71
Gambar 7. Potret kesalahan siswa pada kelas kontrol dalam menyelesaikan soal pretest nomor 2
Pada pertemuan kedua sampai kelima, siswa melaksanakan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran saintifik. Siswa pada kelas kontrol sudah
terbiasa menggunakan pembelajaran saintifik, sehingga sudah tidak kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran pada kelas kontrol, pertemuan pertama 100 pembelajaran terlaksana seperti yang direncanakan. Pada pertemuan kedua, pembelajaran
terlaksana 93 sesuai rencana. Pada pertemuan ketiga, keempat, dan kelima sebesar 81,2 pembelajaran terlaksana sesuai rencana. Hasil rekapitulasi
observasi keterlaksanaan kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran C11.
B. Deskripsi Data
Data tes kemampuan literasi matematis siswa terdiri dari data pretest dan postest. Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan literasi
metematis siswa pada materi yang akan diajarkan pada saat penelitian, yaitu perbandingan. Selain itu, pretest juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan
awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan terhadap kemampuan literasi matematis
siswa. Pretest kelas eksperimen dilakukan pada hari Senin, 9 Januari 2017.
Pretest kelas kontrol juga dilaksanakan pada hari yang sama yaitu Senin, 9 Januari
72
2017. Terdapat 32 siswa pada kelas eksperimen yang mengikuti pretest. Sedangkan pada kelas kontrol hanya 31 siswa yang mengikuti pretest dikarenakan
salah satu siswa tidak hadir. Berdasarkan data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, sangat sedikit selisih rata-rata keduanya. Sehingga dapat
diperkirakan sebelumnya bahwa siswa dari kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Data nilai pretest kelas eksperimen secara lebih lengkap
disajikan pada Tabel 7, sedangkan data nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas Eksperimen
Skor Frekuensi
Persentase
24,2 4
12,5 27,3
4 12,5
30,3 6
18,8 33,3
9 28,1
36,4 7
21,9 39,4
1 3,1
42,4 1
3,1
Total 32
100,0 Rata-Rata
32 Ragam
21,3
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas Kontrol
Skor Frekuensi
Persentase
21,2 5
16,1 24,2
3 9,7
30,3 7
22,6 33,3
4 12,9
36,4 10
32,3 39,4
2 6,5
Total 31
100,0 Rata-Rata
31,2 Ragam
35,6
73
Berdasarkan statistik deskriptif dengan bantuan program komputer SPSS 21 dan Ms. Excel 2010, hasil pretest kelompok eksperimen yang dalam
pembelajarannya akan menggunakan strategi metakognitif didapatkan skor terendah 24,2 dua puluh empat koma dua, skor tertinggi 42,4 empat puluh dua
koma empat, dan rata-rata 32 tiga puluh dua. Hasil pretest kelas kontrol yang pembelajarannya akan menggunakan pembelajaran saintifik didapatkan skor
terendah 21,2 dua puluh satu koma dua, skor tertinggi 39,4 tiga puluh sempilan koma empat, dan rata-rata 31,2 tiga puluh satu koma dua.
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 7 dan 8 dapat terlihat bahwa rata-rata antara data pretest kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan
kelas kontrol yitu 21,2 dan 24,2. Dari analisis deskriptif ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa di kedua kelas adalah sama. Analisis lebih lanjut
terkait dengan kesamaan nilai awal akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Pada Tabel 7 dan 8 bahwa ragam data hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol juga
tidak terpaut terlalu jauh. Hal ini menandakan bahwa data pretest kedua kelas homogen. Hasil analisis deskriptif pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
lebih lengkap dapat dilihat masing-masing pada Lampiran F1 dan Lampiran F2. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi matematis siswa
setelah pembelajaran dilakukan. Selain itu, posttest pada kelas eksperimen juga digunakan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan strategi metakognitif
terhadap kemampuan literasi matematis siswa. Hasil posttest pada kelas eksperimen akan dianalisis dan dibandingkan dengan hasil posttest kelas kontrol.
Postest kelas eksperimen dilaksanakan dengan tenang dan diikuti oleh 32 siswa.
74
Sama seperti kelas eksperimen, posttest kelas kontrol juga dilaksanakan dengan tertib. Posttest kelas kontrol hanya diikuti oleh 31. Data distribusi frekuensi
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas Eksperimen
Skor Frekuensi
Persentase
51,5 2
6,3 54,5
1 3,1
57,6 3
9,4 60,6
2 6,3
66,7 3
9,4 69,7
2 6,3
72,7 2
6,3 75,8
3 9,4
78,8 3
9,4 81,8
2 6,3
84,8 4
12,5 87,9
1 3,1
90,9 2
6,3 93,9
1 3,1
97,0 1
3,1
Total 32
100,0 Rata-Rata
73,9 Ragam
165,14
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas Kontrol
Skor Frekuensi
Persentase
36,4 1
3,2 39,4
10 32,3
51,5 2
6,5 54,5
1 3,2
57,6 2
6,5 60,6
2 6,5
63,6 2
6,5 66,7
2 6,5
69,7 4
12,9 78,8
3 9,7
87,9 1
3,2 100
1 3,2
Total 31
100,0 Rata-Rata
57,7 Ragam
291,69
75
Apabila dilihat dari hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang cukup besar. Rata-rata skor kemampuan literasi
matematis siswa yang belajar di kelas kontrol menggunakan strategi metakognitif adalah 73,9, sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
saintifik diperoleh rata-rata 57,7. Apabila dibandingkan nilai pretest kedua kelas yang rata-rata nilainya cenderung sama, nilai posttest kedua kelas jauh berbeda.
Tentu hal ini merupakan salah satu akibat dari perlakuan selama pembelajaran berlangsung. Ragam skor kemampuan literasi matematis siswa di kelas
eksperimen dan kontrol juga terpaut cukup jauh. Hal ini menunjukkan terdapat variasi jawaban yang lebih banyak dari siswa di kelas kontrol. Namun dari
perbedaan ini belum dapat dipastikan bahwa keduanya tidak homogen. Rentang skor kelas kontrol juga lebih besar dibanding dengan kelas eksperimen. Hal ini
juga menunjukkan adanya ketimpangan kemampuan literasi matematis siswa di kelas tersebut. Ada siswa yang mendapat nilai sempurna, tapi ada pula yang
mendapatkan nilai sangat minimum. Rangkuman hasil analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS 21 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Deskripsi Data Tes Kemampuan Literasi Matematis
Deskripsi Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Pretest
Posttest Pretest
Posttest
Rata-rata 32
73,9 31,2
57,7 Nilai maksimum teoritik
100 100
100 100
Nilai minimum teoritik Nilai maksimum
42,4 97
39,4 100
Nilai minimum 24,2
51,5 21,2
36,4 Ragam
21,3 165,14
21,3 291,69
Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11, dari 32 siswa kelas eksperimen dan 31 siswa kelas kontrol SMP
76
Negeri 1 Tempel terdapat perbedaan rata-rata skor pretest yaitu 30,7 kelas kontrol dan 31,3 kelas eksperimen. Namun, perbedaan tersebut tidak cukup jauh, sehingga
dapat dikatakan bahwa kemampuan literasi matematis kedua kelas adalah sama. Di sisi lain, hasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen jauh
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahwa terdapat peningkatan kemampuan literasi matematis dari pretest ke posttest
untuk kedua kelas, tapi peningkatan kelas eksperimen jauh lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Perbandingan skor rata-rata dan peningkatan skor
rata-rata pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Batang Skor Perbandingan Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Perbandingan skor masing-masing kemampuan literasi matematis yang meliputi memformulasikan, menggunakan, dan menginterpretasikan untuk pretest
10 20
30 40
50 60
70 80
Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest
77
dan posttest baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen ditampilkan pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Rangkuman Rata-Rata Skor Tes Kemampuan Memformulasikan, Menggunakan, dan Menginterpretasikan.
Deskripsi Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Skor
Maks Skor
Min Pretest
Posttest Pretest Posttest
Memformulasikan 6
0,4
12,3
0,82
6,2
0,41
10,1
0,67
15 Menggunakan
3
0,25
8,2
0,68
3,4
0,28
6,8
0,57
12 Menginterpretasikan
1
0,17
3,8
0,63
0,7
0,12
2,1
0,35
6
Berdasarkan Tabel 12, kemampuan awal memformulasikan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding siswa kelas kontrol. Rata-rata skor pretest
siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol untuk kemampuan memformulasikan selisih 0,2. Walaupun lebih besar kelas eksperimen, untuk
kemampuan awal memformulasikan tidak terlalu jauh dengan kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal memformulasikan siswa di
kedua kelas adalah sama. Namun, pada data hasil posttest kedua kelas cukup jauh berbeda. Rata-rata skor kemampuan memformulaiskan pada kelas eksperimen
yang sebelumnya lebih rendah dibanding kelas kontrol, justru skor posttest kelas eksperimen lebih besar. Rata-rata kemampuan memformulasikan pada kelas
eksperimen mengalami kenaikan sebesar 6,3. Sedangkan kelas kontrol hanya mengalami kenaikan sebesar 3,9. Pengaruh pembelajaran metakognitif mampu
meningkatkan kemampuan memformulasikan siswa lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran saintifik.
Pengaruh pembelajaran menggunakan strategi metakognitif dapat terlihat pada kenaikan kemampuan menggunakan konsep matematis kelas eksperimen
yang cukup besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan skor pretest
78
kemampuan menggunakan konsep matematis, rata-rata skor kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Namun, skor posttest kemampuan
menggunakan konsep matematis kelas eksperimen justru lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan strategi metakognitif lebih berpengaruh positif terhadap kemampuan menggunakan konsep matematis dibandingan menggunakan
pembelajaran saintifik. Kemampuan merepresentasikan siswa eksperimen mengalami kenaikan
jauh lebih besar dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Rata-rata skor pretest kemampuan merepresentasikan siswa kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan
kelas kontrol, hanya selisih 0,3. Namun, rata-rata skor posttest kemampuan menginterpretasikan siswa kelas kontrol terpaut jauh dengan siswa pada kelas
kontrol, yaitu 1,7. Jadi dilihat dari kemampuan menginterpretasikan, pengaruh penggunaan strategi metakognitif terhadap kemampuan menginterpretasikan lebih
berpengaruh positif dibandingkan dengan penggunakaan pembelajaran saintifik. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan bahwa penggunaan
strategi metakognitif dalam pembelajaran matematika berpengaruh terhadap kemampuan literasi matematis. Perbedaan rata-rata skor posttest yang cukup
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa strategi metakognitif berpengaruh signifikan terhadap kemampuan literasi matematis.
C. Uji Prasyarat Analisis