Pengertian dan Sanksi Pencurian dalam Hukum Islam.

tindak pidana yang belum di tetapkan oleh syara 7 . Dari definisi ta’zir dapat di ketahui bahwa hukuman taa’zir adalah hukuman yang belum di tetapkan oleh syara’ dan wewenang untuk menetapkannya kepada Ulil Amri. Melihat dari gambaran dari persepsi hukum pidana islam. Maka penulis menyelaraskan terkait dengan pencurian kartu kerdit sesuai dengan tujuannya sama dengan jarimah hudud yang diartikan dengan tindakan pencurian saja yang akan lebih lanjut.

2. Pengertian dan Sanksi Pencurian dalam Hukum Islam.

Hukuman pencuri disebut lebih banyak dari hukuman pelanggaran lain. Disebabkan adanya gambaran bahwa potong tangan bagi pencuri merupakan jalan satu-satunya menyelesaikan tiap bentuk penyimpangan yang sering terjadi di masyarakat. Melihat hukum Islam tentang definisi pencuri dan syarat yang berkaitan dengan potong tangan. Sebaiknya di teliti terlebih dahulu. Ada baiknya jika kita memaparkan secara luas untuk mengetahui apakah benar hukuman potong tangan itu merupakan hukuman yang sangat kejam. Pengertian pencuri dalam kitab Fathul Qorib mendefinisikan pencuri adalah pengambilan harta benda secara sembunyi-sembunyi dari pemiliknya atau orang yang menggantikan posisinya 8 7 Abu Alhasan Al-Mwardi “Al-Ahkam As-Sultoniyah, Mustofa Al-Baby Al-Halaby,Mesir, cet lll, th 1975, hal .26. 8 Muhammad Bin Qsim Al-Gozi As-Syafi’I, Fatul Qorib Al Mujib, Toko Kairo, Tasik Malaya , h 57 Kemudian Al-jaziri menambahkan definisi pencurian mencangkup arti yang sangat luas, artinya yang dimaksud dengan pencuri adalah mengambilnya seseorang yang berakal dan dewasa baligh terhadap satu barang yang telah di tentukan nasibnya yang tersimpan bagi pemilik orang lain dan rahasia baik mengambilnya secara berangsur atau secara kontan 9 . Sang pencuri dalam ke adaan normal tidak ada paksaan dari pihak lain, seorang muslim, baik laki-laki maupun permpuan, baik orang itu merdeka ataupun budak. Sedangkan Pencuri menurut A.Qodir Audah dibagi menjadi dua jenis, yaitu pencuri ringan dan pencuri yang berat. Pencuri ringan adalah pengambilan oleh seorang mukallaf terhadap harta milik orang lain dengan cara diam-diam, pencuri berat yaitu dengan menggunakan kekerasan. Sedangkan pengambilan barang tersebut telah sampai nisabnya dari tempat simpanan tanpa ada yang subhat dalam barang yang di ambil tersebut, perbedaan pencuri ringan dan pencuri berat di tentukan dari cara pengambilannya. Pencuri ringan cara pengambilan hartanya dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik dan tanpa seprtujuan pemiliknya, sedangkan pencuri berat cara pengambilan harta dilakukan sepengetahuan pemiliknya dan walaupun ada ketidaksetujuan pemiliknya. Adapun mengenai rukun pencurian diantaranya adalah : 9 Al-zaziri, Al-fiqih Al-Mazahib Al-Arba’ah, Bairut : Dar Al-fikir, h.418. a Syariq pelaku pencuri Bagi pelaku diisaratkan adanya kelayakan mendapatkan hukuman potong tangan. Seorang pencuri yang layak untuk di potong tangan . manakalah ia sudah berakal dan baligh, oleh karna itu hukuman potong tangan tidak mengenai anak kecil dan orang gila. Apabila anak kecil dan orang gila ikut serta beserta sekelompok orang, alasan itu di karnakan pecuri itu adalah satu, sementara pelakunya adalah orang yang bisa dikenai hukuman potong tangan, ini di samakan dengan orang yang lupa dan sengaja bekerja sama dalam sebuah perbuatan pidana. Pelaku pencuri disyaratkan tidak dalam keadan paksaan orang lain. Imam Nawawi menjelaskan bahwa perncuri yang dalam keadan paksaan orang lain atau orang itu sebagai kafir harbi tidak di kenakan hukuman potong tangan 10 b Masyruq barang curian Syarat-sayarat masyruq adalah pertama, barang yang dicuri berupa harta yang dimuliakan. Seseorang mencuri alat-alat permainan atau barang-barang yang di haramkan itu tidak dapat di potong tangan, Kedua bukan milik pelaku. Disyaratkan dalam pidana pencuri bahwa sesuatu yang dicuri itu merupakan “milik orang lain” yang dimaksud milik orang lain adalah pencuri harta curianya dari tempat penyimpanan yang terpelihara. Ketentuan adalah “peristiwa kejadian” barang tersebut tidak terjadi subhat, ketiga barang yang tersipan. Artinya memiliki tempat penyimpanan yang aman dan layak, tempat penyimpanan harta 10 Diakses pada tanggal 03 Februari 2010 dari http:www.pesantren .com di bagi menjadi dua yaitu tempat yang disediakan khusus untuk penyimpanan barang dan tidak setiap orang di perbolehkan masuk tanpa seizin pemiliknya dan barang tersebut dalam penjagaan peribadi. Keempat, barang tersebut telah di tentukan kadarnya. Dan tidak ada unsur subhat didalam harta tersebut. c Saraqah pencuri Pengambilan oleh seorang mukalaf terhadap milik orang lain dengan cara diam-diam sesuai dengan rukun-rukun di atas. Mengenai syarat-syarat pencurian di bagi tiga bagian , yaitu • Pencuri tidak meragukan barang yang di curi, apakah barang tersebut milik pribadi atau milik umum. Syarat semacam ini di sebutkan oleh pakar fiqih bahwa penguasa atas barang yang bersifat harta di serahkan kepada pemeliharaanya kepada umat islam seperti harta yang disimpan pada kas Negara. Jenis pencurian ini tidak di kata gorikan sebagai pencuri karna dapat keraguan hak milik bagi seorang pencuri. • Pencurian dilakukan di tempat yang sepi. Dengan syarat ini pencuri yang di lakukan dalam kondisi terang-terangan Tempat umum, di kendaraan, di jalan raya atau pelanggaran secara paksa atas harta benda belum juga di kata gorikan pencurian. Pencuri jenis ini tidak boleh dilakukan hukuman potong tangan. Pelanggran jenis ini hanya di lakukan hukuman ta’zir. • Barang yang dicuri harus ditempat yang telah di jaga syarat yang berikut, berarti mengambil suatu barang yang harus di jaga dan terpelihara 11 :. Adapun ada beberapa persoalan yang di sepakati oleh para ahli fiqih, tidak bolehnya potong tangan terhadap pencuri, jika salah satu syarat tidak terpenuhi dengan katagorinya. Diantara syarat-syarat yang tidak boleh di gunakan potongan tangan adalah: 12 a. Kalau pencuri itu masih mempunyai hak atas barang yang di curi. b. kalau pencuri terjadi pada tempat umum dan pencuri ikut bekerja didalamnya atau di tempat yang lain yang telah diizinkan pencuri memasuki tempat itu sedang barang yang di curi itu tidak terjaga dan terpelihara. c. jika pencuri itu terjadi di antara bapak dan anak atau terjadi antara suami dan istri. d. Jika pemilik barang itu tidak di ketahui identitasnya. Mengenai sanksi terhadap tindak pidana pencurian meliputi dua hal yaitu: 1. Hukum Potong Tangan Hukuman potong tangan merupakan hukuman pokok dari tidak pidana pencurian, hukuman potong tangan merupakan Hak Allah SWT yang tidak bisa di gugurkan, baik oleh korban maupun Ulil Amri. Dan adapun beberapa persyaratan hukum potong tangan bagi pencuri yaitu: 11 Ahmad Abdul Majid, Hakikat Hukum Allah, Mutiyara Ilmu, surabya 1995, h. 66. 12 Ibid h,68 a. Nilai harta yang dicuri jumlahnya mencapai 1 nisab yaitu kadar harta tertentu yang di tetapkan sesuai dengan undang-undng. b. Barang yang dicuri itu dapat di perjual belikan. c. Barang atau uang yang dicuri bukan milik baitul mal. d. Pencuri usianya sudah dewasa. e. Perbuatan dilakukan atas kehendaknya bukan atas paksaan orang lain. f. Tidak dalam kondisi dilanda krisis ekonomi. 13 Hukuman potong tangan dikenakan terhadap pencuri yang pertama dengan cara memotong tangan pencuri dari pergelangan tangannya. Apabila ia mencuri untuk yang kedua kalinya maka ia dikenai hukuman kaki kirinya. Dan apabila melakukan untuk yang ketiga kalinya, para ulama berbeda pendapat. 2. Pengganti Kerugian Dam Menurut Imam Abu Hanifah dari murid-muridnya, pengertian kerugian dapat dikenakan terhadap pencuri apabila ia tidak dikenai hukuman potong tangan. Akan tetapi, Jika hukuman itu dilaksanakan, maka pencuri tersebut tidak dikenai hukuman pengganti kerugian. 14 Dengan demilkian menurut mereka, hukuman potong tangan dan pergantian kerugian tidak dapat di laksanakan sekaligus bersama-sama. Dengan alasan bahwa Al-Quran hanya menyebutkan tindak pidana pencuri adalah potong tangan sebagai mana dijelaskan dalam dasar hukum pidana pencuri diatas. 13 Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, h.67 14 Al-Kasani, Al-Din, Badai Ash-Shanai FI Tartib Asy-Syarai’Beirut : Dar Al Fakir VII, h 125 Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman potong tangan dan penggantinya kerugian dapat dilaksanakan beasama. Alasan mereka bahwa pencuri terdapat dua hak yang di singgung. Pertama, Hak Allah. Dan yang kedua, hak manusia. Hukuman potong tangan di jatuhkan sebagai timbangan hukum dari hak Allah sedangkan pengganti kerugian di kenakan sebagai timbangan dari hak mausia 15 Hukuman karena mencuri “Barang siapa yang melakukan kesalahan mencuri wajib dikenakan hukuman hudud sebagaimana yang di kehendaki hukum syara”: a Mencuri kali pertama dipotong tangan kanannya. b Mencuri yang kedua kalinya handaklah di potong kaki kirinya. c Mencuri untuk yang ketiga kalinya dan berikutnya hendaklah di kenakan hukuman ta’zir dan dipenjara sehingga ia terbunuh. 3. Hal-hal yang membatalkannya dari hukuman potong tangan. Adapun bagian dari batalnya dari hukuman potong tangan sebagai berikut: 16 a. Jumlah nilai hartaatau barang yang di curi itu kurang dari satu perempat dinar atau tiga dirham. b. Untuk melakukan kesalahan mencuri itu tidak dapat di buktikan mengikuti yang di kehennaki.. c. Pencuri itu bukan orang yang mukalaf. 15 Abdul Qadir Audah, II, Ibid, H, 426. 16 Ibid, h 628 d. Orang yang memiliki harta atau barang yang dicuri itu tidak menyimpan dan menjaga harta atau barangnya di tempat yang aman dari pencurian.. e. Pencuri itu belum lagi mendapatkan yang sepenuhnya atas barang yang dicuri itu. f. Harta atau barang yang di curi bukan barang yang berharga atau bernilai g. Harta atau barang yang dicuri itu tidak memberi apa-apa faedahnya dan tidak menilai hukum syuara seperti akibat hiburan atau minuman yang memabukan. h. Pencuri yang di lakukaan oleh orang yamg memberi hutang ke atas harta atau barang yang berhutang. i. Pencuri yang berlaku itu dalam keadaan yang mendesak seperti didalam peperangan, disaat sangat lapar dan dahaga. j. Pencuri yang di lakukan oleh anak keatas harta atau barang kepunyaan ibu bapanya hingga atas kakek dan seterusnya k. Pencuri yang dilakukan oleh suami atas harta atau barang kepunyaan istrinya dan sebaliknya. 4. Pembuktian untuk tindak pidana pencurian Kesalahan mencuri boleh di buktikan dengan salah satu dari bukti- bukti tersebut : a Ikrar pengakuan. b Keterangan dua orang saksi laki-laki yang adil. c Sumpah yang mardud yaitu supah pencuri itu di kembalikan kepada orang yang terdakwa. Pencuri mengaku telah melakukan kesalahan tindakan pencurian, dengan membuat pengakuan hanya melakukan sekali saja dan pengakuan itu dibuat di depan majlis hakim. Untuk membenarkan kebenaran saksi-saksi bagi membenarkan kesalahan pelaku itu mengenai harta atau barang yang dicuri, cara pencurian, tempat pencurian, waktu pencurian dan lain-lainnya. Hakim hendaknya juga menanyakan kepada saksi-saksi itu hubungan antara orang yang menjadi korban pencurian dan orang yang mencuri.

3. Dasar Hukum