Tugas dan Wewenang Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam.

3. Kepala Bagian Kepatuhan Akuntansi; 4. Kepala Bagian Pengembangan Keterbukaan dan Tata Kelola.

2. Tugas dan Wewenang Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam.

Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam adalah “tiang utama” yang fatwanya harus dipegang oleh semua pelaku pasar modal lainnya antara lain: Penyelenggara Bursa, Perusahaan Efek, Akuntan Publik, Investor, Emiten dan sebagainya. Tanpa Bapepam yang kuat, pasar modal dikhawatirkan akan menjadi bursa yang menganut “hukum rimba”, di mana berlaku ketentuan siapa yang kuat dialah yang menang. Bapepam adalah lembaga pengawas yang menjaga kegiatan pasar bisa berjalan secara transparan, wajar, dan jujur. Sehingga, investor yang berkelakuan baik terlindungi dari investor yang berkelakuan jahat. Untuk itu, oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Bapepam diberi kekuasaan yang besar agar fungsinya sebgai pengawas bisa berjalan sebaik-baiknya. 70 Menurut Keppres No.521976, Bapepam bertugas : 71 1. Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjual saham-sahamnya melalui Pasar Modal apakah telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik; 2. Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan efisien; 3. Terus-menerus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang menjual saham-sahamnya melalui Pasar Modal. 70 Aristides Katoppo dkk, Op.cit., hal. 27. 71 BO Economica-FE UI-PTPersero Dana Reksa, Op.cit., hal. 40. Universitas Sumatera Utara Sesuai pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 503KMK.011997, Bapepam mempunyai tugas membina, mengatur dan mengawasi kegiatan sehari-hari Pasar Modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang wajar, teratur, dan efisien, serta melindungi kepentingan investor dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oelh Menteri Keuangan dan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 72 Sesuai dengan Pasal 3,4 dan 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal, Bapepam mempunyai fungsi sebagai berikut : 73 1. Penyusunan Peraturan di bidang Pasar Modal; 2. Penegakan Peraturan di bidang Pasar Modal; 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, pendaftaran dari Bapepam, dan pihak yang bergerak di bidang usaha Pasar Modal; 4. Penetapan Prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan perusahaan publik; 5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oelh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan LKP, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian LPP; 6. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal, dan; 7. Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. 72 Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Op.cit., hal. 38. 73 Tjiptono Damadji dan Hendy M. Fakhruddin, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara Fungsi Bapepam seperti tersebut, apabila dapat dilaksanakan dengan benar, sebenarnya memang sudah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Pasar Modal secara global. Sebab, dimana-mana yang namanya pasar modal, seperti Securities Exchange Act di Amerika Serikat, selalu mempunyai 3 fungsi utama, yaitu: 74 1. Fungsi Rule Marking Dalam hal ini otoritas pengawas dapat membuat aturan-aturan main untuk Pasar Modal disebut juga sebagai fungsi Quasi Legislative Power. Jadi, merupakan kewenangan Legislative. 2. Fungsi Adjudicatory Ini merupakan fungsi otoritas pengawas untuk melakukan fungsinya sebagai Quasi judicial Power. Jadi, merupakan kewenangan judicial seperti yang dilakukan oleh suatu badan peradilan. Termasuk kedalam fungsi ini misalnya mengadili dan memecat atau mencabut izin ataupun melarang pihak-pihak pelaku di Pasar Modal untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di Pasar Modal. 3. Fungsi Investigatory-Enforcement Fungsi ini membuat otoritas pengawas mempunyai wewenang Investigasi dan Enforcement. Dan ini dilakukan dengan memberikan kepada Bapepam kewenangan penyelidikan dan peyidikan, yang membuatnya menjadi semacam polisi Khusus. 74 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 115. Universitas Sumatera Utara Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pengawas, Bapepam melakukannya dengan cara : 75 1. Preventif, yakni dengan membentuk aturan main yang jelas, membuat pedoman, bimbingan, dan pengarahan. 2. Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi. Di samping memiliki berbagai tugas dan fungsi yang di pegang oleh Bapepam, Bapepam juga memiliki berbagai kewenangan. Kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam ditujukan terhadap dua jenis komponen Pasar Modal, yaitu : 76 1. Kegiatan Pasar Modal itu sendiri; 2. Instrumen-instrumen pelaksanaan kegiatan Pasar Modal. Di dalam Pasal 5 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 ditegaskan bahwa, dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana di maksud di dalam Pasal 3 dan 4 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Bapepam berwenang untuk: 77 a. Memberi : 1 Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek; 2 Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan 75 Ibid., hal. 64. 76 Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian. Jakarta: Djambatan, 2001, hal. 100. 77 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara 3 Persetujuan bagi Bank Kustodian; b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar dan Wali Amanat; c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru; Calon anggota direksi atau komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam. Persyaratan tersebut meliputi, antara lain: 78 1. Orang perseorangan Warga Negara Indonesia dan cakap melakukan perbuatan hukum; 2. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direktur atau komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit; 3. Tidak pernah di hukum karena melakukan tindak pidana; 4. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di Pasar Modal pada khususnya dan di bidang keuangan pada umumnya; 5. Memiliki akhlak dan moral yang baik; 6. Memiliki keahlian di bidang Pasar Modal; 7. Tidak pernah melakukan pelanggaran yang meterial atas ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pasar Modal. 78 C.S.T. Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hal . 59. Universitas Sumatera Utara d. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta menyatakan, menunda, atau membantalkan efektifnya pernyataan pendaftaran; e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang di duga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksananya; f. Mewajibkan setiap pihak untuk; 1 Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau 2 Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi di maksud; g. Melakukan pemeriksaan terhadap; 1 Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernayataan kepada Bapepam; atau 2 Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, Persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini; h. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana di maksud dalam huruf g; i. Mengumumkan hasil pemeriksaan; j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada Bursa Efek atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal; Universitas Sumatera Utara k. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat; l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaiann serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi di maksud; m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal; n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal; o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang- undang ini atau peraturan pelaksanaannya; p. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5; dan q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-udang ini. Adapun yang di maksud dengan “melakukan hal-hal lain” dalam huruf ini adalah kewenangan selain yang ditetapkan pada huruf a sampai dengan huruf p. Kewenangan lain yang diberikan kepada Bapepam, antara lain mengenai : 79 79 Ibid., hal.69. Universitas Sumatera Utara 1. Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Efek wajib di susun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bapepam sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 ayat 3; 2. Persetujuan atas peraturan yang wajib dibuat oleh Bursa Efek, termasuk perubahannya sebagaimana di maksud dalam Pasal 11; 3. Penetapan jasa lain yang dapat diberikan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 ayat 3; dan 4. Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang wajib disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oelh dan dilaporkan kepada Bapepam sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14 ayat 4. Dengan sedemikian luasnya kewenangan Bapepam, Kwik Kian Gie berpendapat, seharusnya Bapepam disejajarkan dengan Gubernur Bank Sentral atau Menteri Keuangan dan berhak menjadi anggota Dewan Moneter. 80 80 Aristides Katoppo dkk, Op.cit., hal.93. Fungsi lain dari Bapepam-LK adalah penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan, pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga keuangan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan dan pelaksanaan administrasi Bapepam-LK. Universitas Sumatera Utara 3 Pengawasan Bapepam-LK Terhadap Lembaga Dana Pensiun Pengaturan dan pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun diawasi oleh Bapepam-Lk ini juga dapat terlihat dalam permasalahan- permasalahan yang muncul dalam dunia lembaga dana pensiun. Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, pertumbuhan industri dana pensiun di Indonesia memang belum cukup menggembirakan. Pertumbuhan jumlah dana pensiun yang didirikan masih relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pembubaran dana pensiun. Meski demikian, pertumbuhan jumlah peserta dana pensiun cenderung meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kekayaan dana pensiun pun meningkat. Demikian pula dengan pertumbuhan investasi dana pensiun. Seiring dengan pertumbuhan jumlah peserta dan kekayaan dana pensiun, tentu saja risikonya pun ikut meningkat. Berdasarkan kepada hal-hal tersebut, diperlukan peningkatan kualitas pengawasan dana pensiun melalui penerapan sistem pengawasan berbasis risiko. Pada Agustus 2008, Ketua Bapepam-LK telah menandatangani peraturan tentang pengawasan dana pensiun berbasis risiko. Sistem pengawasan dana pensiun berbasis risiko tersebut menggunakan suatu instrumen pengawasan yang disebut Sistem Pemeringkat Risiko SPERIS dan Sistem Pengawasan Berbasis Risiko SANBERRIS. 81 SPERIS merupakan metode yang digunakan oleh Biro Dana Pensiun untuk mengawasi kegiatan penyelenggaraan dana pensiun. 81 www.fiscuswannabe.web,terakhir diakses tanggal 20 juni 2013 Universitas Sumatera Utara Kegiatan pengawasan tersebut meliputi pengawasan langsung on-site supervision dan pengawasan tidak langsung off-site supervision. Dalam mengidentifikasi risiko suatu dana pensiun, SPERIS menggunakan sembilan modul penilaian, yakni modul disain dan strategi, kepengurusan, tata kelola, operasional, iuran, pengelolaan kekayaan, kinerja, legal, dan pendanaan. Tujuan utama penerapan sistem pengawasan dana pensiun berbasis risiko adalah untuk mengidentifikasi risiko setiap dana pensiun. Indetifikasi ini diperlukan oleh Biro Dana Pensiun, sebagai regulator industri dana pensiun, agar dapat melakukan upaya sedini mungkin untuk meminimalisasi dampak dari risiko yang teridentifikasi. Selain itu, penerapan pengawasan dana pensiun berbasis risiko juga dimaksudkan sebagai alat untuk mengelola agar sumber daya Biro Dana Pensiun dapat lebih terfokus pada pengawasan dana pensiun yang memiliki risiko tinggi. SPERIS dapat mengidentifikasi probabilitas kegagalan dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu, SPERIS dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi dampak kegagalan satu dana pensiun terhadap industri dana pensiun secara keseluruhan. Bahkan dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi dampak kegagalan tersebut terhadap industri jasa keuangan. Dari hasil SPERIS tersebut, ditetapkan strategi dan tindakan pengawasan yang perlu dilakukan oleh Biro Dana Pensiun terhadap dana pensiun, sesuai dengan tingkat risikonya, melalui SANBERRIS. Universitas Sumatera Utara Terkait dengan nilai risiko dana pensiun di atas, terdapat empat jenis risiko yang dikelompokkan dalam penilaian SPERIS dan SANBERRIS, yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.SPERIS membedakan pengukuran risiko dana pensiun untuk DPPK, baik PPMP maupun PPIP, dan DPLK. Untuk mengidentifikasi risiko DPPK, seluruh modul tersebut harus diberikan penilaian. Sementara untuk DPLK, hanya tujuh dari sembilan modul tersebut yang harus diberikan penilaian. Dua modul yang tidak digunakan dalam penilaian SPERIS untuk DPLK adalah modul iuran dan modul pendanaan. Dalam penilaian SPERIS, setiap modul akan diberikan nilai risiko dengan bobot yang berbeda, tergantung pada jenis dan program pensiun yang dijalankannya. Setelah modul-modul tersebut dinilai dan diperhitungkan bobotnya, selanjutnya adalah menentukan nilai risiko dana pensiun secara menyeluruh. Nilai akhir inilah yang merupakan nilai SPERIS dari suatu dana pensiun. Untuk mendapatkan nilai SPERIS ini dilakukan perhitungan dengaan rumusan tertentu yang ditetapkan oleh Biro Dana Pensiun. 82 82 Ibid. Penerapan pengawasan berbasis risiko ini didukung dengan sarana teknologi informasi, berupa sebuah sistem informasi, yang saat ini sedang diintegrasikan dengan seluruh aplikasi dan database yang ada di Biro Dana Pensiun oleh Tim Penyempurnaan Jaringan dan Sistem Informasi Biro Dana Pensiun. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA DANA PENSIUN SETELAH

DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN A. EKSISTENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DI INDONESIA 1. Latar Belakang dan Dasar Hukum Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank IndonesiaBI, pemerintah diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen, selambat-lambatnya akhir tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan OJK. Lembaga ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 83 83 www. Latar Belakang OJK. Com terakhir diakses tanggal 23 Juni 2013 Menurut penjelasan Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 tahun 2004, OJK bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan BPK dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Universitas Sumatera Utara Disisi yang lain, para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK ini, bahwa Otoritas Jasa Keuangan OJK mutlak dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus dibahas simultan dengan paket RUU Keuangan lain, sperti RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK, RUU Pasar Modal serta amandemen UU Bank Indonesia, Perasuransian dan Dana Pensiun. Hal tersebut terungkap dalam seminar Reformasi. Sektor Keuangan memperkuat Fondasi, Daya Saing dan Stabilitas Perekonomian Nasional. Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor keuangan. 84 Dengan melihat kehadiran OJK nantinya, dapat dimaksudkan untuk menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan abuse of power yang selama Dan sebelum Otoritas Jasa Keuangan OJK akan diberlakukan di januari 2013, maka perlu adanya sosialisai kepada masyarakat Indonesia tentang keberadaan OJK ini nantinya sekaligus untuk memberitahukan tentang tujuan dan fungsi OJK itu sendiri yang termuat didalam UU RI Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK. Sedangkan untuk pembentukkan Dewan Komisioner atau pimpinan tertinggi OJK akan dilaksanakan pada desember 2012. 84 Ibid. Universitas Sumatera Utara ini cenderung muncul. Sebab dalam OJK, fungsi pengawasan dan pengaturan dibuat terpisah. Akan tetapi meskipun OJK memiliki fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu tubuh, fungsinya tidak akan tumpang tindih, sebab OJK secara organisatoris akan terdiri atas tujuh dewan komisioner. Ketua Dewan Komisioner akan membawahkan tiga anggota dewan komisioner yang masing-masing mewakili perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan nonbank LKNB. Kewenangan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia akan dikurangi, namun Bank Indonesia masih mendampingi pengawasan. Kalau selama ini mikro dan makro prudensialnya di Bank Indonesia, nanti OJK akan fokus menangani mikro prudensialnya.

2. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

Sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap : a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan disektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang : Universitas Sumatera Utara a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi : 1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;dan 2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi : 1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kartu kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. Sistem informasi debitur; 4. Pengujian kredit credit testing;dan 5. Standar akuntansi bank; c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1. Manajemen risiko; 2. Tata kelola bank; 3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang dan 4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan Universitas Sumatera Utara d. Pemeriksaan bank. Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-undang ini; b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan ; c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK; d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastuktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang : a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; Universitas Sumatera Utara b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan danatau pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan danatau mencabut : 1. Izin usaha ; 2. Izin orang perseorangan; 3. Efektifnya pernyataan pendaftaran; 4. Surat tanda terdaftar; 5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha; 6. Pengesahan; 7. Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan 8. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Universitas Sumatera Utara 3 . Pengurusan Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip “checks and balnces”. Hali ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan. Fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisioner melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian tujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Tugas anggota Dewan Komisioner meliputi bidang tugas terkait kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme dewan audit, edukasi dan perlindungan konsumen serta fungsi, tugas dan wewenang pengawasan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 85 Struktur Otoritas Jasa Keuangan OJK diatur pada bab IV Pasal 10 sampai 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Struktur OJK disini lebih dikenal dengan nama Dewan Komisioner. Dewan Komisioner ini akan beranggotakan 9 sembilan orang anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Susunan Dewan Komisioner ini akan terdiri atas: 86 a. Seorang Ketua merangkap anggota; b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota; 84 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK 86 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota; d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota; e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnnya merangkap anggota; f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota; g. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen; h. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan i. Seorang anggota Ex-officio dari Kementrian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementrian Keuangan. Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Ojk dijelaskan bahwa OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner. Panitia seleksi akan memilih calon anggota Dewan Komisioner yang terdiri atas 7 tujuh orang anggota ditambah 2 dua orang anggota Ex-officio. Berdasarkan Undang-Undang OJK, selaku pimpinan OJK Dewan Komisioner memiliki tugas : a. Menetapkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, rancang bangun infrasturktur dan teknologi informasi, sistem sumber daya manusia, dan standar prosedur operasional; Universitas Sumatera Utara b. Menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK tahun 2013; c. Mengangkat pejabat dan pegawai OJK; d. Mengangkat pejabat dan pegawai organ pendukung Dewan Komisioner; dan e. Menetapkan hal lain yang diperlukan dalam rangka pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor jasa keuangan Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Selanjutnya, persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisioner tercantum dalam Pasal 15 Undang-Undang OJK dan penjelasannya, antara lain : a. Memiliki akhlak moral dan integritas yang baik dan; b. Mempunyai keahlian atau pengalaman di sektor jasa keuangan kompetensi. Dengan kata lain, seorang anggota Dewan Komisioner diisyaratkan untuk memiliki integritas yang tinggi dan kompetensi yang memadai. Dengan “integritas” maka dalam melaksanakan tugasnya, komisioner memiliki arah dan perilaku yang baik, dan dengan “kompetensi”, maka dalam melaksanakan tugasnya, Komisoner itu menjadi lebih mudah karena memiliki kemampuan yang memadai. Kedua hal tersebut, integritas dan kompetensi dewasa ini menjadi sangat penting bagi pengawas lembaga keuangan terlebih dalam menghadapi krisis keuangan global. Lebih lanjut Universitas Sumatera Utara dalam penjelasan disebutkan persyaratan kompetensi anggota Dewan Komisioner OJK adalah: memiliki pengalaman, keilmuan, atau keahlian yang memadai di sektor jasa keuangan. Independensi Otoritas Jasa Keuangan tercermin dalam kepemimpinan Otoritas Jasa Keuangan. Secara orang perseorangan, pimpinan Otoritas Jasa Keuangan memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat diberhentikan kecuali memenuhi alasan yang secara tegas di atur dalam Undang-undangnya. Selain itu, untuk mendapatkan pimpinan Otoritas Jasa Keuangan yang tepat, diatur mekanisme seleksi yang transparan, akuntabel, dan melibatkan partisipasi publik melalui suatu panitia seleksi yang unsur-unsurnya terdiri atas pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat sektor jasa keuangan.

B. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga Dana Pensiun

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

2 58 122

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 2

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 25

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 38

BAB II PENGATURAN LEMBAGA DANA PENSIUN DI INDONESIA A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Lembaga Dana Pensiun 1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Ot

0 0 58

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 17

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (“UNDANG-UNDANG OJK”)

0 0 68