Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, baik dalam perekonomin, perdagangan, maupun dalam hal teknologi. Perkembangan teknologi sekarang ini berdampak signifikan mempengaruhi kehidupan masyarakat global. Perkembangan teknologi tersebut dapat mempermudah dan memperluas ruang gerak manusia, termasuk dalam hal transaksi. Perkembangan di bidang informatika telah mengubah cara pandang sebagai pelaku ekonomi di bidang bisnis komersial. Dengan sistem ini masyarakat, khususnya ekonomi menengah ke atas menggunakan kartu kredit sebagai alat transaksi yang simpel. Kecanggihan teknologi komputer memudahkan menyimpan dan mengola data yang diinginkan. Selain memiliki dampak positif, pemanfaatan jasa komputer juga berdampak negatif, berupa timbulnyah kejahatan baru. Namun seiring kemajuan teknologi, khususnya dalam bidang transaksi, modus operandi pencurian pun semakin canggih. Hanya dengan memakai kode-kode tertentu dapat membobol rekening orang lain. Idealnya kemajuan teknologi dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia itu sendiri, sehingga diharapkan terciptanya ketertiban dan keamanan serta usaha untuk melindungi dan mengayomi masyarakat dapat tercapai. 1 Lihat saja laporan soal penerbitan kartu yang masuk ke Bank Indonesia BI. Ada 56.900 kasus kejahatan alat pembayaran menggunakan kartu APMK selama 2006. Total kerugian yang dialami ngara mencapai Rp36 miliar. Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia AKKI juga cukup mencengangkan. Selama periode Juli 2003- April 2006, tercatat ada 89 kasus dengan total kerugian mencapai Rp41 miliar. Artinya, kalau dihitung rata-rata untuk satu kasus telah terjadi kerugian sebesar Rp 4,6 miliar. Belum lagi, data dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI yang memperlihatkan bahwa dari sejumlah permasalahan yang ada di perbankan, lebih dari separohnya merupakan kasus kartu kredit. Sampai November 2006, jumlah pengaduan konsumen yang mengalami masalah dengan bank sebanyak 92 kasus. Sementara pada 2005 jumlahnya lebih banyak lagi, yakni sebanyak 337 kasus. 1 Data dari ketiga lembaga tersebut semakin memperlihatkan bahwa kejahatan berbasis kartu kian memperihatinkan. Selain jumlahnya yang meningkat, modus kejahatannya pun makin canggih. Modus yang terbilang cukup canggih ditemukan pada kasus-kasus counterfeiting. Pelaku menyasar kartu-kartu berbasis magnetic stripe yang digesekan pada alat tertentu yang berfungsi seperti electronic data capturing EDC. Untuk modus kejahatan wire tapping penyadapan, si pelaku melakukan penyandapan informasi melalui jaringan telepon, PABX atau LAN yang terhubung dengan jaringan EDC. Ketika melakukan transaksi di mesin EDC yang sudah disadap, secara otomatis 1 Diakses pada tanggal 22 Desember 2001 dari http:www.hukumonline.comdetail.asp?id= 16399cl=Berita. informasi yang ada di kartu akan tersalin semua. Setelah pelaku kejahatan mendapatkan informasi, mereka membuat kartu tiruan dan melakukan transaksi. 2 Tindakan kejahatan pencurian dengan kartu kredit atau sering disebut carding merupakan salah satu bentuk atau tidak dimensi tindakan kejahatan pada masa kini yang mendapatkan perhatian luas dan sangat serius oleh dunia internasional. Carding adalah suatu bentuk kejahatan menggunakan kartu kredit orang lain untuk dibelanjakan barang demi kepentingan peribadi tanpa sepengetahuan pemiliknya. 3 Indonesia yang nota bene sebagai negara hukum harus bisa mengakomodasi ketentuan hukum tindak pidana yang juga semakin canggih ini, karena sifat hukum yang dinamis, tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dan pekembangan zaman. Khusus untuk kejahatan kartu ATM atau debit, biasanya yang sering terjadi adalah pencurian nomor PIN. Modusnya, pelaku kejahatan akan mengintip nasabah saat memasukan nomor PIN di mesin ATM. Atau, pemegang kartu ATM diminta memperlihatkan nomor kartu yang kemudian disalin ke kartu palsu. Bisa juga si pelaku berpura-pura mengalami kesulitan dalam memakai ATM dan minta dicontohkan. Bahkan, ada pelaku kejahatan yang mengaku sebagai pegawai bank yang mencoba membantu nasabah yang kesulitan dalam perubahan nomor PIN yang lalu menyalin nomor kartu dan PIN si nasabah. 2 Ibid. 3 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung: PT Angkasa, 1988, h. 1. Modus operandi yang cerdas dan canggih ini salah satunya adalah dengan menggandakan mencopy data-data, baik kode-kode maupun PIN yang terdapat di credit card seseorang, selanjutnya dibuat credit card baru dengan memakai data-data credit card yang dicopy tersebut. Pencurian data maupun PIN Personal Identity Number di dalam kartu kredit yang selalu tak terlihat, karna kejahatan tersebut di lakukan dengan sangat rapih, sehingga kejahatan ini tumbuh dan berbahaya. Tindak kejahatan pencurian data atau PIN dari kartu kredit merupakan salah satu bentuk atau dimensi tindak kejahatan pencurian yang tergolong baru dan tindakan kejahatan pada masa kini yang mendapatkan perhatian yang dunia internasional. Data-data yang ada di dalam kartu kredit tersebut dicopy dengan menggunakan sebuah alat yang di sebut dengan skimmer. Setelah itu data tersebut disimpan di komputer, lalu ia kartu tersebut digandakan dengan memakai data-data kartu kredit yang telah dicopy. Pencurian merupakan tindakan kejahatan yang bisa menggoncangkan stabilitas keamanan terhadap harta dan jiwa masyarakat. Oleh karena itu, al-Quran melarang keras tindakan kejahatan tersebut dan menegaskan ancaman secara rinci dan berat atas diri pelanggarnya. 4 Ketegasan aturan hukum pencurian merupakan pengakuan Islam akan hak milik dan hak perlindungan harta dengan cara mengatur perpindahan secara adil. Di dalam hukum Islam, mencuri bukan hanya merugikan orang lain secara individu, 4 Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia; Peluang, Prospek, dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, cet. ke-1, h.108. tetapi juga mempengaruhi sosial masyarakat luas, bangsa atau kemanusian itu sendiri, bahkan secara vertikal mencuri itu juga termasuk menzalimi Allah SWT. 5 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka Penulis tertarik untuk menganalisis putusan Perdilan Negeri Jakarta Selatan dalam tindakan pencurian dengan cara mencopy PIN dan data yang berada di dalam kartu kredit persepektif hukum Islam dan hukum pidana. Berdasarkan konsidern di atas, penulis ingin menuangkan masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah dan kemudian di kemas dengan judul ”TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN DUPLIKASI CREDIT CARD ” Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 1256Pid.B2009PN. Jak-Sel.

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.