pada pejabat negara yang berwewenang, yang akan memutuskan dan menentukan sampai seberapa jauh suatu prestasi yang telah gagal, tidak sepenuhnya atau tidak
sama sekali dilaksanakan, atau dilaksanakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan masih dapat dilaksanakan, semuanya dengan jaminan harta
kekayaan debitur.
4. Berakhirnya Perjanjian
Hapusnya perjanjian berarti menghapuskan semua pernyataan kehendak yang telah dituangkan dalam persetujuan bersama antara pihak kreditur dan
debitur. Dari segi teoritis, hapusnya persetujuan sebagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur dengan sendirinya akan menghapuskan seluruh isi perjanjian.
Akan tetapi sebaliknya, dengan hapusnya perjanjian belum tentu dengan sendirinya mengakibatkan hapusnya persetujuan. Hanya saja dengan hapusnya
perjanjian, persetujuan yang bersangkutan tidak lagi mempunyai kekuatan pelaksanaan. Sebab dengan hapusnya perjanjian berarti pelaksanaan persetujuan
telah dipenuhi debitur. Misalnya perjanjian jual beli, dengan dibayarnya harga barang perjanjian telah dihapus. Akan tetapi persetujuan jual belinya masih tetap
ada diantara para pihak. Umpamanya para pihak menyatakan persetujuan jual beli tadi dengan sendirinya perjanjian jual beli hapus. Dan pihak-pihak kembali pada
keadaan semula. Jadi pada umumnya jika persetujuannya yang dihapuskan mengakibatkan para pihak harus kembali pada keadaan semula. Seolah-olah
diantara para pihak tidak pernah terjadi apa-apa. Akan tetapi kalau perjanjiannya yang hapus, tidak mempunyai akibat dan kembali pada keadaan semula. malah
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi para pihak berada dalam keadaan baru. Pihak pembeli mendapatkan barang dan pihak penjual mendapat harga barang jual barang yang dijual.
46
a. Pembayaran betaaling
Sesuai dengan asas bahwa para pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan isi perjanjian asal tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan, maka tentang berakhirnya suatu perjanjian dapat ditentukan juga oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Namun
demikian undang-undang ada mengatur cara-cara penghapusan perjanjian yakni di dalam Pasal 1381 KUH Perdata. Menurut isi pasal tersebut disebutkan beberapa
cara-cara penghapusan perjanjian tersebut terdiri atas :
Yang dimaksud dengan pembayaran oleh hukum perikatan bukanlah sebagaimana ditafsirkan dalam bahasa pergaulan sehari-hari, yaitu pembayaran
sejumlah uang, tetapi pembayaran yang dimaksud dalam Pasal 1381 KUH Perdata adalah setiap tindakan dalam pemenuhan prestasi, walau bagaimanapun sifat dari
prestasi itu.
47
Pihak yang wajib memenuhi prestasi adalah debitur. Namun menurut Pasal 1382 KUH Perdata selain debitur sendiri, orang-orang lain dapat juga memenuhi
Pada umumnya tindakan pembayaran merupakan tindakan nyata yang mempunyai arti bisa dilakukan tanpa ikatan formalitas dan bebas. Kadang-kadang
pembayaran untuk memenuhi prestasi tersebut dapat dilakukan sepihak dan pada hal yang lain dilakukan dengan kerjasama antara debitur dan kreditur.
46
M. Yahya Harahap,Op.Cit,hal. 106.
47
Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Op.Cit, hal. 116.
Universitas Sumatera Utara
prestasi yaitu penjamin atau oleh pihak ketiga yang sama sekali tidak berkepentingan dalam perjanjian.
48
Berbeda halnya dengan Pasal 1400 KUH Perdata yang mengatur tentang penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga dalam perjanjian sebagai akibat
pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atas hutang debitur kepada pihak kreditur tetapi untuk perjanjian dan dan isinya tidak berubah. Hal inilah yang
disebut dengan subrogasi. Sebagai akibat dari subrogasi ini adalah segala tuntutan yang dimiliki oleh kreditur yang lama beralih kepada pihak ketiga. Maksud dari
subrogasi ini tidak lain dari pada untuk memberi kedududukan yang lebih kuat dan terjamin pada pihak yang yang telah bersedia membayar hutangnya. Seolah-
olah subrogasi tidak lain dari pada pinjaman uang oleh debitur kepada pihak ketiga untuk membayarkan hutangnya kepada kreditur. Dan akibat dari subrogasi
ini adalah tuntutan apa saja yang dipunyai kreditur semula terhadap debitur semua beralih secara keseluruhan kepada pihak ketiga, dan dengan terjadinya subrogasi
pembayaran kepada kreditur semula benar-benar sudah terlaksana. Pihak ketiga ini diperbolehkan melakukan
pembayaran prestasi, baik sebagai wakil debitur maupun bersifat sukarela atau membantu debitur .
49
48
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal 109
49
Ibid
Namun sekalipun pembayaran sudah terlaksana, perjanjiannya sendiri masih tetap ada, dan tetap bisa ditagih oleh pihak ketiga tadi. Jadi seolah-olah
terjadi pembaharuan hutang atau pembaharuan perjanjian dengan pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan konsignasi
atau penitipan Hapusnya perikatan dengan cara seperti ini disebabkan oleh karena
kreditur lalai atau enggan menerima pembayaran atau penyerahan benda prestasi. Tindak lanjut yang harus dilakukan setelah kreditur tidak bersedia menerima
pembayaran adalah dengan jalan penyimpanan atau penitipan. Hal ini diatur dalam Pasal 1404 KUH Perdata.
50
5 Penawaran ini dilakukan ditempat yang sudah diperjanjikan”. Menurut Pasal 1405 KUH Perdata ada beberapa syarat sahnya penawaran
pembayaran dan konsignasi yaitu : “1 Harus langsung dilakukan oleh debitur kepada kreditur atau wakil atau
kuasa yang berhak menerima pembayaran atau penyerahan. Debitur diutamakan dalam hal ini, akan tetapi pihak ketiga dapat bertindak atas
nama dan untuk debitur ;
2 Penawaran pembayaran yang diajukan kepada kreditur harus meliputi seluruh hutang yang sudah waktunya dapat ditagih, bunga uang yang
sudah dapat ditagih dan ongkos yang telah dikeluarkan serta biaya yang belum dikeluarkan yang diperhitungkan belakangan ;
3 Pembayaran harus berbentuk mata uang resmi yang sah; 4 Penawaran baru diajukan kepada kreditur pada saat pemabayaran yang
sudah diperjanjikan telah sampai ;
51
Penawaran ini dilaksanakan didepan Notaris atau juru sita yang didampingi oleh dua orang saksi. Adapun terhadap penawaran pembayaran tunai
diikuti dengan penyimpanan konsignasi atau penitipan ini hanya berlaku pada perikatan-perikatan yang prestasinya berupa memberi barang-barang bergerak.
50
Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Op.Cit, hal 128
51
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 136
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang tidak ada mengatur bagaimana kalau yang harus diberikan itu berupa barang-barang tidak bergerak.
52
c. Pembaharuan hutang novasi
Pembaharuan hutang novasi adalah suatu perjanjian yang menghapuskan perikatan lama akan tetapi pada saat yang sama menimbulkan perikatan baru yang
menggantikan perikatan lama.
53
Novasi ini hanya dapat terjadi antara orang-orang yang cakap untuk membuat perikatan dan kehendak untuk melakukan novasi harus tegas ternyata
dari perbuatannya. Oleh karena pembaharuan hutang novasi pada hakikatnya merupakan perikatan baru yang menggantikan perikatan lama, maka segala
sesuatu yang mengikuti perikatan lama seperti hak-hak istimewa dan gadai tidak ikut berpindah beralih kepada keperikatan yang baru, kecuali jika diperjanjikan
bahwa hak-hak istimewa dan gadai yang menjadi jaminan perikatan lama tidak hapus, tetapi ikut berpindah pada perikatan yang baru.
Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam novasi yaitu : “1 Novasi objektif dapat terjadi dengan mengganti atau mengubah isi
perikatan. Penggantian isi perikatan terjadi jika kewajiban debitur untuk memenuhi suatu prestasi tertentu diganti dengan prestasi
yang lain.
2 Novasi subjektif pasif dapat terjadi dengan cara expromissie dimana debitur semula diganti oleh dibitur yang baru tanpa bantuan debitur
yang lama. 3 Novasi subjektif aktif selalu merupakan perjanjian bersegi tiga,
karena debitur perlu mengikatkan dirinya dengan kreditur yang baru”.
54
52
Subekti, Op.Cit,hal. 131
53
Riduan Syahrani, Op.Cit,hal. 290
54
Ibid
Universitas Sumatera Utara
d. Pencampuran Hutang
Pencampuran utang terjadi karena kedudukan debitur dan kreditur bersatu pada satu orang. Misalnya kreditur meninggal dunia sedangkan debitur
merupakan satu-satunya ahli waris. Debitur kawin dengan kreditur dalam persatuan harta perkawinan. Hapusnya perikatan karena pencampuran hutang ini
adalah secara otomatis Pasal 1436 KUH Perdata, artinya demi hukum hapuslah perikatan yang semula ada diantara kedua belah pihak tersebut.
55
e. Pembebasan hutang
Pembebasan hutang adalah perbuatan hukum dimana kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya kepada debitur.
56
A. Pitlo berpendapat bahwa “kreditur hanya berhak membebaskan debitur secara sepihak jika ini tidak merugikan debitur”. Jika debitur mempunyai
kepentingan terhadap adanya perikatan itu, maka pembebasan sepihak tidak dapat dilakukan.
Undang-undang tidak ada mengatur bagaimana terjadinya pembebasan hutang ini, sehingga menimbulkan
persoalan apakah pembebasan hutang ini terjadi dengan perbuatan hukum sepihak atau timbal balik.
57
55
Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Op.Cit, hal 142
56
Ahmadi Meru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 107
57
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Jakarta : Bina Cipta, 1977, hal. 120
Pembebasan hutang ini tidak bisa dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 1438 KUH Perdata yang berbunyi
“pembebasan sesuatu utang tidak dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan”
Universitas Sumatera Utara
f.
Lenyapnya barang yang menjadi hutang.
Menurut Pasal 1444 KUH Perdata manyatakan agar perjanjian dapat berakhir karena lenyapnya barang yang menjadi hutang harus memenuhi beberapa
syarat, yakni : “1 Musnahnya barang diluar perbuatan dan kesalahan debitur
overmacht; 2 Musnahnya barang terjadi saat sebelum jatuh tempo penyerahan
barang kepada kreditur ; 3 Apabila terjadi sesudah jatuh tempo, debitur terbebas dari kewajiban
asal saja seandainya juga telah terjadi penyerahan, barang tersebut tetap musnah oleh sebab peristiwa yang sama”.
Dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut di atas, yang mengakibatkan musnahnya barang debitur, maka debitur dibebaskan dari
kewajiban-kewajiban memenuhi prestasi terhadap krediturnya. Tetapi apabila pihak debitur mempunyai hak-hak atau tuntutan ganti rugi mengenai musnahnya
barang tersebut maka debitur diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan- tuntutan tersebut kepada kreditur.
58
g. Pembatalan perjanjian
Kalau suatu perjanjian batal demi hukum maka tidak ada perikatan hukum yang lahir karenanya, karena itu tidak ada perikatan hukum yang hapus. Karena
alasan-alasan yang dapat menimbulkan batalnya suatu perikatan adalah kalau suatu perikatan itu cacat pada syarat-syarat objektif saja. Oleh karena itu, kata-
kata batal demi hukum pada Pasal 1446 KUH Perdata itu harus dibaca dengan dapat dibatalkan.
59
58
Riduan Syahrani, Op.Cit, hal. 296-297
59
Mariam Darus Badrulzaman Dkk, Op.Cit, hal 147
Universitas Sumatera Utara
Apabila suatu perikatan cacat pada syarat-syarat subjektif, yaitu salah satu pihak belum dewasa atau kalau perikatan terjadi karena paksaan, penipuan dan
kekhilafan maka perikatan itu dapat dibatalkan Pasal 1446 dan Pasal 1449 KUH Perdata.
Dalam keadaan demikian maka akibat-akibat yang timbul dari perikatan itu dikembalikan pada keadaan semula Pasal 1451 dan Pasal 1452 KUH Perdata.
Bahwa pihak yang menuntut pembatalan tersebut dapat menuntut penggantian biaya kerugian dan bunga apabila ada alasan untuk itu.
60
h. Lewat waktu.
Lewat waktu daluwarsa menurut Pasal 1946 KUH Perdata “adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang”.
Dalam Pasal 1967 KUH Perdata ditentukan bahwa “segala tuntutan hukum baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus karena
daluwarsa dengan lewatnya waktu 30 tiga puluh tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan adanya daluwarsa itu tidak usah menunjukkan suatu alas hak, lagi
pula tak dapatlah diajukan terhadapnya sesuatu tangkisan yang didasarkan itikadnya yang buruk”.
Dengan lewatnya waktu 30 tiga puluh tahun tersebut maka hapuslah perikatan hukum dan tinggallah perikatan bebas, yaitu suatu perikatan yang boleh
60
Riduan Syahrani, Op.Cit, hal. 298
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi oleh dibitur, tetapi tidak dapat dituntut oleh kreditur melalui pengadilan.
61
Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan
kredit konsumen consumer credit. Bedanya hanya terletak pada lembaga yang membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan
pembiayaan financing company. Sedangkan kredit konsumen consumer credit biayanya diberikan oleh bank.
B. Pengaturan Pembiayaan Konsumen Dalam Mendukung Transaksi Konsumen