disebabkan oleh gaya-gaya interaksi antara karbon dan molekul lebih besar apabila jarak antar pori dan molekul lebih dekat. Kebanyakan limbah cair mengandung
campuran senyawa-senyawa dari segala ukuran. Dalam situasi seperti ini bisa terjadi halangan molekular, contohnya molekul yang berukuran lebih besar akan menyumbat
pori sehingga menghalangi masuknya molekul yang tidak teratur dan adanya gerakan acak.
5. pH pH berlangsungnya adsorpsi mempunyai peranan penting terhadap adsorbsi itu
sendiri. Menurut kenyataannya ion-ion hidrogen diadsorpsi dengan kuat, dan secara sepihak pH mempengaruhi ionisasi serta adsorpsi berbagai senyawa. Asam-asam
organik lebih dapat diadsorpsi pada pH rendah. Sementara basa-basa organik pada pH tinggi. pH optimum untuk proses adsorpsi ditentukan oleh uji laboratorium.
6. Temperatur Apabila dihubungkan dengan proses adsorpsi, temperatur akan mempengaruhi baik
kecepatan adsorpsi maupun yang berkaitan dengan terjadinya adsorpsi. Adsorpsi akan meningkat pada temperatur rendah dan akan menurun pada temperatur yang lebih
tinggi Sahri,1998.
2.3. Kromium
Kromium Cr adalah logam kristalin putih dan tidak dapat ditempah dengan mudah. Dalam tabel periodik, kromium merupakan unsure yang terletak pada golongan VI B
dan pada periode ke empat dengan nomor atom 24 dan bobot atom 52. Logam melebur pada 1765
o
C. dalam larutan air, kromium membentuk tiga jenis ion yaitu: kation-kation kromium II dan III dan anion kromat dan dikromat dalam mana
keadaan oksidasi kromium adalah Cr
6+
. Ion kromium II membentuk larutan berwarna biru dan agak tidak stabil, karena merupakan zat pereduksi yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
Oksigen dan atmosfer dengan mudah mengoksidasinya menjadi ion kromium III yang lebih stabil. Dalam kromat, CrO
4 2-
atau dikromat Cr
2
O
7 2-
anion kromium adalah heksavalen dengan keadaan oksida 6+. Ion-ion kromat berwarna kuning sedangkan
ion-ion dikromat berwarna jingga. Vogel,A.I.1979. Kromium merupakan elemen yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan
merupakan unsur yang essensial bagi manusia dan hewan pada konsentrasi yang rendah. Bentuk trivalent dibutuhkan untuk mempertahankan metabolisme glukosa
agar tetap normal. Menurut rekomendasi kesehatan, kebutuhan kromium sehari-hari adalah 50-200 µghari.
Karsinogenitas kromium biasanya disebabkan oleh kromium heksavalen Cr
6+
, yang bersifat korosif. Telah disarankan bahwa Cr
6+
yang mudah diambil oleh sel, berubah menjadi Cr
3+
dalam sel. Efek kronis dari kromium dilaporkan meliputi kulit, iritasi membran selaput lender, hati, kanker paru-paru.
Kromium merupakan logam transisi yang penting, senyawanya berupa senyawa kompleks yang memiliki berbagai warna yang menarik, berkilau, titik lebur
pada suhu yang tinggi serta tahan terhadap perubahan cuaca. Selain itu pelapisan logam dengan kromium menghasilkan paduan logam yang indah, keras, dan
melindungi logam lain dari korosi. Sifat-sifat kromium inilah yang menyebabkan logam ini banyak digunakan dalam industri electroplating, penyamakan kulit, cat
tekstil, fotografi, pigmen zat warna, besi baja, dan industri kimia. Dilain pihak logam kromium ini juga dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan tanah, udara,
dan terutama lingkungan air yang sangat vital bagi kehidupan manusia apabila tidak dikendalikan dengan baik.
Air yang mengandung ion krom III akan menimbulkan masalah karena ion logam ini dapat berubah menjadi ion krom yang bervalensi enam heksavalen yang
bersifat toksik racun, karena jika terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kanker dan perubahan genetik. Hal ini dapat terjadi karena krom dapat merusak sel-
sel di dalam tubuh. Senyawa krom pada sumber-sumber air alam ataupun air limbah
Universitas Sumatera Utara
industri dapat berada dalam bentuk krom III dan krom VI yang mempunyai sifat berbeda. Krom III esensial bagi mamalia untuk metabolisme gula, ptotein, dan
lemak. Senyawanya lebih stabil di air serta sifat racunnya tidak terlalu besar. Berbeda dengan krom VI karena bersifat sangat oksidatif. Batas maksimum kromVI yang
diperbolehkan dalam air sehat 0,05 mgL sedangkan dalam air limbah 0,1 mgL.Raja,S.2006
2.4. 1,5-Difenilkarbazida DiPC