Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

4

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menjelaskan mengenai fungsi dan makna dari verba Utsu dan Tataku yang sama-sama memiliki arti ‘memukul’, tetapi masing-masing memiliki fungsi yang berbeda dalam penggunaannya, serta belum tentu dapat saling menggantikan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk menggunakan ataupun menerjemahkan kalimat ke dalam bahasa Jepang dengan tepat, khususnya bagi kalimat yang memiliki unsur sinonim di dalamnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Seperti apa fungsi dan makna kata Utsu dan Tataku dalam bahasa Jepang? 2. Bagaimana perbedaan nuansa makna verba Utsu dan Tataku dalam kalimat berbahasa Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan proposal skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai fungsi kata yang bersinonim yaitu Utsu dan Tataku. Pembahasannya lebih difokuskan kepada analisis perbedaan nuansa makna dari kedua kata yang bersinonim tersebut. Untuk masing-masing kata Utsu dan Tataku akan dibahas 4 buah kalimat, yang diambil dari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang terdapat pada majalah Nipponia, Days Japan dan komik Ashita no Jyo vol: 10 serta artikel berbahasa Jepang lainnya yang dikutip dari internet. Untuk mendukung pembahasan yang lebih jelas dan memiliki data yang akurat, maka Universitas Sumatera Utara 5 penulis pada bab II akan mengemukakan fungsi dan makna kata Utsu dan Tataku secara umum dalam bahasa Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan dalam menginterpretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mendefenisikan beberapa istilah linguistik, khususnya yang berkenaan dengan semantik, serta turut disertakan pula apa sebenarnya pengertian dari fungsi itu sendiri. Ilmu linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan juga seluk-beluk bahasa pada umumnya. Salah satu bidang kajian dari linguistik adalah semantik atau kajian makna. Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu “sema” kata benda yang berarti tanda dan lambang. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti menandakan atau melambangkan Chaer, 2002:2. Makna adalah pengertian suatu konsep yang dimiliki atau terdapat pada tanda linguistik. Tanda linguistik bisa berupa kata atau leksem maupun morfem. Kosakata goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dalam bahasa Jepang, baik itu ragam lisan maupun tulisan. Goi dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba doushi, adjektiva-I keiyoushi, adjektiva-Na keiyoudoushi, nomina meishi, pronomina rentaishi, adverbial fukushi, interjeksi kandoushi, konjugasi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, Universitas Sumatera Utara 6 dan partikel joshi, Dahidi dan Sudjianto, 2007:98. Utsu dan Tataku yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah termasuk ke dalam golongan verba doushi. Nomura dalam Dahidi dan Sudjianto 2007:149 menyebutkan pengertian verba atau doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktifitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan, dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Sedangkan menurut Sutedi 2003:42 verba adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyou, dan bisa berdiri sendiri. Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis makna verba Utsu dan Tataku yang memiliki makna yang hampir sama mirip tetapi berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini menyangkut tataran bidang linguistik yaitu semantik. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya sinonim, karena dalam hal ini verba Utsu dan Tataku adalah kata-kata yang bersinonim. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut ruigigo. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 1994:267. Dua buah ujaran atau lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, dan faktor nuansa makna. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 322, fungsi merupakan: 1. Jabatan pekerjaan yang dilakukan, 2. Kerja suatu bagian tubuh, 3. Matematik Universitas Sumatera Utara 7 besaran yang berhubungan, 4. Kegunaan suatu hal, 5. Linguistik peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas.

2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori atau pendekatan semantik menurut Sutedi, dan konsep makna menurut Ferdinand De Saussures. Menurut Sutedi 2003:103 semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Menurut Ferdinand De Saussure dalam Chaer 1994:287 makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Makna yang sama namun memiliki nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya Chaer, 1994:297. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan makna sinonim, pertentangan makna antonim, ketercakupan makna hiponim, kegandaan makna polisemi dan ambiguitas, dan kelebihan makna redundansi. Secara etimologi, kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘onama’ yang berarti nama, dan ‘syn’ yang berarti sama. Maka secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’ Chaer, 2002:82. Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 1994:267. Dua buah ujaran atau lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Universitas Sumatera Utara 8 Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, dan faktor nuansa makna. Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Karena itu, kita harus memilihnya secara tepat dan seksama untuk menghindari kerancuan dalam menginterpretasikan maknanya. Hal ini berkaitan dengan pilihan kata atau diksi. Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary bahasa Inggris yang kata dasarnya diction yang berarti perihal pemilihan kata. Menurut Keraf 2006:24 pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Oleh karena itu, kata yang maknanya hampir sama atau yang disebut sinonim harus dapat dipilih dengan baik sesuai dengan situasi dan konteks kalimatnya. Selanjutnya menurut Parera 2004:46 secara umum teori makna dibedakan atas : 1. Teori Referensial atau Korespondensi. 2. Teori Kontekstual 3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik di atas, teori makna yang dipergunakan adalah teori kontekstual. Teori makna kontekstual adalah sebuah makna leksem atau kata yang berbeda dalam satu konteks, Universitas Sumatera Utara 9 termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya Chaer, 1994 : 290, atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang memakai ujaran tersebut. Berdasarkan teori makna kontekstual tersebut, maka penulis akan menginterpretasikan makna verba Utsu dan Tataku sesuai dengan konteks kalimatnya, serta melihat ketepatan pemilihan kedua kata bersinonim tersebut dalam kalimat.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata Utsu dan Tataku. 2. Untuk mengetahui perbedaan nuansa makna verba Utsu dan Tataku dalam kalimat berbahasa Jepang.

2. Manfaat Penelitian

. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Dapat dijadikan referensi bagi pembelajar bahasa Jepang dalam memahami makna verba Utsu dan Tataku. 2. Dapat dijadikan masukan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami penggunaan verba Utsu dan Tataku. 3. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian mengenai kata bersinonim lainnya. Universitas Sumatera Utara 10

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan atau upaya untuk menerangkan suatu fenomena yang terjadi Ruseffendy, 1994:4. Metode penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan dari penelitian tersebut. Seorang peneliti harus menentukan metode yang sesuai demi tercapainya keberhasilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Isyandi 2003:13 menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Data- data yang diperoleh adalah melalui penelitian pustaka Library Research. Dalam hal ini penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan tata bahasa, baik itu buku berbahasa Jepang, maupun yang berbahasa Indonesia, khususnya buku-buku yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. Universitas Sumatera Utara 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA, STUDI SEMANTIK DAN

KESINONIMAN

2.1 Verba

2.1.1 Pengertian Verba

Sebelum membahas fungsi verba bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba Utsu dan Tataku, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1993:1260, disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan yang disebut juga kata kerja. Dalam bahasa Jepang verba disebut dengan doushi. Menurut Situmorang 2010: 9, makna doushi bila dilihat dari kanjinya yaitu : 動 : ugoku, dou : bergerak 詞 : kotoba, shi : kata 動詞 : doushi : kata yang bermakna gerakan Situmorang 2010: 9 juga menjelaskan bahwa doushi memiliki ciri-ciri yaitu : a. Dapat berdiri sendiri b. Berkonjugasi mengalami perubahan bentuk c. Bermakna sesuatu kegiatan, keberadaan, atau perubahan keadaan d. Dapat menjadi predikat dalam kalimat Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Fungsi Dan Manfaat Furoshiki Furoshiki No Kouka To Kinou

8 181 35

Penggunaan Partikel “De” Dalam Bahasa Jepang Nihongo Ni Okeru “De” No Joshi No Shiyou

1 63 34

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

1 48 102

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 9

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 7

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

0 1 13

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

1 4 26

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 3

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA, STUDI SEMANTIK DAN KESINONIMAN 2.1 Verba 2.1.1 Pengertian Verba - Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

0 1 10