38
kriteria. Karakteristik responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil di wilayah kelurahan Belawan II berusia 20
– 35 tahun 84. Usia kehamilan responden terbanyak dalam penelitian ini adalah trimester
3 42. Mayoritas responden beragama Islam 92 dengan suku terbanyak adalah suku Jawa 28. Dilihat dari latar belakang pendidikan, rata
– rata responden memiliki latar belakang pendidikan SMP dan SMA 38. Hampir
seluruh responden bekerja sebagai ibu rumah tangga 98 dengan penghasilanbulan dibawah UMK atau Rp. 1.850.000,00 74 dan status
kepemilikan tempat tinggal yang ditempati adalah milik keluarga 60.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Sosiodemografi Responden n=50
No Karakteristik
Sosiodemografi Frekuensi
1. Usia
20 20-35
35 3
42 5
6 84
10
2.
3.
4.
5. Suku
Jawa Melayu
Batak Padang
Aceh Banjar
Karo Agama
Islam Protestan
Tingkat Pendidikan SD
SMP SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Pegawai Swasta 14
10 9
9 5
2 1
46 4
12 19
19
49 1
28 20
18 18
10 4
2
92 8
24 38
38
98 2
Universitas Sumatera Utara
39
No Karakteristik
Sosiodemografi Frekuensi
6.
7.
8. Penghasilan
Rp. 1.850.000,00 Rp. 1.850.000,00
Tempat Tinggal Milik sendiri
Punya keluarga Sewa
Usia Kehamilan Trimester 1
Trimester 2 Trimester 3
37 13
7 30
13
13 16
21 74
26
14 60
26
26 32
42
1.3 Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Pemeriksaan Fisik
Hasil pengkajian status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilihat dari peningkatan berat badan berdasarkan IMT
sebelum hamil dan pengukuran LILA dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II n=50
No Pemeriksaan Fisik
Frekuensi 1.
IMT Rendah
Normal Tinggi
20 22
8 40
44 16
2. Peningkatan BB
berdasarkan IMT Kurang
Normal Lebih
37 3
10 74
6 20
3. LILA
Risiko KEK Tidak berisiko KEK
9 41
18 82
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa IMT ibu hamil di kelurahan Belawan II terbanyak ada pada rentang normal 19,8
– 26,0 yaitu sebanyak 44 diikuti
Universitas Sumatera Utara
40
rentang rendah 19,8 sebanyak 40 dimana selisih ibu hamil yang memiliki IMT normal dan rendah hanya sebesar dua responden 4. Peningkatan berat
badan yang seharusnya terjadi berdasarkan IMT sebelum hamil, sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II mengalami peningkatan berat badan yang
kurang yaitu sebanyak 74. Jika dilihat dari pengukuran LILA, sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II tidak berisiko KEK yaitu sebanyak 82.
Dapat disimpulkan bahwa walaupun peningkatan berat badan ibu hamil berdasarkan IMT di kelurahan Belawan II kurang, namun tidak berisiko KEK.
1.4 Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Pemeriksaan Kadar Hb
Hasil analisa pengkajian status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II yang dilakukan dengan pemeriksaan kadar Hb dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Pemeriksaan Kadar Hb Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II n=50
No Pemeriksaan Kadar Hb Frekuensi
1. Kadar Hb
Anemia Tidak Anemia
9 41
18 82
Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang dijadikan sampel pada penelitian ini, rata
– rata memiliki kadar Hb sebesar 12,1 gdl. Untuk kadar Hb ibu hamil terendah yaitu 8,4 gdl, sedangkan kadar Hb ibu hamil tertinggi yaitu
16,3gdl. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan,
sebagian besar ibu hamil di kelurahan Belawan II tidak mengalami anemia 82.
Universitas Sumatera Utara
41
2. Pembahasan 2.1. Karakteristik Sosiodemografi
Hasil karakteristik demografi menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II berusia 20-35 tahun 84. Manuaba 2001
mengatakan bahwa usia ideal untuk mengandung adalah usia 20-35 tahun karena ibu yang berusia 20-35 tahun secara fisik dan psikologis sudah siap menghadapi
kehamilan. Umur di usia ini, pertumbuhan organ reproduksinya sudah maksimal dan dari segi psikologis mental ibu sudah cukup dewasa sehingga memiliki
perhatian yang cukup terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama
kehamilannya.
Mayoritas ibu hamil di Kelurahan Belawan II adalah bersuku Jawa dan beragama Islam. Penduduk asli yang sudah lama menetap di Kecamatan Medan
– Belawan adalah etnis Melayu Iskandar, 2003. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Erniyati dan koleganya 2014 bahwa mayoritas penduduk asli Kecamatan Medan Belawan adalah Melayu Deli. Dapat disimpulkan bahwa etnis
Jawa sudah tersebar di daerah tersebut. Agama yang dianut responden juga menunjukkan karakteristik agama yang sesuai dengan etnis asli mayoritas
penduduk, yaitu Islam. Sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II berlatar pendidikan
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dengan persentase yang sama yaitu 38. Penelitian yang dilakukan Yuli 2004 tentang Hubungan
Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Berat Bayi Lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta dalam Kartikasari dan koleganya 2011, mengatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
42
pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang
menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi tentang gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut
diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi, dan pengetahuan yang terkait dengan pola
makan lainnya. Dalam penelitian ini, hampir seluruhnya ibu hamil di Kelurahan Belawan
II pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan keluarga yang dibawah standar upah minimum kota Medan Rp. 1.850.000,00 dan status
kepemilikan tempat tinggal yang ditempati adalah milik keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniyati dan koleganya 2014 bahwa
sebagian besar ibu hamil di kecamatan Medan – Belawan berpendidikan sekolah
menengah atas dengan status pekerjaan ibu rumah tangga dan berpenghasilan di bawah standar upah minimum serta tempat tinggal yang masih menumpang
dengan keluarga. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Asriningtyas 2010 dalam Susanti dan koleganya 2013, mengemukakan bahwa status sosial
ekonomi berpengaruh dengan status gizi pada ibu hamil. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari.
Maka seseorang dengan ekonomi yang tinggi maka kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya pemeriksaan kehamilan membuat gizi ibu
semakin terpantau.
Universitas Sumatera Utara
43
2.2. Pemeriksaan Fisik 2.2.1. Peningkatan BB berdasarkan IMT
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan Supariasa, et al., 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT ibu hamil di kelurahan Belawan II adalah normal 19,8
– 26,0 sebanyak 44 diikuti dengan IMT rendah 19,8 sebanyak 40 . IMT
merupakan nilai antropometri yang diperlukan untuk menentukan peningkatan berat badan selama kehamilan yang direkomendasikan oleh IOM Institute of
Medicine Bobak, et.al., 2005. Peningkatan berat badan selama masa hamil merupakan hal penting dalam
memberi kontribusi terhadap kesuksesan suatu kehamilan. Akan tetapi, peningkatan berat badan saja tidak dapat dipakai untuk menentukan kecukupan
asupan nutrisi. Kualitas asupan makanan merupakan faktor yang lebih penting dalam perkembangan janin secara keseluruhan. Peningkatan berat badan
progresif secara bertahap pada dua trimester terakhir umumnya merupakan peningkatan jaringan lemak dan jaringan tidak berlemak. Selama trimester kedua
peningkatan terutama terjadi pada ibu sedangkan pada trimester ketiga kebanyakan untuk pertumbuhan janin Bobak, et.al., 2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 74 ibu hamil di kelurahan Belawan II mengalami peningkatan berat badan yang kurang selama
masa kehamilannya. Hasil penelitian Sanampe 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 80,4 ibu hamil di kota Manado memiliki pertambahan berat badan
Universitas Sumatera Utara
44
tidak baik. Herawati 2011 dalam Sanampe, 2014 mengatakan bahwa wanita yang hamil pada usia muda menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong
diet yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi, sedangkan pada ibu yang berusia diatas 35 tahun rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit sehingga akan mengalami penurunan berat badan. Sama halnya dengan pernyataan Bobak
dan koleganya 2005 yang mengatakan bahwa peningkatan berat badan bagi wanita yang ramping dan sangat memperhatikan bentuk tubuh IMT 19,8
merupakan masalah yang besar. Plasenta ibu, yang tidak mendapat makanan yang adekuat seringkali berisi lebih sedikit sel yang ukurannya lebih kecil dan
kurang mampu mensintesis nutrien yang dibutuhkan janin. Semua wanita perlu mengalami peningkatan berat badan selama hamil yang sekurang-kurangnya
harus sama dengan produk konsepsi janin, plasenta, cairan amnion. Penjelasan tentang cara menurunkan berat badan pada masa pascapartum akan membantu
menurunkan rasa cemas ibu. Simkin dan koleganya 2007 juga mengatakan bahwa kehamilan bukan saatnya untuk menguruskan badan atau menggemukkan
badan namun saat itulah waktunya untuk memusatkan diri pada diet berkualitas tinggi. Kualitas peningkatan berat badan penting selama kehamilan dan nutrisi
yang harus ditekankan pada wanita hamil adalah makanan yang kaya nutrien dan menghindari makanan yang tidak berkalori Bobak, et.al., 2005.
2.2.2. Pengukuran LILA
LILA merupakan salah satu pengukuran antropometri yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil karena pada wanita hamil dengan malnutrisi
Universitas Sumatera Utara
45
kadang-kadang menunjukkan udem tetapi jarang mengenai lengan atas. Pengukuran LILA merupakan salah satu cara untuk mengetahui risiko KEK
pada wanita usia subur Satriono 2002 dalam Ferial, 2011. KEK merupakan keadaan seseorang menderita ketidakseimbangan asupan gizi energi dan protein
yang berlangsung menahun. Status KEK sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah Supariasa, 2001. Hasil pengukuran LILA menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di
Kelurahan Belawan II tidak mengalami risiko KEK namun masih ada ibu yang memiliki status gizi kurang pada saat hamil yang dilihat dari ukuran LILA. Hasil
penelitian Ferial 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melakukan antenatal care dan melahirkan di RSUD Daya Kota Makassar memiliki status
gizi yang cukup dilihat dari ukura n LILA ≥ 23,5cm sebanyak 77,1. Penelitian
yang dilakukan oleh Herawati dan Astuti 2010 juga menunjukkan bahwa dari 81 responden ibu hamil di UPTD Puskesmas Jalaksana Kuningan, sebagian
besar ibu hamil 77,8 memiliki ukuran LILA ≥ 23,5 cm yang berarti tidak mengalami risiko KEK. Angka KEK ini lebih besar dari target yang ditetapkan
Depkes yaitu sebesar 20 Depkes RI, 2000. Herawati dan Astuti 2010 menjelaskan dalam penelitiannya bahwa KEK erat kaitannya dengan kekurangan
asupan protein yang bersifat kronis atau terjadi dalam jangka waktu yang lama.
2.3. Pemeriksaan Kadar Hb
Kadar hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan status anemia. Menurut Bobak 2005 bahwa kadar Hb pada wanita
Universitas Sumatera Utara
46
tidak hamil adalah 12gdl, sedangkan kadar Hb untuk wanita hamil pada trimester pertama adalah 11gdl, trimester kedua 10,5gdl, dan trimester ketiga 11gdl. Jika
kondisi kadar Hb ibu hamil pada trimester pertama dan ketiga 11 gdl atau pada trimester kedua 10,5gdl, maka dapat dikatakan ibu hamil menderita anemia.
Selama hamil, plasma darah bertambah sehingga darah mengalami pengenceran, akibatnya konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin menurun. Anemia gizi
adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena defisiensi zat gizi yang diperlukan untuk pembentukkan hemoglobin tersebut.
Anemia juga merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal Arisman, 2007. Anemia
berdampak buruk pada peningkatan angka kematian ibu dan bayi, selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan perdarahan sebelum dan saat
melahirkan, keguguran, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah Kusumah, 2009.
Hasil penelitian terhadap 50 responden menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di kelurahan Belawan II tidak mengalami anemia. Hasil penelitian
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih dan Faridah 2013 bahwa dari 50 responden ibu hamil trimester tiga di wilayah puskesmas Jambon
kabupaten Ponorogo, sebanyak 41 ibu hamil 82 memiliki kadar Hb normal yang berarti ibu hamil tidak menderita anemia. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Kusumah 2009 yang mendapatkan hasil bahwa dari 62 ibu hamil trimester 2 dan 3 yang datang ke Poli Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan,
sebanyak 61,3 mengalami anemia. Kejadian wanita hamil mengalami anemia
Universitas Sumatera Utara
47
disebabkan karena kebutuhan gizi yang meningkat selama hamil tetapi tidak diimbangi dengan pemenuhan makanan yang bergizi tinggi. Sebaiknya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar ibu dan janin dalam keadaan sehat.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Belawan II Keacamatan Medan
– Belawan menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II berusia 20
– 35 tahun, bersuku Jawa, beragama Islam, berlatar pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas, status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan keluarga Rp. 1.850.000,00 dan status kepemilikan tempat tinggal yang ditempati
adalah milik keluarga. Status gizi yang dilihat dari karakteristik sosiodemografi, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan Hb menunjukkan bahwa ibu hamil di kelurahan Belawan II memiliki IMT normal diikuti IMT rendah dan sebagian besar ibu
hamil mengalami peningkatan berat badan yang kurang dari standar peningkatan berat badan yang telah ditetapkan IOM namun dari hasil
pengukuran LILA didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II tidak mengalami risiko KEK. Dari hasil pemeriksaan kadar Hb,
didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak mengalami anemia.
2. Saran 2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat