2.3.6 Nilai Ambang Batas NAB Kebisingan
Pengawasan kebisingan berpedoman pada nilai ambang batas NAB seperti pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1. Intensitas dan Waktu Paparan Bising yang Diperkenankan Pemaparan tiap hari jam
Batas suara dB
16 80
8 85
4 90
2 95
1 100
½ 105
¼ 110
Sumber : Depkes RI, 1999 Dengan adanya pemaparan 8 jam tiap hari, batas suara yang masih
diperbolehkan adalah 85 dB A. Tingkat kebisingan maksimum yang dianjurkan maupun diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada
siang hari, petang hari dan malam hari. Siang hari adalah waktu yang digunakan oleh kebanyakan orang untuk bekerja dan berpergian. Petang hari adalah waktu yang
digunakan oleh kebannyakan orang untuk istirahat di rumah tetapi belum tidur. Malam hari adalah waktu yang digunakan kebanyakan orang untuk tidur.
Pembagian waktu pagi, siang dan malam hari disesuaikan dengan kegiatan kehidupan masyarakat setempat. Biasanya pagi hari adalah pukul 06.00 - 09.00, siang
hari adalah pukul 14.00 – 17.00 dan malam hari adalah pukul 17.00 – 22.00 Kep MENLH No: Kep-48MENLH111996.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7 Gangguan Kebisingan pada Pendengaran
a. Adaptasi bila telinga terpapar oleh kebisingan Mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi
lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
b. Peningkatan ambang dengar sementara Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan akan
kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang
pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4.000 Hz, tetapi bila pemaparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara
akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap
individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.
c. Peningkatan ambang dengar menetap Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama
terjadi pada frekuensi 4.000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap
dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak
menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pemeriksaan audiogram. Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh
setelah istirahat beberapa jam 1-2 jam. Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama 10-15 tahun akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ
corti sampai terjadi destruksi total organ corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat
mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekuensi pendengaran yang mengalami
penurunan intensitas adalah antara 3.000-6.000 Hz dan kerusakan alat corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekuensi 4.000 Hz 4 K notch. Ini
merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyabar ke frekuensi percakapan 500-2.000 Hz. Pada saat itu pekerja mulai merasakan
ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya Tri, 2005.
2.3.8 Pembagian Efek Kebisingan terhadap Pendengaran