Alur ANALISIS STRUKTUR CERITA RAKYAT

c. Konflik yang paling banyak hadir dalam cerita rakyat SD adalah Tentang keegoisan dan kebencian Istri-istri ke-1 sampai ke-6 terhadap istri ke-7 dan Selendang Delima . Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa tema dalam cerita rakyat SD adalah tentang perjuangan hidup kakak dan adik yang tertimpa musibah bencana alam di kampungnya dan kemudian ingin mecari sebuah negeri yang dapat untuk melanjutkan dan bertahan hidup.

2.4. Alur

Alur merupakan unsur karya sastra yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur karya sastra yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya sastra pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan alur, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Masalah linearitas struktur penyajian peristiwa dalam karya sastra banyak dijadikan objek kajian. Hal itu kiranya juga beralasan sebab kejelasan alur, kejelasan tentang kaitan antarperistiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan alur dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, alur sebuah karya sastra yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kualitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami. Universitas Sumatera Utara Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik ia dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, tentulah ada awal kejadian, kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya Nurgiyantoro, 2001:141. Namun, plot sebuah hikayat sering tidak menyajikan urutan perisitiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan kejadian terakhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal cerita atau djbagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana pun. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan sengaja dimanipulasikan dengan urutan peristiwa la mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk pengucapan baru dan efek artistik tertentu, kejutan, ataupun sebentuk suspense di pihak pembaca. Teknik pengungkapan cerita, atau teknik pengaluran, yang demikian biasanya justru lebih menarik karena memang langsung dapat menarik perhatian pembaca. Pembaca tangsung berhadapan dengan konflik, yang tentu saja, ingin segera mengetahui sebab-sebab kejadian dan bagaimana kelanjutannya. Pada dasarnya, alur sebuah cerita haruslah bersifat padu. Antara perisitiwa yang satu dengan yang lain, antara perisitwa yang diceritakan lebih dahuiu dnegan yang kemudian, ada hubungan, ada sifat saling keterkaitan. Kaitan antar peristiwa tersebut hendaklah jelas, logis, dapat dikenali Universitas Sumatera Utara hubungan kewaktuannya lepas dari tempatnya daiam teks cerita yang mungkin di awal, tengah atau akhir. Alur yang memiliki sifat keutuhan dan kepaduan, tentu saja, akan menyuguhkan cerita yang bersifat utuh dan padu pula. Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Tasrif dalam Muchtar Lubis 1989:10 mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari lima tahapan. Kelima tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah alur karya sastra yang bersangkutan. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut: 1 Tahap Situation tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian inforrnasi awal, dan lain-lain yang, terutama, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2 Tahap Generating Circumstances tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya, berkesesuaian dengan tahap awal pada penahapan. Universitas Sumatera Utara 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkernbang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa drarnatik yang menjadi inti cerita bersifat semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari. . 4 Tahap climax tahap klimaks, konffik dan atau pertentangan- pertentarigan yang terjadi, yang dilakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperart sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah cerita yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat ditafsirkan demikian. 5 Tahap Denouement tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, subsubkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Setelah penulis membaca, menghayati, dan memahami centra rakyat SD maka dapat digambarkan alur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah plot lurus atau progresif. Artinya bahwa dalam cerita rakyat SD pelukisan alur cerita diawali dengan awal situasi sampai dengan akhir situasi. Universitas Sumatera Utara Adapun pentahapan alur dalam cerita rakyat SD adalah sebagai berikut : 1 Tahap Situation, tahap awal dalam cerita rakyat SD dimulai pada tahapan si pengarang mulai melukiskan sebuah kerajaan yang bernama Bandar Pirus yang mana mengalami sebuah bencana. Dengan datangnya seekor burung garuda yang memusnahkan seluruh kerajaan tersebut. Yang dapat terselamatkan hanya seorang kakak adik, yang bernama Mambang Segara dan Sri Bunian. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita sebagai berikut. pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang benama Bandar Pirus,negeri ini sangat makmur dan sejahtera. Namun, tidak berapa lama datanglah seekor burung garuda yang memusnahkan seluruh penduduk negeri itu. Hanya yang dapat selamat seorang anak muda yang bernama Mambang Segara dengan adiknya Sri Bunian. Kesudahanya abangnya bertekad akan pergi dari kampung tersebut. Dari hari kehari si adik tinggal dirumah, dan apabila sore hari tiba si abang pun kembali ke rumah, pagi hari dia pergi lagi meneruskan pekerjaannya untuk membuat perahu. Pada suatu hari berkatalah si abang ”Adikku kalau lapar sekali engkau, makanlah buah-buahan yang lain, tapi buah yang satu ini jangan kau makan, itu namanya buah delima, kalau kau makan juga datang aib pada dirimu.” Baiklah bang, apa yang abang larang tidak akan pernah aku lakukan. Universitas Sumatera Utara 2 Tahap Generating Circumstances, yaitu tahap dimana peristiwa mulai bergerak memunculkan konflik. Peristiwa-peristiwa yang termasuk dalam tahapan ini adalah dimulai saat Sri Bunian memakan buah yang dilarang oleh Mambang Segara yaitu buah Delima. Karena buah Delima tersebut adalah buah jelmaan Dewa. Sehingga Sri Bunian tertimpa aib karena memakan buah Delima, sampai ia menggandung anak dari Jelmaan Dewa tersebut. Ini dikuatkan dari kutipan cerita sebagai berikut: Jadi pada suatu hari entah bagaimana ingin sekali adik memakan buah Delima itu, lantas dimakannyalah buah itu, tapi ini tidak diberitahukannya kepada abangnya. Maka terjadilah perubahan pada dirinya bulan demi bulan, karena ia hamil buah itu bukan buah biasa, tapi buah jelmaan Dewa, setiap hari terjadi perubahan hamilnya semakin besar dan dia sangat malu. Sewaktu abangnya pergi lagi mengerjakan perahunya yang hamper selesai, dan dia hanya tinggal sendiri dirumah, lahirlah anaknya yang jelmaan dari buah Delima. Setelah itu dibersihkannnya anak itu baik-baik dan dimasukkannya ke dalam peti. Ketika abangnya pulang Sri Bunian sudah tidak ada lagi hilang ghaib, akibat memakan buah Delima itu, hanya tinggal anaknya saja yang telah dimasukkannya ke dalam peti. Abangnya menjerit-jerit memanggilnya. Dan tidak beberapa lama terdengarlah suara, Universitas Sumatera Utara “Abangku, bila abang merantau bawalah peti itu baik-baik, jangan dibuka kalau belum tiba saatnya. Kalau abang nanti sudah senang, sudah menjadi Raja barulah abang boleh buka.” Jadi pesan adiknya ini dipatuhinya. 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, pada tahap ini cerita mulai bergerak ke arah konflik cerita. Adapun peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam tahapan pada cerita rakyat SD adalah ketika Mambang Segara telah siap menyelesaikan perahunya, berlayarlah dia merantau sehingga sampai di sebuah negeri. Di negeri tersebut dia diangkat menjadi Raja. Karena baik dan perkasanya, banyak orang menyodorkan putri-putrinya untuk dijadikan isteri sampai berjumlah tujuh orang yang enam satu istana, sedangkan isteri yang ke tujuh dilainkan tempatnya, karena dia yang paling disayang Mambang Segara. Jadi sewaktu Raja berlayar, datanglah ke enam isterinya kerumah isterinya yang bungsu dan mereka melihat sebuah peti dan bertanya ; ”Dik apa yang ada di dalam peti itu?” ”O, ... jangan-jangan madu kita yang disembunyikannya di dalam. Kita sudah tujuh cukuplah jangan sampai delapan, ”kata yang enam ini.” ”Kakak, janganlah pesan suami kita tida boleh kita langgar.” ”Ah, bukalah kata yang enam ini”. Karena takutnya, maka dengan berat hati dibukalah peti itu Universitas Sumatera Utara oleh isteri yang bungsu. Maka keluarlah seorang puteri yang bernama Selendang Delima, yaitu anak Sri Bunian. Sebaik puteri itu keluar, maka dia disiksa oleh isteri Mambang Segara yang enam inilah habis-habisan, dipukul tapi puteri Selendang Delima tidak mau bercakap, dia hanya menangis saja. ”Sudahlah kak,” kata isteri yang bungsu. Jangan disiksa lagi.” maka pergilah isteri-isteri yang enam ini dan Selendang Delima diurus oleh isteri bungsu, dibedakin baik-baik dan setelah itu apabila pagi tiba diseretlah dia oleh isteri yang enam ini tadi, mukanya disapu dengan arang, disuruh menjemur padi dan macam-macam lagi. Penyiksaan yang diberikan oleh isteri yang enam ini, sore hari dia pulang ke rumah isteri yang bungsu. Demikianlah sampai Mambang Segara pulang dari perantauan,diceritakanlah tentang putri yang dikeluarkan oleh isterinya yang enam, tapi itulah bodohnya orang dahulu, tidak adabertanya putri siapa sebenarnya. Tahap Climax tahap puncak cerita, tahap ini terdapat pada peristiwa ketika Mambang Segara pergi merantau dan istri ke enam banyak meminta sesuatu kepada Mambang Segara untuk dibawa pulang. Sedangkan, yang bungsu tidak ada meminta apa-apa begitu juga dengan Selendang Delima. Namun apabila Mambang Segara pulang, ada sebuah rotan dan batu, maka bawalah pulang untuk saya, apabila Universitas Sumatera Utara Mambang Segara lupa maka perahu akan terpacak tidak bisa berlayar sehingga ia tidak bisa pulang ke negerinya lagi. Hingga berangkatlah Mambang Segara berlayar, beberapa bulan kemudian pulanglah dia, dan dilaluinya pulau Rindu, tapi Mambang Segara lua membawa rotan dan batu yang dipesankan oleh Selendang Delima. Peristiwa tersebut dapat dijumpai dalam kutipan cerita SD sebagai berikut : Sudah demikian raja sering pergi lagi berlayar dan istri yang enam banyak berkirim barang-barang sedangkan yang bungsu tidak ada meminta apa-apa dan terakhir bertanya kepada anak tadi Selendang Delima. ”Selendang Delima, apa kirimanmu, aku mau berangkat.” Selendang Delima menjawab. ”saya tidak memesan apa- apa, cuman apabila tuan hendak pulang, ada sebuah rotan dan batu, tuan bawalah itu pulang untuk saya, apabila tuan lupa maka perahu akan terpacak tidak bisa berlayar.” Maka kata Mambang Segara, sungguh bijak engkau Selendang Delima yang tidak-tidak saja pesananmu, masak rotan dan batu, begitupun tidak mengapa, mudah- mudahan kuingat nanti. Maka berangkatlah Mambang Segara berlayar, beberapa bulan kemudian pulanglah dia,dan dilaluinya pulau Rindu, tapi Mambang Segara lupa mengambi rotan dan batu yang dipesankan Putri Universitas Sumatera Utara Selendang Delima, maka tertahanlah dia lama sekali di pulau itu, dan dia bertanya kepada ahli nujum, mengapa bisa jadi begini. Maka setelah direnungkan oleh ahli nujum tersebut dia berkata. ”O, . . . Tuanku, rupanya tuan lupa pesanan seorang anak, barang yang ajaib dari pulau ini.” Barulah Mambang Segara ingat, maka diambillah rotan dan batu itu, barulah dia bisa berjalan. Sampai ke Negeri dia disambut oleh rakyat, dan raja membagi-bagikan pesanan ke enam isterinya dan tidak lupa juga untuk isterinya yang bungsu yang paling dikasihinya dan barulah diberikan rotan dan batu yang dipesan oleh anaknya Selendang Delima. 4 Tahap Denoument tahap penyelasaian cerita, peristiwa yang terdapat pada tahapan ini adalah ketika Selendang Delima meminta selendang kepada makciknya yang paling bungsu untuk mengayunkan rotan dan batu di bawah tangga. Kemudian dia mulai bernyanyi sambil mengayun-ayunkan rotan dan batu itu. Maka terdengarlah oleh Mambang Segara dan dia menyuruh Selendang Delima untuk menggulangi lagi nyanyiannya itu karena terdengar sangat merdu.kemudian datanglah Mambang Segara sambil melemparkan rotan dan batu ke halaman rumah dan menjelmalah berupa bayang-bayang ibunya Sri Bunian. Peristiwa tersebut dapat dijumpai dalam kutipan cerita SD sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Dan Selendang Delima meminta selendang kepada makciknya yang bungsu. Mintalah selendang satu aku mau mengayun rotan dan batu ini di bawah tangga. Maka rotan dan batu diayunnya di bawah tangga sambil bernyanyi. Ayun-ayunlah rotan dan batu Letakmu tuan di pulau Rindu Kaulah jelmaan ayah bundaku Sungguhlah dendam hatiku rindu Ayunlah ayun rotan melingkar Pedihnya hati bagai dibakar Hayolah tuan menjelmah segera Obatkan hati pedih dan lara. Terdengarlah oleh Mambang Segara, maka katanya “Aduh merdunya suaramu, coba ulang lagi apa yang kau katakan, masak rotan dan batu yang kau ayun-ayunkan.” Selendang Delima diam saja, tapi dia menggulanginya lagi. Ya illahi Tuhanku Rabbi Sakitnya hati bagaikan kambing dikuliti Mambang Segara nama uwakku Sri Bunian nama ibuku Dewa Laksana nama ayahku. Universitas Sumatera Utara Maka datang Mambang Segara, dilemparkannya rotan dan batu itu kehalaman, dan menjelmalah berupa bayang-bayang ibunya Sri Bunian. Dan berkatalah Sri Bunian, “Oh, abangku rupanya pedih sekali hati anakku dibuat oleh isteri abang yang enam itu, hanya isteri yang bungsulah yang sayang kepadanya, tapi mudah-mudahan tuhan melindungi anakku dan diri abang.” Barulah Mambang Segara sadar bahwa Seledang Delima ini adalah anak adiknya Sri Bunian. Maka dipanggilnyalah isteri yang enam itu tadi mau disiksanya, tapi Selendang Delima melarangnya. “jangan, maafkanlah mereka . . . . .kalau tidak karena perbuatan mereka mungkin kisah ini tidak terbuka.” Jadi dimaafkannyalah isteri yang enam ini. Pendek cerita tinggallah isteri yang bungsu dengan Selendang Delima bersama-sama. Maka kerajaan itu kembali makmur sedia kala.

2.5. Latar