Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

(1)

SKRIPSI

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM

(Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)

(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

Oleh :

MELKI PRANDOA 100304112

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Melki Prandoa Linggga (100304112) dengan judul skripsi Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk). Studi Kasus: Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah, untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling dengan jumlah sampel sebayak 60 petani. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi jeruk siam di Kecamatan Tigapanah mulai tahun 2010–2013 mengalami penurunan yang signifikan. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. (3) Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (4) Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (5) Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan. Kata Kunci : Analisis usahatani jeruk siam, jeruk siam baru menghasilkan, jeruk


(3)

RIWAYAT HIDUP

Melki Prandoa lingga lahir di kota Kabanjahe pada tanggal 29 April 1993, sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara, seorang putra dari Ayahanda Dison Lingga dan Ibunda Riahati Br Ginting Munthe.

Jenjang Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 040532 Kubu Simbelang, masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe, masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe, masuk tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Agustus 2014 di Desa Dogang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Januari samapai Februari 2015 di Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk siam”. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada Penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda tercinta Dison Lingga dan Ibunda Riahati Br Ginting Munthe yang telah memberikan doa dan begitu penuh perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Kakanda Surianta Br Lingga dan Keluarga, Diana Br lingga dan Keluarga Rasaku Margaretta Br Lingga dan Keluarga, Evi Wihardi Br lingga dan Keluarga, Veronika Br Lingga dan Keluarga serta Justri Felesia Br Lingga yang selalu memotivasi dan memberi dukungan serta mendoakan penulis. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE selaku ketua komisi pembimbing

skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(5)

4. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Dosen Penguji yang telah memberikan pernyataan dan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian. 8. Masyarakat Desa Kubu Simbelang yang telah memberikan informasi yang di

butuhkan penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 Program Studi Agribisnis yang selalu saling membantu dan sama-sama berjuang di Fakultas Pertanian . 10.Turang Senina anggota IMKA MBUAH PAGE FP USU yang telah banyak

membantu dan mendaoakan penulis dalam penyelesaian skipsi ini.

11.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan


(6)

semoga dapat menambah pengetahuan pembaca. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2015


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk ... 10

2.1.2 Botani Jeruk Siam ... 13

2.1.3 Tekni Budidaya Jeruk Siam... 15

2.2 Landasan Teori ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Pemikiran ... 38


(8)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 42

3.2 Metode Penelitian Sampel ... 43

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4 Metode Analisis Data ... 44

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 50

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi daerag penelitian ... 53

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 53

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 56

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 59

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Usahatani Jeruk Siam di Desa Kubu Simbelang ... 62

5.2 Perbedaan Karakteristik Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 63

5.3 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Mengahsilkan dan Yang Sudah Lama Mengahsilkan ... 71

5.3.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan ... 71

5.3.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang sudah Lama Menghasilkan... 74

5.4 Perbedaan Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 77

5.5 Perbedaan Kelayakan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 80


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah – Buahan

Menurut Jenis Tanaman di Sumatra Utara Tahun 2010 ... 3

1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012... 5

3.1 Data Pertanaman Komoditi Jeruk Siam Tahun 2010 Kabupaten Karo... 42

3.2 Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian... 44

4.1 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Jenis Kelamin... 56

4.2 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Agama ... 57

4.3 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Pekerjaan ... 57

4.4 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Pendidikan... 58

4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Kubu Simbelang... 59

4.6 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam di Desa Kubu Simbelang ... 60

5.1 Jumlah Produksi Jeruk Siam Desa Kubusimbelang... 62

5.2 Komposisi Umur Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 63

5.3 Uji Mann Whitney Terhadap Umur Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 64

5.4 Komposisi Pengalaman Petani Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 65

5.5 Uji Mann Whitney Terhadap Pengalaman Bertani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 66

5.6 Komposisi Tingkat Pendidikan Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 67

5.7 Uji Mann Whitney Terhadap Tingkat Pendidikan Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 67


(11)

5.8 Komposisi Luas Lahan Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 68 5.9 Uji Mann Whitney Terhadap Luas Lahan Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 69 5.10 Komposisi Jumlah Tanggungan Petani Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 70 5.11 Uji Mann Whitney Terhadap Luas Lahan Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 71 5.12 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang

Baru Menghasilakan... 72 5.13 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang

Sudah Lama Menghasilkan... 75 5.14 Perbedaan Rataan Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Sudah Lama Menghasilkan... 77 5.15 Uji Mann Whitney Perbedaan Nilai Pendapatan Usahatani Jeruk Siam

Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 78 5.16 Nilai B/C, NPV dan IRR Kelayakan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk

Siam ... 39

2.2 Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output ... 40

4.1 Peta Kecamatan Tigapanah ... 54

4.2 Peta Desa Kubu Simbelang ... 55

5.1 Grafik Perkembangan Produksi Jeruk Siam Tahun 2009–2013 di Desa Kubu Simbelang ... 62


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 2 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

3 Distribusi Biaya Bibit usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 4 Distribusi Biaya Bibit Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

5 Distribusi Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 6 Distribusi Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

7 Distribusi Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 8 Distribusi Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

9 Distribusi Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

10 Distribusi Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan

11 Nilai Penyusutan Investasi Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

12 Nilai Penyusutan Investasi Usahatani Jeruk Siam Yang sudah Lama Menghasilkan

13 Pajak Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

14 Pajak Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 15 Biaya Produksi Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

16 Biaya Produksi Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 17 Penerimaan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

18 Penerimaan Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 19 Pendapatan Petani Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan


(14)

21 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Karakteristik Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan

22 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilakan

23 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilakan

24 Hasil Uji Mann -Whitney Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan

25 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Baru Menghasilkan

26 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Sudah Lama Menghasilkan


(15)

ABSTRAK

Melki Prandoa Linggga (100304112) dengan judul skripsi Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk). Studi Kasus: Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah, untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling dengan jumlah sampel sebayak 60 petani. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi jeruk siam di Kecamatan Tigapanah mulai tahun 2010–2013 mengalami penurunan yang signifikan. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. (3) Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (4) Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (5) Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan. Kata Kunci : Analisis usahatani jeruk siam, jeruk siam baru menghasilkan, jeruk


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian (Husodo, 2004).

Keanekaragaman sumber genetik buah-buahan tropik yang tumbuh tersebar di berbagai wilayah di Indonesia merupakan harta karun yang tak ternilai harganya. Namun harta itu masih belum banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Beberapa jenis buah-buahan yang telah dimanfaatkan sebagai tambahan sumber penghasilan belum dapat memenuhi harapan. Komoditi ini masih kalah menghadapi tantangan pasar sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan pasar sesui dengan kebutuhan konsumen (Sunarjono, 2013).

Sebagai negara dengan wilayah tropis dan dikaruniai limpahan kesuburan tanah, Indonesia berpotensi menjadi lumbung tanaman terutama buah-buahan. Akan tetapi keanekaragaman tanaman buah di Indonesia tidak didukung dengan produksi buah yang baik. Hal ini terutama untuk tanaman buah yang berumur


(17)

panjang atau tahunan. Namun hal ini dapat diatasi dengan membekali para petani tata laksana pemeliharaan yang benar sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman buah dan kualitas produk buah (Budianto, 2014).

Pada umumnya, isi kebun di Indonesia berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempah. Sementara itu di negara-negara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usahatani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas, misalnya perkebunan apel, anggur, tomat, dan pear di Amerika, perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland Australia, serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2010).

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), dan Medan (Sumatera Utara). Produktivitas tanaman jeruk pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang diusahakan oleh tanaman hortikultura lainnya seperti markisa, terung belanda, pisang, pepaya dan tanaman lainnya (Soerojo, 1991).

Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Dominasi pertanaman jeruk siam adalah sekitar 85% dari seluruh pertanaman jeruk yang ada di Indonesia. Kemudian diikuti oleh jeruk keprok sebesar 8%, jeruk pamelo 4%, dan jenis jeruk lainnya sebesar 3%. Produksi jeruk siam Indonesia merupakan yang ke 3 terbesar di dunia setelah China dan Spanyol, sedangkan jeruk pamelo adalah urutan nomor 9 di dunia (Deptan, 2012).


(18)

Berikut data luas panen, produksi dan Produktivitas tanaman buah-buahan (Tabel 1.1) menurut jenis tanaman tahun 2010 di Sumatera Utara.

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2010

No. Jenis Tanaman Tanaman Yang Menghasilkan (pohon)

Produksi (Ton)

Produktivitas (kg/Pohon)

1 Alpukat 38.147 7.644 200,37

2. Belembing 41.650 4.732 113,62

3. Duku 99.399 13.258 133,38

4. Durian 340.130 66.488 195,48

5. Jambu Biji 238.071 35.261 148,11

6. Jambu Air 62.592 6.535 104,41

7. Jeruk Siam 4.392.880 781.512 177,90

8. Jeruk Besar 37.793 7.235 191,44

9. Mangga 126.034 28.131 223,20

10. Manggis 60.669 7.750 127,74

11. Nangka 86.023 15.054 174,99

12. Nenas 19.994.255 102.437 5,12

13. Pepaya 279.694 29.040 103,83

14. Pisang 5.205.646 403.390 77,49

15. Rambutan 360.639 43.777 121,39

16. Salak 15.261.310 328.877 21,55

17. Sawo 36.343 6.710 184,64

18. Markisa 144.808 5.032 34,75

19. Sirsak 16.840 1.163 69,07

20. Sukun 8.765 1.124 128,24

21. Melinjo 74.012 5.717 77,25

22. Pete 84.906 6.935 81,67

23 Jengkol 22.653 2.106 92,96

Total 47.013.259 1.909.908 2.789

Sumber : BPS sumut, 2011

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa produksi jeruk siam Sumatera Utara pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan produksi tanaman lainnya. Produksi jeruk siam sebesar 781.512 ton dengan jumlah tanaman yang menghasilkan sebesar 3.505.309 pohon. Produksi jeruk siam mengalami peningkatan sebesar 7,82 persen bila dibandingkan produksi pada tahun 2009 sebesar 724.828 ton.


(19)

Tanaman ini memiliki rata-rata pertumbuhan produksi sebesar 5,96 persen per tahun selama tahun 2005 hingga tahun 2010.

Dari tahun ke tahun peningkatan areal tanaman jeruk diikuti dengan peningkatan areal panen dan produksi, namun kualitas buah yang dihasilkan masih beragam, terutama bila dibandingkan dengan jeruk impor, sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran (Indiyawati, 1991).

Jeruk memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di luar negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan pada tanaman baik kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Komoditi buah-buahan di Kabupaten Karo termasuk komoditi unggulan. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varietas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah washington, sunkist, padang, siam madu, dan sebagainya. Selain jeruk, Kabupaten Karo juga menghasilkan buah-buahan lain seperti mangga, alpokat, pisang dan markisa (BPS Kabupaten Karo, 2011).

Berikut data tanaman menghasilkan, luas panen, produktivitas, dan produksi jeruk siam (Tabel 1.2) menurut kabupaten/kota Tahun 2012 di Sumatera Utara :

Tabel 1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No. Kabupaten/Kota Tanaman Menghasilkan

(Pohon)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1. Nias 3.162 7,9 152,44 120,5

2. Madina 63.600 159 550,43 8.751,90

3. Tap. Selatan 25.401 63,5 1.021,25 6.485,20

4. Tap. Tengah 16.418 41 100,55 412,7

5. Tap. Utara 95.715 239,3 573,67 13.727,30


(20)

7. Lab.Batu 4.041 10,1 315,57 318,8

8. Asahan 910 2,3 429,01 97,6

9. Simalungun 158.718 396,8 1.288,43 51.124,30

10. Dairi 111.728 279,3 519,69 14.516,00

11. Karo 2.790.640 6.976,60 358,52 250.126,9

12. D.Serdang 11.497 28,7 196,78 565,3

13. Langkat 28 0,1 328,57 2,3

14. Nias Selatan 1.490 3,7 118,93 44,3

15. H. Hasundutan 22.695 56,7 262,26 1.488,00

16. Pakpak Bharat 37.380 93,5 171,79 1.605,40

17. Samosir 800 2 105 21

18. Serdang Bedagai 784 2 218,88 42,9

19. Batu Bara 23 0,1 243,48 1,4

20. Palutan 2.288 5,7 137,24 78,5

21. Padang Lawas 982 2,5 313,65 77

22. Nias Utara 100 0,3 240 6

23. Nias Barat 233 0,6 111,59 6,5

24. Tj. Balai 5 0 160 0,2

25. Tebing Tinggi 40 0,1 430 4,3

26. Medan 392 1 115,31 11,3

27. Binjai 206 0,5 165,05 8,5

28. P. Sidempuan 3.117 7,8 124,99 97,4

29. Gn. Sitoli 1.478 3,7 241,41 89,2

J u m l a h 3.165.047 7.912,60 442,78 350.353,5 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2013

Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa produksi jeruk siam di Kabupaten Karo pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan produksi jeruk siam di kabupaten lainnya. Produksi jeruk siam di Kabupaten Karo sebesar 250.126,9 ton dan produktivitas sebesar 358,52 kw/ha dengan tanaman menghasilkan 2.790.640 pohon. Daerah sentra produksi jeruk siam di Sumatra Utara berada di Kabupaten Karo.

Kecamatan Tigapanah adalah salah satu sentra terbesar penghasil jeruk siam dari Kabupaten Karo dengan produksi sebesar 30,39 ton dan luas panen adalah 675 ha keempat terbesar dari kecamatan lain di Kabupaten Karo. (Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, 2013).


(21)

Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi satu hal yang menarik untuk menganalisis usahatani jeruk siam di daerah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah penelitian ?

2. Bagaimana Perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

3. Bagaimana perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian ? 5. Bagaimana perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah.


(22)

2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian .

5. Untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

1.4 Kegunan Penelitian

Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam melakukan usahatani jeruk.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani jeruk.

3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan jeruk

1.5 Keaslian Penelitian

1. Model peneliian : dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda

dengan spesifikasi model ekonometrik, uji kesesuaian model (Test of Goodness of Fit) dan uji mann whitney dengan alat


(23)

bantu spss 16 dan analis usahatani serta kelayakan yaitu Net B/C, NPV, IRR.

2. Variabel penelitian : penelitian ini menggunakan satu varibabel terikat yaitu pendapatan dan 5 variabel bebas yaitu biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan.

3. Jumlah observasi/sampel : penelitian ini menggunakan sampel sebesar 60 petani,

dan dibagi menjadi dua kriteria yaitu 30 orang untuk petani yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 14 tahun dan 30 orang untuk petani yang

sudah lama menghasilkan dengan umur tanaman ≥

14 tahun, dimana populasi adalah yang melakukan usahatani jeruk siam.

4. Waktu penelitian : penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2015

5. Lokasi penelitian : penelitian ini dilakukan di desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk

Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996).

Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK, 1994).

Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik.


(25)

Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis jeruk lainnya (AAK, 1994).

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994).

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

Pada dasarnya jeruk siam mempunyai satu nenek moyang yang berasal dari Siam (Muangthai). Orang Siam menyebut jenis jeruk ini dengan nama som kin wan. Mungkin karena lidah orang Indonesia sulit untuk menyebutkan nama tersebut sehingga terbiasa menyebutnya dengan nama Siam, Kelatahan ini terus berlanjut


(26)

sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal (Rismunandar, 1986).

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef, 1993).

Tipe tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir. Jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur, mengandung banyak hawa udara (oksigen), bahan organik, dan air dalam tanah yang agak dalam. Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan PH 4–7,8. Hasil yang maksimal didapat pada tanah dengan PH 6. Jeruk mengendaki air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm dan waktu musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah. Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di Muangthai. Curah hujan optimal 1.500 mm/tahun dengan suhu optimal antara 250–300C. Tanaman jeruk juga membutuhkan banyak penyinaran matahari yaitu sekitar 50–70% (Pracaya, 2003).


(27)

2.1.2 Botani Jeruk Siam

Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus. Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Famili : Rutacceae Subfamili : Aurantioidae Tribe : Citriae Subtribe : Citrinae Genus : Citrus

Subgenus : Eucitrus, papeda Spesies : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).

Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Panjang akar tunggang bisa mencapai 4 m. Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6–7 m. Perakaran jeruk tergantung pada banyaknya unsur hara di dalam tanah dan umumnya di kedalaman 0,15–0,50 m. Umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial


(28)

mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon dari okulasi, tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm. Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm. Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas. Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan (Soelarso, 1996).

Jeruk siam mempunyai ciri khas dengan kulit buahnya tipis sekitar 2 mm, permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya. Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji buahnya berbentuk oval, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9 cm x 0,6 cm, dan jumlah biji per buah sekitar 20 biji. Yang paling penting dari semua itu adalah daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Lebih menarik lagi, produksi buahnya cukup lebat dengan berat per buah sekitar 75,6 gram. Satu


(29)

pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).

2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam 2.1.3.1. Pembibitan

a. Persyaratan Bibit

Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif. Kelebihan bibit dari biji adalah mempunyai sistem perakaran yang baik. Akar tunggang yang dimilikinya memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan menyerap hara juga lebih baik. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mulai berproduksi. Kelebihan bibit cangkokan adalah sifatnya tidak menyimpang dari induknya, lebih cepat berbuah, bentuk pohonnya lebih bagus, banyak pohon sehingga tampak lebih rimbun, dan tidak meninggi. Kelebihan bibit okulasi terletak pada perakaran yang kuat karena mempunyai akar tunggang. Kekurangan bibit okulasi lebih lambat menghasilkan buah dibanding bibit cangkokan. Kelebihan bibit stek diantaranya sifatnya sama dengan induk dan cepat berproduksi tergantung bahan seteknya. Kekurangan, mudah mati ketika disemaikan.


(30)

b. Teknik Penyemaian Bibit a. Cara generative

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

b. Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/ rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo Citrange.

2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam

Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu empat persegi panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau heksagonal, dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal


(31)

di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.

2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi kapur Dolomit.

b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.

c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.1.3.4 Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump,


(32)

cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :

a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang.

b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

d. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi


(33)

kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti : a. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang (Pracaya, 2003).

Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994). b. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).

c. Penyiangan

Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang ambillah umbi dan akar


(34)

rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).

d. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya, 2003).

e. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003). 2.1.3.6 Pemupukan

Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O2, kaya

akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya yang tidak mudah ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media pertumbuhan mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis


(35)

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5


(36)

bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.

2.1.3.7Hama dan Penyakit

Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang, cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim, kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni Penyakit yang disebabkan oleh


(37)

jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala -gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit, petani harus mengetahui cara mengendalikan penyakit dan cara-cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994).

2.1.3.8Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk Siam

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :

 Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau agak kekuningan.

 Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

 Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah tidak berbunyi nyaring lagi.


(38)

 Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

 Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :

 jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

 Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.

 Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan kulitnya tidak rusak.

 Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.

 Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor. b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

 Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.


(39)

 Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.

 Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.

 Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.

 Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bemodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahataninya subsistem, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil atau


(40)

tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam, peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :

1.Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).

2. Pengalaman Bertani

Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Soekartawi, 1989).


(41)

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994).

5. Luas Lahan

Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan (Mubyarto, 1994).

Meskipun demikian bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, serta terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usahatani tersebut. Sebaliknya dengan lahan


(42)

yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1989).

Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal udah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk penggandaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan (Daniel, 2002).


(43)

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan megatur


(44)

biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004). Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu :

1. Net Present Value (NPV)

NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau tidak (Soekartawi, 1995).

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).

3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit)


(45)

yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).

2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan 1. Riduan

M. Rumap ea Analisis Usahatani Jeruk Manis (Citrus) Studi Kasus: Desa Suka, Kecamata n Tiga Panah, Kabupaten Karo bagaimana besar R/C (revenue per Cost) per Ha usahatani jeruk di daerah penelitian? bagaimana hubungan R/C per Ha dengan luas tanaman jeruk petani di daerah penelitian? Bagaimana pengaruh umur tanaman jeruk terhadap produksi per Ha di daerah penelitian? Aspek ekonomi uji korelasi sederhana analisis regersi sederhana

Rata-rata besar R/C sebesar 5,82 dengan range R/C per Ha sebesar 1,2 sampai 16,3 dalam artian secara finansial usahatani jeruk manis layak diusahakan

dari uji statistik tidak ada hubungan luas tanaman dengan besar nya R/C per Ha atau t-hitung (1,33) < dari t-tabel (2,502)

ada pengaruh nyata antara umur

tanaman terhadap produksi

2. Nuraida Pane Analisis Usahatani Berapa besar total Aspek ekonomi teori pendapata

petani di desa Kuala Dekah kecamatan


(46)

Buah Duku (Lansium domesticu m) Studi Kasus : Desa Kuala Dekah Kecamata n Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang biaya produksi, produktivit as tenaga kerja, produktivit as lahan, total penerimaan dan pendapatan bersih pada usahatani duku di daerah penelitian ? Apakah usahatani duku di daerah penelitian layak untuk diusahakan ? Bagaimana pengaruh biaya produksi, produktivit as tenaga kerja dan produktivit as lahan terhadap pendapatan usahatani buah duku di daerah penelitian ? n analisis kelayakan analisis uji korelasi karakterist ik petani terhadap pendapata n Biru-Biru rata-rata mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 49.531.680 per petani, Rata-rata produktivitas tenaga kerja per petani adalah 0,18

Ton/hkp, Rata-rata produktivitas lahan adalah 5,73 Ton/ha, Rata-rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp.

88.200.000 dan rata-rata pendapatan bersih per petani sebesar Rp 38.668.320

Usahatani buah duku ini layak untuk diusahakan. Hal ini karena umur ekonomis pohon duku bisa mencapai sampai ratusan tahun. Semakin tua umur pohon duku maka semakin meningkat produksi buah duku yang dihasilkan.

Secara serempak terdapat pengaruh nyata biaya produksi, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas lahan terhadap pendapatan usahatani buah


(47)

duku. 3. Whendr

o Ases Siahaan Analisis Usahatani Kakao Studi Kasus : Desa Kuala Lau Bicik, Kecamata n Kutalimba ru, Kabupaten Deli Serdang Bagaimana teknis pengelolaan usahatani kakao di daerah penelitian? Berapa Biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani kakao di daerah penelitian? Bagaimana kelayakan finansial usahatani kakao di daerah penelitian? Aspek ekonomi Analisis deskriptif Tabulasi sederhana Analisis Kelayaka n

Teknologi budidaya yang diterapkan petani masih bersifat sederhana, dan ketersediaan input (bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja) di daerah penelitian sudah cukup tersedia.

Manfaat yang diperoleh petani berupa hasil

penjualan biji kakao mereka, diamana pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah Rp. 27.684.866,49 per petani,

Rp.29,979,618.06 per Ha.

Usahatani kakao di daerah penelitian secara ekonomi layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan analisis finansial diantaranya NPV > 1 yaitu sebesar

Rp.11.623.911,75; nilai Net B/C yaitu 2,60 dan nilai IRR sebesar 51,41.


(48)

4. Claudy a Rahmi Analisis Usahatani Dan Pemasaran Jagung Studi Kasus Desa Pamah, Kecamata n Tanah Pinem, Kabupaten Dairi Berapa besar produktivit as jagung di daerah penelitian dan faktor-faktor apa yang mempengar uhi produktivit as jagung di daerah penelitian? Bagaimana struktur biaya produksi usahatani jagung di daerah penelitian? Bagaimana perkemban gan harga jagung di daerah penelitian? Bagaimana sistem pemasaran jagung dan tingkat efisiensi pemasaran jagung di daerah penelitian? Aspek ekonomi Fungsi Produksi model Coob-Douglas Fungsi Pendapata n model Regresi Linier Berganda Analisis Regresi model Tren Linier

Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi

struktur biaya usahatani didominasi oleh biaya saprodi yang terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk dan biaya herbisida

Harga jagung di Kabupaten Dairi fluktuatif namun cenderung meningkat

sistem pemasaran jagung di daerah penelitian tergolong efisien

5. Hosann a sri arta Br Analisis usahatani kopi di Bagaimana tingkat Aspek ekonomi Fungsi Produksi

Tingkat produksi kopi di daerah


(49)

karo kecamatan simpang empat, kabupaten karo produksi kopi di daerah penelitian?  Faktor-faktor produksi apakah yang mempengar uhi produksi kopi di daerah penelitian? Bagaimana kah tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian? model Coob-Douglas

 Analisis regresi linier berganada Analisis finansial (IRR,NPV , Net B/C)

penelitian relatif tinggi, karena tingkat produktifitas kopi sedikit lebih besar dari pada tingkat produktifitas di kecamatan

simpang empat dan 9 kali lebih kecil bila di bandingkan dengan kabupaten dairi yang

merupakan sentra produksi kopi di sumatera. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi didaerah penelitian adalah pupuk organik, pupuk anorganik dan curahan tenaga kerja. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi secara serempak ada pada umur 2– 4 tahun namun secara parsial hanya

curahan tenaga kerja yang berpengaruh nyata. Sementara pada umur 5–15 tahun baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.


(50)

secara finansial layak untuk di usahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai komoditas utama di dalam usahataninya.

Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta modal.

Dalam menjalankan usahatani jeruk siam petani menggunakan faktor-faktor produksi. Ketersediaan faktor produksi akan berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produksi, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.


(51)

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani tersebut.

Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

rxy rxy

Keterangan :

= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh

r

xy = Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)

Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk Siam

Usahatani Jeruk Siam Petani

Output Input

Tanaman Sudah Lama Menghasilkan Tanaman Baru

Menghasilkan

Input

Output Penerimaan Penerimaan

Layak Tidak Layak

Pendapatan Pendapatan

Karakteristik petani: - Umur - Pengalaman Bertani - Pendidikan - Luas Lahan - Jumlah

Tanggungan Keluarga


(52)

Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output Pestisida Bibit

Pestisida

Tenaga kerja Pupuk

Tenaga Kerja

Bibit

Pupuk

Input Tanaman Baru Menghasilkan

Input Tanaman Sudah Lama Menghasilkan

Output (Produksi Jeruk)


(53)

2.5 Hipotesi Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam

yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Meode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini salah satu penghasil tanaman jeruk siam di Kabupaten Karo yang dapat membantu peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan.

Tabel 3.1 Data Pertanaman Komoditi Jeruk Siam Tahun 2010 Kabupaten Karo

No.

Kecamatan Luas panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

1. Mardinding 10,01 305 304,62

2. Laubaleng 1,50 45 300,00

3. Tigabinanga 28,21 900 319,04

4. Juhar 265,00 7.940 299,62

5. Munte 185,87 6.050 325,50

6. Kuta Buluh 187,00 5.840 312,30

7. Payung 72,50 2.285 315,17

8. Tiganderket 108,50 3.385 311,98

9. Simpang empat 9.693,38 326.065 336,38

10. Naman Teran 3.122,00 243.091 778,64

11. Merdeka 2.200,00 71.000 322,73

12. Kabanjahe 3.276,12 106.600 325,38

13. Berastagi 48,25 1.550 321,24

14. Tigapanah 3.950,00 304.600 771,14

15. Dolat Rayat 2.325,89 74.100 318,59

16. Merek 2.763,50 91.026 329,38

17. BarusJahe 5.800,00 193.000 332,76

T O T A L 34.037,73 1.437.782 6.324,47

Sumber : Karo dalam angka, 2011

Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa Kecamatan Tigapanah salah satu penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Karo. Kecamatan Tigapanah ini terdiri dari beberapa desa dan semua desa melakukan usahatani tanaman jeruk siam dan pada Desa


(55)

Kubusimbelang merupakan salah satu desa dengan penduduknya mayoritas melakukan usahatani tanaman jeruk siam serta salah satu penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Karo dengan produksi jeruk tahun 2009 mencapai 3.840 ton (Badan Pusat Statistik, 2011).

Daerah penelitian ini ditentukan secara Purposive Sampling atau sengaja, berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah sentra pengembangan usahatani jeruk siam dan Desa Kubusimbelang memiliki jumlah petani yang cukup banyak melakukan usahatani jeruk siam.

3.2 Metode Penelitian Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah dari anggota sampel secara keseluruhan yang melakukan usahatani jeruk di Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut kriteria tertentu. Pembagian strata ini ditetapkan dengan terlebih dahulu membagi petani atas 2 strata berdasarkan umur tanaman yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Adapun tanaman jeruk siam yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 14 tahun dan tanaman jeruk siam yang sudah lama menghasilkan

dengan umur ≥ 14 tahun. Dari jumlah populasi akan diambil sampel sebanyak 60 orang, dimana sampel tanaman jeruk siam yang baru menghasilkan sebanyak 30 orang, dan sampel tanaman jeruk siam yang sudah lama menghasilkan sebanyak 30 orang. Karena dengan sampel tersebut sudah cukup untuk mengetahui tingkat


(56)

perbandingan antara tanaman jeruk siam yang baru menghasilkan dan tanaman jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian

No Umur Tanaman (Tahun) Pengambilan Sampel

1 Baru Menghasilkan < 14 30

2 Lama Menghasilkan ≥ 14 30

Total 60

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari petani jeruk melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat melalui kantor kecamatan, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan dapat melalui literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati perkembangan usahatani jeruk siam selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

Untuk hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati karakteristik petani jeruk siam yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga.


(57)

Untuk hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda, yaitu dengan menganalisis pengaruh biaya input (bibit, pupuk, pestisida,tenaga kerja, dan peralatan) terhadap output (pendapatan) usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan

Secara sistematis dapat ditulis :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana : Y = Pendapatan jeruk siam (Rp/ha) a = Nilai konstanta

b = Koefisien regresi e = Variabel kesalahan X1 = Biaya bibit (Rp/Batang)

X2 = Biaya pupuk(Rp/Kg)

X3 = Biaya pestisida(Rp/Kg)

X4 = Upah tenaga kerja (Rp/HKP)

X5 = Biaya peralatan (Rp)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk %, atau dengan kata lain untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel atau lebih secara bersama-sama terhadap Y. Jika R2 = 1, berarti besarnya persentase sumbangan X terhadap variasi Y secara bersama-sama adalah 100%. Semakin dekat R2 dengan satu, maka makin cocok garis regresi untuk meramalkan Y (Firdaus, 2011).


(58)

b. Uji F

Uji F adalah uji secara menyeluruh (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independent terhadap variabel dependent. Artinya parameter X1, X2, X3,

X4, X5 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak. Kriteria

pengujian

Jika F hitung < F tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika F hitung ≥ F tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika Ho diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara serempak tidak

berpengaruh signifikan terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

c. Uji t

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf

signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika t hitung < t tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika t hitung ≥ t tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5

secara parsial terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

Jika H1 diterima artinya ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara


(1)

(2)

Lampiran 24. Hasil Uji Mann-Whitney Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan Ranks

Usahatani

Jeruk Siam N

Mean Rank

Sum of Ranks

Pendapatan Baru 30 24.13 724.00

Lama 30 36.87 1106.00

Total 60

Test Statisticsa

pendapatan

Mann-Whitney U 259.000

Wilcoxon W 724.000

Z -2.824

Asymp. Sig. (2-tailed) .005


(3)

Lampiran 24. Hasil Uji Mann-Whitney Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama

Menghasilkan Ranks Usahatani

Jeruk Siam N

Mean Rank

Sum of Ranks

Pendapatan Baru 30 24.13 724.00

Lama 30 36.87 1106.00

Total 60

Test Statisticsa

pendapatan

Mann-Whitney U 259.000

Wilcoxon W 724.000

Z -2.824

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Grouping Variable: Usahatani Jeruk Siam

Lampiran 25. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Baru Menghasilkan

Tahun Benefit Cost Net Benefit

(Rp)

DF (18%)

NPV1 (18%)

DF 49%

NPV2 (49%) 0 153493556 55498822 97994734 1,00 97994734 1,00 97994734 1 165005573 59661234 105344339 0,85 89274864 0,67 70700899 2 177380991 64135826 113245164 0,72 81330914 0,45 51009038 3 190684565 68946013 121738552 0,61 74093841 0,30 36801822 4 204985907 74116964 130868943 0,52 67500745 0,20 26551650 5 220359850 79675736 140684114 0,44 61494323 0,14 19156392

PV 471689420 302214535

INVESTASI 2718863 2718863

NPV 468970557 299495672


(4)

NPV

IRR = i + x ( i’ – i ) NPV - NPV’

299495672

= 18% + x (49% - 18%) 468970557

= 37,79%

Lampiran 26. Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Sudah Lama Menghasilkan

Tahun Benefit Cost Net Benefit (Rp)

DF (18%)

NPV1 (18%)

DF 49%

NPV2 (49%) 0 287826667 110336185 177490482 1,00 177490482 1,00 177490482 1 309413667 118611399 190802268 0,85 161696837 0,67 128055214 2 332619692 127507254 205112438 0,72 147308560 0,45 92388829 3 357566169 137070298 220495871 0,61 134200594 0,30 66656370 4 384383632 147350570 237033061 0,52 122259016 0,20 48091005 5 413212404 158401863 254810541 0,44 111380036 0,14 34696530

PV 854335525 547378429

INVESTAS I

2749845 2749845

NPV 851585680 544628584

NPV

IRR = i + x ( i’ – i ) NPV - NPV’

544628584 = 18% + x (49% - 18%) 851585680

= 37,83%


(5)

Lampiran 27. Matriks Penelitian

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHA TANI JERUK SIAM

(

Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk

)

(Studi Kasus : Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

No. Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Data Yang Dibutuhkan Analisis Data 1. Bagaimana

perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir didaerah penelitian? Untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah penelitian. Ada perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah penelitian.  Jumlah Produksi jeruk siam  Luas lahan

jeruk siam  Jumlah

petani jeruk siam

 Deskriptif

2. Bagaimana karakteristik petani jeruk siam di daerah penelitian?

Untuk mengetahui karakteristik petani jeruk siam di daerah penelitian. Ada perbedaan karakteristik petani jeruk siam didaerah penelitian  Umur  Pendididka  Pengalaman bertani  Jumlah tanggungan  Deskriptif

3. Bagaimana perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ? Untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. Input  Bibit  Pupuk  Pestisida  Tenaga kerja  Luas lahan

Output  Jeruk siam

 Analisi Regresi Linier Berganda

4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan yang sudah

Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan

Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dengan yang sudah lama

 Harga jual  Biaya produksi  jumlah produksi  Analisis Usahatani


(6)

lama lama menghasilkan di daerah

penelitian ?

dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah

penelitian .

menghasilkan di daerah

penelitian.

5. Bagaimana perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama

menghasilkan di daerah

penelitian ?

Untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah

penelitian.

Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah

penelitian.

 Harga jual  Jumlah

produksi  Biaya tetap  Biaya

variabel  Total biaya

produksi  Nilai suku

bunga bank

 Analisis kelayakan

 B/C

 NPV


Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi Kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai

30 171 70

Identifikasi Karakter Morfologi Dalam Penyusunan Deskripsi Jeruk Siam (Citrus nobilis) Di Beberapa Daerah Kabupaten Karo

10 104 73

Kultur Embrio Jeruk Keprok (Citrus Nobilis Lour) Pada Media Ms Dengan Perlakuan BAP

4 51 79

Studi Pemanfaatan Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai Chelator Logam Pb Dan Cd Dalam Udang Windu (Penaeus Monodon)

5 85 89

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JERUK SIAM (citrus nobilis LOUR var.) (Studi Kasus Di Desa Sidomulyo Kecamatan Semboro Kabupaten Jember)

3 51 80

Analisis kelayakan finansial usahatani jeruk (citrus nobilis var microcarpa)

2 15 103

25.5 Rata – rata 42.5 10 12.5 3 0.85 - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 1 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupa

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 0 8

Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

1 1 14