secara fisika pada suhu tanur 800
o
C dengan metode batch dan kolom yang filtratnya kemudian dianalisa dengan uv-visible.
Berdasarkan hasil uraian tersebut, peneliti tertarik untuk memanfaatkan biji salak sebagai adsorben yang diaktivasi secara kimia dan diaplikasikan untuk
menurunkan kadar kromium VI dalam limbah cair elektroplating.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: 1.
Berapakah kandungan logam Kromium VI yang terdapat dalam limbah cair Elektroplating.
2. Bagaimana kapasitas adsorpsi arang aktif biji salak yang diaktivasi secara
kimia dapat menurunkan kadar logam kromium VI dalam limbah cair Elektroplating.
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada: 1. Salak diperoleh dari daerah Tanjung anom Deli serdang
2. Karbonisasi dilakukan pada suhu 600
o
C 3. Aktivasi yang digunakan adalah secara kimia dengan H
3
PO
4
10 sebagai aktivator
4. Limbah yang akan diteliti diambil dari limbah cair elektroplating Politeknik Negeri Medan
5. Ukuran partikel arang aktif adalah yang lolos saringan 100 Mesh
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
untuk mengetahui kandungan logam Cr
6+
dalam limbah cair elektroplating 2.
untuk mengetahui kapasitas adsorpsi arang aktif biji salak yang diaktivasi secara kimia oleh H
3
PO
4
10 terhadap kromium VI yang terdapat dalam limbah cair elektroplating.
1.5. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat umum, mahasiswa, maupun industri mengenai pemanfaatan biji salak yang dapat digunakan sebagai adsorben alternatif
terhadap limbah Bahan berbahaya dan beracun untuk lebih memanfaatkan bahan- bahan yang selama ini dianggap tidak berguna yang hanya akan dibuang.
1.6. Lokasi Penelitian
1. Pengambilan sampel limbah cair elektroplating dilakukan di Politeknik
Negeri Medan 2.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU Medan.
1.7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium yang meliputi beberapa tahapan: 1. Pembuatan larutan 1,5-difenikarbazida 0,5.
2. Pembuatan larutan seri standar kromium 0.20; 0.40; 0.60; 0.80 dan 1.00 mgL.
3. Preparasi sampel limbah cair elektroplating. 4.Penentuan kadar logamCr
6+
dilakukan dengan metode spektrofotometer sinar tampak visible
pada λ
spesifik
540 nm.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Salak 2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Salak
Klasifikasi ilmiah dari tanaman salak adalah sebagai berikut; Kerajaan
: Plantae Divisi
:Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida Ordo
: Arecales Famili
: Arecaceae Genus
: Salacca Spesies
: Salacca edilus reinw Salak dalam bahasa latinnya adalah salacca edulis reinw atau salacca zalacca, dan
salak tanaman asli merupakan indonesia. Salak termasuk golongan palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren, palem, pakis yang bercabang rendah
dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh tunas baru yang
dapat menjadi anakan atau tunas bunga-bunga salak dalam jumlah banyak. Akar tanaman salak dangkal, panjang, dan kuat seperti akar kelapa atau aren.
Tanaman salak dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat mencapai ketinggian 1,5- 8 meter, bergantung pada jenisnya. Dari akar yang tua dapat tumbuh tunas baru yang
juga dapat ditangkarkan sebagai bibit. Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua, artinya jenis
tanaman yang membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, setiap tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu Soetomo,2001.
Gambar 2.1. Tanaman salak Salacca edulis reinw
2.1.2. Daerah Penyebaran Salak
Salak ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan Sumatra bagian selatan. Akan tetapi asal usul salak yang pasti belum diketahui. Salak dibudidayakan
di Thailand, Malaysia dan Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi ke Filipina, Papua Nugini, Queensland dan juga Fiji.Sebagian ahli
menganggap salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara berasal dari jenis yang berbeda, yakni Salak sumatrana. Salaccazalacca sendiri dibedakan lagi atas dua
varietas botani, yakni variates zalacca dari Jawa dan variates amboinensis Mogea dari Bali dan Ambon Tjahjadi,1988.
2.1.3. Kegunaan Salak
Salak terutama ditanam untuk dimanfaatkan buahnya, yang populer sebagai buah meja. Selain dimakan segar, salak juga biasa dibuat manisan, asinan, dikalengkan,
atau dikemas sebagai keripik salak. Salak yang muda digunakan untuk bahan rujak. Umbut salak pun dapat dimakan.
Universitas Sumatera Utara
Helai-helai anak daun dan kulit tangkai daunnya dapat digunakan sebagai bahan anyaman, meski tentunya sesudah duri-durinya dihilangkan lebih dahulu.
Karena duri-durinya hampir tak tertembus, rumpun salak kerap ditanam sebagai pagar.
Untuk pengobatan seperti untuk menghentikan diare, jadi bila kebanyakan makan salak akan menyebabkan kesulitan membuang air besar dalam kadar
menengah. kadang kulit salak juga di gunakan dalam traditional china medicinejamu
sebagai bahan obat Hieronymus,1990. 2.1.4. Syarat Tumbuh
1. Iklim
1. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mmbulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong
dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
2. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh 100, tetapi cukup 50-70, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
2. Tanah
1. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
2. Derajat keasaman tanah pH yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 -
7,5.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh padaketinggian tempat 0-700 m diatas permukaan laut Tjahjadi,1988.
2.2 Arang Aktif