarta dijumpai banyak lembaga Pendidikan Agama Luar Sekolah PALS dalam berbagai bentuknya. Mulai dari Pengajian anak di rumah Ustadz, Pengajian anak semi Madrasah Diniyah, Pengajian Anak Klasikal, Pengajian Keluarga di rumah, Pengajian anak-anak di rumah, Pengajian Privat, Pesantren Kilat, Pengajian Wisata, Perkemahan, dan Taman Baca. Dari sepuluh bentuk PALS di Jakarta ada bentuk PALS yang memang sudah di akui oleh masyarakat Islam, yakni Pengajian anak klasikal yang di dalamnya terdiri dari; Pengajian umum untuk anak, Pengajian Kelompok dan Taman Pendidikan Al- qur’an. Taman pendidikan Al- qur’an adalah suatu bentuk PALS yang lebih teratur, yang mungkin sudah mendekati bentuk formal, dengan penekanan kepada pengajian Al- qur’an. 15 Dalam Peraturan Menteri Agama PMA No.3 Tahun2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam dijabarkan kembali tentang Pendidikan Al- qur’an, Pendidikan al-Qur’an adalah lembaga atau kelompok masyarakat 14 Ibid., hal.23 15 Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Pendidikan Agama Luar Sekolah, Jakarta: Jaya Raya, 1991 hal. 8 yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran bacaan, hafalan, dan pemahaman al- Qur’an. Taman pendidikan al- Qur’an merupakan pengajian anak-anak dalam bentuk baru dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca al- Qur’an yang di kelola secara professional. Materi pendidikan luar sekolah disusun sedemikian rupa dengan berusaha memenuhi aspirasi yang hidup dalam masyarakat. Seperti dalam Peraturan Pemerintah No.55 tahun 2007 tentang Pendidikan Diniyah Nonformal pasal 24 ayat 5; kurikulum pendidikan Al- qur’an adalah membaca, menulis dan menghafal ayat-ayat Al- qur’an, tajwid, serta menghafal doa-doa utama. Taman Pendidikan Al- qur’an mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga harapan orang tua, agama dan bangsa. 2. Pengembangan Masyarakat melalui Pendidikan Pendidikan berbasis masyarakat community-based education merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup.Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki teciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.Mau tak mau pendidikan harus dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi masyarakat. a. Konsep Pengembangan Masyarakat Pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar sepanjang hayat dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah-ubah dan semakin berat. Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”.Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat ditempatkan sebagai subyek atau pelaku pendidikan, bukan objek pendidikan.Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam setiap program pendidikan.Adapun pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat diikut seratakan dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. 16 Secara singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluang dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiyayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan secara spesifik di dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri. b. Konsep Pengembangan Masyarakat Islam Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses yang panjang, yang di mulai dari terbentuknya pribadi. Pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.Pengembangan pola pengabdian masyarakat melalui sistim pondok pesantren juga merupakan pedoman kebijakan pemerintah seperti tercermin dalam pembangunan sekarang ini. 16 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarkat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006 hal. 131 Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal. Lembaga-lembaga ini berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan nonformal yang semakin luas. Di antara lembaga-lembaga pendidikan islam yang bercorak nonformal tersebut adalah: 1 Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar 2 Pendidikan rendah di istana 3 Toko-toko kitab 4 Rumah-rumah para ulama ahli ilmu pengetahuan 5 Majelis atau saloon kesusatraan 6 Badiah padang pasir, dusun tempat tinggal badwi 7 Rumah sakit 8 Perpustakaan 9 Masjid 17 Dari daftar nama-nama lembaga pendidikan di atas merupakan tempat ibadah.Sama halnya dalam sejarah Islam sejak zaman Nabi Muhammad telah difungsikan rumah ibadah sebagai tempat pendidikan. Rasul menjadikan Masjid Nabawi sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan. Dengan banyaknya tempat yang dijadikan sebagai sarana pendidikan tentu saja akan terbentuk masyarakat muslim yang lebih kuat dengan pribadi-pribadi muslim bahkan mubaligh. Sejak saat itulah mulai berlangsungnya pendidikan nonformal. B. Peran Pemuda dalam Pengembangan Masyarakat 1. Pengertian Pemuda Dalam buku M. Manzoor Alam yang di kutip dari Mustafa Ar Rafe ’i, menggambarkan masa pemuda dengan mengatakan: “Pemuda 17 Zuhairini,dkk, Sejarah pendidikan islam, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 89-99 adalah kekuatan, karena matahari tidak bersinar dengan cemerlang di senja hari seperti ia bersinar di pagi hari ”. 18 Seperti kutipan di atas, pemuda di ibaratkan sebagai sosok yang tangguh yang tidak mengenal kematian atau kesuraman dalam hidup. Dalammasa mudanya sebuah pohon akan menghasilkan buahnya yang melimpah dan setelah itu semua pohon tidak memberikan apa-apa lagi kecuali kayu. Nabi Muhammad SAW telah menghargai dan memberikan titik tekan yang kuat pada makna dan nilai pemuda.Al-Qur ’an menyatakan : فْعض َ ق ْع لعج َث َ ق فْعض ْع لعج َث فْعض ِ كق خ ي َلا ها ي قْلا ي عْلا ه ء شي ق ْ ي ْيش 55 “Allah-lah yang menciptakan kamu dari kadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu itu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban.Dia menciptakan apa yang Dia dikehendaki dan DiaYang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa ”. QS. Ar-Ruum:54 Ayat ini menjelaskan tiga fase utama kehidupan manusia; masa kanak-kanak, pemuda dan masa tua.Fase yang pertama dan yang terakhir dari kehidupan seseorang ditandai dengan kelemahan, ketergantungan dan keputusasaan.Nabi Muhammad SAW dikhabarkan sering meminta perlindungan Allah, di tengah-tengah masalah lainnya, untuk usia tua. Pemuda Islam bukanlah suatu bagian yang terpisah dari golongan Islam sebagai kelompok sosial dan politik dalam masyarakat, pemuda Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari golongan Islam atau ummat Islam sebagai kelompok kepentingan.Di dalam perjalanan sejarah peranan yang dibawakan oleh pemuda Islam sebagai 18 M. Manzoor Alam, Peran Pemuda Muslim dalam Rekonstruksi Dunia Kontemporer, Jakarta: Media Da’wah, 1991, hal. 63 “ujung tombak” seringkali begitu menonjol sehingga merupakan alur tersendiri dalam gelombang arus sejarah Islam. 19 2. Peranan Pemuda dalam Pendidikan Pemuda yang notabenenya sebagai pelopor harus memberikan kontribusi yang konkret terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam mendobrak setiap kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Pemuda harus bisa menjadi pressure groups terhadap pemerintah. Advokasikan kepada pemerintah gagasan-gagasan yang sekiranya dapat menjadikan pendidikan di Negara ini lebih baik.Pemuda merupakan kekuatan, kekuasaan, vitalitas dan energik.Tidak dapat disangkal, masa pemuda secara universal, baik fisik, mental, intelektual, moral, maupun potensialitasnya mencapai tingkat perkembangan dan pemanfaatan yang optimum.Ia adalah masa ketika fikiran menunjukkan kapasitas dan kapabilitas invensif dan imaginatifnya dalam bentuk yang terbaik. Ia secara alerogis dilukiskan dalam ayat-ayat al-Qur ’an berikut ini : ع ْل ِي ْل س ْسْ ْ قل َلا قيل ا ي ْلا تكْلا ي حْلا ْل طْسقْل عف ي ش ْ هيف َ ل ...... “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia….. “QS.Al-Hadid: 25 Pemuda sebagai generasi penerus, diharapkan dapat memainkan peranan kunci dalam pembangunan bangsa.Pemuda 19 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, Jakarta: CV. Rajawali, 1984, hal. xi tercipta tidak untuk mendorong kedaulatan ke dalam bangsanya sendiri tetapi harus dijadikan sarana untuk mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompokgolongan. Dalam kondisi usia emas, pemuda memiliki kelebihan yang dapat memainkan peran untukmenjadi pelopor karena semangat dan kondisi yang sangat menunjang untuk berbuat yang lebih baik. Menjadi pelopor perubahan dimasyarakat berarti mengedepankan inisiatif.Inisiatif tidak harus muncul dari pemikiran sendiri, tetapi bisa saja merupakan hasil penyerapan ketika berinteraksi dengan lingkungan. Cakupan masyarakat yang menjadi obyek peran ini juga tidak harus besar. Bahkan akan lebih efektif, apabila perubahan dilakukan secara bertahap dari tingkat keluarga, lingkungan tetangga, lingkungan kerja dan baru kemudian meluas ke tingkat yang lebih tinggi. Kepeloporan dalam perubahan dapat dilakukan dalam semua segi kehidupan masyarakat. Ada langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain, membangun sekolah alternatif. Sekolah alternatif sebagai lembaga alternatif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi berbeda dengan sekolah formal yang ada.Dan berdasarkan pengakuan dari siswa-siswa yang masuk sekolah alternatif, mereka justru lebih senang dan merasa sekolah alternatif lebih memberikan banyak manfaat ketimbang sekolah formal.Dan biasanya sekolah-sekolah alternatif ini didirikan latar belakangnya dari mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. Pemuda diharapkan mampu membawa pola pikir dan cara hidup positif dan pengaplikasiannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah, pemuda memiliki peran yang signifikan dalam hal ini. Masyarakat Indonesia membutuhkan pihak yang memberi mereka masukan, mendidik mereka tentang pola pikir dan cara hidup yang lebih baik, dan tanpa lelah terus mensosialisasikan pola pikir dan cara hidup yang lebih baik melalui berbagai media. Pemuda diharapkan selalu dapat mentransfer kepada masyarakat lain tentang sesuatu yang berpotensi menuju kehidupan yang lebih maju dan lebih baik. 20 C. Hasil Penelitian yang Relevan Kajian hasil penelitian yang relevan ini, penulis melihat masalah yang hampir serupa dengan masalah yang penulis teliti yakni peran pemuda.Dalam skripsi berjudul “peranan majlis taklim Ikatan Pemuda Ciganjur IPC dalam pembentukan akhlak generasi muda Studi Kasus di Rt 0020 5 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan” yang di tulis oleh sodara Uswatun Hasanah. Pembahasan yang dijelaskan dalam penelitian terdahulu adalah pendidikan nonformal berbentuk majlis taklim sedangkan penulis mengangkat pendidikan nonformal berupa Taman Pendidikan Al-Quran TPA, persamaan terjadi pada pelaksana atau penggerak objek yakni pemuda. Posisi pemuda Ciganjur dalam penelitian sebelumnya sebagai penggerak sekaligus sasaran peneliti, berkaitan dengan akhlak remaja dan pemuda yang mengikuti pengajian pada majlis taklim tersebut.Sedangkan pemuda di Desa mekarsari ini menjadi pengajar dan contoh untuk para adik-adik atau siswa-siswi di TPA yang telah mereka bentuk. Untuk hasil penelitian juga terdapat perbedaan masalah, pada penelitian terdahulu peranan Majlis Taklim IPC adalah tempat yang berfungsi sebagai wadah dalam membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia. 21 Masalah yang telah muncul untuk penelitian 20 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa, Jakarta: Kemenegpora, 2009, hal. 25-26 21 Uswatun Hasanah, “peranan majlis taklim Ikatan Pemuda Ciganjur IPC dalam pembentukan akhlak generasi muda Studi Kasus di Rt 00205 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan”, Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta : 2005, hal. 63 sekarang adalah bagaimana peran pemuda dalam mengembangkan pendidikan nonformal berupa Taman Pendidikan Al-Quran TPA. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal Studi Atas Peran Pemuda di Desa Mekarsari SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam S.Pd.I Oleh: Wiwi Sawiyah Pebriyanti NIM. 109011000230 Menyetujui, Pembimbing JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Melihat dari keadaan diri dan sekitar wilayah Desa Mekarsari, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran pemuda yang seharusnya tidak sedikit dalam pendidikan. Karena, pemuda merupakan manusia yang produktif, kritis dan berpengaruh pada perputaran zaman ini. Penulis telah melihat dan membaca tentang metode atau beberapa penelitian. Metode yang bagus untuk meneliti suatu kelompok bahkan seseorang adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus peran pemuda di Desa Mekarsari. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalahsuatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, hal, 3 yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang. 2 Seperti pengantar penulis di bab-bab sebelumnya pemuda pada zaman ini mempunyai pengaruh yang kompeten untuk membangun suatu pembaharuan bahkan menyangkut kehidupan politik. Bagaimana pemuda mengatasi pembaharu atau yang mengaku pembaharu khususnya dalam pendidikan agama? Kenapa pemuda tidak menjual masa produktifnya untuk ikut berpolitik?. Memang pemuda seharusnya berperan disini bahkan tahap keagaman yang semakin kontroversi. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Selain itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi-studi kasus eksplanatori, eksploratoris dan dekriptif. Dalam penggunaannya, peneliti studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek pendesainan dan penyelenggaraannya agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik tradisional tertentu terhadap metode tipe pilihannya. 3

B. Setting penelitian

1. Letak penelitian Penelitian studi kasus ini terletak di Kp. Tipar Rt. 005010 Mekarsari Cimanggis Depok. Letak yang lebih detailnya yakni di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur ’an TPA Al-Hidayah. Jadwal mengaji untuk anak perempuan dan laki-laki dipisah dengan ketentuan seperti ini; Senin dan Sabtu setelah Magrib jadwal mengaji laki-laki. 2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:CV pustaka setia, 2011 hal. 100 3 Robert K. Yin, Studi Kasus Design Metode, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012 hal, 1 Sedangkan Kamis, J um’at dan Sabtu setelah Magrib jadwal untuk perempuan. 2. Sarana dan Prasarana Sarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar, peneliti melihat sudah cukup memenuhi kriteria untuk pelaksanaan belajar mengajar. Di TPA al-Hidayah ada 2 tempat ruangan untuk kegiatan belajar mengajar. Ada 2 papan tulis, 2 penghapus papan tulis, 3 spidol, 20 meja mengaji atau lekar dan 20 al-qur ’an terjemah. Prasarana di TPA ini ada beberapa buku bacaan untuk anak, 2 kipas angin, 2 kamar mandi, dan beberapa alat-alat kebersihan. 3. Jumlah siswa dan guru secara keseluruhan Siswa di TPA ini berjumlah 35 orang khusus untuk perempuan dan 3 orang guru.

C. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini adalah kualitatif data berwujud kata-kata ataupun jawaban yang dikumpulkan dalam beberapa cara, baik wawancara, maupun hasil observasi ketika di lapangan. Data tersebut kemudian diproses melalui pencatatan dan pengetikan yang mana data dianalisis tetap menggunakan kata- kata yang disusun ke dalam teks yang diperluas. Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek yang mana data dapat diperoleh. Artinya dalam penelitian ini data diperoleh dari hasil pengamatan sekitar dan responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan melalui wawancara. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sumber primer yakni dokumentasi dan sekunder yakni wawancara dan observasi. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu meliputi: 1. Observasi Dalam observasi diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan sebenarnya tanpa usaha sengaja untuk menambahkan maupun mengurangi hasil pengamatan penelitian yang diperoleh di lapangan. 4 Observasi yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan secara langsung. Observasi merupakan langkah metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi ataupun nonpartisipasi. Dalam observasi partisipasi participatory observation pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif nonparticipatory observasi pengamat tidak ikut serta dalm kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. 5 Disini penulis melakukan observasi partisipasi atau ikut serta dalam kegiatan, agar individu bahkan kelompok yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi. Penulis telah melakukan observasi selama 12 kali pertemuan, guna melihat perkembangan yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di TPA al-Hidayah. 2. Wawancara Wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara 4 S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet. 10, h. 106. 5 Sudaryono, Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, cet 1, h. 38 pewawancara dan responden. 6 Peneliti telah melakukan wawancara terstruktur 1 kali dan wawancara tidak terstruktur beberapa kali. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan ketika peneliti melihat atau setelah mengamati adanya perubahan, baik penambahan ataupun pengurangan dalam kegiatan mengajar khususnya. Dalam sesi wawancara ini observer bertemu dengan istri pendiri yang tidak lain adalah pengajar siswi putri. Observer juga melibatkan siswi-siswi untuk di wawancarai dan berdiskusi seputar pengajaran dan peran pemuda TPA Al-hidayah. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek peneltian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Dalam teknik ini observer melihat data atau dokumen berupa absen, laporan program pemuda dan hasil dari jepretan-jepretan kegiatan yang telah berlangsung.

D. Telaah Analisis Data.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dipihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: 6 Consuelo G. Sevilla, Penerjemah Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian Jakarta: Universitas Indonesia Press 2006, hal.205

Dokumen yang terkait

PERAN MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASYARAKAT (Studi terhadap Ranting Muhammadiyah di Tegalombo Peran Muhammadiyah Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Masyarakat.

0 6 16

PERAN MASJID SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL BAGI MASYARAKAT MUSLIM PEDAN Peran Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Nonformal Bagi Masyarakat Muslim Pedan (Studi Di Masjid Al-Jalal Gatak, Kedungan, Pedan, Klaten Tahun 2016).

0 5 14

PERAN MASJID SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL BAGI MASYARAKAT MUSLIM PEDAN Peran Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Nonformal Bagi Masyarakat Muslim Pedan (Studi Di Masjid Al-Jalal Gatak, Kedungan, Pedan, Klaten Tahun 2016).

0 3 18

PERAN MASJID DALAM PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL UNTUK PEMBINAAN UMAT Peran Masjid Dalam Pendidikan Islam Nonformal Untuk Pembinaan Umat (Studi Kasus di Masjid Mardhatillah Gempol Ngadirejo Kartasura Sukoharjo).

1 13 17

PERAN MASJID DALAM PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL UNTUK PEMBINAAN UMAT Peran Masjid Dalam Pendidikan Islam Nonformal Untuk Pembinaan Umat (Studi Kasus di Masjid Mardhatillah Gempol Ngadirejo Kartasura Sukoharjo).

0 4 13

PERAN CABANG ‘AISIYAH DALAM PENDIDIKAN NONFORMAL DI MASYARAKAT SAMBI BOYOLALI Peran Cabang ‘Aisiyah Dalam Pendidikan Nonformal Di Masyarakat Sambi Boyolali.

0 1 15

PENDAHULUAN Pendidikan Model Halaqah Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam (Studi Pendidikan Nonformal Di Desa Pilang, Kec. Masaran, Kab.Sragen).

0 2 23

PENDIDIKAN MODEL HALAQAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Pendidikan Nonformal di Desa Pendidikan Model Halaqah Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam (Studi Pendidikan Nonformal Di Desa Pilang, Kec. Masaran, Kab.Sragen).

0 0 16

Peran pemuda dalam pengembangan pelayanan publik: studi peran pemuda dalam pengembangan pelayanan publik tingkat desa di Kabupaten Gresik.

0 0 177

Peran Pendidikan Nonformal Mus Mujiono

0 0 1