Pengaruh Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan Terhadap laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan.

(1)

PENGARUH JUMLAH KREDIT GADAI YANG

DISALURKAN TERHADAP LABA PERUM

PEGADAIAN CABANG PADANG BULAN

MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

MARINI FRANSISCA PURBA 050521136

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

2008


(2)

i

Marlina, M.Si., Selaku Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen;, Dra. Pinta Ginting, selaku Dosen Penguji I dan Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Dosen Penguji II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah kredit gadai yang disalurkan terhadap laba yang diperoleh Perum Pegadaian cabang Padang Bulan Medan Tahun 2002 -2006.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik dengan menggunakan data dari tahun 2002 s/d 2006. Pada analisis statistik digunakan regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat signifikansi digunakan uji R2, Uji-F dan Uji-T dengan bantuan program software SPSS Versi 12.00.

Setelah dilakukan analisis data yang diperoleh maka hasil analisis mengatakan bahwa kredit gadai yang disalurkan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba yang diperoleh perum pegadaian cabang padang bulan medan.


(3)

ii

menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Ulfah MS., selaku Dosen Wali

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan begitu banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Pinta Ginting, selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Friska Sipayung M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah membantu memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini


(4)

iii

penulis berada pada masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh pegawai ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teristimewa kepada ayahanda J. Purba dan Ibunda R. Siregar yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi penulis. Dukungan dan semangat yang beriring doa dan pengharapan adalah bukti dari cinta kasih bagi penulis.

10. Teman-teman seperjuangan di manajemen-extension Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara S’05, Kak Magda, Kak Dina Gulo, Kak Marliani, serta sobat terbaikku Ibeng. Semoga persahabatan kita tetap selamanya.

11. Buat semua pihak, keluarga, rekan, senior, dan sahabat yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, masih ada kekurangan baik isi maupun penyajiannya, mengingat keterbatasan penulis. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 2008 Penulis

Marini Fransisca Purba


(5)

iv

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Kerangka Konseptual ……….. 4

D. Hipotesis ……….. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ………... 7

2. Manfaat Penelitian ………... 7

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional ………... 8

2. Definisi Batasan Operasional variabel ……… 8

3. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 9

4. Jenis Data ………... 9

5. Teknik Pengumpulan Data ………... 10

6. Metode Analisis Data ……… 10

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 14 B. Kredit 1. Pengertian Kredit ………... 14

2. Unsur-unsur Kredit ……… 15

3. Fungsi Kredit ……….. 15

4. Tujuan Kredit ………... 17

5. Prinsip-prinsip Kredit ………... 17


(6)

v

4. Pengklasifikasian Laba ………. 25

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba ………. 26

6. Kegunaan dan Peranan Laba ………. 28

D. Pegadaian (PAWNSHOP) 1. Pengertian Pegadaian ………... 30

2. Produk Pegadaian ……….. 31

3. Pengertian Gadai dan Kredit Gadai ... 33

4. Barang Jaminan Kredit Gadai ………... 34

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ………. 36

B. Fungsi, Kedudukan dan Status Hukum Pegadaian ………. 39

C. Sifat, Tujuan dan Usaha Perum Pegadaian ……… 39

D. Makna Logo dan Motto Perum Pegadaian ………. 40

E. Struktur Organisasi Perum Pegadaian ……… 42

F. Produk Perum Pegadaian ……… 46

G. Kredit Gadai dan Laba ………. 48

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI 1. Analisis Deskriptif ………... 52

2. Analisis Statistik 60 A. Pengujian Normalitas Data ……… 62

B. Koefisien Determinan R Square ………. 63

C. Uji – T (Uji Secara parsial) ………. 64

D. Uji-F (Uji Signifikan Simultan) ……… 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 67

B. Saran ……… 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

vi

1.1 Perkembangan Jumlah Nasabah, Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan serta Laba yang Diperoleh Perum Pegadaian Cabang

Padang Bulan Medan dari tahun 2002-2006 ………... 3

3.1 Penggolongan Uang Pinjaman, Sewa Modal, Biaya Administrasi …. 51 3.2 Tarif Sewa Modal Perum Pegadaian ……… 51

4.1 Coefficients (a) ……… 52

4.2 Penurunan/Peningkatan Jumlah Kredit gadai yang Disalurkan ……… 53

4.3 Penurunan/Peningkatan Laba ………... 55

4.4 Coefficients (a) ……… 60

4.5 Model Summary (b) ..………... 63

4.6 Coefficients (a) ……… 64

4.7 Anova (b) ………. 65


(8)

vii

No. Judul Gambar Hal.

1.1 Kerangka Konseptual ……….. 6

3.1 Logo Perum Pegadaian ……… 40

3.2 Struktur Organisasi ……….. 44

4.1 Histogram ……… 61

4.2 Norma P-P Plot of Regression Standardized Residual ……… 62


(9)

i

Marlina, M.Si., Selaku Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen;, Dra. Pinta Ginting, selaku Dosen Penguji I dan Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Dosen Penguji II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah kredit gadai yang disalurkan terhadap laba yang diperoleh Perum Pegadaian cabang Padang Bulan Medan Tahun 2002 -2006.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik dengan menggunakan data dari tahun 2002 s/d 2006. Pada analisis statistik digunakan regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat signifikansi digunakan uji R2, Uji-F dan Uji-T dengan bantuan program software SPSS Versi 12.00.

Setelah dilakukan analisis data yang diperoleh maka hasil analisis mengatakan bahwa kredit gadai yang disalurkan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba yang diperoleh perum pegadaian cabang padang bulan medan.


(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dilakukan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas (Abdullah, 2005:137). Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan (Syahyunan, 2004:61).

Lembaga keuangan bank maupun non bank selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang kredit. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2003:23).

Lembaga keuangan non bank pun memberikan pelayanan dalam bidang kredit, kegiatan perkreditan tersebut dilakukan oleh pegadaian yang merupakan satu-satunya lembaga formal di Indonesia yang melakukan pembiayaan dalam bentuk penyaluran pinjaman atau kredit atas dasar hukum gadai. Tugas pokok


(11)

perum pegadaian adalah untuk menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan memberikan uang pinjaman berdasarkan hukum gadai (Kasmir, 2003:23).

Kelembagaan pegadaian termasuk unik (Sethyon, 2002:13). Keunikan ini tercermin dari produknya. Tidak ada lembaga kredit lain yang mau memberikan kredit Rp 5.000,-. Lembaga kredit lain pasti menganggap jumlah kredit itu tidak efisien. Disamping itu tidak ada lembaga kredit yang bisa menerima barang jaminan mulai dari kain, sarung, gerabah, barang elektronik, peralatan rumah tangga, dan barang bergerak lainnya. Penerimaaan barang jaminan seperti ini secara ekonomis kurang efisien karena memerlukan biaya investasi gudang yang besar dan pemeliharaan barang jaminan yang cukup melelahkan.

Keunikan lainnya tercermin juga pada pelayanannya yang cepat dan manusiawi. Prosedurnya yang sangat sederhana tidak memerlukan administrasi yang menyulitkan. Kemudahan ini sengaja di kemas, disesuaikan dengan kondisi masyarakat kecil. Perhatiannya pada masyarakat kecil telah menjiwai segala aspek kebijakannya. Meskipun biaya kredit yang kecil jauh lebih besar, pegadaian tetap menetapkan tarif sewa modal yang lebih kecil daripada kredit yang lebih kecil. Disini tercermin bahwa pegadaian sebagai jembatan untuk membantu lapisan masyarakat yang kurang mampu.

Pendapatan perusahaan sangat diperhitungkan mengingat pendapatan sebagai tolak ukur manajemen untuk mengambil keputusan apakah meneruskan usaha atau menghentikan usahanya. Pendapatan terbesar perum pegadaian adalah berasal dari kredit gadai. Pendapatan ini dapat dilihat dari banyaknya aktivitas kredit gadai yang disalurkan kepada masyarakat.


(12)

Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan merupakan salah satu dari 17 cabang pegadaian yang ada di kota Medan. Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan ini sangat aktif menyalurkan dana kepada masyarakat. Dari tabel berikut ini dapat diketahui jumlah nasabah, jumlah kredit gadai yang disalurkan, serta jumlah laba yang diterima oleh Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dari kredit gadai yang disalurkan.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Nasabah, Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan, serta Laba yang Diperoleh Perum

Pegadaian Cabang Padang Bulan Tahun 2002-2006

TAHUN JUMLAH

NASABAH

KREDIT GADAI DISALURKAN

(Rp)

LABA (Rp)

2002 8.201 1.299.962.100 238.485.338 2003 6.326 1.816.391.424 249.690.452 2004 8.064 1.689.942.046 257.168.186 2005 14.506 2.166.347.662 303.557.924

2006 16.596 2.460.890.498 410.514.051

Sumber: Perum Pegadaian

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa jumlah nasabah Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan yang mempergunakan produk gadai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan maupun penurunan dan dari tabel juga terlihat bahwa jumlah kredit gadai yang disalurkan Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dari tahun ke tahun tidak selalu searah dengan laba yang diterima.

Kegiatan perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama dari sebuah lembaga pembiayaan (Dandawijaya, 2000:33). Tugas pokok suatu lembaga pembiayaan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali


(13)

dana tersebut kepada masyarakat atau pengusaha yang memerlukannya. Dengan demikian peranan kredit gadai yang disalurkan sangat penting bagi perusahaan yang mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan dengan harapan semakin besar kredit yang disalurkan semakin besar pula margin laba yang diperoleh. Tabel 1.1 menunjukkan terdapatnya periode dimana terjadi penurunan jumlah kredit yang disalurkan tetapi terjadi peningkatan laba bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut disertai pertimbangan akan pentingnya jumlah kredit gadai yang disalurkan kepada masyarakat maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan membuat judul “Pengaruh Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan Terhadap Laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan jumlah kredit gadai yang disalurkan terhadap laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dari tahun 2002 s/d 2006?”.

C. Kerangka Konseptual

Perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan omzet penjualan. Oleh karena itu, pada saat


(14)

penyerahan produk tidak terjadi penerimaan kas dan justru menimbulkan piutang. Piutang yang tertagih akan mengakibatkan terjadinya aliran kas masuk pada perusahaan. Penjualan kredit selain merangsang pembeli agar membeli dalam jumlah besar dilain pihak membutuhkan investasi pada aktiva lancar dan menimbulkan biaya lainnya (Abdullah, 2005:137).

Kredit bagi setiap bank mempunyai arti yang strategis dalam pengembangan bisnis bank yang bersangkutan (Mulyono, 1996:207). Mengingat kredit mempunyai berbagai manfaat yang besar bagi bank antara lain:

1. Sebagai sumber pendapatan yang terbesar yang berupa bunga. Dengan adanya pendapatan bunga ini memungkinkan setiap bank untuk dapat mengembangkan usahanya.

2. Untuk menjaga solvabilitasnya sebab kredit merupakan salah satu bentuk penyaluran dana terbesar. Dengan demikian diharapkan dari kredit yang lancar tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk pembayaran kembali dana dan bunga yang dipinjam dari masyarakat.

3. Kredit dapat dipakai sebagai alat untuk memasarkan produk dan jasa bank yang lain, bahkan saat ini ada satu anggapan yang mengatakan pemberian kredit semata-mata hanya untuk mendapatkan bunga sudah mubazir.

4. Dengan menyalurkan kredit akan mampu mengembangkan para stafnya untuk mengenal dunia bisnis yang lain.

Pendapatan terbesar pegadaian adalah berasal dari kredit gadai. Semakin banyak kredit gadai yang disalurkan maka pendapatan akan bertambah dan laba


(15)

yang diterima pun menjadi besar (Sethyon, 2003:25). Faktor utama dalam menentukan besar kecilnya laba adalah pendapatan dan biaya dimana besar kecilnya laba merupakan indikator dalam berhasil atau tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan, dalam hal ini yaitu untuk meningkatkan pendapatan perlu diperhatikan berbagai faktor serta pelaksanaan di semua tingkat yang ada dalam perusahaan secara terpadu dan bertanggung jawab. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahan itu sendiri.

Penulis menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang berpengaruh antara kredit gadai yang disalurkan dalam meningkatkan laba perusahaan dan hal ini dapat dilihat pada laporan laba rugi perusahaan yang menyatakan adanya hubungan yang erat mengenai kredit gadai yang disalurkan terhadap laba perusahaan, karena dalam hal ini laba akan timbul jika pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran kredit lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Sumber: (Sethyon, 2003:25)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

KREDIT GADAI

YANG

DISALURKAN


(16)

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah ditetapkan, maka hipotesis yang penulis kemukakan adalah “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan jumlah kredit gadai yang disalurkan dengan laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah kredit gadai yang disalurkan terhadap laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dari tahun 2002 s/d 2006.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini antara lain:

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan kredit gadai.

b. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama atau


(17)

yang berkaitan dengan skripsi ini, serta menjadi bacaan yang membangun bagi para pembaca.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dalam permasalahan manajemen yang berkaitan dengan perum pegadaian.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dan identifikasi variabel penelitian berguna untuk menghindari ketidakfokusan dalam membahas dan menganalisis permasalahan yang ada pada penelitian ini. Untuk lebih mengarahkan pembahasan agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian dan juga agar lebih jelas dalam memecahkan masalah maka penulis memberikan batasan bahwa ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas terbatas pada pengaruh jumlah kredit gadai yang disalurkan dan laba yang diperoleh Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dari tahun 2002 s/d 2006.

2. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini membahas pengaruh jumlah pendapatan yang diterima terhadap laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel independen jumlah


(18)

kredit gadai yang disalurkan (X) dan variabel dependen yaitu laba (Y) yang terjadi dari tahun 2002 s/d 2006.

Variabel jumlah kredit gadai yang disalurkan (X) merupakan jumlah kredit gadai yang disalurkan oleh Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan kepada masyarakat disertai adanya pemberian jaminan dari masyarakat. Kredit gadai ini merupakan pendapatan usaha terbesar dari perum pegadaian.

Variabel laba (Y) yaitu merupakan laba yang diterima Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan dengan adanya kegiatan usaha kredit gadai dimana kredit gadai yang disalurkan akan memberikan pendapatan kepada perum pegadaian karena adanya pemberian beban berupa bunga, administrasi, dan biaya penyimpanan kepada nasabah. Laba merupakan perbedaan pendapatan dengan beban. Jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya laba bersih dan laba akan timbul jika pendapatan lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang dikeluarkan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting No. 845 Pasar 2 - Padang Bulan Medan dan penelitian ini mulai dilakukan pada bulan September 2007 dan direncanakan selesai bulan Pebruari 2008.


(19)

4. Jenis Data

Data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah data sekunder (Secondary Data). Data sekunder (Secondary Data) adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Supranto, 1997:6). Data sekunder dalam penelitian ini adalah:

a. Sejarah singkat berdirinya perusahaan. b. Struktur organisasi perusahaan

c. Laporan Keuangan perusahaan dari tahun 2002 s/d 2006

d. Hasil publikasi buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Penulis melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuan wawancara adalah untuk memperjelas data sekunder.

b. Studi Dokumentasi

Penulis melakukan pengumpulan data dan informasi dari buku-buku dan sumber data lain yang berhubungan dengan objek


(20)

penelitian, yang nantinya data tersebut digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan terhadap apa yang ada dilapangan.

6. Metode Analisis Data

Metode analisi yan digunakan penulis dalam penganalisaan masalah yang dihadapi sebagai objek pembahasan ini, penulis menggunakan:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti.

b. Metode Analisis Statistik

Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis Regresi Linear Sederhana digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh pangaruh satu atau beberapa variabel bebas (independen) terhadap variabel tidak bebas (dependen). Menurut (Sugiyono, 2005:204) rumus regresi linear sederhana:

Y = a+ bX

Keterangan:


(21)

a : Harga Y bila X = 0 (Harga Konstanta); a = Y - bX

b : Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik dan bila b (-) maka terjadi penurunan

X : Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

a =

 

 



  2 i 2 i i i i 2 i i X X n Y X X X Y

b =

 

2 i 2 i i i i i X X n Y X Y X n

 

Perhitungan secara manual dengan rumus tersebut adalah dengan memasukkan nilai-nilai yang diminta ke dalam rumus-rumus di atas. Namun karena pengolahan data yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi ini menggunakan bantuan program Software Statistical Product And Service Solution

(SPSS) versi 12.00 maka perhitungan secara manual dengan rumus di atas tidak penulis lakukan. Penulis akan menganalisis:

Koefisien determinan R2 (R Square)

Koefisien determinan digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Angka R square


(22)

adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi. Nilai R Square berkisar antara 0-1, semakin kecil nilai R square semakin lemah hubungan antara dua variabel, sebaliknya jika R square semakin mendekati 1 maka hubungan antar kedua variabel semakin kuat.

Uji Secara Parsial (Uji – T)

Uji Secara Parsial (T-test) bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficients. Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Ho : bi = o, artinya tidak terdapat pengaruh bebas yang positif dan signifikan

antara X dan Y

Ho : b1≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara X dan Y

Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel dimana:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada alpha = 5 %

H1 diterima jika t hitung > t tabel pada alpha = 5%

Uji Signifikasi Simultan (Uji – F)

Uji Signifikasi Simultan (Uji – F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.


(23)

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

H1 ≠ b1 ≠ b2 ≠ 0

Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Dengan kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika F hitung < F tabel pada alpha 5%


(24)

BAB 2

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Yuliana (2005) dalam meneliti Pengaruh Kreasi dan Kreasida Terhadap Peningkatan Laba Pada Perum Pegadaian Kantor Cabang Pungkur Bandung mengatakan bahwa berdasarkan regresi linear sederhana dengan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan SPSS dan alpha 5%, kreasi dan kreasida tidak berpengaruh positif dan siginifikan terhadap laba perum pegadaian dan hal ini disebabkan laba yang diperoleh perusahaan tidak menentu sehingga memberikan pengaruh yang relative kecil.

B. Kredit

1. Pengertian Kredit

Istilah kredit tidak asing lagi bagi kita. Ditengah-tengah kehidupan sekarang ini banyak masyarakat yang mengunakan fasilitas ini untuk kegiatan ekonominya dan pada dasarnya seorang penjual memberikan kredit usaha untuk menarik dan menjaga pelanggan. Kredit usaha adalah sarana pemasaran (Garbutt, 2000:48). Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu ”credere” yang artinya ”kepercayaan” atau dalam bahasa latin yaitu ”creditum” yang berarti ”kepercayaan akan kebenaran” (Mulyono, 2001:9).

Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu


(25)

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2003:92).

2. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah:

a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu pada waktu yang akan datang.

b. Kesepakatan, yaitu perjanjian sepakat antara si pemberi kredit dan penerima kredit untuk melaksanakan hak dan kewajibannya selama perjanjian kredit berlangsung.

c. Jangka waktu, yaitu masa pengembalian kredit sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian kredit. Jangka waktu tersebut bisa kurang dari setahun (jangka pendek), satu atau tiga tahun (jangka menengah) atau lebih dari tiga tahun (jangka panjang).

d. Resiko, yaitu kerugian yang harus ditanggung oleh pihak pemberi kredit akibat adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). e. Balas jasa, yaitu keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal


(26)

3. Fungsi Kredit

Lembaga keungan bank maupun non bank sangat berperan dalam kehidupan perekonomian, termasuk dalam hal pemberian kredit.

Fungsi kredit antara lain:

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya pemberian kredit, maka si penerima kredit dapat menghasilkan barang atau jasa dari pemanfaatan kredit tersebut.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain sehingga bila ada suatu daerah yang kekurangan uang, maka dengan adanya kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan kredit. c. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan dapat digunakan untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang bermanfaat.

d. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat memperlancar atau menambah peredaran barang dalam suatu wilayah atau antar wilayah

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Kegiatan perkreditan dapat membantu dalam kegiatan ekspor sehingga dapat meningkatkan devisa negara


(27)

Pemberian kredit sangat membantu bagi mereka yang memiliki usaha sendiri terutama dalam penambahan modal usaha

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan berpengaruh terhadap pendapatan.

4. Tujuan Kredit

Pada dasarnya kredit bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Tujuan pemberian kredit yang dilakukan adalah:

a. Mencari keuntungan

Yakni memperoleh hasil melalui pendapatan bunga dan biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah

Yakni membantu nasabah dalam hal penambahan modal untuk menjalankan usahanya.

c. Membantu pemerintah

Keuntungan pemerintah dengan adanya penyaluran kredit adalah: 1. Memperoleh keuntungan dari pajak

2. Membuka lapangan kerja yang baru

3. Meningkatkan jenis maupun jumlah barang yang beredar di masyarakat

4. Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang diberikan untuk membiayai produk yang akan diekspor.


(28)

5. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Dalam menyalurkan kredit, setiap lembaga keuangan harus berpedoman pada prinsip-prinsip pemberian kredit agar resiko kredit macet dapat diminimalisasi. Konsep yang sering digunakan adalah prinsip 6C yaitu:

a. Character

Sifat dan watak dari setiap orang yang mengajukan permohonan kredit haruslah benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang calon debitur baik dari segi pekerjaan maupun pribadi.

b. Capacity

Kemampuan debitur dalam menjalankan usaha dan menghasilkan pendapatan. Kemampuan ini sangat penting diketahui karena turut menentukan berhasil tidaknya perusahaan di masa yang akan datang. c. Capital

Untuk melihat kondisi keuangan perusahaan dan penggunaannya dalam menjalankan usaha. Kondisi keuangan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan perusahan dengan mengukur rentabilitas, likuiditas dan solvabilitasnya.

d. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitur sebagai pengaman atas kredit tersebut. Besarnya nilai jaminan minimal sama dengan besarnya kredit yang diberikan atau lebih baik jika nilai dari barang jaminan tersebut lebih besar dari nominal kredit yang diberikan.


(29)

e. Condition of Economic

Dalam menilai suatu kredit juga harus memperhatikan berbagai situasi seperti keadaan perekonomian, sosial budaya dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah. Apakah situasi tersebut dapat merangsang perkembangan usaha calon debitur dan sebaliknya.

f. Constraint

Merupakan penilaian terhadap batasan-batasan untuk melakukan usaha di suatu tempat. Misalnya pembangunan pabrik kelapa sawit hendaknya memperhatikan daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

C. Laba

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan laba yang optimal, karena dengan adanya laba maka manajemen dapat memprediksi apakah perusahaan tersebut akan terus berjalan atau justru harus berhenti.

1. Pengertian Laba

Laba merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut, laba biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh perusahaan itu sendiri dan laba merupakan faktor penentu bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.


(30)

Mengenai pengertian laba itu sendiri, banyak orang memberikan pendapat yang berbeda, untuk lebih jelasnya penulis mengutip beberapa pengertian laba menurut para ahli ekonomi. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha (Soemarso, 2005:230). Gain (laba) merupakan favorable (asset yang diterima) yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha yang normal (Tuanakotta, 2002:176).

Dari beberapa pengertian laba di atas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan suatu kelebihan pendapatan yang layak diterima oleh perusahaan, karena perusahaan yang bersangkutan telah melakukan pengorbanan untuk pihak lain. Faktor utama dalam menentukan besar kecilnya laba adalah pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba merupakan indikator dalam berhasil atau tidaknya manajen dalam mengelola manajemen perusahaan.

2. Konsep Laba

Didalam kehidupan yang nyata konsep laba sangat diperlukan dalam proses dunia usaha atau bisnis, dimana konsep ini sebagai pedoman dalam pembuatan laporan keuangan bagi pihak tertentu, dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang akan dikeluarkan.

Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada profit oriented adalah menghasilkan laba. Oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas, karena laba


(31)

adalah selisih antara pendapatan (yang merupakan ukuran keluaran) dan pengeluaran (yang merupakan ukuran masukan). Laba merupakan keuntungan yang diterima perusahaan karena perusahaan telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan pihak lain.

Konsep laba menurut(Harahap, 2002:263) terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Konsep laba akuntansi

Konsep laba akuntansi, dimana konsep ini menyatakan lima ciri khas laba akuntansi diantaranya adalah :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut).

2. Didasarkan pada postulat periodik dan hubungan dengan prestasi keuangan perusahaan selama periode tertentu.

3. Didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.


(32)

5. Didasarkan pada prinsip “matching“ artinya hasil dikurangi biaya yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama.

b. Konsep laba ekonomi

Konsep laba ekonomi yang menyatakan bahwa laba adalah kenaikan dalam kekayaan dan dikaitkan dengan praktik bisnis, menurut Fisher seperti dikutip oleh belkaoui laba ekonomi sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan tiga tahapan, yaitu :

1. Physical income yaitu konsumsi barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.

2. Real income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan adalah “Biaya hidup” (cost of living).

3. Money income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. c. Konsep capital maintenance

Menurut belkaoui ada dua konsep utama pemeliharaan modal atau pemulihan biaya, yaitu :

1. Financial cafital (dalam satuan unit uang) yang terdiri dari :

a. Money maintenance yaitu modal keuangan yang diukur dengan jumlah unit uang modal keuangan diinvestasikan, dipelihara dan


(33)

laba yang dihasilkan sama dengan aktiva bersih yang disesuaikan dengan transaksi modal yang dinyatakan dalam satuan uang. b. General purchasing power money maintenance yaitu modal

keuangan diukur dengan jumlah unit daya beli yang sama. Daya beli modal keuangan yang diinvestasikan dipelihara, laba yang dihasilkan sama dengan perubahan dalam aktiva bersih diselesaikan denga transaksi modal yang dinyatakan dalam satuan uang.

2. Physical capacity (dalam satuan unit daya beli umum), terdiri dari : a. Productive capacity maintenance yaitu modal fisik diukur dalam

jumlah unit uang. Kapasitas produksi yang digunakan dipelihara, kapasitas produksi dapat diartikan sebagai kapasitas fisik untuk berproduksi, volume barang dan jasa yang sama dengan kapasitas atau memproduksi nilai barang dan jasa yang sama.

b. General purchasing power productive capacity maintenance, yaitu modal fisik diukur dalam jumlah unit daya beli yang sama. Konsep ini disesuaikan dengan tingkat harga umum.

3. Jenis-jenis Laba

Menurut (Tuanakotta, 2000:157) jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba ada 3 yaitu :


(34)

Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.

b. Laba dari operasi

Yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. c. Laba bersih

Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.

Sedangkan menurut (Hendriksen, 2002:155) jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :

1. Tambahan nilai (value added)

Yaitu harga jual produksi dan jasa perusahaan dikurangi harga pokok penjualan barang dan jasa yang dijual.

2. Laba bersih perusahaan

Yaitu kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pendapatan (gain) dan rugi biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil.

3. Laba bersih bagi investor

Yaitu laba bersih perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. 4. Laba bersih bagi pemegang saham residual


(35)

Yaitu laba bersih kepada pemegang saham dikurangi deviden saham preferen.

Menurut Soemarso (2002:74)laba terdiri dari : a. Laba bersih

Laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. b. Laba bruto

Laba bruto adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha.

c. Laba usaha

Laba usaha adalah selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha atau laba operasi. Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.

d. Laba ditahan

Laba ditahan adalah jumlah akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan terbatas dikurangi distribusi laba yang dilakukan.

Setiap jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba mempunyai perhitungan sendiri. Seperti laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan, laba operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi, dan laba bersih yaitu laba operasi ditambah pendapatan dikurangi beban, selain itu tambahan nilai, laba bersih


(36)

perusahaan, laba bersih bagi investor, laba bersih bagi pemegang saham residual juga merupakan bagian dari jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba.

4. Pengklasifikasian Laba

(Belkaoui, 2001:124) mengatakan dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat pengklasifikasian dalam penetapan pengukuran laba:

a. Laba kotor atas penjualan

Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.

b. Laba bersih operasi perusahaan

Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan jumlah penjualan, biaya administrasi dan umum

c. Laba bersih sebelum potongan pajak

Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan yaitu perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain-lain.


(37)

Laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi dengan pajak perseroan

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba

Menurut (Mulyadi, 2001:513)faktor-faktor yang mempengaruhi laba: a. Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk/jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan

b. Harga jual

Harga jual produk/jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk/jasa yang bersangkutan

c. Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi, akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.

Sedangkan menurut (Harahap, 2002:233) faktor-faktor yang mempengaruhi laba diantaranya adalah:

1. Perubahan dalam prinsip akuntansi

Perubahan dalam prinsip akuntansi adalah perubahan yang diterima umum dengan prinsip yang lain yang juga diterima umum yang lebih baik misalnya menggunakan metode penyusutan straight line.


(38)

Perubahan dalam taksiran adalah merubah taksiran dari yang ditetapkan setelah taksiran tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita taksir. Misalnya taksiran umum seperti taksiran deposit, barang tambang dan lain-lain. Jika beberapa lama kita mendapat informasi yang baru sehingga mengubah taksiran yang lama tersebut

3. Perubahaan dalam laporan entity

Perubahan dalam laporan entity adalah perubahan yang tejadi sebagai akibat dari perubahan yang materil yang terjadi dalam entity yang sebelumnya dilaporkan melalui laporan keuangan, misalnya anak perusahaan yang sebelumnya penting dibanding dengan keadaan sebelumnya.

6. Kegunaan dan Peranan Laba

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama satu periode tetentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang probabilitas yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering kali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas dimasa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.


(39)

Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama setiap badan usaha. Informasi mengenai laba perusahaan merupakan informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Menurut Harahap (2002:146) laba mempunyai peran yang sangat penting antara lain :

a. Laba digunakan sebagai perhitungan pajak

b. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran deviden kepada pemegang saham

c. Laba dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan

d. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya.

e. Laba dijadikan dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.

Laba juga merupakan salah satu faktor untuk menarik pihak investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan. Menurut (Nafarin, 2000:235) peranan laba dalam perusahaanadalah:

a. Menerapkan laba sebagai tujuan perusahaan yang paling utama untuk setiap usaha dan sebagai dasar untuk menekan tingkat biaya, sehingga


(40)

dapat memaksimalkan laba penjualan karena dengan meminimalkan biaya produksi maka laba yang maksimal akan tercapai.

b. Sebagai kompensasi dari yang ditanamkan perusahaan maupun oleh pihak investor untuk melakukan kegiatan perusahaan baik di bidang produksi ataupun penjualan.

c. Laba yang diterima dalam periode atau tahun sebelumnya dikembalikan dalam bentuk dana usaha yang digunakan perusahaan untuk mengembangkan perusahaannya menuju ke arah kemajuan yang dapat bersaing dengan perusahaan lain.

d. Laba digunakan sebagai jaminan sosial untuk para karyawan yang mendukung kegiatan kerjanya, agar mereka bekerja dengan tenang karena kesejahteraan mereka telah dijamin oleh perusahaan dan mereka membalasnya dengan produktivitas kerja.

e. Merupakan salah satu daya tarik untuk para investor baru untuk menanamkan modalnya ke dalam perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan agar lebih maju dan lebih bersaing”.

D. PEGADAIAN (PAWNSHOP) 1. Pengertian Pegadaian

Pegadaian adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas berpenghasilan rendah yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Dana tersebut digunakan untuk


(41)

membiayai kebutuhan tertentu terutama yang sangat mendesak. Misalnya, biaya pendidikan anak pada awal tahun ajaran, biaya pulang mengunjungi keluarga yang terkena musibah, biaya pengobatan anggota keluarga yang sakit, biaya menghadapi lebaran, dan lain-lain. Lembaga pembiayaan pegadaian dibentuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan (Abdulkadir dan Murniati, 2000:105).

Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Sebagai lembaga perkreditan, pegadaian menyalurkan dana pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan dengan bunga yang relatif rendah dan pelayanan yang cepat. Agar penyaluran dana pinjaman terjamin aman maka diberlakukan sistem gadai, yaitu penyerahan barang bergerak sebagai jaminan kepada pegadaian, yang senilai dengan atau lebih tinggi dari jumlah pinjaman. Apabila pada waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo) pinjaman tidak dikembalikan maka barang jaminan dapat dilelang guna menutupi pengembalian pinjaman, dan jika masih ada nilai sisanya akan dikembalikan kepada peminjam (Abdulkadir dan Murniati, 2000;106).

2. Produk Pegadaian

Pegadaian telah memiliki banyak produk (Pandia, 2005:74), produk-produk tersebut meliputi:

a. Kredit Gadai

Kredit Gadai merupakan kredit jangka pendek, memberikan pinjaman uang tunai mulai dari Rp 5.000,- hingga Rp 20.000.000,- dengan jaminan barang bergerak (emas, berlian, kendaraan bermotor, perabotan


(42)

rumah tangga yang bernilai, dan barang-barang elektronik) dengan prosedur mudah dan layanan cepat.

b. Jasa Taksiran

Jasa taksiran merupakan suatu layanan kepada masyarakat yang peduli akan harga dan nilai harta benda miliknya. Dengan biaya yang relatif ringan masyarakat dapat mengetahui dengan pasti tentang nilai suatu barang miliknya setelah lebih dahulu diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir berpengalaman. Kepastian nilai atau kualitas suatu barang, misalnya emas atau batu permata dapat memberikan rasa aman dan rasa lebih bahwa barang tertentu benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi.

c. Jasa titipan

Jasa titipan ini semacam safe deposit box, untuk menjamin rasa aman dan ketenangan kepada masyarakat luas akan harta simpanannya, terutama bila hendak meninggalkan rumah cukup lama. Pegadaian memberikan layanan jasa titipan barang berharga seperti emas, perhiasan, batu permata, kendaraan bermotor serta surat-surat berharga seperti surat tanah, ijazah dan lain-lain dengan prosedur mudah dan biaya murah.

d. Unit Toko emas (UTE)

Unit toko emas pegadaian dinamakan Galeri 24, yaitu toko emas yang khusus merancang desain dan menjual perhiasan emas dengan sertifikat aman sesuai karatase perhiasan emas. Selain itu dengan pengalaman


(43)

menguji karatase emas sejak tahun 1901, maka perhiasan emas dari galeri 24 memberikan jaminan kepastian yang belum tentu diperoleh dari toko emas lain.

e. Koin Emas ONH

Pegadaian memperkenalkan cara menabung terutama untuk persiapan menunaikan ibadah haji. Bagi masyarakat yang berminat dapat membeli koin emas berkadar 24 karat yang kelak pada saat dibutuhkan untuk menunaikan ibadah haji dapat dijual kembali.

f. Kegiatan-kegiatan Usaha Lainnya

Kegiatan-kegitaan usaha lainnya sebenarnya bukan merupakan inti bisnis perum pegadaian sebagai lembaga keuangan. Tetapi kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan aset-aset yang kurang produktif. Misalnya adalah penyewaan gedung di beberapa tempat di Indonesia. Namun demikian nilai pendapatan dari kegiatan ini relatif kecil dibanding dengan jasa gadai.

3. Pengertian Gadai dan Kredit Gadai

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk


(44)

melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan (Pandia, 2005:72).

Menurut ketentuan pasal 1150 KUHPdt Gadai adalah hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur atau oleh orang lain atas namanya, yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari kreditur-kredur lainnya, dengan pengecualian biaya lelang barang tersebut dan biaya pemeliharaan setelah barang digadaikan harus dilunasi terlebih dahulu (Abdulkadir, 2000:105).

Berdasarkan pasal KUHPdt tersebut di atas maka jasa pegadaian memberikan pinjaman kepada nasabah dengan jaminan barang bergerak. Untuk memperoleh pinjaman maka nasabah wajib menyerahkan harta geraknya sebagai agunan kepada kantor pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan (lelang) dalam kondisi yang ditentukan.

Kredit gadai adalah pemberian pinjaman dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan sebagai pemberi pinjaman dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Barang Jaminan Kredit Gadai

Perum pegadaian dalam hal jaminan menetapkan ada beberapa jenis barang berharga yang dapat diterima untuk digadaikan. Barang-barang


(45)

tersebut nantinya ditaksir nilainya sehingga dapat diketahui berapa nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Besarnya jaminan diperoleh dari 80 hingga 90 persen dari nilai taksiran. Semakin besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula pinjaman yang akan diperoleh. (Kasmir, 1998:226).

Adapun jenis barang berharga yang dapat diterima dan dijadikan jaminan oleh pegadaian antara lain:

a. Kain, seperti bahan pakaian, kain sarung, seprei, permadani/ambal

b. Barang-barang perhiasan (logam dan permata), seperti emas, perak, intan, Berlian, mutira, platina, jam

c. Barang-barang yang berupa kendaran, seperti mobil, sepeda motor, sepeda biasa, becak, bajaj, bemo

d. Barang-barang elektronik, seperti televisi, radio tape, video, komputer, kulkas, kamera, mesin tik

e. Mesin-mesin, seperti mesin jahit, mesin kapal motor

f. Barang-barang keperluan rumah tangga, seperti barang tekstil dan barang pecah belah.

Dengan catatan bahwa semua barang-barang yang dijamin haruslah dalam kondisi, baik dalam arti masih dapat dipergunakan atau bernilai. Hal ini bagi pegadaian penting untuk mengingat apabila nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya maka barang jaminan akan dilelang sebagai gantinya.


(46)

Barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai jaminan kredit gadai: 1. Barang-barang milik pemerintah, seperti Senjata api, pakaian dinas,

perlengkapan ABRI dan pemerintah

2. Barang-barang yang mudah busuk, seperti makanan dan minuman, obat-obatan, tembakau

3. Barang berbahaya dan mudah terbakar, seperti korek api, mercon, bensin, minyak tanah, tabung berisi gas

4. Barang-barang yang sukar ditaksir nilainya, seperti barang purbakala, historis

5. Barang yang dilarang peredarannya, seperti ganja, heroin, mercon, bensin, minyak tanah, tabung berisi gas

6. Barang yang tidak tetap harganya dan sukar ditetapkan taksirannya, seperti luksisan dan buku

7. Barang-barang lainnya seperti: a. Barang yang disewa belikan

b. Barang yang diperoleh melalui hutang dan belum lunas c. Barang titipan sementara (konsinyasi)

d. Barang yang tidak diketahui asal usulnya/bermasalah e. Ternak/binatang


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Awal berdirinya pegadaian di Indonesia ditandai dengan didirikannya Bank Van Lening pada masa VOC pada tahun 1746. Lembaga ini mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Hingga saat ini sejarah pegadaian mengalami 5 zaman pemerintahan, yaitu:

1. Pegadaian Pada Masa VOC (1746-1811)

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Jenderal Van Imhoff tertanggal 20 Agustus 1746 dengan resmi didirikan suatu bank Van Leening yang pertama di Indonesia yaitu di Jakarta (Batavia). Bank ini didirikan dalam bentuk kerjasama antara VOC dengan swasta lainnya yaitu dengan 500.000 (2/3 dari VOC dan 1/3 dari swasta) di samping menjalankan usaha pemberian kredit berdasarkan gadai juga memberikan jasa Bank Wesel.

2. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)

Pada masa penjajahan Inggris (1811) Bank Van Leening ini dihapuskan. Hal ini menurut keputusan Reffles yang berpendapat bahwa tidak wajar bagi suatu bank diusahakan oleh pemerintah. Sebagai gantinya diadakan suatu ketentuan bahwa setiap orang boleh mendirikan pegadaian swasta asal mendapat izin (Licentie) dari penguasa daerah setempat. Licentielsel ini diperkirakan akan menguntungkan pemerintah, namun yang terjadi sebaliknya dan pemegang licentie menggunakan kesempatan ini mengadakan praktik riba yang sangat merugikan rakyat. 3. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Belanda (1816 – 1942)

Kemudian Pachstelsel tersebut di atas (1843) telah dijalankan di seluruh Indonesia kecuali di daerah Priangan dan Verstenladen (Surakarta dan Yogyakarta). Pada tahun 1949 rente-terief (tarif bunga)


(48)

ditetapkan oleh pemerintah dengan Pachsetsel ditetapkan sebagai monopoli, yang berarti bahwa seorang pemegang Pacht dilarang menerima gadai sampai dengan jumlah 100. Larangan ini tercantum dalam KUHP (Weetbook vanstratfrecht) pada pasal 509 yang berbunyi barang siapa yang dengan tidak berhak meminjamkan uang atau barang yang jumlahnya atau harganya tidak lebih dari seratus rupiah dengan menerima gadai atau dengan bentuk jual beli dengan hak membeli kembali atau dengan bentuk persetujuan komisi, dipidana dengan kurungan selama – lamanya tiga bulan atau denda sebanyak – banyaknya lima belas ribu rupiah.”

Setelah mendapatkan suatu kesimpulan bahwa hasil uang pinjaman dari pegadaian menunjukkan hal – hal yang menguntungkan maka disarankan bahwa untuk membasmi lintah darat tersebut, harus dilakukan pemerintah. Dengan keputusan pemerintah (Staatblad No. 131 tgl 12 Maret 1901) maka mulai tanggal 1 April 1901 dibukalah pegadaian negara yang pertama di Indonesia yaitu di Sukabumi.

Demikianlah sejarah timbulnya Pegadaian di Indonesia, setelah di Sukabumi diikuti pada tahun 1902 dibuka pegadaian negara kedua di Cianjur, kemudian pada tahun 1903 dibuka pegadaian negara di Purworejo, Bogor, Tasikmalaya, Cikaka(Bandung) dan Cimahi. Dengan Staatsblad tahun 1930 No. 266 Jawatan Pegadaian dijadikan perusahaan negara dalam arti pasal 2 IBW (Indonesce Bedrijivenwet) staatsblad. Thn 1927 no. 419 sehingga dengan demikian bahwa kekayaan negara yang tertanam di dalam usaha jawatan pegadaian diadministrasikan terpisah dari bagian kekayaan lainnya.

4. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, maka pada pertengahan tahun 1942 Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan dari Jl. Kramat No.162 ke Jl. Kramat No.132 dengan alasan akan dijadikan tempat tawanan perang. Barang – barang yang digadaikan pada saat itu adalah barang – barang emas dan permata kepunyaan


(49)

rakyat yang harus dijual kepada tentara atau Nippon. Sedangkan lelang barang – barang emas dan permata dihapuskan dan pada tahun 1943 barang logam lainnya juga tidak dilelang. Akibatnya rakyat semakin melarat dan tidak mempunyai barang – barang berharga lagi, sehingga pegadaian pada masa itu praktis hampir tidak berfungsi lagi. Pada waktu itu pemerintah Jepang mengeluarkn uang sehingga uang yang beredar adalah uang Jepang.

5. Pegadaian Pada Masa Kemerdekaan (1945 - sekarang)

Pegadaian pada masa kemerdekaan dapat dibagi sebagai berikut : a. Jawatan Pegadaian pada zaman Republik Indonesia (Perjuangan)

tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 (Penyerahan Kedaulatan).

b. Jawatan Pegadian pada zaman RIS tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950.

c. Jawatan Pegadaian dalam Negara Kesatuan RI 17 Agustus 1950 sampai dengan sekarang.

Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 1961 No. 178 tanggal 3 Mei 1961 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1961 No. 209), status sebagai Jawatan Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Negara Pegadaian. Status sebagai Perusahaan Negara, Pegadaian ini hanya bertahan sampai tahun 1969. Pada tahun tersebut keluar Undang – Undang Republik Indonesia tahun 1969 (Lembaran Negara tahun 1969 No. 40 Lembaran – Lembaran Negara No. 2890), menjadi Undang – Undang Lembaran tahun 1969 tambahan Lembaran Negara No.2904. Undang - Undang ini mengatur bentuk - bentuk usaha negara menjadi 3 bentuk yaitu : PERJAN, PERUM, dan PERSERO.

Maka sejalan dengan ketentuan dalam Undang – undang tersebut maka ditetapkan status pegadaian melalui Peraturan Pemerintah No. 7 thn 1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) Pegadaian. Dengan


(50)

penyesuaian bentuk usaha tersebut, maka kekayaan Perusahaan Negara Pegadaian beralih kepada Perjan Pegadaian. Pada tahun 1990 dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990 yang mengatur perubahan bentuk Perjan Pegadain menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian (Lembaran Negara tahun 1990 No. 14).

B. Fungsi, Kedudukan dan Status Hukum Perum Pegadaian 1. Fungsi Perum Pegadaian

Perum Pegadaian berfungsi untuk mengelola dana yang ada kepada masyarakat dengan penyaluran atau pemberian kredit gadai dengan tingkat bunga (sewa modal) relatif rendah guna membantu masyarakat yang mengalami kesulitan keuangan.

2. Kedudukan Perum Pegadaian

Perum Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Departemen Keuangan. Perum Pegadaian dipimpin oleh Dewan Direksi dimana pembinaannya dilakukan oleh Menteri Negara BUMN dan pengawasannya dilakukan oleh Dewan Pengawas.

3. Status Hukum Perum Pegadaian

Pada tahun 1961 Perum Pegadaian berubah menjadi perusahaan negara yang semula berstatus Jawatan kemudian pada tahun 1969 berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan pada tahun 1990 berubah menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian sampai saat ini.

C. Sifat, Tujuan dan Usaha Perum Pegadaian 1. Sifat Usaha Perum Pegadaian

Sifat usaha Perum Pegadaian adalah menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan usaha.


(51)

2. Tujuan Perum Pegadaian

Tujuan dari perum pegadaian adalah:

a. Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.

b. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, rentenir dan pinjaman tidak wajar lainnya.

3. Usaha Perum Pegadaian

Usaha yang dilakukan Pegadaian adalah sebagai berikut :

1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, aman, hemat dan cepat.

2. Usaha – usaha yang lainnya yang berhubungan dengan tujuan perusahaan.

D. Makna Logo dan Motto Pegadaian

Di dalam logo Perum Pegadaian yang bergambar pohon rindang dan timbangan terkandung sifat, usaha dan tujuan umum Perum Pegadaian serta sebutan “Pegadaian”.

Sumber: Perum Pegadaian

Gambar 3.1 Logo Pegadaian

Adapun makna yang terkandung dalam LOGO tersebut adalah : 1. Logo Lambang terdiri dari :

PEGADAIAN


(52)

a. Pohon rindang berwarna hijau, bermakna : 1. Melindungi dan membantu

2. Senantiasa tumbuh dan berkembang 3. Warna hijau melambangkan keteduhan b. Timbangan berwarna hitam bermakna :

1. Keseimbangan dan keterbukaan dalam memberikan pelayanan 2. Kejujuran

2. Logo “Pegadaian” berstruktur miring bermakna : a Sederhana : Kepastian dan kemudahan b Dinamis : Terus bergerak maju

c Huruf balok : Melambangkan keteduhan dan kekokohan

Motto yang ditampilkan “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”, yang bermakna bahwa Perum Pegadaian sebagai salah satu perusahaan di bidang jasa mampu mengatasi masalah keuangan dengan cara yang mudah dan waktu yang relatif singkat. Cara pelayanannya yang sederhana dan target operasionalnya yang melayani nasabah dari berbagai kalangan masyarakat, menjadikan Perum Pegadaian sebagai alternatif dalam mengatasi masalah keuangan tanpa mengalami masalah.

Sebagai rasa kerja yang kuat Perum Pegadaian juga mempunyai etos / budaya kerja yang menanggulangi setiap bentuk pelayanan kepada masyarakat sehingga sanggup mengatasi setiap permasalahan keuangan yang timbul. Adapun etos kerja tersebut dikenal dengan sebutan “Si INTAN” yang memberikan makna yang dalam yaitu :

Inovatif : Penuh gagasan, kreatif, aktif dan menyukai tantangan

Nilai moral yang tinggi : Taqwa, jujur, berbudi luhur dan loyal. Terampil : Sopan santun dan berkepribadian menawan Adi layanan : Pelayanan yang adil agar nasabah merasa


(53)

puas

Nuansa Citra : Bussines Oriented, customer satisfaction

dan selalu mengembangkan diri sendiri

E. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur menggambarkan susunan atau komposisi dengan meletakkan dasar hubungannya dengan bagian – bagian satu sama lain dalam bentuk (susunan) itu. Struktur dituangkan berbentuk organisasi sebagai wadahnya. Perum Pegadaian sebagai suatu perusahaan memiliki struktur organisasi dalam operasionalnya. Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap bagian/seksi dapat menempatkan diri dengan baik sesuai spesialisasi pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang setiap bagian / devisi. Organisasi perusahaan disusun atas:

1. Kantor Pusat a. Direksi

b. Direktur Keuangan

c. Direktur Operasional dan Keuangan d. Direktur Umum

e. Balai Pendidikan dan Pelatihan f. Status Pengawas Intern (SPI) 2. Kantor Wilayah

Kantor wilayah dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan kegiatan perusahaan di wilayah serta membantu tugas – tugas kantor pusat sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan oleh Dewan Direksi. Tugas – tugas kantor wilayah :

a. Menyusun rencana kerja kantor wilayah agar pelaksanaan dan kegiatan perusahaan berjalan lancar dan terpadu.

b. Mengkoordinasi kepengurusan, pengelolaan dan pengawasan kegiatan, operasional perusahaan berdasarkan peraturan yang berlaku dalam rangka meningkatkan dan mengamankan omset perusahaan.


(54)

c. Mengkoordinasikan kepengurusan keuangan dan pembukuan kegiatan operasional di daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka tertib administrasi keuangan daerah.

Bagian – bagian yang terdapat organisasi kantor wilayah 1. Bagian operasional dan pemasaran

Seksi operasional dan pemasaran mempunyai tugas mengawasi dan memantau kegiatan jasa operasional, jasa pegadaian dan usaha lain serta melakukan pemasaran.

2. Bagian Keuangan

Seksi keuangan mempunyai tugas melaksanakan dan mengatur anggaran pembukuan dan pembendaharaan di kantor.

3. Bagian Sumber Daya Manusia

Mempunyai tugas mengurus administrasi pegawai, gaji dan kesejahteraan pegawai kantor wilayah dan kantor cabang.

4. Bagian logistik

Seksi umum mempunyai tugas tata usaha dan rumah tangga, bangunan, sarana serta kehumasan di kantor wilayah dan di kantor cabang.

5. Inspektur wilayah

Inspektur wilayah membantu kanwil (kantor wilayah) dalam mengadakan penilaian atau sistem pengendalian yang telah ditetapkan oleh Direksi atau Kakanwil, pelaksanaannya serta memberikan saran – saran dan penindakan.

3. Kantor Cabang

Kantor cabang dipimpin oleh Manajer Cabang dan bertanggung jawab pada Direksi melaui pimpinan wilayah. Kantor cabang mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyalurkan uang pinjaman pada masyarakat atas dasar hukum gadai dan melaksanakan usaha lain.


(55)

b. Mengurus penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran modal kerja dalam bentuk kas atau bank.

c. Mengurus penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang jaminan.

d. Menyelenggarakan pembukuan penyusunan anggaran, pembinaan kepegawaian, tata usaha dan kegiatan pelaporan kegiatan cabang. e. Mengurus dan memelihara kekayaan perusahaan yang ada di kantor

cabang.

f. Mewakili kepentingan perusahaan baik ke dalam maupun ke luar berdasarkan wewenang yang dilimpahkan kepada kantor wilayah. g. Memelihara hubungan baik dengan nasabah dan pihak lain dalam

mengembangkan perusahaan.

STRUKTUR ORGANISASI PERUM PEGADAIAN KANTOR CABANG

Sumber: Perum Pegadaian

Gambar 3.2 Struktur Organisasi

Keterangan:

1. Manajer Cabang

MANAJER CABANG

PENAKSIR KASIR PENYIMPAN PEMEGANG

GUDANG

ADMINISTRASI


(56)

Manajer cabang adalah orang yang sangat berpengaruh di suatu cabang yang bertugas memimpin, melaksanakan, mengawasi dan bertanggung jawab atas segala kegiatan operasional di cabang tersebut. Manajer cabang mengelola operasional cabang dengan menyalurkan uang pinjaman secara hukum gadai dan melaksanakan usaha – usaha lainnya dan mewakili perusahaan dengan pihak lain atau masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Penaksir

Menaksir barang jaminan untuk menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mewujudkan penetapan uang pinjaman yang wajar dalam menjaga citra baik Perum Pegadaian.

3. Kasir

Melakukan penerimaan dan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran operasional kantor cabang.

4. Penyimpan

Melakukan penerimaan barang jaminan dari menejer cabang / penaksir memeriksa pembungkusnya, menyimpan, merawat, mengeluarkan dan mengadministrasikan barang jaminan kantong sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk kelancaran operasional kantor cabang.

5. Penyimpan gudang

Melakukan penerimaan barang jaminan dari menejer cabang / penaksir, memeriksa, menyimpan, merawat, mengeluarkan dan mengadministrasikan barang jaminan gudang sesuai ketentuan yang berlaku dalam rangka mengamankan serta mengamankan barang nasabah.

6. Tata usaha/Administrasi

Melakukan tugas – tugas administrasi, mengarsip surat masuk keluar, mengerjakan laporan / surat – menyurat, untuk kelancaran operasional kantor cabang.


(57)

Penjaga berfungsi melaksanakan dan mengendalikan ketertiban dan keamanan di lingkungan kantor cabang, maupun tugas – tugas lain yang diatur oleh Menejer cabang.

F. Produk Perusahaan 1. Kredit Gadai

Kredit gadai adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka waktu terntentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Kredit gadai yang disalurkan Perum Pegadaian adalah bertujuan membantu masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dan bagi mereka yang berpenghasilan tidak tetap.

2. Kredit Angsuran Sistem Fidusia (KREASI)

Kredit KREASI adalah pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan konstruksi penjaminan kredit secara jaminan fidusia, yang diberikan oleh perum pegadaian kepada pengusaha mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan pengembangan usahanya. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar suatu kepercayaan, dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Jaminan kredit kreasi ini hanya dibatasi pada kendaraan bermotor roda empat atau lebih, baik plat hitam maupun plat kuning, dan kendaraan bermotor roda dua, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Kendaraan bermotor tersebut adalah milik sendiri yang dibuktikan dengan nama yang tertera pada STNK yang sama dengan KTP

b. Bila kendaraan bermotor tersebut milik istri/suami pengurus usaha, harus menyertakan surat persetujuan menjaminkan kendaraan dari pemilik


(58)

c. Jenis dan merk kendaraan merupakan jenis dan merk yang sudah dikenal umum digunakan masyarakat serta pemasarannya tidak sulit. d. Berplat nomor Polres/Polda setempat

e. Khusus kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan plat kuning harus memenuhi jasa persyaratan yang dibutuhkan juga harus dilengkapi dengan Surat Izin Trayek dan Buku Kir dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya setempat yang masih berlaku.

3. Jasa Titipan

Jasa titipan adalah suatu fasilitas pelayanan penitipan barang sementara di Perum Pegadaian. Perum Pegadaian menyediakan jasa titipan untuk keamanan dan pemeliharaan barang yang akan bepergian jauh dalam jangka waktu yang lama karena penyimpanan di rumah dirasakan kurang aman.

Berdasarkan keputusan Direksi Perum pegadaian No. SP.2/2/24 tanggal 16 September 1993, yang dimaksud dengan barang titipan adalah :

a. Barang yang berdasarkan ketentuan yang berlaku diterima sebagai barang gadaian.

b. Surat berharga atau dokumen lain yang oleh pemiliknya dianggap berharga. Barang – barang yang dititipkan pada Perum Pegadaian : perhiasan, surat – surat berharga (surat sertifikat tanah, ijazah dan dokumen lainnya), sepeda motor dan biaya jasa penitipan relatif murah.

Adapun jenis-jenis titipan adalah:

1. Kode K1 adalah jenis barang berupa dokumen dan surat berharga 2. Kode K2 adalah jenis barang berupa perhiasan

3. Kode G1 adalah jenis barang yang berukuran besar seperti sepeda motor, televisi diatas 24 inchi dan lain-lain

4. Kode G2 adalah jenis barang berukuran sedang seperti stereo, televisi 24 inchi, an lain-lain


(59)

Keterangan:

K adalah barang kantong atau barang yang disimpan dalam kantong G adalah barang gudang atau barang yang disimpan di gudang.

4. Jasa Taksiran

Jasa taksiran adalah salah satu jasa layanan yang diberikan pegadaian kepada masyarakat yang ingin mengetahui nilai suatu barang berharga dengan melakukan taksiran atas suatu barang berharga seperti emas, perak, permata, berlian, dan lain-lain.

Dengan penaksiran ini masyarakat yang memiliki barang dapat mengetahui nilai yang dikandung barang berharga tersebut sehingga dapat diketahui barang tersebut berarti atau tidak bagi pemiliknya. Penaksiran barang berharga ini tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Masyarakat yang melakukan penaksiran terhadap barang berharga hanya dikenakan biaya Rp. 5.000,- (Biaya mulai tahun 2006).

G. Kredit Gadai dan Laba

Sebagai lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam menyalurkan kredit Perum Pegadaian memberikan kredit gadai dengan jangka waktu yang relatif singkat yaitu 120 hari (4 bulan) dengan plafon kredit minimum Rp 20.000,- dan maksimum Rp 200.000.000,-.

Kredit gadai yang disalurkan dikelompokkan berdasarkan penggunaan baik produktif maupun konsumtif, antara lain :

1. Pertanian (Perkebunan, Perikanan)

2. Industri / usaha kecildan usaha masyarakat menengah 3. Perdagangan

4. Pendidikan 5. Pengobatan


(60)

Jenis barang yang dapat diterima sebagai barang jaminan untuk memperoleh kredit (uang pinjaman) dari Perum Pegadaian semua barang bergerak yang bernilai, umum dan nyata meliputi :

a. Kain, Seperti bahan pakaian, sarung, sprei, permadani/ambal

b. Barang perhiasan logam dan permata, seperti emas, perak, dan berlian c. Kendaraan, seperti mobil, sepeda motor dan sepeda

d. Barang rumah tangga seperti perabotan rumah tangga, elektronik, dan gerabah

Adapun yang tidak boleh diterima Perum Pegadaian sebagai barang jaminan adalah :

1. Barang – barang milik pemerintah, seperti : senjata api, senjata tajam. Pakaian dinas, perlengkapan ABRI dan pakaian milik pemerintah lainnya.

2. Barang – barang yang mudah busuk, seperti : makanan, minuman, obat – obatan.

3. Barang – barang yang mudah terbakar, seperti : korek api, mercon, bensin, minyak tanah, tabung gas.

4. Barang – barang yang sukar ditaksir nilainya, seperti : barang purbakala dan yang mempunyai sejarah.

5. Barang yang dilarang peredarannya seperti ganja, opium, madat dan heroin.

6. Barang yang tidak tetap harganya, seperti barang yang disewabelikan. 7. Barang – barang yang diperoleh melalui hutang yang belum lunas,

barang titipan sementara yang tidak diketahui asal – usulnya.

8. Barang yang tidak bermasalah, seperti barng jadi, bahan yang pemakaiannya sangat terbatas dan tidak umum, ternak, binatang.

Barang jaminan yang diterima Perum Pegadaian sebagai agunan dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu menurut cara penyimpanannya :


(61)

a. Barang Kantong, yakni barang jaminan yang penyimpanannya menggunakan kantong plastik. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah : perhiasan, seperti emas, berlian dan sebagainya.

b. Barang Gudang, yaitu barang jaminan yang penyimpanannya dilakukan di dalam gudang. Yang termasuk kelompok ini adalah : alat – alat rumah tangga, barang – barang elektronika, kendaraan bermotor dan sebagainya.

Berdasarkan aturan dasar pegadaian tidak semua barang-barang bergerak yang dapat dijadikan sebagai agunan. Adapun hal – hal di atas berdasarkan aturan dasar tersebut adalah :

1. Batas maksimum umur barang

a. Barang – barang elektronika lebih kurang 2 tahun b. Sepeda motor lebih kurang 10 tahun

c. Mobil lebih kurang 10 tahun

2. Memiliki surat bukti kepemilikan barang 3. Berada dalam kekuasaan calon nasabah 4. Tidak dalam persengketaan

5. Khusus bagi soundsystem / tapedeck harus menyertakan loudspeaker.

Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian kredit gadai adalah :

a. Syarat – syarat permintaan kredit

Kredit gadai diperoleh dengan syarat sebagai berikut : 1. Foto copy KTP atau kartu pengenal lain (sim, paspor) 2. Barang jaminan yang memenuhi persyaratan.

3. Surat kuasa dari pemilik barang jika dikuasakan. 4. Mengisi formulir permintaan kredit

5. Menandatangani perjanjian kredit.

b.Penetapan dan penggolongan uang jaminan

Besarnya uang jaminan ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari taksiran persentase tersebut ditetapkan berdasarkan surat edaran,


(62)

uang sendiri, uang pinjaman yang dapat diberikan kepada nasabah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari nilai taksiran. Adapun jenis golongan kredit gadai terdiri dari 4 macam yaitu :

1. Uang pinjaman golongan A 2. Uang pinjaman golongan B 3. Uang pinjaman golongan C1

4. Uang pinjaman golongan C2

5. Uang pinjaman golongan D1

6. Uang pinjaman golongan D2

Tabel 3.1

Penggolongan Uang Pinjaman dan Administrasi Perum Pegadaian

Golongan Uang Pinjaman ADM

A 20.000 – 150000 1% B 151.000 - 500.000 1% C1 505.000 - 1.000.000 1% C2 1.010.000 - 20.000.000 1% D1 20.050.000 - 50.000.000 1% D2 50.100.000 - 200.000.000 1%

Sumber: Perum Pegadaian

c. Biaya administrasi

Perum Pegadaian menjamin keutuhan dan kenyamanan barang nasabah yang dijadikan jaminan kredit untuk itu nasabah dibebani biaya administrasi, yaitu untuk pemeliharaan dan asuransi barang jaminan yang besarnya menurut golongan uang pinjaman atau barang jaminan.

Tabel 3.2

Tarif Sewa Modal Perum pegadaian

Jumlah Hari Golongan

A

Golongan B dan C

Golongan D

1 - 15 hari 1% 1.45% 1% 16 - 30 hari 2% 2.9% 2% 31 - 45 hari 3% 4.35% 3% 46 - 60 hari 4% 5.8% 4%


(63)

61 - 75 hari 5% 7.25% 5% 76 - 90 hari 6% 8.70% 6% 91 - 105 hari 7% 10.15% 7% 106 - 120 hari 8% 11.6% 8%

Sumber: Perum Pegadaian

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

1. Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dalam bentuk yag sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh perusahaan dan sudah dalam bentuk publikasi. Data yang digunakan dalam analisis adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data studi dokumentasi yaitu berupa data jumlah nasabah, jumlah kredit gadai yang disalurkan, dan jumlah laba yang diperoleh oleh perum pegadaian dari tahun 2002 – 2006.

Tabel 4.1

Perkembangan Jumlah Nasabah, Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan, serta Laba yang Diperoleh Perum

Pegadaian Cabang Padang Bulan Tahun 2002-2006

TAHUN JUMLAH

NASABAH

KREDIT GADAI DISALURKAN

(Rp)

LABA (Rp)

2002 8.201 1.299.962.100 238.485.338 2003 6.326 1.816.391.424 249.690.452 2004 8.064 1.689.942.046 257.168.186 2005 14.506 2.166.347.662 303.557.924


(64)

Berdasarkan data yang diperoleh maka penulis akan menganalisis jumlah kredit gadai yang disalurkan dan laba yang diperoleh oleh perum pegadaian dari tahun 2002 s/d 2006

Tabel 4.2

Penurunan/Peningkatan

Jumlah Kredit Gadai Yang Disalurkan (Periode 2002 – 2006)


(65)

Sumber: Perum Pegadaian

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa kredit gadai yang disalurkan tidak searah atau mengalami penurunan maupun peningkatan setiap tahun.

Untuk persen penurunan/peningkatan jumlah kredit gadai yang disalurkan dapat diperoleh dengan rumus:

% 100 X sebelumnya bulan disalurkan yang kredit sebelumnya bulan disalurkan yang kredit berjalan bulan disalurkan yang KreditTahun Periode (Kw.) Kredit Gadai yang Disalurkan Penurunan/Peningkatan Jumlah Kredit Gadai yang Disalurkan

Persentase Penurunan/ Peningkatan

I 337.191.769 0 0

2002 II 426,524,345 89.332.576 26.49% III 536,245,986 109.721.641 25.72%

I 448,568,535 -87.677.451 -16.35%

2003 II 528,254,235 79.685.700 17.76% III 839,568,654 311.314.419 58.93%

I 426,359,685 -413.208.969 -49.21%

2004 II 626,596,875 200.237.190 46.96%

III 636,985,486 10.388.611 1.65%

I 654,236,548 17.251.062 2.71%

2005 II 698,546,235 44.309.687 6.77% III 813,564,879 115.018.644 16.46%

I 635,489,648 -178.075.231 -21.88%

2006 II 868,975,485 233485.837 36.74% III 956,425,365 87.449.880 10.06%


(66)

Bila hasil perhitungan negatif maka jumlah kredit gadai yang disalurkan mengalami penurunan dan bila hasil perhitungan positif maka jumlah kredit gadai yang disalurkan mengalami peningkatan.

Dari penurunan/peningkatan kredit gadai yang disalurkan tersebut menghasilkan rata-rata penurunan atau peningkatan kredit gadai yang disalurkan melalui perhitungan sebagai berikut:

15 tan

/peningka kredit gadai yang disalurkan

penurunan Total 15 596 . 233 . 619 

= Rp. 41.282.239

Sedangkan untuk persen rata-rata penurunan maupun peningkatan kredit gadai yang disalurkan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

15 tan

/peningka kredit gadai yang disalurkan penurunan persen Total 15 % 81 . 162 

= 10.85%

Tabel 4.3

Penurunan/Peningkatan Jumlah Laba Yang Diperoleh


(67)

Sumber: Perum Pegadaian

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa laba yang diperoleh prum pegadaian selama tahun 2002 – 2006 tidak searah atau mengalami penurunan maupun peningkatan setiap tahun. Untuk persen penurunan/peningkatan laba yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus:

% 100 X sebelumnya bulan diperoleh yang Laba sebelumnya bulan diperoleh yang Laba berjalan bulan diperoleh yang Laba

Bila hasil perhitungan negatif maka pada periode tersebut laba yang diperoleh perum pegadaian mengalami penurunan dan bila hasil perhitungan positif maka laba yang diperoleh mengalami peningkatan.

Tahun Periode (Kw.) Laba yang Diperoleh Penurunan/Peningkatan Laba Persentase

I 55.654.358 0 0

2002 II 86.956.459 31.302.101 56.24% III 95.874.521 8.918.062 10.25% I 64.523.154 -31.351.367 -32.70% 2003 II 86.542.156 22.019.002 34.12% III 98.625.412 12.083.256 13.96% I 65.214.568 -33.410.844 -33.87% 2004 II 95.412.365 30.197.797 46.30% III 96.541.253 1.128.888 1.18%

I 95.632.458 -908.795 -0.94%

2005 II 100.468.512 4.836.054 5.05% III 107.456.954 6.988.442 6.95% I 122.856.123 15.399.169 14.33% 2006 II 131.012.305 8.156.182 6.63% III 156.645.623 25.633.318 19.56%


(68)

Dari penurunan/peningkatan kredit gadai yang disalurkan tersebut menghasilkan rata-rata penurunan atau peningkatan kredit gadai yang disalurkan melalui perhitungan sebagai berikut:

15 tan

/peningka laba yang diperoleh

penurunan Total

15 265 . 991 . 100

= Rp. 6.732.751

Sedangkan untuk persen rata-rata penurunan maupun peningkatan laba yang diperoleh dapat dihitung melalui perhitungan sebagai berikut:

15

tan

/peningka laba yang diperoleh penurunan

persen Total

15 % 06 . 147

= 9.804

Penyebab penurunan/peningkatan jumlah kredit gadai yang disalurkan dan laba yang diperoleh diuraikan sebagai berikut:


(1)

Mulyadi, Akuntansi Manajemen, PT. Salemba Empat, Jakarta, 2001

Mulyono, Teguh Pudjo, Bank Budgeting, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1996

Mulyono, Teguh Pudjo, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1996

Pandia, Frianto, Lembaga Keuangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005

Pratisto, Arif, Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan rancangan

Percobaan dengan SPSS 12, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004

Rivai, Veithzal, Credit Management Handbook, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006

Sethyon, Menapak Masa Depan, Pegadaian, Jakarta, 2003

Sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi 2, Bumi Aksara, Jakarta, 2000

Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2005

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, PT. Alfabeta, Bandung, 2005

Tuanakotta, Theodorus, Teori Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2000

Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2005

Yuliana, Pengaruh Kreasi dan Kreasida Terhadap Peningkatan Laba pada

Perum Pegadaian Kantor Cabang Pungkur Bandung, Tidak

Dipublikasikan, UNIKOM, Bandung, 2005

www.google.com www.unibraw.co.id


(2)

LAMPIRAN

DATA AWAL SPSS

PERIODE

JUMLAH KREDIT GADAI YANG DISALURKAN

(Rp)

LABA BERSIH (Rp)

2002 Januari – April 337.191.769 55.654.358

Mei - Agustus 426.524.345 86.956.459

September - Desember 536.245.986 95.874.521

2003 Januari – April 448.568.535 64.523.154

Mei - Agustus 528.254.235 86.542.156

September - Desember 839.568.654 98.625.412

2004 Januari – April 426.359.685 65.214.568

Mei - Agustus 626.596.875 95.412.365

September - Desember 636.985.486 96.541.253

2005 Januari – April 654.236.548 95.632.458

Mei - Agustus 698.546.235 100.468.512

September - Desember 813.564.879 107.456.954

2006 Januari – April 635.489.648 122.856.123

Mei - Agustus 868.975.485 131.012.305


(3)

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Laba

97294414.7333 26044364.6328

9 15

KreditDisalurkan 628902248.666

7 182698833.888 75 15 Correlations Laba KreditDisalurka n

Pearson Correlation Laba 1.000 .869

KreditDisalurkan .869 1.000

Sig. (1-tailed) Laba . .000

KreditDisalurkan .000 .

N Laba 15 15

KreditDisalurkan 15 15

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 KreditDisalu

rkan(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Laba

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1

.869(a) .755 .737 13368426.87

475 a Predictors: (Constant), KreditDisalurkan


(4)

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7173032125463

420.000 1

7173032125463

420.000 40.137 .000(a)

Residual 2323292882370

771.000 13

1787148371054

43.900

Total 9496325007834

190.000 14

a Predictors: (Constant), KreditDisalurkan b Dependent Variable: Laba

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 19376962.704 12774014.433 1.517 .153

KreditDisa

lurkan .124 .020 .869 6.335 .000

a Dependent Variable: Laba

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 61153128.

0000 13787268 8.0000 97294414. 7333 22635358.126

90 15

Residual

-24769386. 00000

24745566.

00000 .00000

12882138.471

46 15

Std. Predicted Value -1.597 1.793 .000 1.000 15

Std. Residual -1.853 1.851 .000 .964 15


(5)

Charts

-2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual 0

2 4 6 8

Fre

quency

Mean = -3.19E-16 Std. Dev. = 0.964 N = 15

Dependent Variable: Laba Histogram


(6)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expe

cted Cum Prob

Dependent Variable: Laba