2.3. Tema
Masalah hidup dan kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia amat luas dan kompleks, seluas dan sekompleks permasalahan kehidupan
yang ada Nurgiyantoro, 2001:71. Walau permasalahan yang dihadapi manusia tidak sama, ada masalah-masalah kehidupan tertentu yang bersifat
universal. Artinya, hal itu akan dialami oleh setiap orang di manapun dan kapan pun walau dengan tingkat intensitas yang tidak sama.
Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-subtema ke dalam karya sastra
sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dangan makna
pengalaman kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, rnengajak pembaca untuk melihat, merasakan,
dan menghayati makna pengalaman kebidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya.
Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dan sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah
kernenyeluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi terna itu sendiri sangat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema, yang
notabene hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tidak mugkin hadir tanpa unsur bentuk yang rnenampungnya. Dengan
demikian, sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam
Universitas Sumatera Utara
keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh Nurgiyantoro dikelompokkan sebagai fakta cerita alur, latar, dan tokoh yang
mendukung dan menyampaikan tema tersebut. Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa tingkatan yang berbeda,
tergantung dari segi mana hal itu dilakukan. Shipley dalam Nurgiyantoro 2001:80-82 membedakan tema dalam lima tingkatan. Pembagian Shipley
ini berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang tersusun dari tingkatan paling sederhana sampai tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai
oleh manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tema tingkat fisik, manusja sebagai mqlekui, man as molecul.
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan,
la lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam karya sastra dengan
penonjolan tema tingkat ini mendapat penekanan. b. Tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma, man as
protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas. Berbagai persoalan
kehidupan seksual manusia mendapat penekanan, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang.
c. Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as sodus. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-
Universitas Sumatera Utara
interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan iain-lain
yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan,
kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial
lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial. d. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as
individualism. Di samping sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa
menuntut pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai
banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya.
e. Tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya.
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiusitas,
atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.
Adapun kegiatan untuk menafsirkan tema sebuah karya sastra memang bukan pekerjaan yang mudah. Karena tema tersembunyi di balik
Universitas Sumatera Utara
cerita , penafsiran terhadapnya haruslah dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada secara keseluruhan membangun cerita itu. Menurut Mochtar Lubis
1989 : 25 untuk mengetahui tema sebuah karya sastra maka dapat dilihat dari tiga hal yang berkaitan, yaitu : a melihat persoalan yang paling
menonjol; b menghitung waktu penceritaan; c melihat konflik paling banyak hadir.
Setelah membaca dan memahami cerita rakyat SD maka penulis dapat menyimpulkan bahwa SD termasuk cerita rakyat yang tergolong ke
dalam jenis tema tingkat sosial. Dalam cerita rakyat ini menceritakan tentang kehidupan kakak yang menjadi seorang raja dan keponakan yang tabah serta
pemaaf. Masalah yang menonjol dalam hikayat ini adalah masalah manusia dengan manusia.
Untuk menentukan tema dalam cerita SD ini maka penulis mengunakan pendapat mochtar Lubis yang menentukan tema sebuah karya
sastra berdsarkan tiga hal , yaitu : a. Persoalan yang paling menonjol dalam cerita rakyat SD adalah
kesabaran,pemaaf dan kesetiaan. b. Dari awal cerita sampai akhir cerita dalam cerita rakyat SD
menceritakan tentang ketulusan hati seorang kakak dan adik serta Selendang Delima.
Universitas Sumatera Utara
c. Konflik yang paling banyak hadir dalam cerita rakyat SD adalah Tentang keegoisan dan kebencian Istri-istri ke-1 sampai ke-6 terhadap
istri ke-7 dan Selendang Delima . Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
tema dalam cerita rakyat SD adalah tentang perjuangan hidup kakak dan adik yang tertimpa musibah bencana alam di kampungnya dan kemudian
ingin mecari sebuah negeri yang dapat untuk melanjutkan dan bertahan hidup.
2.4. Alur