Pengertian Gadai dan Kredit Gadai Barang Jaminan Kredit Gadai

menguji karatase emas sejak tahun 1901, maka perhiasan emas dari galeri 24 memberikan jaminan kepastian yang belum tentu diperoleh dari toko emas lain. e. Koin Emas ONH Pegadaian memperkenalkan cara menabung terutama untuk persiapan menunaikan ibadah haji. Bagi masyarakat yang berminat dapat membeli koin emas berkadar 24 karat yang kelak pada saat dibutuhkan untuk menunaikan ibadah haji dapat dijual kembali. f. Kegiatan-kegiatan Usaha Lainnya Kegiatan-kegitaan usaha lainnya sebenarnya bukan merupakan inti bisnis perum pegadaian sebagai lembaga keuangan. Tetapi kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan aset-aset yang kurang produktif. Misalnya adalah penyewaan gedung di beberapa tempat di Indonesia. Namun demikian nilai pendapatan dari kegiatan ini relatif kecil dibanding dengan jasa gadai.

3. Pengertian Gadai dan Kredit Gadai

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan Pandia, 2005:72. Menurut ketentuan pasal 1150 KUHPdt Gadai adalah hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur atau oleh orang lain atas namanya, yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari kreditur-kredur lainnya, dengan pengecualian biaya lelang barang tersebut dan biaya pemeliharaan setelah barang digadaikan harus dilunasi terlebih dahulu Abdulkadir, 2000:105. Berdasarkan pasal KUHPdt tersebut di atas maka jasa pegadaian memberikan pinjaman kepada nasabah dengan jaminan barang bergerak. Untuk memperoleh pinjaman maka nasabah wajib menyerahkan harta geraknya sebagai agunan kepada kantor pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan lelang dalam kondisi yang ditentukan. Kredit gadai adalah pemberian pinjaman dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan sebagai pemberi pinjaman dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Barang Jaminan Kredit Gadai

Perum pegadaian dalam hal jaminan menetapkan ada beberapa jenis barang berharga yang dapat diterima untuk digadaikan. Barang-barang tersebut nantinya ditaksir nilainya sehingga dapat diketahui berapa nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Besarnya jaminan diperoleh dari 80 hingga 90 persen dari nilai taksiran. Semakin besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula pinjaman yang akan diperoleh. Kasmir, 1998:226. Adapun jenis barang berharga yang dapat diterima dan dijadikan jaminan oleh pegadaian antara lain: a. Kain, seperti bahan pakaian, kain sarung, seprei, permadaniambal b. Barang-barang perhiasan logam dan permata, seperti emas, perak, intan, Berlian, mutira, platina, jam c. Barang-barang yang berupa kendaran, seperti mobil, sepeda motor, sepeda biasa, becak, bajaj, bemo d. Barang-barang elektronik, seperti televisi, radio tape, video, komputer, kulkas, kamera, mesin tik e. Mesin-mesin, seperti mesin jahit, mesin kapal motor f. Barang-barang keperluan rumah tangga, seperti barang tekstil dan barang pecah belah. Dengan catatan bahwa semua barang-barang yang dijamin haruslah dalam kondisi, baik dalam arti masih dapat dipergunakan atau bernilai. Hal ini bagi pegadaian penting untuk mengingat apabila nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya maka barang jaminan akan dilelang sebagai gantinya. Barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai jaminan kredit gadai: 1. Barang-barang milik pemerintah, seperti Senjata api, pakaian dinas, perlengkapan ABRI dan pemerintah 2. Barang-barang yang mudah busuk, seperti makanan dan minuman, obat- obatan, tembakau 3. Barang berbahaya dan mudah terbakar, seperti korek api, mercon, bensin, minyak tanah, tabung berisi gas 4. Barang-barang yang sukar ditaksir nilainya, seperti barang purbakala, historis 5. Barang yang dilarang peredarannya, seperti ganja, heroin, mercon, bensin, minyak tanah, tabung berisi gas 6. Barang yang tidak tetap harganya dan sukar ditetapkan taksirannya, seperti luksisan dan buku 7. Barang-barang lainnya seperti: a. Barang yang disewa belikan b. Barang yang diperoleh melalui hutang dan belum lunas c. Barang titipan sementara konsinyasi d. Barang yang tidak diketahui asal usulnyabermasalah e. Ternakbinatang

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Awal berdirinya pegadaian di Indonesia ditandai dengan didirikannya Bank Van Lening pada masa VOC pada tahun 1746. Lembaga ini mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Hingga saat ini sejarah pegadaian mengalami 5 zaman pemerintahan, yaitu: 1. Pegadaian Pada Masa VOC 1746-1811 Berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Van Imhoff tertanggal 20 Agustus 1746 dengan resmi didirikan suatu bank Van Leening yang pertama di Indonesia yaitu di Jakarta Batavia. Bank ini didirikan dalam bentuk kerjasama antara VOC dengan swasta lainnya yaitu dengan ₤ 500.000 23 dari VOC dan 13 dari swasta di samping menjalankan usaha pemberian kredit berdasarkan gadai juga memberikan jasa Bank Wesel. 2. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Inggris 1811-1816 Pada masa penjajahan Inggris 1811 Bank Van Leening ini dihapuskan. Hal ini menurut keputusan Reffles yang berpendapat bahwa tidak wajar bagi suatu bank diusahakan oleh pemerintah. Sebagai gantinya diadakan suatu ketentuan bahwa setiap orang boleh mendirikan pegadaian swasta asal mendapat izin Licentie dari penguasa daerah setempat. Licentielsel ini diperkirakan akan menguntungkan pemerintah, namun yang terjadi sebaliknya dan pemegang licentie menggunakan kesempatan ini mengadakan praktik riba yang sangat merugikan rakyat. 3. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Belanda 1816 – 1942 Kemudian Pachstelsel tersebut di atas 1843 telah dijalankan di seluruh Indonesia kecuali di daerah Priangan dan Verstenladen Surakarta dan Yogyakarta. Pada tahun 1949 rente-terief tarif bunga