BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Dasar hukum perjanjian pembiayaan konsumen pada PT Federal International
Finance FIF kota Pematangsiantar terdiri atas dua segi hukum yaitu segi hukum perdata dan segi di luar KUH Perdata. Berdasarkan segi hukum
perdata terdiri atas dua sumber yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata. Asas kebebasan berkontrak
harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata Jo Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata Jo Pasal 1337 KUH Perdata.
Adapun yang mengatur perjanjian pembiayaan ini dalam bidang hukum perdata adalah perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III KUH
Perdata yaitu dalam perjanjian pinjam pakai dan perjanjian jual beli bersyarat. Terhadap pengaturan di luar KUH Perdata, perjanjian pembiayaan konsumen
ini diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Keputusan Presiden NO. 61 tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan, Keputusan Menteri Keuangan No. 1251KMK.0131988 tentang Kententuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pembiayaan yang telah diubah dan
disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 468 Tahun 1995, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia, Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. 2. Kedudukan kontrak baku dalam perjanjian pembiayaan konsumen sepeda
motor PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
merupakan mode perjanjian yang tidak dapat dihindari karena kedudukan kontrak baku memberikan tujuan yang ekonomis, efisien, praktis cepat serta
tidak bertele-tele. Walaupun perjanjian pembiayaan konsumen ini dituangkan dalam klausula baku, tidak hanya memberikan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dari debitur konsumen saja, melainkan juga hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha yakni PT Federal Internatioanal
Finance FIF kota Pematangsaiantar kreditur juga diatur yang dalam pelaksanaannya, sebelum mendapatkan pembiayaan konsumen ini, seorang
calon debitur harus mengikuti prosedur proses permohonan perjanjian pembiayaan konsumen yang telah ditentukan oleh PT Federal International
Finance FIF kota Pematangsiantar. Dan sebagai jaminan dari pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen ini PT Federal International Finance FIF
mewajibkan konsumen debitur untuk memberikan jaminan dengan penyerahan hak milik Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor BPKB
secara fidusia. Setelah debitur melunasi hutangnya maka hak milik yang
dijaminkan tersebut akan diserahkan kepada debitur.
3. Debitur yang kedudukannya sebagai pihak yang berhutang adakalanya lalai dalam memenuhi prestasinya, dan kelalaian ini jika dibiarkan akan
menyebabkan debitur terbukti melakukan wanprestasi. Sebahagian besar dari bentuk wanprestasi yang dilakukan debitur adalah keterlambatan pembayaran
angsuran hutang. Untuk mencegah kerugian perusahaan yang begitu besar akibat dari perbuatan wanprestasi dari debitur, maka PT Federal International
Finance FIF kota Pematangsiantar jika telah jatuh tempo angsuran belum
Universitas Sumatera Utara
dibayar juga oleh debitur, maka kreditur memberikan surat peringatan yang dalam pelaksanaannya surat peringatan ini diberikan pihak kreditur sebanyak
tiga kali. Dan jika dalam jangka waktu tiga kali pengiriman surat peringatan tersebut dan telah diterima oleh debitur tidak juga dihiraukan oleh debitur,
maka PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar dapat melakukan eksekusi untuk menarik kembali objek perjanjian. Adapun upaya
pencegahan perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur maka PT Federal International Finance FIF kota Pematangsiantar membentuk tim
khusus dalam mengatasi penanganan debitur bermasalah yang dikenal dengan istilah Collection management atau account Receivable AR management
yang dibagi dalam delapan tahapan waktu penyelesaian. Dimana collection management ini tidak sama dengan penagihan karena proses collection-nya
dapat terjadi jika debitur menunggak pembayaran.
B. Saran