Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

SKRIPSI

Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Januari 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes Dra. Jumirah, Apt, Mkes NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19580315 198811 2 001

Medan, Januari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat dan pada umumnya makanan yang mengandung rendah serat dan tinggi lemak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil secara accidental sampling yang berjumlah 95 orang. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan cepat saji. Data pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen Fakultas Kedokteran USU.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji mayoritas pada kategori baik (86,3%), sikap mahasiswa pada kategori baik (62,1%) dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji berada pada frekuensi konsumsi sangat sering yaitu 37,9%

Sebaiknya pihak kampus Fakultas Kedokteran USU menambahkan media berisi informasi tentang makanan sehat dan bergizi misalnya poster makanan sehat di kantin Fakultas Kedokteran USU dan lebih memperhatikan dan mengawasi makanan yang ada di kantin Fakultas Kedokteran USU.


(5)

ABSTRACT

Fast food is food served fast, practical, and time of preparation needs a short time and in generally foods contain low fiber and high fat.

The purpose of this research was to know the description of knowledge, attitude, and the action of USU medical student about the consumption of fast food. This research is survey research with descriptive. The population is all the student of USU medical faculty who are still active on the lecture process at odd semester of the academic year 2011/2012. The sample of this research is taken by accidental sampling in amounts of 95 people. Primary data obtained from food frequency form of the high consumption rate of fast food. The knowledge, attitude and action data obtained by interviews through questionnaire. Secondary data obtained document from USU medical faculty.

The result of research showed the student knowledge about of the majority of fast food consumption in a good category (86,3 %), The student attitude in good category (62,1 %), and the action of USU medical student about frequency of fast food consumption is too often (37,9 %).

It is recommended for USU medical faculty to add some instruments such as poster fiiled with information about healthy and nutricious food in the canteen of USU medical faculty. It should have more care and control the foods in the canteen of USU medical faculty.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elsa Frida Tarigan

Tempat/ Tanggal Lahir : Panribuan/ 23 Januari 1987

Agama : Kristen Katolik

Status : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 5 orang

Alamat Rumah : Jln. Mesjid Syuhada gg. Dame no.14A Pasar VI P.Bulan Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Panribuan 1993-1999 2. SMP Bunda Mulia Saribudolok 1999-2002 3. SMA Santa Maria Medan 2002-2005 4. Diploma III Keperawatan Elisabeth 2005-2008

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2009-2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Julhaida Lubis, Mkes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus

sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dra. Jumirah, Apt, Mkes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Prof. dr. Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

9. Seluruh Dosen dan Pegawai bagian Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada bang Marihot Samosir, ST yang banyak membantu penulis.

10.Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan seluruh dosen, pegawai dan Mahasiswa Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

11.Teristimewa buat orang tuaku tercinta Ayahanda M.Tarigan dan Ibunda

S. Sembiring, tua Guido, Kak Fenansia, Bang Albinus, dan Adekku Cindy yang telah memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama penulisan mengikuti pendidikan ini.


(9)

12.Sahabat-sahabatku (Syahrial, Satnawati, Bang Jhoni, Bang Satria, Fitri, Vera Tarigan, Albina, Selpi, Eva Saragih, serta teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang banyak memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan di Gizi FKM USU (Veronika, Elfrina, Dian, Nenny, Fifin,Reni, Meishi, Riska, Astrid, Yuni, Aktia dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan) yang memberi dukungan dan turut membantu penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2012

Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 5

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Makanan Cepat Saji ... 6

2.1.1. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji ... 8

2.1.2. Dampak Negatif Makanan Cepat Saji ... 9

2.1.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif Makanan Cepat Saji .. ... 11

2.2. Perilaku Makan Mahasiswa ... 13

2.2.1. Pengetahuan ... 14

2.2.2. Sikap ... 15

2.2.3. Tindakan ... 17

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku………. 21

2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan ... 21

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 26

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1. Data Primer... 28

3.4.2. Data Sekunder ... 28


(11)

3.6. Defenisi Operasional Variabel ... 28

3.7. Aspek Pengukuran ... 29

3.7.1. Pengetahuan... 29

3.7.2. Sikap ... 30

3.7.3. Tindakan ... 31

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 32

3.8.1. Pengolahan Data ... 32

3.8.2. Analisa Data……… 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran USU ... 33

4.2. Gambaran Umum Responden ... 33

4.2.1. Jenis Kelamin Responden ... 33

4.2.2. Umur Responden ………... 34

4.3. Pengetahuan Responden ... 34

4.4.Sikap Responden ... 37

4.5. Tindakan Responden ... 39

4.6. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 41

4.7. Tabulasi Silang Sikap Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1. Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 43

5.2. Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 44

5.3. Tindakan Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuesioner 2. Master Data

3. Hasil Pengolahan Data 4. Formulir Frekuensi Makanan 5. Dokumentasi

6. Surat Izin Survei Penelitian 7. Surat Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 33 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 34 Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Konsumsi

Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 35 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 36 Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan

cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 37 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Konsumsi

Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 38 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas

Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 39 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Frekuensi Konsumsi

Makanan Cepat Saji dalam Satu Bulan Terakhir pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 40 Tabel 4.9. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden terhadap Frekuensi

Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun

2011 ... .. 41 Tabel 4.10. Tabulasi Silang Sikap Responden terhadap Frekuensi Konsumsi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji


(14)

ABSTRAK

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat dan pada umumnya makanan yang mengandung rendah serat dan tinggi lemak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil secara accidental sampling yang berjumlah 95 orang. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan cepat saji. Data pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen Fakultas Kedokteran USU.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji mayoritas pada kategori baik (86,3%), sikap mahasiswa pada kategori baik (62,1%) dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji berada pada frekuensi konsumsi sangat sering yaitu 37,9%

Sebaiknya pihak kampus Fakultas Kedokteran USU menambahkan media berisi informasi tentang makanan sehat dan bergizi misalnya poster makanan sehat di kantin Fakultas Kedokteran USU dan lebih memperhatikan dan mengawasi makanan yang ada di kantin Fakultas Kedokteran USU.


(15)

ABSTRACT

Fast food is food served fast, practical, and time of preparation needs a short time and in generally foods contain low fiber and high fat.

The purpose of this research was to know the description of knowledge, attitude, and the action of USU medical student about the consumption of fast food. This research is survey research with descriptive. The population is all the student of USU medical faculty who are still active on the lecture process at odd semester of the academic year 2011/2012. The sample of this research is taken by accidental sampling in amounts of 95 people. Primary data obtained from food frequency form of the high consumption rate of fast food. The knowledge, attitude and action data obtained by interviews through questionnaire. Secondary data obtained document from USU medical faculty.

The result of research showed the student knowledge about of the majority of fast food consumption in a good category (86,3 %), The student attitude in good category (62,1 %), and the action of USU medical student about frequency of fast food consumption is too often (37,9 %).

It is recommended for USU medical faculty to add some instruments such as poster fiiled with information about healthy and nutricious food in the canteen of USU medical faculty. It should have more care and control the foods in the canteen of USU medical faculty.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu yang relatif singkat telah diperkenalkan selera makanan gaya fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Perubahan selera makan ini cenderung menjadi konsep makan seimbang sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi (Baliwati, 2004).

Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis. Efek negatifnya jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tentu akan menjadi tumpukan lemak di tubuh, serta memicu faktor kegemukan, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes melitus, gangguan jantung, kanker dan stroke.

Mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal salah satunya adalah dengan menjaga status gizi yang seimbang, artinya semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus terpenuhi dengan tepat guna. Status gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat


(17)

pengetahuan gizi. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari seperti makan yang tidak teratur, tidak sarapan pagi, atau bahkan tidak makan siang, serta sering mengkonsumsi jajanan.

Mahasiswa sebagai generasi muda dan merupakan aset SDM unggul di masa yang akan datang memerlukan perhatian khusus dalam mengonsumsi makanannya. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu mahasiswa sehari-hari tidak dapat diabaikan. Peranan tersebut terutama pada mahasiswa yang tidak cukup waktu untuk makan di rumah, makanan jajanan memberikan kontribusi zat gizi yang nyata.

Berdasasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah kartika (1998), menunjukkan bahwa yang mengunjungi restoran makanan cepat saji rata-rata masih berpendidikan SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas. Frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji rata-rata 1-2 kali semingu. Jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi ada fried chicken dan french fries. Jenis minuman yang dikonsumsi adalah soft drink. Sebagian besar


(18)

remaja berstatus gizi obese dan over weight selain itu kebanyakan responden ternyata memiliki kebiasaan makan lebih pada saat sedih dari pada saat senang.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh "Health Education Authority", usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu fast food. Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat kita, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda (Rumawas, 2006). Penelitian yang menggunakan standar Nutrition community health survey (NCHS) dari WHO tersebut juga menemukan fakta, 50 persen dari remaja yang mengalami obesitas ternyata pengkonsumsi setia makanan cepat saji.

Menurut Allecia Mcleod dalam Pratiwi (2011), frekuensi makan makanan cepat saji para remaja yaitu sekali seminggu atau lebih mencapai 41,1% (n = 85) dan mayoritas tempat makanan cepat saji yang dikunjungi adalah Mc Donald sebesar 41,2%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2007) di Lampung sebagian frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji di restoran waralaba berkisar antara 1-10 kali dalam sebulan. Di kota besar banyak ditemukan konsumen yang memilih menu makanan cepat saji, karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri. Selain itu pada kalangan tertentu mengonsumsi makanan cepat saji juga menjadi bagian dari gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang ada di kota medan yang terletak di Jalan Dr. Mansyur dan merupakan universitas negeri tertua di luar


(19)

Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara terdiri dari 14 fakultas yang salah satunya adalah Fakultas Kedokteran dan sebagian besar mahasiswanya adalah anak perantauan yang bertempat tinggal di sekitar kampus tersebut. Makanan yang dikonsumsi mereka selain dengan masak sendiri adalah rantangan dan membeli di warung dengan harga yang relatif terjangkau.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), terdapat 11 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih mengonsumsi makanan cepat saji seperti hamburger, ayam goreng kentucky, spaghetti, pangsit, bakso, mie ayam, dan siomay, dimana makanan cepat saji dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke. Padahal di kantin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara juga tersedia makanan sehat antara lain makanan pokok seperti nasi putih, lauk pauk seperti ikan, telur dan sayur-sayuran. Dengan latar belakang pendidikan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa kesehatan, kemungkinan besar mereka mengerti bahaya atau dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup (life style), lingkungan sosial (banyaknya penjual makanan cepat saji disekitar area kampus) dan padatnya aktivitas perkuliahan. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu yang lama, rasanya enak, sesuai selera mendorong mereka mengkonsumsi makanan cepat saji.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji.


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang konsumsi makanan cepat saji.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

2. Untuk mengetahui jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU mengenai perilaku mahasiswa tentang makanan cepat saji.

2. Sebagai masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU tentang gambaran jenis makanan cepat saji yang sehat dan tidak yang sehat di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran USU.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2002).

Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan


(22)

bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).

Makanan cepat saji seperti fried chicken dan French fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yokyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi pizza dan spaggethi. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih (Mudjianto dkk, 1994).

Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri psengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut.


(23)

2.1.1. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji

Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Dan berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh tren globalisasi :

1. Komposisi gizi Pizza (100 g)

Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3 g), Protein (3 g).

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g)

Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).

3. Komposisi gizi Donat (I bh = 70 g)

Kalori (210 Kkal), Lemak (8 g), Karbohidrat (32 g), Serat kasar (1 g), Protein (3 g), Gula (11 g), Sodium (260 mg).

4. Komposisi gizi Fried Chicken (100 g)

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g). 5. Siomay 170 gr 162 kalori

6. Mie bakso sepiring 400 kalori 7. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori 8. Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori 9. Kentang goreng mengandung 220 kalori


(24)

2.1.2. Dampak Negatif Makanan Cepat Saji.

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemdian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko kanker, terutama

5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga


(25)

menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

Garam dapat membuat masakan menjadi jauh lebih nikmat. Hampir semua makanan makanan cepat saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung natrium, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air. Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabka

Bahaya makanan cepat saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta penerhati nutrisi adalah sebagai berikut:

1. Sodium (Na) tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama degan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan cepat saji, yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol


(26)

dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan cepat saji akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.

2. Selain itu, beberapa menu dalam restoran fast food juga mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling bayak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 g atau satu sendok teh sehari (Septiyani, 2011).

2.1.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Cepat Saji

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan cepat saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan cepat saji beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan cepat saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan


(27)

ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarngi dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi minuman bersoda tinggi. Disamping itu, untuk mengurangi risiko makanan cepat saji yangn mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil. Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia, antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah.

5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makana cepat saji adalah hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti jus buah,


(28)

susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat dan dapat membantu memperlambat rasa lapar, sehingga akan menekan keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat untuk menikmati akan tertunda (Lubis, 2009).

Yang tergolong dalam makanan cepat saji modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis, chicken nugget. kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, siomai, mie pangsit, soto dan pecal.

2.2. Perilaku Makan Mahasiswa

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan.

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).

Benyamin Bloom (1903), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga dominan atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (effective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain ).


(29)

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.


(30)

4. Analisa

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannyya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003).

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.


(31)

Selain bersifat positif atau negatif, sikap mempunyai tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport dalam Notoadmojo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam penetuan sikap yang utuh.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek.

2. Merespon

Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh objek.


(32)

3. Menghargai

Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingat tiga (kecenderungan untuk bertindak).

4. Bertanggung jawab

Yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupkan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respoden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap suatu objek.

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap objek apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik kesehatan.

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yakni:


(33)

1. Praktik terpimpin

Apabila suatu objek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan meknis.

3. Adapsi

Adapsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukam modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmojo, 2005).

Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum alcohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degenerative (Baliwati dkk, 2004).

Mahasiswa, pada umumnya berusia diatas 18 tahun yang merupakan remaja tahap akhir. Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat


(34)

bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1997).

Menurut Asdi dalam Pratiwi (2011), selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk makanan cepat saji) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan.

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (Khumaidi, 1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Adapun perilaku makan yang ditujukan remaja adalah mengonsumsi makanan cepat saji. Kini makanan cepat saji telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota. Jenis makanan siap santap yang berasal dari negara barat seperti KFC, hamburger, pizza, dan berbagai jenis makanan


(35)

berupa keripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal makanan cepat saji dan junk food mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas (Mudjianto, 1993).

Penelitian Wijaya (2005), menunjukkan bahwa dari 177 mahasiswa di Surabaya 98,3% menyatakan pernah makan di restoran fast food dengan frekuensi kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali satu bulan. Di Kotamadya Bogor 83,3% remaja lebih memilih makanan siap saji modern (fast food) dibandingkan makanan cepat saji tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food ≥ 3 kali dalam seminggu (Suhartini, 2004) sedangkan Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa membeli makanan cepat saji dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu.

Menurut Robert dan Williams dalam Heryanti (2000), mengatakan kebiasan makan dan pilihan makanan dikalangan remaja ternyata lebih kompleks dan di pengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta psikososial.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku makan yang salah akan menyebabkan masalah gizi dan perilaku makan tersebut dipengaruhi oleh aneka faktor sosial, ekonomi, budaya dan ketersediaan pangan. Analisis menggunakan data Susenas menunjukkan adanya kecendrungan perilaku konsumsi makanan jadi (termasuk minuman) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi makanan yang berasal dari terigu seperti roti, mie, kue kering dan konsumsi kue basah serta minuman es merupakan bagian dari makanan tradisional yang cenderung menurun (Surbakti, dkk. 1997).


(36)

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor predisposisi

Adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

2. Faktor Pemungkin

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

3. Faktor Penguat

Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain : 1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jumlah dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.Hal penting yang perlu diketahui dalam food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih kualitatiif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari ( Supriasa, 2002).


(37)

Menurut Supriasa (2002) langkah –langkah pelaksanan food recall 24 jam ialah:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DGKA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Agar wawancara berjalan dengan sistematis, perlu dipersiapkan kuesioner sebelumnya agar wawancara terarah menurut urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu sehari dapat disusun berupa makan, pagi, siang, malam serta makanan jajanan (Supriasa, 2002).

2. Metode Perkiraan Makanan (Estimated Food Records)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam memperkirakan makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakaan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan untuk meneliti rata-rata auspan kelompok maka 1 (hari) umtuk 1 (satu) responden sudah memenuhi syarat.

Kelebihan metode Food Records ini adalah relatif murah dan cepat, lebih akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui


(38)

konsumsi zat sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supriasa, 2002).

3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam metode ini,responden diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail penjelasan makanan dan merk makanan (yang diketahu) juga harus dicatat. Metode ini lebih akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan asupan gizi seseorang.

Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat lebih teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal, bila dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerja sama yang baik dengan responden (Supriasa, 2002).

4. Metode Riwayat Makanan (Diatery History)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama yaitu sekitar 1 bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawncarai responden tentang kebiasaan pola makan secara keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu


(39)

waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari.

Kelebihan metode ini dalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi makan dalam waktu relative panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supriasa, 2002).

5. Metode Frekuensi Makanan ( Food Frequency)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makan seseorang.

Kelebihan metode ini adalah murah dan sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan keterampilan khusus, dan dapat menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan ,cukup menjemukan pewawancara dan responden harus jujur (Supriasa, 2002).


(40)

Menurut Supriasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah: 1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang

tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunanya dan ukuran porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi pengunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka konsep gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswatentang konsumsi makanan cepat saji

Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya yang akan diteliti mencakup variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji yang masing-masing variabel dilihat secara deskriptif.

Pengetahuan

Tindakan konsumsi fast food:

- Frekuensi - Jenis Sikap


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan capat saji.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran USU dengan pertimbangan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang berlatar belakang kesehatan dan di sekitar lingkungan kampus Fakultas Kedokteran USU banyak penjual makanan cepat saji.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Desember 2011

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 1815 orang.


(42)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode bukan acak (non random sampling) dengan teknik accidental sampling.

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2005): N

n =

1 + N (d²)

Dimana :

N = ukuran populasi n = ukuran sampel

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, ditetapkan sebesar 0,1 atau 10%.

Berdasarkan survei awal populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU adalah 1815 orang. Maka, sampel dari mahasiswa Fakultas Kedokteran USU adalah:

1815 n =

1 + 1815 (0,1²)

= 94,77 = 95

Jadi jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 95 orang. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa yang kebetulan ada pada saat penelitian dan bersedia diwawancarai, tidak sedang mengikuti aktivitas perkuliahan (dalam keadaan istirahat), dan mahasiswa yang berada di kantin.


(43)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti melalui

wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi data identitas responden (nama, jenis kelamin, umur) dan untuk mengetahui perilaku konsumsi makanan cepat saji, frekuensi dan jenis makanan cepat saji yang diperoleh berdasarkan pengisian Food Frequency Questionnaire (FFQ).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran USU berupa gambaran umum Fakultas Kedokteran USU dan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

2. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

3.6. Defenisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan adalah kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan tentang makanan cepat saji

2. Sikap adalah reaksi atau respon mahasiswa yang positif atau negatif terhadap konsumsi makanan cepat saji

3. Tindakan adalah reaksi atau perbuatan dari mahasiswa terhadap konsumsi makanan cepat saji yang diakibatkan oleh pengetahuan dan sikap.


(44)

4. Makanan cepat saji adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat, rendah serat dan tinggi lemak.

5. Konsumsi makanan cepat saji adalah seberapa sering seseorang mengonsumsi makanan cepat saji selama periode waktu tertentu (satu bulan).

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur perilaku responden yang meliputi pengetahuan, sikap,dan tindakan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiono, 2002).

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 75% dari total skor jawaban yang benar.

2. Kategori sedang adalah apabila responden mendapat nilai 45% - 75% dari total skor jawaban yang benar

3. Kategori kurang adalah apabila responden mendapat nilai < 45% dari total skor jawaban yang benar

3.7.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden mengenai makanan cepat saji yang dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 8 dengan total skor sebanyak 16 yaitu dengan kriteria sebagai berikut :


(45)

a. Untuk jawaban yang mempunyai 3 pilihan : - Jawaban (a) = 2

- Jawaban (b) = 1 - Jawaban (c) = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 7-12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Tingkat pengetahuan rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 7 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.7.2. Sikap

Sikap dapat diukur dengan pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 8 yang diajukan, total skor 16 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang mempunyai 2 pilihan :

- Jawaban setuju = 2

- Jawaban tidak setuju = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Sikap baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Sikap sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 7-12 dari seluruh pertanyaan yang ada.


(46)

- Sikap rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 7 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.7.3. Tindakan

Untuk mengetahui ukuran penilaian tindakan dari responden diukur dengan menggunakan formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ). Formulir ini terdiri dari pertanyaan mengenai frekuensi dari 15 jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dan total skor sebanyak 45 dengan kriteria sebagai berikut:

- Bila makanan cepat saji dikonsumsi 0-2 kali sebulan (diberi skor 3) - Bila makanan cepat saji dikonsumsi 3-4 kali sebulan (diberi skor 2) - Bila makanan cepat saji dikonsumsi 2-7 kali seminggu (diberi skor 1) Berdasarkan nilai jumlah nilai skor dikelompokkan menurut kelas interval dalam 3 kategori :

- Frekuensi konsumsi jarang apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 34 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Frekuensi konsumsi sering apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 20-34 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Frekuensi konsumsi sangat sering apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor < 20 dari seluruh pertanyaan yang ada.


(47)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.

3. Data entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data

3.8.2. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji. Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran USU diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1952 bertempat di Aula Fakultas Kedokteran di Jalan Seram Medan. Fakultas Kedokteran USU terletak di Jalan. Dr. Tengku Mansoer 9 Kampus USU Medan. Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 1815 orang.

Di sekitar kampus Fakultas Kedokteran USU ini terdapat banyak pedagang yang menjual makanan cepat saji seperti bakso, mie ayam, mie pangsit, siomay, mie goreng, mie instant dan ayam goreng kentucky.

4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh gambaran responden menurut jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah

n %

1 Laki-laki 33 34,7

2 Perempuan 62 65,3


(49)

Pada tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 95 responden terdapat 33 orang responden (34,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 62 orang responden (65,3%) yang berjenis kelamin perempuan.

4.2.2. Umur Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No Umur Jumlah

n %

1 17 4 4,2

2 18 11 11,6

3 19 22 23,2

4 20 16 16,8

5 21 23 24,2

6 22 `12 12,6

7 23 6 6.3

8 24 1 1,1

Jumlah 95 100,0

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa dari 95 responden Fakultas Kedokteran USU terdapat umur yang paling banyak adalah berumur 21 tahun sebanyak responden (24,2%).

4.3. Pengetahuan Responden

Secara umum pengetahuan responden mengenai makanan cepat saji dapat dilihat melalui hasil wawancara. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka pengetahuan dapat dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni kategori pengetahuan baik, sedang, dan kurang. Hasil pengukuran terhadap pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mengenai makanan cepat saji dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(50)

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Kategori Pengetahuan Jumlah

(Orang)

%

1 Baik 82 86,3

2 Sedang 13 13,7

3 Kurang 0 0

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (86,3 %) mahasiswa Fakultas Kedokteran USU memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan cepat saji dan selebihnya (13,7 %) memiliki pengetahuan yang sedang.

Pengetahuan responden yang diukur meliputi beberapa pertanyaan dalam kuesioner mengenai makanan cepat saji meliputi pengertian makanan cepat saji, zat gizi yang terkandung dalam makanan cepat saji, jenis-jenis makanan cepat saji, apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan, dampak mengonsumsi makanan cepat saji secara terus-menerus, cara mengatasi dampak makanan cepat saji, contoh makanan yang menyebabkan obesitas, ciri-ciri makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet. Gambaran pengetahuan responden secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini


(51)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Konsumsi

Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 No Pengetahuan

Jawaban responden

Skor 2 Skor 1 Skor 0

n % n % n %

1. Pengertian makanan cepat saji 90 94,7

5 5,3 0 0 2. Zat gizi yang terkandung dalam

makanan cepat saji

87 91,6

8 8,4 0 0 3. Jenis-jenis makanan cepat saji 63 66,3 32 33,7 0 0 4. Apakah makanan cepat saji baik

untuk kesehatan

38 40

27 28,4 30 31,6 5. Dampak mengonsumsi makanan

cepat saji

68 71,6

27 28,4 0 0 6. Cara mengatasi dampak dari

makanan cepat saji

75 78,9

19 20 1 1,1

7. Contoh makanan yang

menyebabkan obesitas

91 95,8

1 1,1 3 3,2 8. Ciri-ciri makanan cepat saji yang

mengandung bahan pengawet

79 83,2

12 12,6 4 4,2

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki pengetahuan baik (94,7%) pada pertanyaan mengenai pengertian makanan cepat saji dan (95,8%) pada pertanyaan contoh makanan yang menyebabkan obesitas Berdasarkan tabel di atas dapat juga diketahui bahwa sebagian besar dari mahasiswa kurang mengetahui frekuensi yang baik dalam mengonsumsi makanan cepat saji, dimana hanya ada 38 orang (40 %) yang menjawab baik, jika makanan cepat saji dikonsumsi tidak lebih dari 2 kali sebulan.

Pada pertanyaan mengenai apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan terdapat 30 orang mahasiswa (31,6 %) yang mendapat pengetahuan yang tidak baik,


(52)

dimana responden menjawab bahwa makanan cepat saji seperti hamburger, Ayam goreng kentucky, spagetty, tidak baik untuk kesehatan.

4.4. Sikap Responden

Berdasarkan hasil skoring dari pernyataan responden mengenai makanan cepat saji maka sikap responden dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni sikap dengan kategori baik, sedang, dan kurang. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Kategori Sikap Jumlah (Orang) %

1 Baik 59 62,1

2 Sedang 36 37,9

3 Kurang 0 0

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik tentang konsumsi makanan cepat saji sebanyak 59 orang (62,1%), sedangkan responden memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 36 orang (37,9%).

Sikap responden merupakan respon tertutupnya terhadap dampak makanan cepat saji bagi kesehatan, frekuensi mengonsumsi makanan cepat saji, cara mengatasi dampak makanan cepat saji. Gambaran sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut.


(53)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No Pernyataan Jawaban responden Jumlah

Setuju Tidak setuju

n % n % n %

1 Mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari dapat menyebabkkan obesitas

94 98,9 1 1,1 95 100,0

2 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya tidak lebih dari 2 kali sebulan

82 86,3 13 13,7 95 100,0

3 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya dalam porsi kecil

88 92,6 7 7,4 95 100,0 4 Sebagian besar makanan cepat saji

yang dijual di lingkungan sekitar kampus tidak aman dikonsumsi

31 32,6 64 67,4 95 100,0

5 Dari segi kesehatan, makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering

89 93,7 6 6,3 95 100,0

6 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya harus diimbangi dengan sayuran dan buah-buahan

92 96,8 3 3,2 95 100,0

7 Mengonsumsi ayam goreng

sebaiknya menyisihkan bagian kulit meskipun pada bagian tersebut memang paling nikmat.

66 69,5 29 30,5 95 100,0

8 Untuk meminimalkan efek negatif dari makanan cepat saji. Sebaiknya anda dapat juga membuat sendiri di rumah dengan menggunakan ayam kampung dan bumbu-bumbu yang aman.

91 95,6 4 4,2 95 100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 94 orang (98,9%) responden mahasiswa Fakultas Kedokteran USU setuju bahwa makanan cepat saji setiap hari dapat menyebabkkan obesitas. Terdapat 64 orang (67,4%) responden tidak setuju bahwa sebagian besar makanan cepat saji yang dijual di lingkungan sekitar kampus tidak aman dikonsumsi dan hanya 31 orang (32,6%) yang setuju.


(54)

4.5. Tindakan Responden

Tindakan responden dapat dilihat dari frekuensi konsumsi setiap makanan cepat saji. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka tindakan responden mengenai konsumsi makanan cepat saji dikategorikan menjadi 3 yakni frekuensi konsumsi jarang, sering, dan sangat sering. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Frekuensi Konsumsi Jumlah (Orang) %

1 Sangat sering 36 37,9

2 Sering 32 33,7

3 Jarang 27 28,4

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki frekuensi konsumsi sangat sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji yaitu sebanyak 36 orang (37,9 %), sedangkan sebagian responden memiliki frekuensi yang sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji yaitu sebanyak 32 orang (33,7%), dan frekuensi konsumsi jarang yaitu sebanyak 27 orang (28,4 %).

Tindakan responden dapat dilihat dari frekuensi konsumsi setiap jenis makanan cepat saji dalam satu bulan terakhir. Adapun tingkat frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.


(55)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dalam Satu Bulan Terakhir pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011.

NO Jenis makanan Frekuensi konsumsi dalam 1 bulan terakhir Jumlah 2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan

n % n % n % n %

1. Ayam Goreng

Kentucy

58 61,1 21 22,1 16 16,8 95 100,0

2. Hamburger 45 47,4 20 21,1 30 31,6 95 100,0

3. Pizza 22 23,2 41 43,2 32 33,7 95 100,0

4. Spaghetti 35 36,8 30 31,6 30 31,6 95 100,0

5. Sosis 34 35,8 26 27,4 35 36,8 95 100,0

6. Chicken nugget 46 48,4 22 23,2 27 28,4 95 100,0 7. Kentang Goreng 15 15,8 43 45,3 37 38,9 95 100,0 8 Mie ayam 51 53,7 25 26,3 19 20,0 95 100,0 9. Gorengan 66 69,5 25 26,3 4 4,2 95 100,0 10. Mie Pangsit 45 47,4 20 21,1 30 31,6 95 100,0

11. Donat 31 32,6 29 30,5 35 36,8 95 100,0

12. Bakso goreng/bakar

37 38,9 38 40,0 20 21,1 95 100,0 13. Mie goreng 53 55,8 15 15,8 27 28,4 95 100,0 14. Mie instant 60 63,2 22 23,2 13 13,7 95 100,0

15. Siomay 49 51,6 31 32,6 15 15,8 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU adalah gorengan merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi setiap hari dengan persentase 69,5% yaitu 66 orang dilanjutkan dengan konsumsi mie instant sebanyak 60 orang (63,2%) selanjutnya konsumsi ayam goreng kentucky dengan persentase 61,1% yaitu 58 orang selanjutnya konsumsi mie goreng 53 orang (55,8%) dan yang terakhir mie ayam dengan persentase 53,7% yaitu 51 orang sedangkan jenis makanan cepat saji yang paling jarang dikonsumsi adalah kentang goreng dengan persentase 15,8% yaitu 15 orang dan pizza dengan persentase 23,2% yaitu sebanyak 22 orang.


(56)

4.6. Tabulasi Silang Pengetahuan terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji

Tabulasi silang antara pengetahuan dengan frekuensi konsumsi makanan

cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

Pengetahuan Responden

Frekuensi Konsumsi Makanan

Cepat Saji Jumlah

Sangat sering

Sering Jarang

n % n % n % n %

Sedang 4 30,8 2 15,4 7 53,8 13 100,0

Baik 32 39,0 30 36,6 20 24,4 82 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang memiliki pengetahuan baik mengenai makanan cepat saji cenderung memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sangat sering, dimana dari 82 orang mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik, ada 39,0% mengonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi 2-7 kali dalam seminggu.. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang sedang masih memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang jarang, dimana dari 13 orang responden, ada 53,8% mengonsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi 3-4 kali dalam sebulan.


(57)

4.7. Tabulasi Silang Sikap terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji

Tabulasi silang antara sikap dengan konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Sikap Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 Sikap Responden Frekuensi Konsumsi Makanan

Cepat Saji Jumlah

Sangat sering

Sering Jarang

n % n % n % n %

Sedang 11 30,6 10 27,8 15 41,7 36 100,0

Baik 25 42,4 22 37,3 12 20,3 59 100,0

Berdasarkan tabel tabulasi silang sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran USU terhadap frekuensi konsumsi makanan cepat saji, dapat dilihat bahwa dari 59 orang responden yang memiliki sikap dengan kategori baik, ada 42,4 % memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sangat sering yaitu 2-7 kali seminggu.. Mahasiswa yang memiliki kategori sikap sedang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang, dimana dari 36 mahasiswa, ada 41,7% yang frekuensi konsumsi makanan cepat saji 3-4 kali sebulan.


(58)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang konsumsi makanan cepat saji yang dilihat dari frekuensi makan dan jenis makanan yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1. Pengetahuan Mahasiswa tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi makanan cepat saji yaitu sebanyak 86,3%. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa responden sudah mengetahui berbagai macam tentang makanan cepat saji. Dalam hal ini mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik disebabkan karena latar belakang pendidikan mahasiswa adalah di bidang kesehatan dan sudah banyaknya sumber informasi mengenai makanan cepat saji. Seperti penjelasan Bloom yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah dengan mengetahui situasi dan rangsangan yang dapat mempermudah terjadinya perilaku seseorang sehingga dengan keadaan pengetahuan mahasiswa yang baik kemungkinan dapat mendorong mahasiswa untuk dapat memilih dan melihat jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata mahasiswa telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai konsumsi makanan cepat saji. Para


(59)

mahasiswa mengetahui pengertian makanan cepat saji, jenis-jenis makanan cepat saji, apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan, dampak mengonsumsi makanan cepat saji secara terus-menerus, cara mengatasi dampak makanan cepat saji, contoh makanan yang menyebabkan obesitas, ciri-ciri makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet.

Konsumsi makanan cepat saji telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota, termasuk pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Jenis makanan siap santap yang berasal dari negara barat seperti KFC, hamburger, pizza, dan berbagai jenis fast food sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal makanan cepat saji mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas (Mudjianto, 1993).

Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.

5.2. Sikap Mahasiswa tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji

Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki sikap baik tentang konsumsi makanan cepat saji yaitu sebanyak 62,1%. Menurut Notoatmdojo (2003), Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, sikap ini masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Dari pemaparan


(60)

di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki sikap baik terhadap konsumsi makanan cepat saji.

Dari sikap yang ditunjukkan oleh mahasiswa terhadap beberapa pernyataan tentang konsumsi makanan cepat saji, dapat dilihat bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran USU memiliki sikap yang baik. Sebagian besar mahasiswa menyatakan setuju bahwa dengan mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari dapat menyebabkan obesitas. Hal ini dibuktikan oleh Morgan Spurlock yang membuat film berjudul “Super Size Me”. Dalam film tersebut digambarkan bagaimana ia mengkonsumsi fast food setiap hari baik itu saat sarapan, makan siang, dan makan malam dalam waktu 30 hari. Ternyata hasil yang didapat sangat mencengangkan. Morgan Spurlock mengalami kenaikan berat badan yang drastis, perut semakin membuncit, kenaikan kadar gula darah dan kolesterol, tekanan darah yang jauh di atas normal dan 2 kali lebih rentan terkena gagal jantung serta perubahan perilaku (Anonim, 2011).

Sikap mahasiswa yang lain yang menunjukkan ke arah kurang baik adalah pernyataan mahasiswa yang tidak setuju bahwa sebagian besar makanan cepat saji yang dijual di lingkungan sekitar kampus tidak aman dikonsumsi, padahal dapat dilihat bahwa makanan cepat saji yang dijual di depan kampus USU (dipinggir jalan) belum tentu aman dikonsumsi dimana tempat para penjual makanan langsung berhadapan dengan jalan raya dimana polusi udara banyak bertebaran di udara. Bahan pencemar banyak dijumpai pada makanan, terutama makanan jajanan yang dijajakan dipinggir jalan. Salah satu yang menyebabkannya adalah pencemar yang berasal dari luar makanan, seperti bakteri dan debu (Sediaoetama, 2009). Bakteri atau debu dapat


(61)

masuk pada saat proses pengolahan yang tidak bersih. Selain itu juga kemungkinan terdapat cemaran kimia berupa bahan tambahan pangan yang melebihi batas pemakaian yang diperbolehkan.

Sebagian mahasiswa (30,5 %) menyatakan tidak setuju jika mengonsumsi ayam goreng sebaiknya menyisihkan bagian kulit meskipun pada bagian tersebut memang paling nikmat. Padahal pada bagian kulit ayam, lemak yang terkandung di dalamnya cukup banyak dan tidak baik untuk kesehatan.

5.3. Tindakan Mahasiswa tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik), sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmodjo, 2005).

Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sangat sering yaitu sebanyak 37,9%. Tindakan seseorang tidak selalu dapat diukur berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikapnya. Sesorang yang berpengetahuan dan bersikap baik belum berarti memiliki tindakan yang baik pula. Seseorang yang berada dalam satu kelompok akan membuka kemungkinan untuk memperngaruhi dan dipengaruhi oleh anggota-anggota kelompok lain (Noromadmodjo, 2003).

Dalam hal ini, peneliti berasumsi bahwa tindakan mahasiswa dalam mengkonsumsi makanan cepat saji sangat berkaitan dengan lingkungan sekitar yang mendorongnya untuk mengkonsumsi fast food, seperti ajakan teman, banyaknya jenis fast food yang dijual disekitar kampus serta padatnya aktivtas perkuliahan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Hal ini sejalan dengan penelitian Wijaya (2005), dimana


(1)

Frekuensi konsumsi sosis

34 35.8 35.8 35.8

26 27.4 27.4 63.2

35 36.8 36.8 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi chicken nugget

46 48.4 48.4 48.4

22 23.2 23.2 71.6

27 28.4 28.4 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi bakso goreng/bakar

37 38.9 38.9 38.9

38 40.0 40.0 78.9

20 21.1 21.1 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi mie ayam

51 53.7 53.7 53.7

25 26.3 26.3 80.0

19 20.0 20.0 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi gorengan

66 69.5 69.5 69.5

25 26.3 26.3 95.8

4 4.2 4.2 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Frekuensi konsumsi mie pangsit

45 47.4 47.4 47.4

20 21.1 21.1 68.4

30 31.6 31.6 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi donat

31 32.6 32.6 32.6

29 30.5 30.5 63.2

35 36.8 36.8 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi kentang goreng

15 15.8 15.8 15.8

43 45.3 45.3 61.1

37 38.9 38.9 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi mie goreng

53 55.8 55.8 55.8

15 15.8 15.8 71.6

27 28.4 28.4 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi konsumsi mie instan

60 63.2 63.2 63.2

22 23.2 23.2 86.3

13 13.7 13.7 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Frekuensi konsumsi siomay

49 51.6 51.6 51.6

31 32.6 32.6 84.2

15 15.8 15.8 100.0

95 100.0 100.0

2-7 kali seminggu 3-4 kali sebulan 0-2 kali sebulan Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi Konsumsi Fast food

36 37.9 37.9 37.9

32 33.7 33.7 71.6

27 28.4 28.4 100.0

95 100.0 100.0

sangat sering sering jarang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Tabulasi Silang Pengetahuan terhadap Frekuensi Konsumsi

Makanan Cepat Saji

Crosstabs

Case Processing Summary

95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

Jumlah Hasil

Pengetahuan * Frekuensi Konsumsi Fast food

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jumlah Hasil Pengetahuan * Frekuensi Konsumsi Fast food Crosstabulation

4 2 7 13

30.8% 15.4% 53.8% 100.0%

11.1% 6.3% 25.9% 13.7%

4.2% 2.1% 7.4% 13.7%

32 30 20 82

39.0% 36.6% 24.4% 100.0%

88.9% 93.8% 74.1% 86.3%

33.7% 31.6% 21.1% 86.3%

36 32 27 95

37.9% 33.7% 28.4% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

37.9% 33.7% 28.4% 100.0%

Count

% within Jumlah Hasil Pengetahuan % within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

Count

% within Jumlah Hasil Pengetahuan % within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

Count

% within Jumlah Hasil Pengetahuan % within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

Sedang

Baik Jumlah Hasil

Pengetahuan

Total

sangat sering sering jarang Frekuensi Konsumsi Fast food


(5)

Tabulasi Silang Sikap terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan

Cepat Saji

Crosstabs

Case Processing Summary

95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

Jumlah Hasil Sikap * Frekuensi Konsumsi Fast food

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jumlah Hasil Sikap * Frekuensi Konsumsi Fast food Crosstabulation

11 10 15 36

30.6% 27.8% 41.7% 100.0%

30.6% 31.3% 55.6% 37.9%

11.6% 10.5% 15.8% 37.9%

25 22 12 59

42.4% 37.3% 20.3% 100.0%

69.4% 68.8% 44.4% 62.1%

26.3% 23.2% 12.6% 62.1%

36 32 27 95

37.9% 33.7% 28.4% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

37.9% 33.7% 28.4% 100.0%

Count

% within Jumlah Hasil Sikap

% within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

Count

% within Jumlah Hasil Sikap

% within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

Count

% within Jumlah Hasil Sikap

% within Frekuensi Konsumsi Fast food % of Total

sedang

baik Jumlah Hasil Sikap

Total

sangat sering sering jarang Frekuensi Konsumsi Fast food


(6)

Formulir Frekuensi Makanan

Nama

:

Umur

:

Jenis kelamin :

Berilah tanda ceklist (

√) pada jawaban yang anda pilih

No

Nama

makanan

Berapa kali anda mengkonsumsi jenis makanan fast food

dalam satu bulan terakhir ?

2-7x/mgg

3-4x/bln

0-2x/bln

1.

Ayam goreng

kentucky

2.

Hamburger

3.

Pizza

4.

Spagthetti

5.

Sosis

6.

Chicken nugget

7.

kentang goreng

8.

Mie ayam

9.

Gorengan

10.

Mie Pangsit

11.

Donat

12.

Bakso

goreng/bakar

13.

Mie goreng

14.

Mie instant

15.

Siomay