Dasar Hukum MENURUT HUKUM ISLAM 1. Hukum Pidana Islam

c Sumpah yang mardud yaitu supah pencuri itu di kembalikan kepada orang yang terdakwa. Pencuri mengaku telah melakukan kesalahan tindakan pencurian, dengan membuat pengakuan hanya melakukan sekali saja dan pengakuan itu dibuat di depan majlis hakim. Untuk membenarkan kebenaran saksi-saksi bagi membenarkan kesalahan pelaku itu mengenai harta atau barang yang dicuri, cara pencurian, tempat pencurian, waktu pencurian dan lain-lainnya. Hakim hendaknya juga menanyakan kepada saksi-saksi itu hubungan antara orang yang menjadi korban pencurian dan orang yang mencuri.

3. Dasar Hukum

Sesuai dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 38 ﻪﱠ او ﻪﱠ ا ﻻﺎﻜ ﺎ ﺴآ ﺎ ءاﺰﺟ ﺎ ﻬ ﺪْأ اﻮ ﻄْﻗﺎﻓ ﺔﻗرﺎﱠﺴ او قرﺎﱠﺴ او ﻜﺣ ﺰ ﺰ ةدءﺎ ا Artinya:“Laki-laki yang mencuri dan permpuan yang mencuri, potonglah tangan keduanyah sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari allah. dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.Q.S.Al-Maidah 4:38. 17 17 DEPAG. RI, Al-Quran dan Terjemah. Surabaya: Duta Ilmu, 2005 Adapun dasar hukum didalam hadts Nabi Muhammad SAW yang diriwatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi sebagai berikut: ﱠﻟا لﻮ ر لﺎ لﺎ ةﺮْﺮه ﻰﺑأ ْﻦ ﺻ قرﺎﱠﺴﻟا ﱠﻟا ﻦ ﻟ ﻢ و ﻴ ﷲا ﻰ ﺪ ﻄْ ﺘﻓ ْﺤْﻟا قﺮْﺴ و ﺪ ﻄْ ﺘﻓ ﺔﻀْﻴ ْﻟا قﺮْﺴ ﻢ ﺴ اور Artinya:Dari Abu Hurairah ra. Katanya:Rasulullah SAW bersabda: Allah melaknat seorang pencuri yang mencuri telur sehingga harus di potong tangannya kemudian ia mencuri tali lalu dipotong tangannya. HR.Muslim 18 Ketegasan aturan mengenai “mencuri’ ini merupakan pengakuan Islam akan hak milik atas harta benda serta perlindungannya secara adil. Tulisan ini tidak akan membahas apakah format hukum potong tangan harus dilakukan sekarang. Di dalam islam, bukan hanya dianggap merugikan orang yang dicuri secara individual, tetapi secara sosial masyarakat, sebuah bangsa, atau kemanusian itu sendiri bahkan secara vertikal mencuri itu termasuk mendholimi Allah SWT. Hukuman potong tangan, yang sering di pandang sebagai tidak manusiawi bagi yang menentangnya atau sebagai hukuman yang serta merta di jalankan apa adanya bagi pendukung literalnya. Tanpa perktek tidaklah di lakukan tanpa konteks. Para ahli hukum islam sering mencontohkan kisah yang terjadi 18 Al-Imam Abi al-Husaini Muslim bin Al-Hajjaji Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 3, Arabiyah: Darul Kutub As-Sunnah, hal.543 pada masa khalifah kedua Umar bin Khatab yang tidak menghukum pencuri yang justru mengancam akan menghukum yang dicuri atau tuan sang pencuri. 19 Dikisahkan pada suatu ketika terjadi musim paceklik ada kasus pencuri yang dilaporkan kepada Umar untuk dihukum, tetapi Umar menolak untuk menghukum, alasanya karena musim paceklik mngkin orang itu terpaksa untuk mencuri dikarenakan ia takut mati kelaparan. sebaliknya Umar malah balik mengancam, “ Kalau kamu terus menerus melaporkan pencuri hartamu padahal kamu kaya. Malah nanti tangan kamu yang saya potong, dikarenakan kamu yang menjadi penyebab orang ini lapar. 20 . Dalam kisah lain disebutkan ada dua orang hamba sahaya yang mencuri dari tuanya karena ia tidak diberi makan yang cukup, dan Umar tidak menghukumnya, tetapi ia mengancam akan memotong tangan tuanya. Kisah Serupa juga bisa didapati pada suatu kisah ketika ada beberapa budak milik Hatnib bin Abi Balt’ah mencuri seekor unta kepunyaan tetangga, dan ia menyembelihnya, lalu Umar bin Khatab menerima pengaduan tetapi ia tidak segera menjatuhkan hukuman melainkan terlebih dahulu menanyakan kepada budak-budak terlebih dahulu, tentang sebab-sebab mengapa ia mencuri. Ternyata mereka benar-benar terpaksa untuk mengisi perut karena ditelantarkan oleh majikannya. Umar benar-benar marah kemudian Hathib segera dipanggil dan di 19 Ibid h 79 20 Ibid h 68 paksanya untuk mengganti unta yang dicuri oleh budak-budaknya. Sementara budak-budak itu sendiri ia bebaskan dari segala tututan. 21 . Hal ini menunjukan bahwa dalam pelaksanaanya hukuman itu melihat konteks atau pra-kondisinya. Setiap keputusan hukum memiliki apa yang disebut dengan ‘illat sebab, rasio-logis tentang kenapa hukum itu diterapkan . Jadi apabila pra-kondisinya tidak terpenuhi maka hukum itu sendiri tidak bisa berjalan.

4. Unsur Pencuri Menurut Hukum Islam