Latar Belakang Masalah IWIT WIJI LESTARI S. 810809210

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Penyelenggaraan pendidikan jasmani mempunyai tujuan yang jelas, ialah untuk menciptakan dan menyediakan suatu situasi yang dapat membantu keseimbangan perkembangan intelegensi, fisik, moral dan estetis. Tujuan yang paling utama dari pendidikan jasmani adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yaitu baik jasmani maupun rohaninya. Penyajian pendidikan jasmani di Sekolah Dasar SD disesuaikan dengan tujuan pendidikan serta harus memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai dengan usianya. Cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani di sekolah meliputi atletik, permainan, dan senam. Dari beberapa cabang olahraga tersebut salah satunya adalah cabang olahraga permainan. Cabang olahraga permainan yang diajarkan di SD salah satunya adalah cabang olahraga bulutangkis. Permainan bulutangkis yang dilakukan sekarang ini, baik sebagai pengisi waktu luang maupun untuk pertandingan, telah melewati proses perkembangan yang menarik baik dari segi kualitas permainan dan peraturannya, dari segi teknik, taktik maupun dari segi sistem atau pola yang sering dipakai. commit to user 2 Untuk dapat memperoleh prestasi yang optimal diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi bulutangkis seoptimal mungkin melalui pembinaan pemain sebagai generasi penerus sedini mungkin. Pembinaan ini dapat pula dilakukan sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar SD. Hal ini sudah dapat diperhatikan bahwa dalam program pembelajaran atau kurikulum, permainan bulutangkis merupakan salah satu materi yang harus diajarkan kepada siswa. Dalam kurikulum, materi permainan bulutangkisyang harus diajarkan kepada siswa SD adalah macam-macam teknik dasar, mulai dari memegang raket, teknik servis, dan macam-macam pukulan dalam bulutangkis. Teknik servis panjang dalam permainan bulutangkis, banyak sekali dilakukan oleh para pemain. Teknik servis panjang ini digunakan apabila pemain hendak memulai suatu permainan. Mengajar servis panjang dalam bulutangkis harus dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang benar, dari beberapa metode pembelajaran yang ada diantaranya adalah metode pembelajaran massed practice dan distributed practice. Massed Practice menurut Drowatzky 1981 : 243 adalah, Suatu latihan yang dilakukan dalam satu sesi yang lama, di mana latihan dilakukan terus menerus dengan tanpa ada tempo untuk istirahat. Dengan demikian apabila mempraktekkan gerakan yang sedang dipelajari secara terus menerus tanpa ada waktu istirahat atau kalau ada sangat pendek waktu istirahatnya berarti menurut pada metode pembelajaran massed practice. Jadi pembelajaran servis panjang dengan massed practice maksudnya siswa melakukan pembelajaran servis panjang secara terus menerus dalam satu setnya tanpa diselingi istirahat. Sedangkan metode pembelajaran commit to user 3 Distributed Practice adalah prinsip pengaturan giliran dalam pembelajaran di mana diadakan pengaturan waktu pembelajaran dengan waktu istirahat secara berselang- seling. Drowatzky 1981 : 243, menyatakan bahwa : “Distributed Practice atau latihan selang dilakukan dalam beberapa sesi yang pendek diselingi dengan istirahat.” Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran servis panjang dengan metode pembelajaran distributed practice maksudnya siswa dalam melakukan pembelajaran servis panjang diselingi istirahat ± 30 detik. Metode pembelajaran servis panjang dengan massed practice ataupun distributed practice , beban ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Peningkatan beban dilakukan setelah tiga kali pembelajaran. Peningkatan beban didasarkan pada peningkatan secara progresif dan terus-menerus, dan berdasarkan pada prinsip overload. M. Sajoto 1995: 31 menyatakan bahwa “Dalam latihan harus ada peningkatan atau penambahan beban kerja secara progresif”. Penggunaan prinsip overload principle sangat baik untuk meningkatkan kemampuan fisik. Kedua metode pembelajaran tersebut belum pernah diberikan pada siswa SDN 03 dan SDN 04 Bejen, Karanganyar, sehingga menarik untuk diteliti. Dengan melihat kekurang mampuan siswa dalam melakukan servis panjang yang maksimal, maka diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Keterampilan Servis Panjang Dalam Bulutangkis.” commit to user 4

B. Identifikasi Masalah