Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
dan sosial yang lebih baik. Dengan berbagai perkembangan dan sistem di TPA al-Hidayah yang setiap tahunnya meningkat. Di sayangkan di TPA
ini kurang tersistematis artinya tidak ada acuan-acuan untuk mengetahui sampai mana para murid menerima maksud dan tujuan para pengajar di
TPA ini. Pendidikan nonformal menyajikan problema yang menantang para
perencana pendidikan masa kini. Sifat keragaman aktivitas yang termasuk dalam pendidikan nonformal merupakan persoalan sulit bagi yang
berkeinginan untuk
menerapkan prosedur-prosedur
perencanaan pendidikan tradisional yang sistematis kebidang pendidikan nonformal.
Banyak aktivitas pendidikan nonformal dikembangkan oleh sektor swasta. Organisasi sukarela swasta, badan-badan keagamaan dan
kelompok-kelompok masyarakat telah mensponsori sebagian besar akstivitas-aktivitas pendidikan nonformal yang ada sekarang ini.
Seperti yang telah tertera dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 Pasal 26 Ayat 4, satuan pendidikan nonformal diperluas menjadi
enam yaitu: 1.
Lembaga Kursus 2.
Lembaga Pelatihan 3.
Kelompok Belajar 4.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM 5.
Majlis Taklim 6.
Satuan Pendidikan Sejenis
6
Dari enam perluasan satuan pendidikan di atas, penulis tertarik dengan point enam yakni satuan pendidikan sejenis. Dalam satuan
pendidikan sejenis ini penulis memilih contoh Taman Pendidikan Al- Quran TPA yang merupakan satuan pendidikan nonformal yang tumbuh
dan berkembang dari masyarakat. Sehubungan dengan kebutuhan masyarakat tentang pengetahuan keagamaan Islam.
6
Ishak Abdullah dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, hal. 52
Maka dalam Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, majlis taklim berdiri sendiri menjadi satuan pendidikan nonformal.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam majlis taklim adalah kelompok yasinan, kelompok pengajian, Taman Pendidikan Al-
Qur’an, kitab kuning, salafiah dan lain-lain.
“Setiap masyarakat mengembangkan proses sosialisasi agar pemuda mengenal mores dan aturan masyarakat. Proses ini menggunakan
struktur yang bermacam-macam, dari belajar yang paling informal sebagai bagian kehidupan sehari-hari sampai dengan acara-acara yang lebih
berstruktur, yang berkaitan dengan tansisi dari satu usia tertentu ke usia lainnya.”
7
Abdul Mu ’ti menyatakan, pendidikan di Indonesia secara umum
memiliki tiga persoalan: financial, administrasi dan kultural. Persoalan finansial merupakan persoalan yang akut. Dari waktu ke waktu jumlah
dana pemerintah yang dikucurkan untuk sektor pendidikan masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan dana pembangunan fisikinfrastruktur.
Persoalan ini berdampak kepada dua hal: Pertama, masih banyak kelompok masyarakat yang tidak
mengenyam bangku pendidikan. Masih banyak masyarakat buta huruf.Kedua, banyaknya lembaga pendidikan yang dikelola secara
“apa adanya
” sehingga mengahasilkan lulusan yang “apa adanya pula”. Hal ini berdampak pada minimnya kelompok masyarakat yang well education
sebagai modal utama membangun peradaban.
8
Terlalu banyaknya kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah merupakan kendala dalam mewujudkan masyarakat yang
berperadaban. Beberapa hasi penelitian dalam bidang psikologi dan sosiologi menunjukkan, mayoritas pelaku tindak kejahatan adalah mereka
7
M. Sardja Kadir, Perencanaan Pendidikan Non Formal, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hal. 30
8
Muhammad Budi Setiawan, Mozaik Gerakan Pemuda Kontemporer, Jakarta; KEMENPORA RI, 2009 cet 1 Hal. 46
yang poorly education. Di sinilah mengapa, dari sudut pandang Islam, kebodohan jahiliyah merupakan musuh utama sehingga salah satu misi
Islam adalah menciptakan masyarakat ilmiah: memiliki ilmu dan mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan memilikitugas yang sama dengan pendidikan lainnya
pendidikan formal yakni memberikanpelayanan terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan diluar sistem
persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan. Sasaran pendidikan
non-formal yang semakin beragam, tidak hanya sekedar melayani masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan dasar,
masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal, masyarakat yang tidak terakses pendidikan formal seperti; suku terasing,
masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan, dan masyarakat pulau luar.
Sebagaimana dikutip oleh Ruwiyanto dalam buku “Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin”,
Coombs et al. menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup, atau dinyatakan bahwa hidup itu adalah belajar. Mereka membagi
pendidikan dengan tiga jalur; pertama yang disebutnya pendidikan formal pendidikan melalui bentuk sekolah, jalur kedua yang
disebutnya pendidikan nonformal pendidikan luar sekolah yang masih terorganisasikan, dan ketiga yang disebutnya pendidikan
informal pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa pengorganisasian tertentu. Coombs et al. mendefinisikan
pendidikan nonformal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang
sudah mapan, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya.
9
Orientasi dari warga belajar terdapat proses belajar yang akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi,
serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap,
9
Wahyudi Ruwiyanto, Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Masyarakat Miskin, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 1
penghargaan dan perasaan. Proses perubahan dalam belajar dapat terjadi dengan sengaja atau tidak disengaja.
Dalam pendidikan nonformal ada dua penekanan dalam upaya mencapai tujuan, yaitu perubahan tingkah laku dan perubahan
sosial. Perubahan tingkah laku ditujukan kepada individu-individu anggota masyarakat, yaitu adanya perubahan setelah ada intervensi
pemberian pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap. Penekanan yang kedua adalah perubahan sosial, yaitu perubahan struktur dan
peran-peran anggota masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya. Intervensi pendidikan ditujukan kepada individu dan
kelompok-kelompok masyarakat agar supaya terjadi gerakan yang secara sengaja diciptakan agar timbul kesadaran untuk
memperjuangkan nasibnya dengan bekerja atau melakukan tindakan-tindakan kolektif sebagai dampak hasil belajarnya untuk
melakukan perbaikan-perbaikan.
10
Dalam mencari solusi penanggulangan pendidikan untuk para pengangguran, diperlukan segolongan masyarakat dari jenisnya sendiri.
Sebagaimana diketahui bahwa mayoritas pengangguran adalah usia pemuda atau individu yang secara fisik sedang mengalami pertumbuhan
jasmani dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional. Pemuda harus memiliki kapasitas tertentu untuk masuk ke
kalangan kelompok profesional agar mampu bersaing pada tataran global. Di sinilah peranan pendidikan terutama bidang keagamaan yang
merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan dan pemuda menjadi titik strategis untuk tumpahnya perhatian dalam
pengembangan kegiatan pendidikan Islam nonformal. Sebagaimana firman Allah SWT :
10
Saleh Marzuki, Pendidikan non formal Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan dan Andragogi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 90-91
Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman , yang melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah. “Dan barang siapa
menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang
pasti menang.Al-Maidah 55-56. Menurut KEMENPORA
“pemuda adalah penentu perjalanan bangsa di masa yang akan datang. Pemuda mempunyai kelebihan dalam
berbagai hal, misalnya dalam hal pemikiran, semangat, logika, dan lain sebagainya. Generasi muda adalah motor penggerak utama perubahan
”.
11
Pemuda merupakan individu yang secara fisik sedang mengalami pertumbuhan baik dari segi jasmani maupun secara psikis yang
mempengarui perkembangan emosional. Pemuda harus memiliki kapasitas tertentu untuk masuk ke kalangan kelompok professional agar mampu
bersaing pada tataran global. Pada kasus pendidikanlah, peranan pemuda memang dibutuhkan
terutama bidang keagamaan yang merukan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan dan pemuda menjadi titik strategis untuk
tumpahnya perhatian dalam pengembangan kegiatan pendidikan Islam nonformal.
Pendidikan non-formal memang bukan sesuatu yang semata-mata baru, namun ia kurang sekali ditelaah secara sistematis. Mengingat betapa
pentingnya pendidikan bagi angkatan sekarang dan angkatan masa depan, penelitian ini khusus menyorotkan perhatian pada corak pendidikan di luar
sistem persekolahan formal, yang diharapkan mengandung potensi besar untuk menunjang keberlangsungan pengembangan pendidikan di pedesaan.
11
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dialog Pemuda dalam Membangun Bangsa, Jakarta: Kemenegpora, 2009, hal. 22
Karena itu penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut yang kemudian penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi
dengan judul berikut:
“Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal Studi Atas Peran Pemuda di Desa Mekarsari
”.