Peraturan Perusahaan TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi 2001 tentang penggunaan alat pelindung telinga memperoleh hasil setengah pekerja menyatakan bahwa tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh manajemen bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang dalam mengawasi pemakaian APD telinga, yaitu sebesar 50. Bila pekerja tidak bekerja dalam pengawasan, maka mereka tidak akan merasa punya kewajiban untuk menggunakan APD telinga. Penelitian lain oleh Kesuma 1998 tentang penggunaan APT pada tenaga kerja bagian produksi di PT. Krakatau Steel Cilegon menunjukkan bahwa pekerja menyatakan tidak ada pengewasan dalam pemakaian APT di lokasi kerja tersebut, yaitu sebesar 62,5.

h. Peraturan Perusahaan

Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pasal 108 menyatakan bahwa “Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Oleh karena itu upaya perlindungan terhadap pekerja akan bahaya khususnya pada saat melaksanakan kegiatanproses di tempat kerja perlu dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Salah satu upaya perlindungan terhadap tenaga kerja tersebut adalah dengan penggunaan alat pelindung diri APD. Kebijakan sebuah perusahaan tentang pelaksanaan K3 dijelaskan dengan detail dalam bentuk peraturan-peraturan. Kepastian hukum yang kuat akan memberikan kemantapan dalam pengawasan. Karena apabila diberi teguran dan peringatan tidak dihiraukan maka perangkat peraturanlah yang akan berperan dalam Universitas Sumatera Utara hal pemberian sanksi. Maka peraturan yang berkaitan dengan situasi kerja merupakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan efektifitas pelaksanaan program K3 di sebuah perusahaan. Adanya kebijakan dalam bentuk sanksi dan pemberian penghargaanhadiah ternyata mempunyai makna dalam meningkatkan motivasi berperilaku pekerja terutama dalam penggunaan APD. Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi 2001 tentang penggunaan alat pelindung telinga menunjukkan bahwa kebijakan manajemen untuk bagian produksi Ammonia PT. PUSRI Palembang menyatakan kurang baik, karena tidak adanya sanksi, yaitu sebesar 53,3. Bila suatu tempat kerja tidak diatur dengan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, misalnya dengan adanya sanksi, maka keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja tersebut juga tidak akan berjalan baik. Manajemen adalah kontrol pekeja yang dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan perusahaan. Pengawasan merupakan kegiatan rutin dalam bentuk observasi harian terhadap penggunaan APD yang dilakukan pengawas. Pengawas biasanya berada di bagian yang sama dengan pekerja yang menjadi objek pengawasan. Kemungkinan karena pengawasan hanya dilakukan oleh pengawas lokal maka pengawas tersebut sendiri kurang tegas menghadapi pekerja yang lebih senior, maka pengawasan terkesan kurang mengena sasaran. Penelitian lain oleh Kesuma 1998 tentang penggunaan APT pada tenaga kerja bagian produksi di PT. Krakatau Steel Cilegon menunjukkan bahwa pekerja menyatakan ada peraturan yang mengatur pemakaian APT di lokasi kerja tersebut, yaitu sebesar 58,3. Universitas Sumatera Utara

i. Sistem Informasi K3