Jenis-Jenis dan Alasan-alasan Perceraian

Q R R 7 S 21 Artinya :“Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda Sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak “ Riwayat Abu Daud

B. Jenis-Jenis dan Alasan-alasan Perceraian

1. Jenis-jenis Perceraian

Dilihat dari kemaslahatan atau kemudaharatannya, hukum perceraian adalah sebagai berikut : 22

a. Wajib

Apabila terjadi perselisiahn antar suami isteri lalu tidak ada jalan yang dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya. Jika kedua orang hakim tersebut memandang bahwa perceraian lebih baik bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib.

b. Makruh

Talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan. Sebagian ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini terdapat dua pendapat, yaitu : Pertama , bahwa talak tersebut haram dilakukan. Karena dapat menimbulkan mudharat bagi dirinya juga bagi isterinya, serta tidak mendatangkan manfaat 21 Abi Daud Sulaiman bin As-as Sajastani, Sunan Abi Daud, Daarul Fikr, 1994 , h. 500 22 Syaikh Hasan Ayub. Fikih Keluarga, t.t., Pustaka Al-Kautsar, 2006 cet ke 5, h 208 apapun. Talak ini haram sama seperti tindakan merusak atau menghamburkan harta kekayaan tanpa guna. Kedua , menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan, hal itu didasarkan kepada sabda Rasulullah SAW, yaitu : 9 -IJ 3 3J . K 9 LM N:8 , J O K:ﺹ O 987 9 - : O Q C 3 R R 7 S 23 Artinya : “ Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda Sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak “ Riwayat Abu Daud Talak itu dibenci karena dilakukan tanpa adanya tuntutan dan sebab yang membolehkan, dank karena talak semacam itu dapat membatalkan pernikahan yang menghasilkan kebaikan yang memang disunnahkan sehingga talak itu menjadi makruh hukumnya.

c. Mubah

Talak yang dilakukan karena ada kebutuhan, misalnya karena buruknya ahlak isteri dan kurang baiknya pergaulan yang hanya mendatangkan mudharat dan menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan.

d. Sunnah

23 Abi Daud Sulaiman bin As-as Sajastani, Sunan Abi Daud, h. 500 Talak yang dilakukan pada saat isteri mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala yang telah diwajibkan kepadanya, misalnya shalat, puasa dan kewajiban lainnya. Sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi memaksanya. Atau isterinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan kesucian dirinya.

e. Mazhur Terlarang

Talak yang dilakukan ketika isteri sedang haid, para ulama Mesir telah sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini disebut juga dengan talak bid’ah. Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan itu menyalahi sunnah Rasull dan mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya, sesuaikan firman Allah, yaitu : ABC D = EF GH I K , 45 6 A L + MNAP,C 4 . H Artinya : “Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar” Q.S. At-Thalaq ayat 1 Sedangkan dilihat dari dibolehkannya sang suami untuk kembali kepada isterinya, adalah 24 : 1. Talak raj’iy, talak yang sang suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya tanpa melalui nikah baru, selama isterinya itu masih dalam masa iddah. Talak raj’iy itu adalah talak satu atau talak dua tanpa didahului tebusan dari pihak 24 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan , Jakarta, Prenada Media, 2006 h 220 isteri. Boleh ruju’ dalam talak satu atau dua itu dapat dilihat dalam firman Allah Swt, yaitu : -R SL T9 8 E U V WW X Y + Z [\ 4] ; 1 _3= `a, 8 a Y b D E . FFT Artinya : “ Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. “ Q.S.Al-Baqarah : 229 2. Talak bain, talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan suami kembali kepada isterinya kecuali dengan nikah baru, talak bain inilah yang tepat untuk disebut putusnya perkawinan. Talak bain ini terbagi kepada dua macam : a Bain Sughra, ialah talak yang suami tidak boleh ruju’ kepada mantan isterinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan nikah baru tanpa melalui muhallil. Yang termasuk bain sughra ini adalah : Pertama : talak yang dilakukan sebelum isteri digauli oleh suami. Talak dalam bentuk ini tidak memerlukan iddah, maka tidak ada kesempatan untuk ruju’, sebab ruju’ hanya dilakukan dalam masa iddah. Hal ini sesuai firman Allah, yaitu : ABC D = cd eS V f X I K ;g h ] X -i j 4 , 45 -ik X Tlm e 9 1 MN45 \ i 8 i + mn ; , . o a X p],C Aq rCK 4 8 V U V . WT Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya .” Q.S Al-Ahzab ayat : 49 Kedua. Talak yang dilakukan dengan cara tebusan dari pihak isteri atau disebut khulu’, hal ini dipahami dari isyarat dalam firman Allah, yaitu; 9 Y + : st 1 uv = -C 23 + ] 0 iAm` uv + anCk + w b ; _+ 8 - -C 23 + 5 -Ck 4 8 x X ,C4k= -C _y D zD + n45 9 u S6 D E . FFT Artinya :“ Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim .” Q.S. Al-Baqarah : 229 Ketiga. Perceraian melalui putusan hakim di pengadilan atau yang disebut fasakh. b Bain Kubra, yaitu talak yang tidak memungkinkan suami ruju’, kepada mantan isterinya, dia hanya boleh kembali kepada isterinya apabila isterinya telah kamin lagi dengan laki-laki lain dan bercerai pula dengan laki-laki itu dan habis masa iddahnya. Hal ini tersirat di dalamfirman Allah SWT yaitu : 9 Y + . 23 + rl X { 1 | X -C 4b xF} 3:; 8 e~ ? { `m 3• ; 9 Y + . 23 + iAm`o 9 1 40 `€= D E . FGX Artinya : “ Kemudian jika si suami mentalaknya sesudah Talak yang kedua, Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali “ Q.S. Al-Baqarah : 230 Sedangkan dilihat dari segi tegas atau tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macam, yaitu 25 : a Talak Sharih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan, tidak mungkin dipahami lagi. Menurut Imam Syafi’I mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan untuk talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq, dan sarah, ketiga ayat itu disebut dalam Al-qur’an dan hadits. Al-Zhahiriyah berkata bahwa talak tidak jatuh kecuali dengan mempergunakan salah satu dari tiga kata tersebut, karena syara’ telah mempergunakan kata-kata yang telah ditetapkan oleh syara’. Beberapa contoh talak sharih ialah seperti suami berkata kepada isterinya 26 : 25 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006 , cet Ke 2, h 194 26 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006 , cet Ke 2, h 195 1. Engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai sekarang juga. 2. Engkau saya firaq sekarang juga, engkau saya pisahkan sekarang juga. 3. Engkau saya sarah sekarang juga, engkau saya lepas sekarang juga. Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak yang sharih maka menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya, sepanjang ucapannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas kemauan sendiri. b Talak Kinayah, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata sindiran atau samar-samar seperti suami berkata kepada isterinya : 1. Engakau sekarang telah jauh dari diriku. 2. Selesaikan sendiri segala urusanmu. 3. Janganlah engkau mendekati aku lagi. 4. Keluarlah engkau dari rumah ini sekarang juga. 5. Pergilah engkau dari tempat ini sekarang juga. 6. Susullah keluargamu sekarang juga. 7. Pulanglah ke rumah orang tuamu juga sekarang. 8. Beriddahlah engkau dan bersihkanlah kandunganmu itu. 9. Saya sekarang telah sendirian dan hidup membujang. 10. Engkau sekarang telah bebas merdeka, hidup sendirian. Talak dengan kata-kata tersebut di atas bisa menjadi jatuh talak, apabila sang suami mengatakan hal tersebut dengan niat memang menceraikan isterinya, niatlah yang menjadi indikator menurut Taqiyudin Al-Husaini. 27

2. Alasan alasan perceraian

Yang dimaksud dengan alasan perceraian disini adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali perkawinan mereka Di indonesia dalam hal masalah perceraian telah di atur dalam rangkaian undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawianan. Dan sebagai warga negara indonesia sudah sepatutnya kita harus mentaati dan menjalankan peraturan yang ada. Pada pasal 39 ayat 1 menerangkan bahwa “ perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Dalam hal terjadinya perceraian haruslah memenuhi beberapa alasan-alasan. Sehingga perceraian tersebut dapat terlaksana, hal ini sesuai dengan pasal 39 ayat 2 undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi : “ untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami dan isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.” Di dalam muatan Peraturan 27 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006 , cet Ke 2, h 196 Pemerintah Republik Indonesia No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menerangkan bahwa alasan-alasan perceraian yang dinyatakan pada pasal 19 sebagai berikut: Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan: a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain luar kemampuanya; c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang memnahayakan pihak lain; e. salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri; f. antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sedangkan Di dalam pasal 116 kompilasi hukum islam KHI menjelaskan hal tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu, Perceraian dapat terjadi karena: a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain luar kemampuanya; c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang memnahayakan pihak lain; e. salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri; f. antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. g. suami melanggar taklik-talak h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga

C. Akibat Dan Hikmah Perceraian

Dokumen yang terkait

Putusan verstek pengadilan agama depok dalam perkara cerai gugat : analisa putusan pengadilan agama depok perkara no. 1227/pdt.g/2008/pa.dpk

4 21 94

Hak asuh anak kepada bapak akibat perceraian (analisis putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan perkara nomor: 0305/Pdt.G/2010?pa.JS)

2 24 72

Saksi dari pihak keluarga dalam gugat cerai menurut hukum islam dan hukum acara perdata: studi kasus putusan pengadilan agama Tangerang perkara nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota Tangerang Banten

0 13 76

Syiqaq akibat tidak adanyanafkah bathin sebagai alasan perceraian (kajian terhadap putusan perkara Nomor 229/Pdt.G/2008/PA.JT Pengadilan Agama Jakarta Timur)

0 6 84

Gugat rekonpensi dalam sengketa cerai gugat dan implikasinya terhadap hak hadhanah di pengadilan agama : studi analisis perkara No. 078/Pdt. G/2007/PA. Jakarta Pusat

1 44 104

Tinjauan fikih dan hukum positif terhadap perceraian akibat tidak mempunyai keturunan: studi analisis putusan cerai gugat karena suami impoten di pengadilan agama Jakarta Selatan perkara nomor: 241/Pdt.G/2007/PA.JS

0 4 108

Tinjauan hukum islam dan hukum positif tentang tindak pidana pencurian dengan duplikasi credit card: analisis putusan pengadilan negeri Jakarta selatan No.1256/PId.b/2009/pn Jakarta

0 12 87

Perceraian akibat suami riddah: analisis koperatif putusan penagdilan agama bogor perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR. dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP

0 3 62

Eksistensi kitab fikih dalam pertimbangan putusan hakim perkara cerai talak di pengadilan agama Jakarta Selatan Tahun 2010

0 12 119

Cerai gugat istri akibat suami dipenjara menurut hukum Islam dan hukum positif : (analisis putusan no. 1161/pdt. G/2007.PAJS)

0 5 70