besaran modal, pembinaan dan pengawasan, serta sanksi apabila perusahaan pembiayaan konsumen melakukan kegiatan yang bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan dari Keputusan Menteri Keuangan tersebut ; 6
Peraturan Menteri Keuangan No. 84 PMK.0122006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini mengatur tentang
kegiatan perusahaan pembiayaan konsumen, izin usaha, modal, kepemilikan dan kepengurusan, pembukaan kantor cabang, perubahan
nama perusahaan pembiayaan konsumen dan pengawasan ; 7
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia ini
mengatur tentang jenis-jenis lembaga pembiayaan, kegiatan usaha dan pengawasannya.
71
3. Manfaat Perjanjian Pembiayaan Konsumen dalam Mendukung Transaksi Konsumen
Kata konsumen dalam bahasa Indonesia merupakan adopsi dari bahasa asing yaitu Inggris consumer dan Belanda consument, secara harfiah diartikan
“sebagai orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu”. Atau sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan
atau sejumlah barang. Ada juga yang mengartikan setiap orang yang menggunakan barang atau jasa. Dari pengertian di atas terlihat ada pembedaaan
antara konsumen sebagai orang alami atau pribadi kodrati dengan konsumen sebagai perusahaan atau badan hukum. Pembedaan ini penting untuk
71
http:one.indoskripsi.comnode9359 090209.htm
Universitas Sumatera Utara
membedakan apakah konsumen tersebut menggunakan barang tersebut untuk dirinya sendiri atau untuk tujuan komersial dijual, diproduksi lagi.
72
Konsumen menjadi objek pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Konsumen menjadi dirugikan karena adanya penerapan
perjanjian baku atau perjanjian standar oleh pelaku usaha. Karenanya konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 1 angka 2 mendefenisikan bahwa “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Defenisi yang dituangkan dalam undang-undang perlindungan
konsumen ini memberikan pengertian bahwa konsumen adalah pengguna terakhir. Dengan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang
perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan variasi barang dan atau jasa untuk dikonsumsi, dan dengan didukung perkembangan telekomunikasi
dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan atau jasa. Kondisi demikian pada satu pihak sangat bermanfaat bagi konsumen karena
kebutuhan konsumen akan barang dan atau jasa dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan atau
jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Di sisi lain, kondisi demikian dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi
tidak seimbang, dan konsumen berada pada posisi yang lemah.
72
Arrianto Mukti Wibowo, Kerangka Hukum Digital Signature Dalam ElectronicCommerce,Depok, Jawa Barat : Fakultas Ilmu Komputer UI, 1999 , hal. 102
Universitas Sumatera Utara
seharusnya memiliki kesadaran bahwa ia memiliki hak atas barang dan atau jasa yang akan dikonsumsinya.
73
Apabila kedudukan konsumen dihubungkan dengan kedudukan pelaku usaha dalam tataran peralihan barang dan atau pemanfaatan jasa dari pelaku usaha
kepada konsumen maka pelaku usaha harus melakukan transaksi konsumen kepada konsumen. Dalam transaksi konsumen, maka setidaknya ada tiga tahapan
transaksi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
74
a.
Tahap Pratransaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi atau penjualan pembelian barang dan atau jasa belum terjadi. Dalam tahap ini hal yang paling penting bagi konsumen
adalah informasi atau keterangan yang benar, jujur, serta akses untuk mendapatkan suatu barang atau jasa yang diinginkannya dari pelaku usaha
yang beritikad baik dan bertanggung jawab. Konsumen masih dalam proses pencarian informasi atas suatu barang, peminjaman, pembelian,
penyewaan atau leasing.. Kejujuran atas keterangan informasi yang diperlukan konsumen dalam menentukan pilihannya atas barang dan atau
jasa kebutuhannya dan bukan sekedar informasi untuk menarik minat beli konsumen belaka. Dalam penyampaian informasi tersebut antara lain tidak
boleh bertentangan dengan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
75
73
Adrian suteti, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Bogor : Ghalia Indonesia Anggota Ikapi, 2008, hal.1
74
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005, hal. 102-103
75
Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999, bab IV, Pasal 8-17
Universitas Sumatera Utara
b.
Tahap Transaksi Konsumen
Pada tahap ini konsumen melakukan transaksi dengan pelaku usaha dalam suatu perjanjian jual beli, sewa atau bentuk lainnya. Pada saat ini, telah
ada kecocokan pilihan barang dan jasa dengan persyaratan serta harga yang harus dibayar oleh konsumen. Dalam tahap transaksi ini yang
menentukan adalah syarat-syarat perjanjian pengalihan pemilikan barang dan atau pemanfaatan jasa tersebut. Dalam kaitan ini perilaku pelaku
usaha sangat menentukan seperti keberadaan klausul baku yang mengikuti transaksi dan persyaratan-persyaratan penjaminan jika ada. Pelaku usaha
dan konsumen yang terkait dalam taransaksi konsumen betul-betul harus beritkad baik sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
c.
Tahap Purnatransaksi Konsumen
Tahap ini merupakan tahap pemakaian, yaitu penggunaan dan atau pemanfaatan barang dan atau jasa yang telah beralih kepada pemiliknya
atau pemanfaatannya dari pelaku usaha kepada konsumen. Pada tahap ini jika informasi barang dan atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha
sesuai dengan pengalaman konsumen dan pemakaian, yaitu penggunaan dan atau pemanfaatan produk konsumen tersebut, maka konsumen akan
puas. Bahkan, bukan tidak mungkin konsumen tersebut akan menjadi langganan tetap pelaku usaha tertentu itu. Akan tetapi, apabila sebaliknya
yang terjadi, artinya informasi produk konsumen yang yang diperoleh tidak sesuai dalam kenyataan pemakaian, yaitu penggunaan atau
pemanfaantannya oleh konsumen, maka tentulah akan timbul masalah
Universitas Sumatera Utara
antara konsumen dan pelaku usaha yang bersangkutan. Maka dengan adanya Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menjadikan pelaku usaha harus jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatannya.
Berdasarkan ketiga tahapan yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa manfaaat yang dapat diperoleh para pihak yang melakukan perjanjian
pembiayaan konsumen dalam mendukung transaksi konsumen yang dilakukan dalam kontrak baku antara lain yaitu :
76
1 Bagi Supplier
Manfaat yang utama bagi supplier dangan adanya perusahaan pembiayaan konsumen adalah adanya peningkatan penjualan. Daya beli dan kemampuan arus
kas dari calon konsumen akan membeli barang pada supplier sangat beragam. Konsumen tertentu mempunyai kemampuan untuk membayar secara tunai dan
mempunyai niat untuk membeli barang pada supplier yang bersangkutan. Di samping itu, dalam kenyataannya terdapat juga konsumen yang mempunyai niat
untuk membeli barang dari supplier tersebut, namun tidak cukup mempunyai uang tunai. Perusahaan pembiayaan konsumen menjembatani kepentingan
konsumen semacam ini, sehingga penjualan barang oleh supplier tidak hanya dapat dilakukan pada konsumen yang mempunyai cukup dana tunai, melainkan
juga pada konsumen yang memiliki keterbatasan dana tunai. Manfaaat di atas yang dapat ditinjau dengan pendekatan lain yaitu, apabila supplier melakukan
76
http:yahyazein.blogspot.com200806kontrak-standar-baku-pengembang.html
Universitas Sumatera Utara
penjualan dengan cara kredit maka dana tunai akan diterima secara bertahap dan setelah jangka waktu yang tertentu. Dengan adanya perusahaan pembiayaan
konsumen, maka supplier dapat memperoleh pembayaran secara tunai dan angsuran konsumen dialihkan pada perusahaan pembiayaan konsumen. Resiko
tidak terbayarnya kredit konsumen yang semula ditanggung oleh supplier juga dapat dialihkan kepada perusahaan pembiayaan konsumen.
2 Bagi konsumen
Manfaat utama yang diperoleh konsumen adalah kesempatan untuk membeli atau memiliki barang meskipun dana yang tersedia saat ini belum cukup
untuk menutup seluruh harga barang dan jasa. Singkatnya konsumen tidak harus membeli tunai atau dapat membeli secara kredit. Apabila pembiayaan konsumen
ini dibandingkan dengan kredit bank, maka pembiayaan konsumen mempunyai manfaat atau keunggulan lain bagi konsumen. Di samping memperoleh
pembiayaan dari perusahaan pembiayaan konsumen untuk pembelian barang- barang, konsumen sebenarnya juga bisa memperoleh pembiayaan dari kredit
bank.Keunggulan pembiayaan konsumen dibandingkan dengan kredit bank antara lain:
77
a Prosedur yang lebih sederhana ;
b Proses persetujuan yang biasanya cepat ;
c Perusahaan pembiayaan konsumen biasanya tidak mensyaratkan
penyerahan agunan tambahan sepanjang konsumen atau debitur cukup layak untuk dipercaya kemampuan dan kemauannya untuk
memenuhi kewajibannya.
d Konsumen tertentu terutama di Indonesia mengalami keengganan
untuk berhubungan dengan bank dalam hal peminjaman dana
77
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global,Bogor : Ghalia Indonesia, 2005 h. 102-103.
Universitas Sumatera Utara
karena minimnya informasi tentang jasa-jasa bank dan cara berhubungan dengan bank.
Mengingat keunggulan-keunggulan tersebut banyak konsumen yang lebih menyukai menggunakan jasa pembiayaan konsumen dalam pembelian barang
secara kredit, meskipun besarnya bunga yang harus dibayar seringkali lebih besar dari pada bunga kredit bank.
3 Bagi perusahaan pembiayaan konsumen
Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan pembiayaan konsumen adalah penerimaan harga dan biaya administrasi yang dibayarkan oleh konsumen.
Tingkat harga yang ditetapkan perusahaan pembiayaan konsumen biasanya lebih tinggi daripada tingkat harga kredit bank. Hal ini sebagai konsekuensi
kompensasi dari besarnya resiko yang relatif besar daripada penyaluran dana bank dalam bentuk kredit pada debiturnya.
78
Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha berbentuk PT atau koperasi yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pembiayaan konsumen atas barang yang mereka inginkan maka
ini akan memberikan manfaat kepada perusahaan untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kepada debitur bahwa debitur percaya dengan
perusahaan mereka.
4. Para Pihak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen