stabilitas ia berani memecat wakil perdana Menteri Anwar Ibrahim yang diam- diam akan melakukan “reformasi” di negara jiran, Malaysia.
35
II.2.2 Membuat Konsep GBHN
Soeharto adalah pemimpin yang bekerja berdasarkan konsep. Selain itu juga berdasarkan mekanisme dan peraturan yang ada. Karena itu, kebijaksanaan
pembangunan Soeharto selalu dibekali oleh Tap-Tap MPRS, antara lain, melaksanakan pembangunan lima tahun pertama, menyederhanakan partai-partai
politik dalam kehidupan Demokrasi Pancasila, dan melaksanakan Pemilu sebagai wujud dari pembangunan demokrasi di negeri ini. Karena Soeharto menyadari ,
selaku pimpinan nasional ia memperoleh mandat dari MPR. Maka berdasarkan mandat tersebut, disusun perencanaan pembangunan
lima tahun pertama dari 19691970 sampai 19731974. Strategi Soeharto, pembangunan pertanian dengan dukungan industri, dengan sasaran, cukup
pangan, cukup sandang, cukup papan, cukup lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendidikan serta kebudayaan sesuai dengan kemampuan. Bappenas
menyusun perencanaan pembangunan makro, sedangkan departemen dan lembaga melaksanakannya.
Didalam pidato lisannya di Pasar Klewer, Solo 9 Juni 1971, Soeharto memaparkan bahwa masyarakat adil dan makmur hanya bisa terwujud bilamana
melakukan serangkaian pembangunan dalam segala bidang. Untuk sampai ketujuan tersebut diperlukan waktu yang bertahun-tahun dan dilakukan secara
bertahap.
35
Dewi Ambar Sari. Ibid. Hal. 147
Universitas Sumatera Utara
Kalau setiap tahap diperlukan lima tahun, maka untuk lima tahap diperlukan waktu 25 tahun. Dalam tempo sepanjang itu, baru akan sampai pada
landasan penting; yaitu perkembangan industri dan pertanian yang seimbang .
Pemikiran Soeharto di Pasar Klewer inilah kemudian dirumuskan dan dijadikan konsep GBHN yang diajukan di dalam Sidang Umum MPR hasil Pemilu
1971. Titik tolaknya, apa yang ada di dalam UUD 1945, bahwa Presiden diangkat oleh MPR untuk waktu 5 tahun dan boleh dipilih kembali.
Didalam pidatonya itu pula, Soeharto dengan tegas menolak setiap teror keagamaan. Indonesia bukan negara sekuler, bukan pula negara teokratis, tetapi
Negara berdasarkan Pancasila.
36
II.2.3 Melaksanakan Repelita