International Finance FIF kota Pematangsiantar sebagai jaminan hutang secara fidusia. Dan BPKB sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor
roda dua akan diserahkan PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar kepada debitur setelah debitur melunasi hutangnya.
Dengan proses pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut di atas, maka debitur sudah dapat menikmati barang objek pembiayaan itu, akan
tetapi debitur harus membayar angsuran untuk melunasi hutangnya kepada kreditur untuk dapat memperoleh bukti kepemilikan barang tersebut.
B. Pemberian Jaminan oleh Debitur dalam Perjanjian
Pembiayaan Konsumen Sepeda Motor PT FIF Kota Pematangsiantar
Pemberian fasillitas kredit akan selalu membutuhkan adanya jaminan. Dibutuhkannya jaminan dan agunan dalam pemberian fasilitas kredit adalah
semata-mata berorientasi untuk melindungi kepentingan kreditur agar dana yang telah diberikannya kepada debitur dapat dikembalikan sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan, dengan perkataan lain pihak kreditur atau pemilik dana, terutama lembaga pembiayaan mensyaratkan adanya jaminan bagi
pemberian kredit demi keamanan dana dan kepastian hukumnya.
103
Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. KUH Perdata juga
mengatur mengenai pemberian jaminan ini yang terdapat dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “segala kebendaan si berhutang debitur, baik
103
Abdul Rasyid Saliman Dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Kasus, Jakarta : PT Gramedia Pustaka,2005 , hal. 14
Universitas Sumatera Utara
yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan suatu segala perikatan pribadi debitur
tersebut.” Ketentuan dalam pasal tersebut merupakan suatu jaminan terhadap pembayaran hutang-hutang debitur, tanpa diperjanjikan dan tanpa menunjuk
benda khusus dari si debitur. Di samping jaminan umum berdasarkan Pasal 1131 KUH Perdata, dalam ilmu jaminan, dikenal pula jaminan yang bersifat khusus.
Yang dimaksud dengan jaminan kebendaan khusus ini adalah penunjukan penentuan atas benda tertentu milik debitur atau milik pihak ketiga, yang
dimaksudkan sebagai jaminan hutangnya kepada kreditur, dimana jika debitur wanprestasi atas pembayaran hutangnya, hasil dari benda objek jaminan tersebut
harus terlebih dahulu dibayar kepada kreditur yang bersangkutan untuk melunasi pembayaran hutangnya, sedangkan jika ada sisanya, baru dibagi-bagikan kepada
kreditur yang lain. Jaminan-jaminan yang diberikan dalam transaksi pembiayaan konsumen
ini pada prinsipnya serupa dengan jaminan terhadap perjanjian kredit bank biasa, khususnya kredit konsumsi. Untuk itu dapat dibagi kedalam jaminan utama,
jaminan pokok dan jaminan tambahan. Dalam jaminan utama, sebagai suatu kredit, maka pokok jaminannya
adalah kepercayaan dari kreditur kepada debitur konsumen, bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya. Jadi di sini
prinsip pemberian kredit berlaku, misalnya prisip 5C yaitu Collateral jaminan
Universitas Sumatera Utara
atau agunan, Capacity kapasitaskecakapan, Character Watak, Capital Modal dan Condition of economy keadaan ekonomi.
104
Suatu pemberian kredit berarti menanggung resiko tidak dibayarnya pengembalian kredit bank di sengaja maupun tidak. Sebagai cara mengatasi resiko
yang mungkin terjadi PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar mewajibkan debitur untuk memberikan hak kepemilikannya
secara fidusia atas barang atau barang-barang lain kepada PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar. Dalam fidusia ini penyerahan barang
jaminan dilakukan secara constituentum possessorium, artinya barang-barang Jaminan pokok dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah barang yang
dibeli dengan dana tersebut. Jika dana tersebut diberikan misalnya untuk membeli mobil, maka mobil yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Biasanya
jaminan tersebut dibuat dalam bentuk Fiduciary Transfer of Ownership Fidusia. Karena adanya fidusia ini maka biasanya seluruh dokumen yang berkenaan
dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak kreditur pemberi dana hingga kredit lunas.
Dalam perjanjian pembiayaan konsumen sering juga dimintakan jaminan tambahan, walaupun tidak seketat jaminan untuk pemberian kredit bank. Biasanya
jaminan tambahan terhadap transaksi seperti ini berupa pengakuan hutang, kuasa menjual barang dan Assigment of Procceed Cassie dari asuransi. Di itu juga
dimintakan persetujuan istri atau suami untuk konsumen pribadi dan persetujuan komisaris untuk konsumen perusahaan sesuai dengan anggaran dasarnya.
104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
yang diserahkan tetap berada dalam penguasaan pihak yang menyerahkan, yang diserahkan hanya hak miliknya dalam arti terbatas saja.
105
Jaminan fidusia dalam praktek yang dilaksanakan PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar sangat menguntungkan debitur karena debitur
selain dapat menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang dibeli dari hasil pembiayaan tersebut untuk keperluan sehari-hari, ia tak perlu lagi memerlukan
barang lain seperti sertifikat tanah, deposito atau barang berharga lainnya untuk Sedangkan jaminan
fidusia sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan yaitu “hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda bergerak maupun tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan”.
Jaminan fidusia yang diberlakukan ini adalah jaminan yang bersifat esesor yaitu bahwa jaminan ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan bergantung pada
perjanjian pokok dalam hal ini adalah perjanjian pembiayaan. Ketentuan mengenai pemberian jaminan fidusia PT Federal International
Finance FIF kota Pematangsiantar bahwa faktur pembelian dan Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor BPKB dokumen kendaraan yang akan
dibuat dan dikeluarkan atas nama debitur, akan dijadikan jaminan secara fidisia, namun selama hutang debitur belum dibayar lunas, maka dokumen kendaraan
akan disimpan kreditur untuk digunakan apabila diperlukan dan debitur tidak berhak dan tidak dapat dengan alasan apapun meminta dan meminjam dokumen
kedaraan tersebut.
105
Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985, hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
dijadikan jaminan untuk mendapatkan pembiayaan dati PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar mensyaratkan penyerahan hak milik BPKB
sebagai jaminan tanpa perlu jaminan lainnya lagi. Begitu juga dengan pihak kreditur, dia tidak lagi memerlukan jaminan lain, cukup dengan hanya
menyerahkan hak milik BPKB kepadanya, maka kreditur sudah dapat memberikan pembiayaan tersebut kepada pihak kreditur.
C. Bentuk-Bentuk Wanprestasi Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Sepeda Motor Pada PT Federal International Finance FIF kota
Pematangsiantar Dan Mekanisme Penyelesaiaannya.
Prestasi adalah salah satu hal pokok dan terpenting dalam perjanjian termasuk dalam perjanjian pembiayaan konsumen karena prestasi adalah wajib
dan harus dipenuhi oleh debitur.
106
Menurut Pasal 1234 KUH Perdata yang dimaksud dengan prestasi adalah “seseorang yang memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu”.
Sebaliknya dianggap wanprestasi yaitu apabila seseorang yaitu : Apabila debitur tidak memenuhi prestasi
sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian maka ia dikatakan wanprestasi kelalaian. Jika terjadi wanprestasi, maka sepatutnya harus ada suatu
proses yang dilakukan sehingga pihak yang dirugikan mendapatkan kembali haknya.
107
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya ;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan ; 3.
Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat ; atau
106
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung : alumni, 1992, hal. 228
107
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Perdata, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 356-357.
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Wanprestasi atau ingkar janji merupakan tindakan tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perjanjian. Debitur lalai atau sengaja tidak sengaja tidak
memenuhi prestasi yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan. Seorang yang melakukan wanprestasi itu mempunyai akibat yang
merugikan.
108
Di dalam perjanjian pembiayaan konsumen tidak dipenuhinya prestasi dapat datang dari kedua belah pihak baik dari kreditur maupun kreditur. Hal
tersebut dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian pembiayaan konsumen. Kelalaian pemenuhan prestasi pada prakteknya lebih sering datang dari pihak
debitur. Bentuk umum prestasi umum wanprestasi yang terjadi pada PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar adalah sebagi berikut :
Untuk mengetahui sejak saat kapan debitur itu dalam keadaan wanprestasi perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan tenggang
waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi itu atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi ditentukan, maka menurut ketentuan Pasal 1238
KUH Perdata “debitur dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
109
1. Debitur lalai atau tidak dan atau gagal memenuhi satu atau lebih
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian pembiayaan dan perjanjian pemberian jaminan fidusia ;
2. Debitur tidak atau lalai melakukan pembayaran angsuran hutang
pembiayaan pada tanggal jatuh tempo angsuran ;
108
Mashudi dan Muhammad Chidir Ali alm, Bab-Bab Hukum Perikatan Pengertian Elementer, Bandung : Mandar Maju, 1995, hal. 64.
109
Diatur dalam Pasal 5 dan 6 perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT FIF Kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
3. Debitur mengalihkan dengan cara apapun, menggadaikan atau
menyewakan barang jaminan kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan tertulis dari pemberi fasilitas ;
4. Perbuatan mengalihkan dengan cara apapun, menggadaikan atau
menyewakan barang jaminan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari pemberi fasilitas merupakan perbuatan pidana.
Dalam hal pihak debitur lalai atau wanprestasi akibatnya ialah pihak kreditur berhak menuntut kepada pihak debitur agar melakukan pelunasan atas
seluruh atau sisa hutang pembiayaan yang masih ada, baik yang telah jatuh tempo maupun yang belum jatuh tempo. Untuk seketika dan sekaligus dan pihak kreditur
berhak untuk menarik atau mengambil barang jaminan kembali. Apabila debitur telah melakukan salah satu bentuk wanprestasi
sebagaimana disebut di atas, maka upaya yang dilakukan oleh pihak kreditur yaitu pihak perusahaan pembiayaan akan memberikan pernyataan lalai kepada pihak
debitur. Dengan demikian, wanprestasi oleh pihak debitur yang berhutang itu harus dengan formal dinyatakan telah lalai lebih dahulu yaitu dengan
memperingatkan debitur bahwa kreditur menghendaki pembayaran seketika. Singkatnya bahwa hutang itu harus ditagih dan yang lalai harus ditegur dengan
peringatan atau somatie. Cara pemberian teguran terhadap debitur yang wanprestasi tersebut telah
diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang menentukan bahwa “teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta sejenis”. Dalam hal ini PT Federal
International Finance FIF kota Pematangsiantar memperingatkan debitur dengan
Universitas Sumatera Utara
Surat Peringatan I SK I, apabila pihak debitur tidak menanggapi surat peringatan I SP I tersebut, maka akan dilanjutkan dengan surat peringatan II SP II, jika
tidak ditanggapi juga oleh pihak debitur, maka pihak kreditur memberikan Surat Peringatan Terakhir SPT sebagai peringatan terakhir kepada debitur yang
menunggak membayar angsuran hutang pembiayaan. Apabila Surat Peringatan Terakhir tidak juga ditanggapi pihak debitur, maka pihak kreditur yaitu pihak PT
Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar akan melakukan eksekusi atau penarikan kendaraan bermotor yang menjadi objek pembiayaan
yang ada ditangan debitur.
110
Wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian tersebut menyebabkan perjanjian pembiayaan tersebut berakhir. Disebabkan dengan adanya wanprestasi
oleh pihak debitur tersebut maka menyebabkan kerugian pada pihak kreditur. Maka mekanisme penyelesaian masalah yang timbul dalam perjanjian
pembiayaan kendaraan bermotor roda dua dengan merek Honda pada PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar dikenal dengan istilah
Collection management atau Account Receivable AR Management yaitu suatu proses pengelolaan untuk mencegah atau mengurangi kerugian perusahaan yang
Adakalanya dalam proses penarikan kendaraan bermotor tersebut menjadi terhambat karena debitur dengan sengaja menghalang-halangi upaya pihak
kreditur untuk melakukan penarikan kendaraan bermotor akibat dari tidak dipenuhinya kewajiban debitur. Apabila eksekusi tidak dapat dilakukan juga,
maka kreditur akan melakukan eksekusi lewat gugatan biasa kepengadilan.
110
Wawancara dengan bapak Alam sebagai Deep Collector
Universitas Sumatera Utara
mungkin timbul dari keterlambatan pembayaran oleh debitur. Perlu diketahui, collection ini tidak sama dengan penagihan, karena proses collection-nya dapat
terjadi jika terjadi debitur menunggak pembayaran. Pada dasarnya setiap debitur berkewajiban untuk melunasi angsuran atau
cicilan kreditnya sehingga bukan merupakan dari officier untuk menagih. Apabila tidak atau belum terjadi penunggakan. PT Federal International Finance FIF kota
Pematangsiantar menjelaskan bahwa penanganan terhadap debitur yang bermasalah di bagi menjadi 8 delapan tahap, yakni :
a. Debitur jatuh tempo 1-3 hari
Desk coll mengingatkan debitur lewat telepon serta mengkonfirmasikan bahwa angsuran telah jatuh tempo dan meminta debitur untuk segera
melakukan pembayaran dengan tetap selalu menjaga hubungan yang baik antar PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar dengan
debitur agar angsuran-angsuran berikutnya selalu membayar tepat waktu dan mengusahakan agar debitur membayar angsurannya.
b. Debitur over due 4-13 hari
Pihak PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar langsung akan menguhubungi debitur kerumah langsung melalui
Costumer Marketing Officier untuk mengingatkan agar sedapat mungkin membayar angsuran dan jatuh tempo pembayaran serta jasa sanksi kepada
debitur apabila melakukan keterlambatan lagi serta diberikan surat peringatan SP kepada debitur.
c. Debitur over due 14-21 hari
Universitas Sumatera Utara
Untuk debitur yang tidak membayar angsuran setelah jatuh tempo maka pihak PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar harus
sudah dapat menganalisa penyebab over due termasuk kandaraan dan keberadaan debitur AR officier akan melakukan cross check apakah
kendaraan motor masih ada atau tidak, dipakai oleh siapa serta mengingatkan debitur untuk tetap bertanggungjawab dengan memberikan
Surat peringatan II SP II dilakukan dan harus jelas siapa yang menerima ada tanda penerimanya, dicetak dan harus terkirim tanpa
kecuali Via Pos team collection yang melakukan usaha penagihan. d.
Debitur over due 22-30 hari Kondisi ini sudah merupakan peringatan bagi team collection untuk dapat
menyelesaikan permasalahan secepatnya agar tidak lebih dari 30 hari. Pihak utusan PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar
harus mengadakan kunjungan yang lebih intensif untuk mengecek keberadaan kendaraan dan debitur dan sekaligus mengeluarkan surat
peringatan terakhir SPT. Dengan jangka waktu peringatan adalah 7 tujuh hari, termasuk koordinasi selanjutnya bila diperlukan.
e. Debitur over due 31-61 hari
Debitur dalam posisi ini sudah masuk dalam katagori debitur yang memiliki kemampuan pembayaran angsuran yang buruk, surat peringatan
pertama sampai surat peringatan terakhir sudah seharusnya sampai pada debitur. Dan apabila debitur tidak juga membayar angsuran hutangnya
maka pihak PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
dapat melakukan penarikan kendaraan. Sebelum melakukan penarikan, perlu dipersiapkan data-data pendukung proses penarikan, dan diusahakan
pendekatan dengan debitur agar proses penarikan berjalan lancar. Apabila susah diajak secara baik-baik, maka perlu dilakukan negosiasi secara
kekeluargaan dan bila proses negosiasi ini tidak berhasil maka perlu melibatkan tim khusus untuk penarikan yang dibantu oleh aparat desa jika
perlu. Setelah kendaraan bermotor tersebut ditarik dari debitur maka dibuat berita acara serah terima kembali kendaraan sambil menunggu
reaksi debitur maksimal 7 tujuh hari untuk menyelesaikan di kantor PT FIF kota Pematangsiantar, setelah lewat 7 tujuh hari segera dikirim
somatie. f.
Debitur over due 61-90 hari Debitur dalam posisi ini biasanya kendaraan sudah digadaikan atau
dipindahtangankan, raib ataupun karena kasus asuransi. Maka pihak PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar akan memonitor
keberadaan debitur dan keberadaan kendaraan atau motornya. Usaha penekanan tetap dilakukan pada debitur supaya tetap membayar angsuran
kendaraan sambil mencari keberadaan kendaraan atau motornya. Apabila debitur sudah ditangani, maka harus segera dilakukan tindakan
pemrosesan melalui lawyer atau pengacara. Untuk debitur yang tetap membandel bila perlu dilakukan proses hukum penahanan karena sudah
melakukan tindak pidana penggelapan kendaraan jaminan. g.
Debitur over due 90-180 hari
Universitas Sumatera Utara
Debitur dalam posisi ini biasanya sudah tidak ada kendaraan dan juga debitur sudah raib. Maka PT Federal International Finance FIF kota
Pematangsiantar bekerjasama dengan pihak aparat kepolisian akan mencari keberadaan debitur.
h. Debitur over due lebih dari 180 hari.
Debitur dalam posisi ini adalah debitur yang telah dilakukan pencarikan keberadaannya, namun tetap wajib dilakukan usaha-usaha untuk mencari
keberadaan kendaraan. Demikianlah upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Federal International
Finance FIF kota Pematangsiantar dalam menangani masalah wanprestasi yang dilakukan oleh debitur sehingga PT Federal International Finance FIF kota
Pematangsiantar dapat meminimalisir kerugian yang sangat besar walaupun sebagaimana diketahui bahwa perusahaan pembiayaan biasanya mengalami resiko
lebih besar dari pada bank.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN