Analisa Prosedur Persetujuan Kredit Dalam Memperkecil Resiko Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada Pt.Federal International Finance (Fif) Cabang Kisaran

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

ANALISA PROSEDUR PERSETUJUAN KREDIT DALAM

MEMPERKECIL RESIKO KERUGIAN PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

CABANG KISARAN

NAMA : AMY FARADHILLAH

NIM : 0405522130 DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

“Analisa Prosedur dan Persetujuan Kredit Dalam Memperkecil Resiko Kerugian Piutang Tak Tertagih pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran ”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.

Medan, 27 November 2007

Yang Membuat Pernyataan,

Amy Faradhillah Nim. 040522130


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita, Muhammad Rasulullah s.a.w, keluarganya serta para sahabatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Ekonomi dengan judul “Analisa Prosedur dan Persetujuan Kredit dalam Memperkecil Resiko Kerugian Piutang Tak Tertagih pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran”.

Penulis menyadari kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini sehingga demi perbaikannya, penulis membuka diri dan menerima semua bentuk saran dan kritik yang membangun. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menghadapi kesulitan baik dari segi teknis, waktu, tenaga dan biaya. Namun dengan kemudahan yang diberikan Allah SWT serta bantuan dan bimbingan yang diberikan pada penulis, maka skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis dengan penuh ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku Pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Syahelmi, Ak yang telah bersedia menjadi Pembanding dan Penguji pada skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, Ak yang juga telah bersedia dan menolong saya sebagai Pembanding dan Penguji pada skripsi ini.

6. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Semua pihak dari PT. Federal International Finance Cabang Kisaran terkhusus departemen kredit yakni Bapak Ahmad Fauzi yang telah banyak membantu penulis dalam menyediakan berbagai data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Keluarga Besar penulis, khususnya Almarhumah Papa dan Mama, Suami penulis, Elok, Iyos, kedua Mertua penulis, serta adik-adik penulis.

9. Semua sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan bantuan pada penulis baik dalam bentuk tenaga dan do’a, khususnya Irza, Juni, Mita, Mian, Nain, Margaret, Laura, dan Yanti

Penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberi faedah bagi semua pihak dan sekali lagi terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

Penulis,

Medan, 27 November 2007

Amy Faradhillah Nim 040522130


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur persetujuan kredit dalam memperkecil resiko kerugian piutang tak tertagih pada PT. Federal International Finance Cabang Kisaran. Dengan mengefektifkan prosedur persetujuan sesuai dengan kebijakan perusahaan diharapkan dapat meminimalisasi adanya resiko kerugian piutang tak tertagih.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik studi kasus, yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran di dalam menganalisis pemberian kredit kepada konsumen selain menggunakan analisis 5C perusahaan juga menggunakan lima parameter kelayakan utama dalam menganalisis layak atau tidaknya konsumen untuk dibiayai kreditnya sesuai dengan prosedur persetujuan yang diberlakukan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa benar prosedur persetujuan kredit dapat meminimalisasi resiko kerugian piutang tak tertagih apabila benar-benar dilakukan secara efektif dan mengikuti prinsip kehati-hatian dan lima parameter kelayakan yang ditetapkan perusahaan.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. . Latar Belakang……… 1

B. Perumusan Masalah……… 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 3

D. Kerangka Konseptual……….... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Persetujuan Kredit……… 6

B. Pengertian dan Jenis-jenis Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan……….… 7

2. Jenis-jenis Pembiayaan……….… 8

C. Kredit 1. Pengertian dan Jenis Kredit……….. 12

2. Tujuan dan Fungsi Kredit………. 18

D. Resiko Perkreditan……….….. 19

E. Kriteria dalam Pemberian Kredit……….. 21


(7)

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 27

B. Jenis Penelitian……… 27

C. Jenis dan Sumber data……….……… 27

D. Teknik Pengumpulan Data………..…… 28

E. Metode Penganalisaan Data ………... 28

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan………. 29

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………. 31

3. Produk-produk yang Ditawarkan PT.Federal International Finance………. 37

4. Prosedur Pemberian Kredit pada PT.Federal International Finance……….…….41

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisa Terhadap Struktur Organisasi PT.Federal International Finance……….. 49

2. Analisa Terhadap Prosedur Persetujuan Kredit pada PT. Federal International Finance………. 51

3. Analisa Terhadap Pembiayaan Yang Diberikan PT.Federal International Finance………61


(8)

pada PT. Federal International Finance………62

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..…….………….

67

B. Saran……….….…….……….…...

67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Uraian

Halaman

1. Tabel 4.1.1 Tabel Uang muka murni ……….……52

2. Tabel 4.1.2 Tabel Angsuran vs Income ……….……53

3. Tabel 4.1.3 Tabel Tenor ……….…....53

4. Tabel 4.1.4 Tabel Status Rumah ………....53

5. Tabel 4.1.5 Tabel Usia Pemohon ………...53

6. Tabel 4.2.1 Tabel Market Share Pembiayaan Sepeda Motor Honda……..61


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian

Halaman

1. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan ……… 32 2. Gambar 4.2 Alur Operasional Customer Finance Avalist………. 38 3. Gambar 4.3 Alur Operasional Customer Finance Non Avalist………….. 39 4. Gambar 4.4 Alur Operasional Factoring (Anjak Piutang) ………. 41 5. Gambar 4.5 Prosedur Pemberian Kredit ………. 42

6. Gambar 4.6 Proses Transaksi Pembiayaan……….. 46

7. Gambar 4.7 Prosedur Penagihan Piutang ………... 47 8. Gambar 4.8 Proses Remedial ………. 48 9. Gambar 4.9 Transaksi Dasar Persetujuan Kredit pada PT. FIF………….. 60


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha leasing di Indonesia mulai timbul sejak tahun 1974, dengan adanya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: Kep-122/MK/IV/2/1974, nomor: 32/M/SK/2/1974, nomor: 30/Kpb/I/1974 sebagai salah satu sistem usaha.

Mengingat peranan leasing yang demikian ini, maka penulis melakukan penelitian pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran yang merupakan salah satu perusahaan Leasing yang bergerak dalam bidang Pembiayaan Sepeda Motor Honda.

Kegiatan memberikan kredit mengandung resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan perusahaan. Memberikan kredit bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena proses pemberian kredit akan banyak menentukan kualitas kredit itu sendiri. Bila terjadi kredit bermasalah maka pelunasannya dibutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar dan dapat mengakibatkan resiko kerugian piutang tak tertagih yang merupakan salah satu resiko manajemen.

Melihat kebutuhan konsumen belakangan ini, penulis merasa tertarik bagaimana perusahaan ini sebagai usaha yang memiliki banyak kompetitor untuk terus hidup dalam membantu peningkatan ekonomi masyarakat dapat menangani dan membuat kebijakan manajemen dalam menetapkan prosedur


(12)

kredit untuk konsumen sehingga konsumen mau bekerja sama dan prosedur seperti apa yang dibuat sehingga dapat memperkecil resiko adanya penundaan angsuran ataupun kredit macet dari konsumen yang dapat menyebabkan adanya kerugian piutang yang tak tertagih.

Adanya piutang tak tertagih akan mengurangi besarnya profit yang akan didapatkan perusahaan. Tentu saja banyak pertimbangan-pertimbangan serta kebijakan dan program yang dibuat perusahaan ini agar tetap sedapat mungkin mengurangi resiko terjadinya pitang tak tertagih yang salah satunya dengan kebijaksanaan perkreditan dalam hal prosedur persetujuan kredit. Dan dengan itu pula penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisa Prosedur Persetujuan Kredit dalam Memperkecil Resiko Kerugian Piutang Tak Tertagih pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran.”

B. Perumusan Masalah

Tujuan utama perusahaan adalah memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan akurat, sehingga dapat memuaskan pelanggan dan akhirnya tujuan perusahaan untuk memperoleh laba dapat tercapai. Hal ini dapat dilakukan antara lain melakukan peningkatan pelayanan yang berbeda dengan perusahaan pembiayaan lainnya, perluasan pasar serta peningkatan efisiensi perusahaan.

Pelayanan yang baik dapat menarik pelanggan untuk menggunakan jasa perusahaan tetapi pengenalan perusahaan terhadap diri pelanggan harus dapat dilakukan. Selain itu, sistem kelayakan juga sangat penting untuk dianalisa.


(13)

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam melakukan penelitian yang lebih terfokus dan lebih sistematis berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Apakah perusahaan telah melakukan persetujuan kredit sesuai dengan

prosedur?”

2. Bagaimanakah peranan prosedur persetujuan kredit dapat meminimalisasi resiko kerugian piutang yang tak tertagih?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian adalah :

a) Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melakukan persetujuan kredit sesuai dengan prosedur ?

b) Untuk mengetahui bagaimanakah prosedur persetujuan kredit yang dilakukan perusahaan sehingga dapat meminimalisasi akan adanya kerugian piutang tak tertagih

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dilakukan adalah :

1) Untuk mengembangkan wawasan pengetahuan penulis yang telah diperoleh selama perkuliahan, khususnya mengenai kredit dan penunggakan piutang.

2) Untuk memberi masukan bagi perusahaan dalam hal mengurangi kemungkinan adanya peningkatan kerugian piutang tak tertagih di waktu yang akan datang.


(14)

3) Sebagai acuan bagi penulis lainnya yang akan melakukan atau melanjutkan penelitian sebagai tambahan informasi ataupun sebagai bahan referensi.

D. KERANGKA KONSEPTUAL

Masalah akan timbul apabila konsumen bermasalah dalam hal pembayaran angsuran. Jika jumlah kredit macet semakin lama semakin besar dan tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka hal ini menimbulkan kerugian yang bertambah besar bagi perusahaan. Apalagi bila kendaraan yang akan ditarik sudah tidak berada di tangan konsumen tersebut. Dengan begitu resiko kerugian piutang yang tak tertagih akan muncul dan menimbulkan masalah besar bagi perusahaan.

Hal ini dapat dikaitkan dengan kerja sama perusahaan dengan pihak bank selaku pemberi dana, yang mana perusahaan akan dikenakan denda jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan modal kreditnya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

ANGSURAN PIUTANG

LANCAR

MACET PERSETUJUAN

KREDIT

TERBENTUKNYA PIUTANG


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Prosedur Persetujuan Kredit

Prosedur Persetujuan Kredit secara umum antara perusahaan yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan hanya terletak dari bagaimana tujuan perusahaan tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Ada tiga point penting dalam Prosedur persetujuan kredit, yaitu :

1) Pengajuan permohonan kredit

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari perusahaan maka calon debitur mengajukan permohonan kredit secara tertulis. Yang perlu diperhatiukan dalam permohonan hendaknya yang berisi keterangan tentang :

a. Identitas calon debitur meliputi copy bukti diri, copy sertifikat kewarganegaraan, pas foto debitur, identitas debitur lainnya.

b. Memperoleh identitas usaha sesuai dengan bidang usahanya meliputi akte pendirian usaha, copy bukti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), SITU (Surat Izin Tempat Usaha), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP, serta SKU (Sertifikat Keterangan Usaha).

c. Bukti Kepemilikan Agunan 2) Analisis dan evaluasi kredit

Pada tahap awal Account Officer harus mencari data dan informasi antara lain melalui wawancara dengan calon debitur, kunjungan ke lokasi calon debitur secara langsung, wawancara dengan pihak lain yang mengetahui


(16)

karakter serta calon debitur, penyelidikan tentang tujuan penggunaan kredit modal kerja, kunjungan ke lokasi agunan calon debitur untuk mengetahui kebenarannya dan menilai agunan, penilaian atas legalitas usaha dan sebagainya.

3) Keputusan permohonan kredit

Setelah melihat kelengkapan permohonan calon debitur, menganalisa dan juga mengevaluasi kelayakan dari calon debitur, maka keputusan permohonan akan kredit dapat diambil. Apakah diterima permohonan tersebut ataukah sebaliknya permohonan tersebut ditolak. Dan hal ini harus disampaikan kepada calon debitur sesuai waktu yang telah dijanjikan.

B. Pengertian dan Jenis-jenis Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

Lembaga Pembiyaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan termasuk dalam bidang usaha pembiayaan.

Kegiatan usaha perusahaan pembiayan dengan perbankan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangat erat karena itu banyak dimanfaatkan oleh pemilik bank untuk membiayai pemberian kredit kepada debitur melalui lembaga pembiayaan. Dengan demikian, perusahaan pembiayaan merupakan alternatif sumber pembiayaan bagi debitur dan alternatif penyaluran dana bagi perbankan.


(17)

Adapun jenis-jenis pembiayaan adalah : a. Sewa guna usaha (Leasing)

Menurut Siamat (2001 : 294) bahwa :

sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Dalam setiap transaksi leasing didalamnya selalu melibatkan tiga pihak utama yaitu :

1. lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang atau modal. 2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh

pembiayaan dalam bentuk barang atau modal dari lessor.

3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual pada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

4. Bank adalah pihak yang memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing, secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :


(18)

Finance lease disebut juga Full-Pay Out Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee dimana :

a. Lessor sebagai pemilik barang atau objek leasing dapat berupa barang bergerak/tidak bergerak dengan masa kegiatan ekonomi barang tersebut.

b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah, jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang harus dibayar tersebut merupakan angsuran yang terdiri atas biaya perolehan ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan dengan tingkat keuntungan yang diinginkan lessor.

c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak barang tersebut. d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk

membeli barang tersebut sesuai dengan nilai sisa/residual value. 2. Operating Lease

Operating lease disebut juga dengan sewa guna usaha yaitu suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee dimana :

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif pendek daripada umur ekonomis barang modal tersebut. b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut membayar

sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang


(19)

tersebut. Beserta bunganya atau disebut Non-Full-Pay Out Lease.

c. Lessor menanggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang tersebut.

d. Lessee pada akhir masa kontrak harus mengembalikan objek lease kepada lessor.

b. Anjak Piutang (Factoring)

Menurut Siamat (2001 : 363) anjak piutang didefinisikan sebagai :

transaksi pembelian atau penagihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek klien (penjual) kepada perusahaan factoring kemudian akan ditagih kepada pembeli karena adanya pembayaran kepada klien oleh perusahaan factoring.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pokok anjak piutang meliputi :

1. Pembelian dan penagihan piutang jangka pendek dari transaksi perdagangan.

2. Menata usahakan penjualan kredit 3. Penagihan piutang perusahaan klien

c. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)

Merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan operasionalnya selain menggunakan modal sendiri juga didukung dana pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri. Penggunaan pinjaman yang semakin meningkat juga mencerminkan besarnya potensi usaha


(20)

pembiayaan dan keterkaitannya antara perusahaan dengan sektor perbankan terutama dalam penyediaan sumber dana pembiayaan.

Melihat ruang lingkup bidang usaha pembiayaan yang jenisnya beragam tersebut maka perusahaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan disebut Multi Finance Company.

Adapun perbedaan leasing dengan pembiayaan konsumen adalah : 1. Kepemilikan/objek pembiayaan yang dilakukan berbeda.

Pada leasing objeknya berada pada lessor sedangkan consumer finance berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara langsung pada perusahaan pembiayaan.

2. tidak ada batasan jangka waktu pembiayaan, sedangkan dalam financial lease jangka waktu pembiayaan diatur sesuai dengan objek barang modal.

3. Pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada calon konsumen yang telah mempunyai NPWP, mempunyai kegiatan usaha atau pekerjaan seperti ketentuan leasing.

d. Kartu kredit (Credit Card)

Kartu ini diterbitkan oleh bank atau perusahaan tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran atas transaksi barang dan jasa untuk menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan dalam melakukan penarikan uang tunai. Penerbitan kartu kredit oleh bank harus melalui prosedur yang diatur oleh Bank Indonesia (BI) sedangkan izin penerbitan kartu kredit oleh perusahaan pembiayaan diberikan oleh departemen keuangan.


(21)

C. Kredit

1. Pengertian dan Jenis Kredit Pengertian Kredit

Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, istilah ini berasal dari bahasa yunani dari kata “credere” yang berarti “kepercayaan”. Dalam bahasa latin berasal dari kata “credo” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.

Menurut pasal 1 ayat 11 UU No. 10/1998 tentang Perubahan UU No. 10/1992 tentang perbankan

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga . (Irmayanto, 2004 : 74).

Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:31.4), yang dimaksud dengan kredit adalah :

Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Diatas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan, sehingga pemberian kredit berarti pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang akan diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam kredit adalah :


(22)

a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali di masa tertentu yang akan datang.

b. Waktu, yaitu antara pemberian prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu masa atau waktu tertentu. Dalam unsur ini terkandung pengertian tentang nilai agio uang sekarang lebih bernilai dari uang dimasa yang akan datang.

c. Resiko, yaitu antara pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko, dimasa-masa tenggang adalah masa abstrak. Resiko timbul bagi pemberi uang, jasa atau barang yang berupa prestasi telah lepas pada orang lain.

d. Perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu perjanjian dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

Berbicara tentang perkreditan sebenarnya tidak dapat lepas dari masalah lain yang timbul dalam suatu kegiatan perkreditan. Untuk mengatasi kerumitan agar perkreditan berjalan lancar, maka diperlukan suatu rangkaian peraturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu baik secara lisan maupun secara tertulis sebelum perkreditan berlangsung.

Jenis-jenis Kredit

Menurut Kasmir (2000 : 76) jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

a. Segi Kegunaan b. Tujuan Kredit c. Jangka Waktu d. Jaminan lain e. Sektor Usaha a. Berdasarkan Kegunaan


(23)

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan

2) Kredit Investasi

Merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimasa pemakaiannya untuk suatu periode relatif lama dan biasanya kegunaan kredit ini untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Berdasarkan Tujuan Kredit 1) Kredit Produktif

Merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

2) Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam hai ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

3) Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan, yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit


(24)

ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

c. Berdasarkan Jangka Waktu 1) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit Jangka Menengah

Merupakan kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1 sampai 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit jangla menengah menjadi kredit jangka panjang.

3) Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet , kelapa sawit atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Berdasarkan Jaminan 1) Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap krdit yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.


(25)

2) Kredit tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank bersangkutan.

e. Berdasarkan Sektor Usaha

1) Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka panjang ataupun jangka pendek

2) Kredit Peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka waktu relatif pendek.

3) Kredit Industri merupakan kredit yang dibiayai industri pengolahan baik industrui kecil, menengah dan besar.

4) Kredit Pertambangan merupakan jenis kredit untuk usaha tambang biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

5) Kredit Pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan.

6) Kredit Profesi merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan pra profesional seperti dosen, dokter dan pengacara.

7) Kredit Perumahan merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.


(26)

2. Tujuan dan Fungsi Kredit a. Tujuan Kredit

Secara umum tujuan kredit adalah : 1) Profitability

Yaitu pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh hasil dan kredit berupa keuntungan maupun bunga.

2) Safety

Yaitu pemberian kredit dimaksudkan agar prestasi atau fasilitas yang diberikan benar-benar terjamin keamanannya.

Sedangkan pemberian kredit sendiri bertujuan untuk :

1) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

b. Fungsi Kredit

Dan menurut Muchdarsyah Sinungan (1995 : 5) Fungsi kredit dalam perekonomian adalah :

(a) Kredit dapat meningkatkan kegunaan (utility) dari uang/modal (b) Kredit meningkatkan kegunaan (utility) sesuatu barang

(c) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang (d) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat (e) Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi

(f) Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional (g) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi international


(27)

D. Resiko Perkreditan

Setiap usaha yang dilakukan terutama dalam kegiatan bisnis akan selalu dihadapkan dengan berbagai resiko. A. Totok Budisantoso (2000 : 102) menyatakan, “Resiko pemberian kredit dibedakan menjadi dua macam yaitu Resiko bisnis dan Resiko Non Bisnis”.

1. Resiko bisnis merupakan resiko yang disebabkan karena faktor-faktor diluar kendali, baik yang berasal dari usaha debitur yang bersangkutan, dampoak ekonomi secara makro, bencana alam, maupun faktor-faktor lainnya yang bersifat force majeure. Resiko bisnis tersebut tetap dapat terjadi walaupun rangkaian proses pemberian kredit sejak dari penetapan pasar sampai dengan pengawasan/pembinaan kredit telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat antara lain :

a. Telah dilakukan analisis 5C

b. Proses pemberian kredit didasari oleh itikad baik dari masing-masing pihak

c. Telah dilakukan pengecekan atas kelengkapan dan kebenaran dokumen d. Telah dilakukan pengawasan atas pencairan kredit dengan benar

e. Telah dilakukan mentoring yang dapat dibuktikan secara tertulis. 2. Resiko non bisnis merupakan resiko yang timbul bukan akibat

faktor-faktor yang bersifat bisnis, tetapi karena adanya itikad tidak baik dari pejabat keuangan perusahaan, antara lain :

a. Tidak melakukan analisis dan evaluasi sesuai prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat


(28)

c. Dengan sengaja tidak mau untuk memproses kredit lanjutan tanpa alasan yang jelas

d. Menutup-nutupi kredit yang seharusnya telah bermasalah e. Tidak melakukan monitoring kredit

E. Kriteria dalam Pemberian Kredit

Dalam pelaksanaan pemberian kredit, perusahaan dihadapkan pada suatu masalah yang cukup kompleks, antara lain :

1) Kepada siapa kredit itu diberikan 2) Untuk objek apa kredit itu diberikan

3) Apakah calon debitur yang akan menerima kredit akan mampu mengembalikan hutang pokoknya ditambah bunga serta kewajibannya. 4) Berapa jumlah (plafon, maksimum kredit) yang layak diberikan

5) Apakah kredit yang akan diberikan cukup aman atau resikonya kecil.

Selain masalah-masalah umum yang harus dipecahkan oleh perusahaan dalam pemberian kredit yang juga dihadapkan pada masalah yang bersifat khusus yang menyangkut kegiatan usaha dari calon debitur secara spesifik. Sebab perkreditan mempunyai sifat kasuasitis. Yang artinya masing-masing calon customer mempunyai permasalahan spesifik berbeda secara materil antara satu nasabah dengan nasabah lain. Oleh karena itu antara satu nasabah dengan yang lain diperlukan adanya pendekatan dan penanganan yang berbeda dan sangat memperhatikan ciri-ciri khusus dari usaha/pekerjaannya.


(29)

Untuk dapat menjawab atau mengambil keputusan masalah yang dihadapi dalam proses pemberian kredit. Analisa itu diperlukan secara kritis baik melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif terhadap semua aspek mikro dan makro ekonomi yang mempengaruhi kegiatan suatu jenis usaha. Ini semua dapat diperoleh dari calon customer itu sendiri dan juga pihak lain yang berhubungan dengan calon customer tersebut. Untuk itu perusahaan perlu mengetahui kriteria atau prinsip-prinsip pemberian kredit.

Menurut Faisal Abdullah (2005 : 92) Prisnip perkreditan dikenal dengan konsep 5C yaitu :

a. Character (Watak) b. Capacity (Kapasitas) c. Capital (Modal) d. Condition (Kondisi) e. Collateral (Jaminan)

a. Character

Analisis yang dilakukan terhadap pribadi nasabah secara individu ataupun pengurus dari suatu badan usaha seperti : sifat-sifat pribadi, gaya hidup (life style). Kebiasaan-kebiasaan dan kemauan serta niat baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya kelak (Willingness to pay).

b. Capacity

Analisis ini bertujuan mengukur tingkat kemampuan calon debitur dalam mengelola kredit yang diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Aspek Manajemen

Aspek Manajemen adalah kemampuan pengelolaan perusahaan antara lain : kemampuan menetapkan visi-dan misi dalam berusaha, menterjemahkan visi dan misi dalam sasaran-sasaran spesifik,


(30)

merumuskan strategi secara efektif dan efisien serta melakukan evaluasi dan pengendalian.

2. Aspek Produksi

Analisis aspek produksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemohon untuk berproduksi/berdagang secara berkesinambungan .

3. Aspek Pemasaran

Tujuan analisis terhadap aspek pemasaran adalah untuk menilai kemampuan pemohon memasarkan produknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : data penjualan, tingkat persaingan, angka proyeksi pemasaran pada masa mendatang yang meliputi perencanaan dan strategi pemasaran yang dilakukan.

4. Aspek Personalia

Analisis aspek personalia bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dari sisi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja yang mendukungaktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan memelihara hubungan baik antara tenaga kerja dengan perusahaan. 5. Aspek Finansial

Menurut Jopie Jusuf (2005 : 75) metode yang biasa digunakan pihak bank (account officer) dalam menganalisis laporan keuangan calon debitur adalah :

a. Analisis perbandingan b. Analisis rasio

c. Analisis sumber-sumber dan penggunaan dana c. Capital

Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan usaha calon debitur untuk mendukung pembiayaan dengan modalnya sendiri. Semakin


(31)

besar kemampuan modal berarti semakin besar porsi pembiayaan yang diduku ng oleh modal sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) Besar dan kompensasi modal sebagaimana dicantumkan dalam akte pendirian perusahaan dan perubahannya.

2) Perkembangan profitabilitas usaha selama minimal dua periode terakhir. Tinggi rendahnya profitabilitas mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan modal sendiri dan laba.

d. Condition Of Economic

Analisa ini bertujuan untuk melihat kondisi perekonomian secara umum serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Keadaan perdagangan serta persaingan dilingkungan sektor usaha calon debitur, sehingga kredit yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. e. Collateral

Setiap pemberian kredit harus disertai dengan jaminan fisik yang jumlah dan nilainya harus dapat menjamin jumlah kredit, bilamana terjadi suatu kemacetan nantinya. Jaminan kredit ini harus benar-benar dapat dikuasai serta diyakini kebenaran status pemiliknya.

Menurut Jusuf (2003 : 97) jaminan yang umumnya dapat diterima oleh bank adalah :

1. Uang tunai

2. Deposito berjangka/sertifikat deposito/tabungan/giro 3. Logam Mulia

4. Bank garansi

5. Tanah dan bangunan 6. Kendaraan

7. Mesin-mesin dan peralatan 8. Persediaan Barang


(32)

F. Pengertian Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih

Piutang dagang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Secara umum piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya sebesar nilai pada saat transaksi. Setiap transaksi kredit melibatkan setidak-tidaknya dua pihak yaitu kreditur yang menjual barang dan jasa secara kredit, dan debitur yang melakukan pembelian secara kredit dan menciptakan utang dagang.

Menurut Niswonger dkk. (1999:324), “istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Sedangkan menurut Skousen dkk. (2001: 361)

Dalam pengertiannya yang paling luas, pengertian piutang (receivable) berlaku untuk semua klaim terhadap pihak lain untuk uang, barang, atau jasa. Tetapi untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya digunakan di dalam pengertian yang sempit untuk merancang klaim agar ditempatkan dengan kuitansi utang.

Sedangkan Kerugian Piutang tak tertagih adalah merupakan akun yang terbentuk akibat adanya taksiran piutang yang tidak dapat ditagih. Hal ini adalah merupakan salah satu resiko manajemen dalam pemberian kredit. Apabila konsumen tidak dapat memenuhi angsuran piutangnya maka hal ini beresiko besar menimbulkan adanya piutang tak tertagih.

Menurut Indriyo Gito Sudarmo (2002:83) “dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang, maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan resiko, berupa biaya”. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang adalah :


(33)

Biaya penghapusan piutang terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya Bed Debt atau piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan.

2. Biaya Pengumpulan Piutang

Dengan adanya piutang maka timbul kegioatan penagihan piutanmg yang akan mengeluarkan biaya yang disebut biaya pengumpulan piutang.

3. Biaya Administrasi

Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang juga akan mengeluarkan biaya.

4. Biaya Sumber Dana

Dengan terjadinya piutang maka diperlukan biaya untuk sumber dana (Weighted cost of capital)

Untuk menjaga hal tersebut maka perusahaan membuat taksiran akan adanya kerugian piutang yang tidak dapat ditagih dan sebisa mungkin membuat kebijakan dasar dalam persetujuan kredit untuk meminimalisasi hal tersebut.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tangal 01 Juli 2007 sampai dengan selesai, yang dilakukan di Kantor PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Kisaran, Jl. Sisingamangaraja Kisaran. Penelitian ini menggunakan data penelitian tahun 2007.

B. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselediki tediri dari satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus yang menghasilkan hgambaran longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan analisa data kasus dalam satu jangka waktu.

C. Jenis data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara dan observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis.


(35)

Yaitu data pendukung yang bersifat memperkuat hasil analisis. Data ini berupa sejarah perkembangan perusahaan, tabel pembiayaan dan struktur oeganisasi. Juga data yang diperoleh penulis dengan membaca buku-buku serta literature yang berhubungan dengan masalah baik dari media massa, audio visual atau dari perpustakaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1) Teknik Wawancara

Yaitu dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berwenang mengenai data yang bersangkutan..

2) Teknik Observasi

Yaitu mengadakan wawancara langsung ke tempat objek yang diteliti untuk mendapatkan data.

E. Metode Penganalisaan Data

Metode penganalisaa data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklarifikasi, menganalisis, serta menginterprestasi sehingga menghasilkan gambaran yang jelas mengenai prosedur pemberian kredit di perusahaan.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada mulanya PT. Federal International Finance (FIF) bersama PT. Mitra Pusaka Artha Finance yang merupakan salah satu perusahaa dibawah naungan PT. Astra International, dengan basis bisnis utamanya adalah memberikan jasa pembiayaan, khususnya pembiayaan sepeda motor HONDA. Perusahaan ini didirikan dengan akte pendirian No. 01 Mei 1989 yang dibuat di hadapan Ny.Rukmasanti Hardjasatya, SH dan disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat pengesahan Menteri Kehakiman No. C2-6728.HT.01.01.th 89 tanggal 27 Juli 1989. pendaftaran di Pengadilan Negeri dengan Nomor 1570/1989 tanggal 08 Agustus 1989, kemudian diumumkan di Berita Negara 1831 tanggal 12 September 1989.

Dengan akte No.58 tanggal 21 Oktober 1991 yang dibjuat oleh Ny. Rukmasanti Hardjasatya, SH di Jakarta yang isinya antara lain mengubah anggaran dasar pasal 1, nama dan kedudukan PT. Mitra Pusaka Artha Finance berubah menjadi PT. Federal International Finance. Penggantian nama “Federal” bertujuan untuk market position karena kata federal lebih dikenal masyarakat dan kata “international” bertujuan sebagai misi masa depan PT. FIF untuk go international.


(37)

PT. Federal International Finance berkedudukan di Jakarta dengan kantor cabang dan perwakilan yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu cabang PT. Federal International Finance berkedudukan di Jl. Sisingamangaraja No. 360 D Kisaran dan saat ini memiliki tiga point of service (POS) yaitu di Tanjung balai, Sei Piring dan Indrapura.

Maksud dan tujuan dari Pendirian PT. Federal International Finance adalah menawarkan solusi keuangan yang terbaik bagi pelanggan secara individual. Yang dimaksud “solusi keuangan terbaik” adalah fasilitas pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan prinsip mudah, aman dan menguntungkan.

“Mudah” maksudnya adalah proses pengajuan permohonan pembiayaan sederhana dengan persyaratan yang standar, proses persetujuan cepat dimana pada hari yang sama sudah dapat diketahui keputusan persetujuan tersebuttergantung dari prasyarat yang telah ditentukan, sampai pada proses pembayaran angsuran.

“Aman” maksudnya bahwa barang yang dibiayai diasuransikan ke perusahaan asuransi Astra, BPKB disimpan dalam tempat yang aman di kantor Cabang FIF dan tidak dijaminkan kepada pihak lain.

Dan “menguntungkan” maksudnya pada saat pembiayaan juga terdapat program-program loyalty konsumen, seperti temu konsumen, program berhadiah, dan apabila diadakan repeat order maka akan mendapatkan fasilitas kredit yang menarik seperti bunga yang lebih rendah, angsuran lebih kecil dan lainnya.


(38)

Struktur organisasi PT. Federal International Finance cabang Kisaran adalah berbentuk garis. Oleh karena itu para bawahan hanya mengenal seorang atasan dan begitu pula pertanggungjawaban yang dikberikan sesuai dengan instruksi atasan, sehingga dalam hal ini mudah melakukan pengawasan dan pengalihan wewenang terhadap bawahan.

Dalam kegiatan usahanya PT. Federal International Finance cabang Kisaran di pimpin oleh seorang kepala cabang yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dalam struktur organisasi PT. Federal International Finance Cabang Kisaran pada gambar 4.1.

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian struktur organisasi adalah sebagai berikut :

a. Branch Manager

Bertanggung jawab kepada Presiden Direktur perusahaan atas pelaksanaan tugas-tugasnya yaitu :

1) Mengawasi kegiatan perusahaan

2) Bertanggung jawab atas pencapaian target yang ditetapkan oleh pihak manajemen dengan berpedoman kepada guideline objective secara nasionalMengatur, menentukan, mendelegasikan dan memonitoring pelaksanaan tugas dari masing-masing departemen.


(39)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Perusaahan

PT. Federal International Finance Cabang Kisaran

Sumber : PT. Federal International Finance

Branch Manager

Marketing & Credit

Operation Head

EDP Head

Marketing Executive

Credit Support

Customer Service

Service Assistant

Credit Processor

Surveyor

accounting treasure A/R Controller

General Affairs

chasier A/R administrasi

Collector


(40)

b. Marketing dan Credit Head

Adapun tugas dan fungsi dari bagian ini adalah :

1) Merealisasikan pencapaian target market sesuai dengan rencana kerja. 2) Mencari pasar yang potensial dan konsumen potensial untuk di follow up

lebih lanjut oleh market executive.

3) Mengatasi kegiatan atas marketing executive melalui laporan kunjungan nasabah baru maupun dalam hal menjalin dan membina hubungan dengan nasabah yang ada.

4) Memonitoring segala sesuatu tentang dokumen pengikat dan perjanjian dengan lengkap, benar dan aman.

5) Memastikan kegiatan perusahaan dengan baik. c. Credit Processing

1) Menyusun, melaksanakan dan mereview activity plan operation cabang dan perwakilannya.

2) Menyusun dan merevisi budget tahunan

3) Mewakili kepala cabang, dalam hal ini saat kepala cabang berhalangan. 4) Menjalankan serta mengawasi day to day operation dengan baik sesuai

dengan system dan prosedur dan batas waktu yang telah ditetapkan. 5) Approval pencairan dan di cabang dan perwakilan.

6) Memastikan serta mengawasi kebenaran pencatatan ke laporan kas dan bank harian (LKBH) serta batas waktu pelaporan antara perwakilan dengan cabang dengan kantor pusat.


(41)

d. Marketing / AO

1) Mencari dan mengidentifikasi kebutuhan nasabah atau konsumen.

2) Memasarkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan calon debitur 3) Membuat dan mengajukan usulan pembiayaan.

4) Membantu pelaksanaan trade cheking atas permintaan dari cabang lain. 5) Mengupayakan pengadaan collateral dari debitur.

6) Sebagai coordinator para surveyor dalam menjalankan kegiatan survey. e. Finance & Accounting Head

1) Mengawasi dan menindaklanjuti dokumen-dokumen kredit dan persyaratan lainnya.

2) Membuat memo koreksi bila terjadi kesalahan didalam menginput data kontrak.

3) Filling dokumen-dokumen persyaratan kredit 4) Menyimpan dan menyusun dokumen jaminan

5) Otoritas tanda tangan perjanjian kontrak dan dokumen lainnya. 6) Memonitoring BPKB dealer.

7) Memonitoring aging BPKB on head dan overdue

f. Finance Operation

1) Membuat laporan kas bank harian. 2) Mambuat laporan mutasi titilan.

3) Mengawasi kas kecil untuk cabang dan perwakilan. 4) Membuat laporan account receivable


(42)

g. Account Receivable Controller

1) Menyediakan data Account Receivable (A/R) yang selalu up to date.

2) Mengawasi daftar tagihan harian dan membuat daftar tagihan dan kunjungan kerja untuk collector.

3) Bertanggung jawab atas administrasi dan penyimpanan kwitansi yang masih dalam proses penagihan.

4) Mengirim surat peringatan untuk konsumen yang telah mengalami keterlambatan pembayaran angsuran.

5) Mengkoordinir jadwal penagihan bagi collector. 6) Membuat laporan Account Receivable bulanan.

h. General Affair (GA)

1) Memelihara kelengkapan kantor, inventaris milik perusahaan. 2) Mengkoordinir office boy di dalam menjalankan tugas sehari-hari 3) Memelihara barang-barang seperti jaket, spanduk dan lain sebagainya. 4) Membuat daftar inventaris kantor dan meregestrasinya.

i. Customer Service

1) Memberikan informasi dan menerima serta menampung seluruh keluhan debitur dan dealer yang masuk.

2) Menunjuk surveyor untuk melakukan survey


(43)

4) Menyiapkan aplikasi kontrak untuk ditandatangani oleh konsumen dan mengirim copy kontrak ke konsumen beserta kartu pembayaran angsuran. j. Finance Admin

1) Menerima pelimpahan kredit khusus avalist 2) Melakukan konfirmasi untuk pencairan dana.

3) Membuat laporan contract value mingguan dan bulanan.

4) Memonitoring pencapaian dan menghitung intensif dealer bila ada program tertentu.

5) Menyiapkan bon hijau untuk pencairan dana dan penggantian biaya-biaya dealer.

k. Credit Processor

1) Memproses kontrak yang telah diperiksa kelengkapannya.

2) Mendistribusikan dan filling dokumen kredit serta kelengkapannya 3) Mengirimkan copy kontrak ke konsumen dan dealer.

4) Memelihara dan memonitoring persediaan formulir kontrak. 5) Menyiapkan dan mengirimkan form contract untuk dealer avalist. l. Account Receivable Operational

1) Membuat dan menyimpan kwitansi angsuran.

2) Membuat bon hijau pengeluaran untuk titipan pelunasan. 3) Dilling kwitansi sesuai dengan nomor kontrak.

4) Membuat penghitungan pelunasan dan pelunasan sebenarnya. 5) Menginput data ke master computer.


(44)

m. Surveyor

1) Melakukan survey dan menentukan layak atau tidaknya konsumen atau calon debitur dalam mendapatkan kredit.

2) Menyerahkan purchase order ke dealer.

3) Memeriksa dan menindaklanjuti kelengkapan dokumen yang diperlukan. n. Cashier

1) Menerima pembayaran angsuran, uang muka, biaya administrasi dan lainnya baik itu tunai maupun cheuque atau giro.

2) Menyiapkan setoran untuk giro dan uang tunai.

3) Melakukan pembayaran untuk melakukan pengeluaran uang yang nilainya tidak lebih dari Rp.1.000.000,-

o. Collector

1) Melakukan penagihan atas piutang yang telah jatuh tempo 2) Mengirimkan surat peringatan kepada konsumen.

3) Memonitoring dan membina hubungan dengan konsumen.

3. Produk-produk yang ditawarkan PT. Federal International Fianance

Bidang usaha PT. Federal International Finance terbagi dalam 3 jenis, usaha yaitu :

a. Customer Finance

Yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala. Adapun barang yang menjadi objek Customer Finance adalah Sepeda Motor


(45)

merk HONDA, mobil baru merk TOYOTA, elektronik dengan berbagai jenisnya, sepeda motor bekas merk HONDA, dan lain sebagainya.

Customer finance meliputi 2 bagian, yaitu : a.1. Customer Finance Avalist

yaitu pembiayaan konsumen yang dikeluarkan oleh PT. Federal International Finance untuk barang-barang konsumsi yang dijamin oleh pihak ketiga atau penjamin adalah dealer yang melakukan analisa dan memutuskan pemberian kredit barang-barang yang dibiayai. Adapun alur operasionalnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.2

ALUR OPERASIONAL CUSTOMER FINANCE AVALIST

Sumber : PT. Federal International Finance

a) Customer mengajukan pembiayaan atau order kredit sepeda motor

b) Dealer melakukan survey dan pengumpulan data dari customer, dan melakukan penandatanganan kontrak pada PT. FIF.

c) Kontrak diserahkan dealer kepada PT. FIF


(46)

d) PT. FIF memberikan dana ke dealer untuk order kredit sepeda motor tersebut.

a.2. Customer Finance Non Avalist

Yaitu pembiayaan konsumen yang dikeluarkan oleh PT. FIF untuk barang-barang konsumsi. Dalam hal ini survey, analisa kredit, keputusan pembiayaan dan kelancaran angsuran menjadi resiko atau tanggung jawab dari PT. FIF sendiri. Barang-barang yang dibiayai antara lain : roda dua, roda empat, elektronik dan properti. Alur operasionalnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.3 ALUR OPERASIONAL

CUSTOMER FINANCE NON AVALIST

Sumber : PT. Federal International Finance

a) Customer mengajukan order pembelian sepeda motor HONDA secara kredit ke dealer atau langsung ke kantor PT. FIF

b) Dealer menyerahkan order tersebut ke PT. FIF c) PT. FIF melakukan survey terhadap calon konsumen

CUSTOMER DEALER


(47)

d) PT. FIF menginformasikan ke dealer apakah konsumen tersebut permohonan kreditnya disetujui ataui tidak.

e) Bila disetujui maka dealer akan menyerahkan sepeda motor ke customer tersebut.

f) Dealer menyerahkan kwitansi tagihan, Berita Acara Serah Terima Kendaraan dan kwitansi uang muka serta surat pernyataan BPKB.

g) PT. FIF mencairkan dana ke Dealer

h) Customer berkewajiban membayar angsuran ke PT. FIF. b. Leasing (Sewa Guna Usaha)

Yaitu suatu transaksi komersial diantara pemilik barang modal (lessor) mengalihkan hak pemakaian barang modal tersebut kepada pihak pemakai (lesee) dengan kompensasi pembayaran lease rental payment dalam jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati. Yang termasuk objek pembiayaan leasing adalah barang modal, kantor, gudang, mesin produksi, pertalatan gudang dan sarana transportasi.

c. Factoring (Anjak Piutang)

Yaitu pembiayaan yang diberikan oleh PT. Federal International Finance untuk membiayai piutang customernya dari hasil transaksi perdagangan atau jasa. Adapun alur operasionalnya dapat dilihat dibawah ini :


(48)

Gambar 4.4

ALUR OPERASIONAL FACTORING (ANJAK PIUTANG)

Sumber : PT. Federal International Finance

Keterangan :

1) Terjadi transaksi dagang antara customer dan client yang akan menimbulkan piutang pada client.

2) Client mengajukan permohonan pengalihan piutang pada PT. FIF selaku the factor disertai dengan bukti-bukt i transaksi.

3) PT. FIF membayar advance cash sebagai pembiayaan ke client.

4. Prosedur Pemberian Kredit pada PT. Federal International Finance

Untuk dapat dilihat secara sederhana dan jelas, dapat kita lihat dari gambar 4.5 dibawah ini :

CLIENT PT. FIF

CUSTOMER 2

4 1


(49)

GAMBAR 4.5

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT

Dan adapun prosedur pemberian kredit pada PT. Federal International Fianance untuk konsumen adalah sebagai berikut :

CUSTOMER DOKUMEN CREDIT SCORING

APPROVE

SURVEY

BASTK

PURCHASE ORDER

CREATE CONTRACT

MARGINAL REJECT

CHECKING DROP NO

PRINT SEND

COLLATERAL A/R

ASURANSI PPDCF DISBURS HO RECEIVE FLAG


(50)

1. Proses pemberian kredit diawali dengan datangnya konsumen ke show room HONDA atau datang langsung ke kantor Federal International Finance dengan membawa persyaratan-persyaratan kredit yang telah ditentukan seperti KTP, KK, Rekening Listrik dan air, dan slip gaji.

2. Konsumen mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas kredit kendaraan ke showroom, kemudian melakukan transaksi jika harga sesuai dengan kesepakatan antara calon konsumen dengan PT. Federal International Fianance.

3. Setelah itu langkah selanjutnya adalah flow order, yang terdiri dari :

a. Customer yang akan mengajukan pembiayaan mengisi aplikasi kredit (berdasarkan persyaratan kredit diatas).

b. Berdasarkan data customer tersebut, dilakukan “credit scoring” untuk mengetahui apakah customer tersebut perlu di survey atau tidak. Dan ada beberapa point dalam credit scoring ini, yaitu :

1) Bila hasil credit scoringnya “Approve” maka customer tidak perlu disurvey. Yang dilakukan selanjutnya adalah melengkapi dokumen perlengkapan lain yang diperlukan.

2) Bila hasilnya marginal maka dilakukan survey sekaligus melengkapi dokumen yang diperlukan. Dalam hal ini surveyor memberikan komentar hasil survey yang telah dilakukannya tersebut.

3) Dari bila hasilnya “Reject” dapat dilakukan negosiasi dengan customer untuk perubahan struktur kredit atau di dropped. Untuk perubahan struktur kredit, dilakukan lagi credit scoring. Bila hasilnya approve


(51)

maka kembali ke point satu, dan jika hasilnya marginal kembali ke point dua. Aplikasi yang direject dari hasil perhitungan scoring secara system akan langsung di dropped atau tidak dapat dilanjutkan proses order, kecuali dilakukan perubahan struktur kredit sesuai point tiga. 4) Credit operation melakukan validasi antara fisik dokumen dengan

primary data entry.

5) Kacab atau credit officer memparaf di kolom aplikasi kredit. 6) Melakukan filling untuk aplikasi tolakan.

7) Melakukan proses approval di system atas aplikasi yang disetujui. 8) Membuat Purchase Order (PO) untuk aplikasi yang disetujui dan

diotorisasi oleh Kacab atau Credit Operation.

9) Melakukan entry secondary data untuk aplikasi yang telah disetujui. 10)Sepeda motor dikirim ke customer, lalu dealer mengirim

kwitansi/tagihan dan Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK). Kemudian credit operation melakukan verifikasi dan mengentry BASTK. Pada saat mengirim tagihan, dealer harus menyertakan Purchase Order dari PT. FIF yang telah ditandatangani dealer.

11)Membentuk kontrak

12)Melakukan Print Persetujuan Pencairan Dana Consumer Financing (PPDFC).

13)Melakukan print jadwal angsuran. 14)Mengirim PPDFC ke Head Office.


(52)

15)Persetujuan PPDFC diproses dan dibuat Payment Voucher, serta dibayar oleh Finance Head Office. Persetujuan PPDFC yang sudah dibayar akan dikirim ke cabang dan diterima dalam bentuk received flag.

16)Hasil received flag akan membentuk Account Receivable. 17)Melakukan print out kontrak kredit.

18)Mengirim dokumen kontrak, jadwal angsuran dan kartu pembayaran ke konsumen.

19)Filling document contrak (copy) sesuai urutan nomor kontrak .

Karena kegiatan utama PT. FIF merupakan Finance service, maka prosedur pengelolaan piutang merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, piutang usaha harus dikelola secara professional agar likuiditas perusahaan terjamin. Gambaran umum kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat kita lihat pada gambar 4.6 Proses transaksi pembiayaan. Dan selanjutnya untuk menjamin keamanan piutang perusahaan membuat kebijakan untuk penagihan piutang seperti yang terlihat pada gambar 4.7 prosedur penagihan piutang. Dan apabila penagihan tidak berjalan sesuai rencana maka perusahaan dapat memanfaatkan bagian remedial untuk melakukan penarikan atas angsuran yang telah over due seperti yang terlihat pada gambar 4.8 di bawah ini.


(53)

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Terhadap Struktur Organisasi PT. Federal International Finance Struktur organisasi yang baik mengharuskan adanya pemisahan tanggung jawab fungsional secara tegas dan besarnya perusahaan guna mempermudah melakukan pemeriksaan, pengawasan, meminta pertanggungjawaban dan melakukan penilaian terhadap prestasi yang dicapai oleh bawahan. Factor penting yang menjadi perhatian dalam menyusun suatu struktur organisasi adalah pembagian kerja yang diikuti garis-garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan seimbang pada masing-masing pekerjaan, sehingga setiap pimpinan mengetahui bidang pekerjaan dan tanggung jawabnya dan dapat melaksanakannya dengan semaksimal mungkin dan adanya suatu kesatuan perintah pada bagiannya masing-masing, serta tidak terjadi tumpang tindih pada fungsinya masing-masing bagian.

Dilihat dari struktur organisasi PT. Federal International Finance Cabang Kisaran, untuk transaksi kredit penerimaan serta pengeluaran kas ditangani oleh kasir dan pencatatnnya oleh bagian accounting. Proses pemberian kredit ditangani oleh bagian credit support bersama dengan marketing executive. Dengan adanya pemisahan fungsi ini akan lebih mempermudah pelaksanaan pengawasan, meminta pertanggungjawaban dan penilaian terhadap bawahan pada bagian yang ada dalam perusahaan dan memperkecil peluang terjadinya kecurangan, kolusi pada masing-masing bagian.


(54)

Menurut pengamatan penulis sewaktu melakukan riset di PT. Federal International Finance bahwa tidak adanya pembatasan kekuasaan oleh branch manager sehingga bagian credit analist tidak memiliki kekuasaan penuh sebagai komite untuk mengotorisasi sepenuhnya persetujuan kredit. Persetujuan kredit dapat dilakukan oleh komite lain seperti kepala perwakilan dan branch manager. Sehingga hal ini dapat menimbulkan kolusi dari pihak komite atas. Seharusnya bagian kredit diberi kekuasaan untuk melakukan tanggung jawabnya tanpa harus mendapat tekanan dari atas. Bukan berarti seluruhnya merupakan hak kredit, branch manager tetap berperan penting dalam menentukan persetujuan kredit, tapi harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak melanggar syarat dan ketentuan dari perusahaan. Bahwa dalam pelaksanaan pemberian kredit ini maka departemen kredit dan kepala cabang bersama-sama mempertimbangkan keputusan pemberian kredit apakah calon debitur yang akan dibiayai layak atau tidaknya mendapatkan fasilitas kredit.

Disamping itu pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik sesuai dengan pembagian tugas yang ditetapkan dalam struktur organisasi dan job description, maka salah satu faktor yang mendukung adalah karyawan yang berkualitas yang seimbang dengan tugas atau tanggung jawabnya, bahwa kualitas pegawai dari PT. Federal International Finance telah cukup memadai dan masing-masing pegawai telah ditetapkan pada posisi yang sesuai dengan keterampilan atau dibidang keahliannya.

Sebaik apapun struktur organisasi yang dirancang dan didukung oleh karyawan yang terampil dan ahli dibidangnya, tetapi tidak ditempatkan pada


(55)

bidangnya dan tidak memiliki moral yang baik dan etos kerja yang tinggi, maka tujuan pengawasan intern dan tujuan perusahaan tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

2. Analisis Terhadap Prosedur dan Persetujuan Kredit pada PT. Federal International Finance

Setiap tahapan pemberian kredit, PT. Federal International Finance senantiasa dilaksanakan sebagaimana mestinya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, hal ini disebabkan karena perkreditan merupakan suatu kegiatan utama perusahaan yang mempunyai resiko yang sangat tinggi dan jika tidak dilaksanakan dengan baik akan dapat merugikan perusahaan. Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit tercermin dalam perjanjian kontrak yang berisi peraturan tentang hak dan kewajiban konsumen, tindakan yang akan dilakukan perusahaan kepada konsumen jika sewaktu-waktu melakukan wanprestasi.

Prinsip kehati-hatian pemberian kredit juga tercermin dalam melakukan peninjauan langsung kelapangan atas kelayakan calon konsumen. Untuk mengukur kelayakan dalam proses pemberian kredit perlu dilakukan analisis 5C seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Pemberian kredit harus melalui prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari kredit bermasalah. Berdasarkan pengamatan penulis proses pemberian kredit sangat mudah dan cepat, prosedur persetujuan kredit yang dilaksanakan terdiri dari permohonan kredit, persetujuan kredit dan pengawasan kredit. Pejabat kredit yang terkait dengan proses pemberian kredit adalah


(56)

Marketing Executive yang bertindak sebagai pemasaran dan Credit Support sebagai penganalisa, pengevaluasi dan pihak yang memberi persetujuan keputusan kredit.

Dalam persetujuan kredit ada lima parameter kelayakan kredit sepeda motor HONDA yang terdiri dari :

a) Uang muka murni b) Angsuran vs pendapatan c) Tenor atau term of payment d) Status rumah

e) Usia pemohon

Kelima parameter ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a) Bagian X, dengan point maximum 750 point, yang tediri dari uang muka, angsuran vs pendapatan, dan tenor.

b) Bagian Y, dengan point maksimum 250, yang terdiri atas status rumah dan usia pemohon.

Tabel dibawah ini akan menggambarkan persentase point bagian X dan Y sebagai parameter kelayakan pemberian kredit :

Tabel 4.1.1

Uang muka murni (40% dari X)

Range Bobot Nilai 10% - 20% 30% 90 point 21% - 30% 50% 150 point 31% - 40% 60% 180 point 41% - 50% 80% 240 point diatas 50% 100% 300 point

Tabel 4.1.2


(57)

Range Bobot Nilai

≤20% 100% 263 point 21% - 30% 90% 236 point 31% - 40% 80% 210 point 41% - 50% 50% 131 point diatas 50% 20% 53 point

Tabel 4.1.3

Tenor (25% dari X)

Tabel 4.1.4 Status rumah

Range Bobot Nilai milik sendiri 100% 163 point milik orang tua 85% 138 point masa kredit 75% 122 point masa kontrak 60% 98 point others 40% 49 point

Tabel 4.1.5 Usia Pemohon

Dan adapun batasan level scoring dalam parameter ini adalah : Score : >700 point = APPROVE

551 – 699 point = MARGINAL < 500 point = REJECT

Selanjutnya customer yang ingin mengajukan kredit harus mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan berdasarkan persyaratan kredit yang telah

Range Bobot Nilai

≤12 bulan 100% 188 point 13-24 bulan 80% 150 point 25-36 bulan 60% 133 point

≥37 bulan 40% 75 point

Range Bobot Nilai < 21 tahun 20% 18 point 21-52 tahun 100% 88 point .53 tahun 20% 18 point


(58)

dibawa oleh calon konsumen, dan pengisiannya dilakukan dihadapan surveyor yang telah ditunjuk. Setelah itu hal yang paling perlu diperhatikan oleh surveyor disamping persyaratan adalah informasi atau data-data tentang calon konsumen yang di dapat dari :

(a) Interview langsung dengan calon konsumen

(b) Survey/ check langsung ke tempat tinggal dan pekerjaan/usaha calon konsumen dan prosedur ini adalah merupakan proses kunci dalam persetujuan kredit, yaitu awal proses transaksi FIF.

Selanjutnya, berdasarkan parameter yang telah ditetapkan, surveyor harus membuat credit scoring. Agar lebih jelas perhatikan beberapa contoh kasus dibawah ini :

Kasus 1

Konsumen A seorang pegawai negeri sipil yang telah bekerja selama 11 tahun, dengan pendapatan bersih Rp. 3.000.0000,- perbulannya. Ia membeli sepeda motor HONDA type Supra Cakram (Supra X) dengan harga On the road (OTR) Rp. 13.843.000,- dengan uang muka sebesar Rp.6.000.000,- dan angsuran perbulannya Rp. 504.000,- untuk waktu 24 bulan. Konsumen tersebut berusia 40 tahun, dan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah sendiri. Maka simulasinya adalah :

Uang muka Rp.6.000.000,-

Uang muka murni adalah uang muka gross yang telah dikurangi asuransi dan biaya administrasi kredit.


(59)

Asuransi 4,8%x harga OTR : 665.900,- Administrasi kredit :

OTR

harga

murni

muka

uang

250.000,- Uang muka murni Rp. 5.084.100,- Persentasenya adalah :

= − − , 000 . 843 . 13 . , 100 . 084 . 5 . Rp Rp = 36,72% Untuk nilai 36,72% maka pointnya adalah 180 point.

Angsuran vs Pendapatan

Perhitungannya adalah :

− − , 000 . 000 . 3 . , 000 . 504 . Rp Rp = 17% Untuk nilai 17% maka pointnya adalah 263 point.

Tenor

Lamanya waktu kredit adalah 24 bulan, maka mendapatkan nilai 150 point

Status rumah

Rumah yang ditempati konsumen adalah rumah sendiri, maka mendapatkan nilai 163 point.

Usia Pemohon

Usia konsumen ini adalah 40 tahun, maka mendapatkan nilai 88 point.

Maka dari kelima parameter diatas, jumlah total point yang diperoleh adalah 880 point. Maka hasilnya adalah APPROVE. Dari hasil ini sepeda motor dapat diantar kepada konsumen tanpa survey terlebih dahulu ke tempat tinggal konsumen.


(60)

Kasus 2

Konsumen B seorang pegawai negeri sipil yang telah bekerja selama 7 tahun, dengan pendapatan bersih Rp.2.500.000,- perbulan. Ia membeli sepeda motor HONDA type Supra X dengan harga OTR Rp.13.843.000untuk 36 bulan. Dengan uang muka Rp.3.500.000,- dan angsuran Rp.564.000,- perbulannya. Konsumen tersebut berusia 30 tahun. Rumah yang ditempati adalah rumah orang tua. Maka simulasinya adalah :

Uang muka Rp.3.500.000,-

Uang muka murni adalah uang muka gross yang telah dikurangi asuransi dan biaya administrasi kredit.

Uang muka : Rp. 3.500.000,- Asuransi 6,48%x harga OTR : 897.000,- Administrasi kredit :

OTR harga murni muka uang 350.000,- Uang muka murni Rp2.253.000,- Persentasenya adalah :

= − − , 000 . 843 . 13 . , 000 . 253 . 2 . Rp Rp = 17% Untuk nilai 17% maka pointnya adalah 90 point.

Angsuran vs Pendapatan

Perhitungannya adalah :

− − , 000 . 000 . 2 . , 000 . 564 . Rp Rp = 28% Untuk nilai 28% maka pointnya adalah 236 point.

Tenor


(61)

Status rumah

Rumah yang ditempati konsumen adalah rumah sendiri, maka mendapatkan nilai 138 point.

Usia Pemohon

Usia konsumen ini adalah 30 tahun, maka mendapatkan nilai 88 point.

Maka dari kelima parameter diatas, jumlah total point yang diperoleh adalah 577 point. Maka hasilnya adalah sepeda motor tidak dapat diantar langsung kepada konsumen, surveyor harus menyurvey terlebih dahulu ke tempat tinggal konsumen dan melihat kegiatan usaha konsumen, kemudian mengkonsultasikan kepada credit head akan persetujuan kredit dengan data dan informasi yang telah dikumpulkan. Apabila hasilnya APPROVE maka sepeda motor dapat diantar ke rumah konsumen.

Kasus 3

Konsumen C seorang pegawai swasta yang telah bekerja selama 10 tahun, dengan pendapatan bersih Rp.1.700.000,- perbulannya. Ia membeli sepeda motor HONDA type Supra Fit dengan harga OTR Rp.11.062.00,- dan dengan membayar uang muka sebesar Rp.2.500.000,-. Adapun angsuran perbulannya adalah Rp.456.000,- untuk masa 42 bulan. Konsumen tersebut berusia 42 tahun dan rumah yang ditempati sekarang adalah rumah kontrakan. Maka simulasinya :

Uang muka Rp.2.500.000,-

Uang muka murni adalah uang muka gross yang telah dikurangi asuransi dan biaya administrasi kredit.


(62)

Uang muka : Rp. 2.500.000,- Asuransi 6,48%x harga OTR : 717.000,- Administrasi kredit :

OTR harga murni muka uang 350.000,- Uang muka murni ฀R p. 1.433.000,- Persentasenya adalah :

= − − , 000 . 062 . 11 . , 000 . 433 . 1 . Rp Rp = 12,95% Untuk nilai 12.95% maka pointnya adalah 90 point.

Angsuran vs Pendapatan

Perhitungannya adalah :

− − , 000 . 700 . 1 . , 000 . 456 . Rp Rp = 26.8% Untuk nilai 26.8% maka pointnya adalah 236 point.

Tenor

Lamanya waktu kredit adalah 42 bulan, maka mendapatkan nilai 75 point

Status rumah

Rumah yang ditempati konsumen adalah rumah kontrakan maka bernilai 98 point.

Usia Pemohon

Usia konsumen ini adalah 42 tahun, maka mendapatkan nilai 88 point.

Maka dari kelima parameter diatas, jumlah total point yang diperoleh adalah 499 point. Maka hasilnya adalah REJECT, dengan kata lain perusahaan menolak untuk pembiayaan sepeda motor konsumen tersebut.

Dari analisa kelayakan pembiayaan sepeda motor HONDA yang dilakukan oleh PT. Federal International Finance muncul kendala-kendala di


(63)

lapangan yang dialami oleh surveyor yang juga merupakan kendala pemberian persetujuan kredit, yaitu :

a) Data konsumen yang tidak lengkap, sehingga sepeda motor belum bias dikeluarkan oleh pihak dealer walaupun sebenarnya calon konsumen tersebut sudah layak untuk dibiayai.

b) Surveyor tidak melakukan survey sebelumnya terhadap konsumen yang approve berdasarklan credit scoring, sehingga kebenaran tentang informasi yang ada belumlah jelas dan beresiko tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c) Dealer bekerja sama dengan konsumen dalam memalsukan identitas dan keberadaan konsumen, sehingga data-data konsumen tidak sesuai dengan kebenaran yang ada.

d) Kadangkala konsumen yang melakukan permohonan kredit hanyalah atas nama saja, sedangkan yang memakai sepeda motor tersebut berada diluar kota yang jauh dari tempat pemohon kredit.

e) Adanya arogansi dari pihak dealer yang menginginkan agar unit sepeda motor dapat segera dikeluarkan untuk mendongkrak penjualan mereka.

Dari keadaan diatas dapat dikatakan bahwa analisa kelayakan persetujuan kredit harus benar-benar dilakukan, sebab memilki resiko yang amat tinggi apabila surveyor maupun kredit support salah menganalisa. Hal ini yang kelak akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena kesalahan menganalisa paling utama akan menyebabkan adanya kredit macet dalam pembayaran angsuran konsumen.


(64)

Pada gambar dibawah ini dapat dilihat gambaran transaksi dasar persetujuan kredit pada PT. Federal International Finance :

Gambar 4.9

TRANSAKSI DASAR PERSETUJUAN KREDIT PADA PT. FIF

Sumber : PT. Federal International Finance

3. Analisis Terhadap Pembiayaan yang diberikan PT. Federal International Finance

DEALER REKANAN

PELANGGAN FIF

STATUS “PEMILIK” STATUS

“PEMINJAM”

PEMBAYARAN ANGSURAN

KONTRAK PELANGGAN

FIF

PENYERAHAN HAK SECARA FIDUSIA

Beli motor

Deliver motor OK Transfer dana


(65)

Pembiayaan yang dilakukan PT. FIF terhadap konsumennya tiap tahunnya makin meningkat. Peningkatan ini berhubungan langsung dengan adanya kenaikan penjualan sepeda motor HONDA itu sendiri baik secara kredit maupun tunai. Table berikut ini menunjukkan realisasi kredit yang diberikan oleh PT. FIF mulai Januari – Juni 2007 pada cabang Kisaran.

Tabel 4.2.1

Market Share Pembiayaan Sepeda Motor Honda Bulan Januari – Juni 2007

BULAN TOTAL PENJUALAN

(unit)

PENJUALAN SECARA KREDIT

PELIMPAHAN KE FIF

MARKET SHARE KREDIT

JANUARI 3.809 1.840 577 31%

FEBRUARI 4.059 2.208 560 25%

MARET 5.384 3.035 655 22%

APRIL 6.574 3.792 1.074 28%

MEI 7.235 4.090 1.227 30%

JUNI 8.048 6.380 2.552 40%

TOTAL 35.109 21.345 6.645

Sumber : PT. Federal International Finance

Dari tabel diatas dapat dilakukan analisis-analisis sebagai berikut :

a) Pembiayaan sepeda motor HONDA kepada PT. FIF dari bulan Januari – Juni 2007 mengalami kenaikan. Ini dilihat dari jumlah pembiayaan yang semakin bertambah banyak, khususnya untuk bulan April sampai Juni mengalami kenaikan hampir 100%.

b) Data pelimpahan ke FIF ini merupakan hasil proses analisis kelayakan kredit yang dilakukan oleh perusahaan terhadap calon konsumen yang mengajukan kredit. Hal ini terjadi diasumsikan karena :


(66)

1) Dealer membiayai kreditnya sendiri yaitu untuk konsumen tertentu 2) Dilimpahkan kepada finance lain yang merupakan pesaing perusahaan. c) Berdasarkan market share, dapat dilihat bahwa masih kecilnya pelimpahan

yang diberikan dealer kepada PT. FIF . Adapun untuk menghitung persentase market share tersebut adalah sebagai berikut :

4. Evaluasi Terhadap Resiko Kerugian Tak Tertagih pada PT. Federal International Finance

Untuk memulai evaluasi terhadap Piutang Tak tertagih, maka penulis mencoba menampilkan gambaran Account Receivable yang mengalir pada PT. Federal International Finance Cabang Kisaran dari bulan Januari – Juni 2007

Tabel 4.2.2

Account Receivable (A/R) Report Per Januari – Juni 2007 (dalam unit)

Sumber : PT. Federal International Finance.

Adapun keterangan yang didapat dari table di atas adalah :

a. Beban merupakan jumlah pelimpahan kredit yang telah dilimpahkan kepada PT. FIF. Karena itu beban tersebut haruslah benar-benar diperhatikan kelancarannya, karena ini merupakan asset perusahaan.

BULAN BEBAN KREDIT LANCAR KREDIT MACET UNIT PERSEN

Januari 577 568 9 1,56%

Februari 560 545 15 2,68%

Maret 655 638 17 2,6%

April 1074 1059 15 1,4%

Mei 1227 1207 20 1,63%

Juni 2552 2524 28 1,09%

%

100

Kredit

Penjualan

FIF

ke

pelimpahan

Share


(67)

b. Account Lancar adalah jumlah konsumen yang sudah membayar setiap bulannya. Dalam account lancar ini konsumen yang menunggak pembayaran kurang dari 60 hari masih dapat dikatakan lancar. Karena pada saat over due mulai berjalan dari 1-60 hari, maka nantinya pihak A/R administrasi akan memberikan surat somasi melalui collector yang diberikan langsung kepada konsumen.

c. Kredit Macet adalah jumlah account konsumen yang tidak membayar angsuran lebih dari 60 hari, maka secara langsung akan masuk ke bagian remedial atau ditangani secara lebih spesifik lagi. Adapun tugas utama dari bagian remedial ini adalah menyelamatkan semaksimal mungkin asset perusahaan dari konsumen yang tidak memenuhi kewajibannya membayar angsuran dengan melakukan penarikan sepeda motor bermasalah tersebut.

Dengan adanya keterangan atas penjelasan table diatas maka kita dapat melakukan analisis dan evaluasi sebagai berikut :

a) Pelimpahan dealer kepada PT. FIF pada setiap bulannya mengalami kenaikan. Tetapi pada bulan Februari mengalami penurunan yaitu dari 577 unit di bulan Januari menjadi 500 unit pada bulan berikutnya. Penurunan ini masih dalam jumlah yang sedikit, yang mana kemungkinan penyebabnya disebabkan karena ada dealer yang membiayai kredit sendiri untuk konsumen tertentu dari pada melimpahkannya pada PT. FIF. Jika dilihat dari jumlah pelimpahan yang semakin banyak, dapat disimpulkan kepercayaan dealer pada PT. FIF semakin baik pula. Hal ini terbina dari kerja sama yang baik antara dealer dengan PT. FIF sendiri.


(68)

b) Dapat dilihat dari table bahwa penanganan account receivable yang mengalir sudah dapat ditangani dengan baik, tetapi jumlah kredit yang tak tertagih semakin tinggi pula setiap bulannya. Agar dapat memotivasi dan merangsang konsumen membayar angsurannya tepat waktu maka PT. FIF memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mendapat kupon undian setiap kali melakukan pembayaran tepat waktu. Selain itu perusahaan memberikan surat somasi atau surat peringatan kepada konsumen jika telah melewati batas waktu pembayaran. Sehingga diharapkan agar konsumen tahu akan kewajibannya dalam membayar angsuran, sehingga piutang usaha yang mengalir dapat dikontrol dengan lebih baik.

c) Jumlah kredit yang membutuhkan penanganan khusus oleh perusahaan setiap bulannya juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena piutang yang dibiayai terus bertambah tiap bulannya. Jika hal ini terus berlanjut akan dapat memberikan kerugian besar bagi perusahaan, karena kredit macet tersebut memiliki pengaruh negative bagi piutang usaha. Dilihat dari table jumlah kredit macet bulan Februari dan Maret mengalami kenaikan yang paling signifikan yaitu lebih dari 2%. Kredit macet ini harus dapat diselesaikan dengan baik dan dengan waktu seminim mungkin, karena jika tidak akan menimbulkan piutang yang tak tertagih, dan kemungkinan penambahan kredit macet untuk bulan yang akan datang dapat meningkat lagi. Jika jumlah krdit macet semakin lama semakin besar dan tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka hal ini menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan dengan pihak bank selaku pemberi dana, yang mana perusahaan akan dikenakan denda jika


(69)

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan modal kreditnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Jika dilihat dari analisis-analisis yang telah diuraikan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa system kebijakan kelayakan kredit yang dipakai oleh perusahaan dapatlah dikatakan belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah piutang usaha yang mengalir dan jumlah kredit macet yang telah disebutkan diatas. Dengan kata lain proses analisis kelayakan kredit yang dilakukan pertama sekali kepada calon konsumen tidak dilakukan secara efektif atau salah dalam memberikan penilaian kepada calon konsumen.

Di dalam lima parameter menentukan kelayakan pemberian pembiayaan sepeda motor yang digunakan PT. FIF, yang paling banyak terdapat kesalahan penilaian adalah dalam menentukan parameter kelayakan angsuran vs pendapatan. Pada umumnya surveyor akan merasa yakin memberikan persetujuan kredit jika calon konsumen tersebut mempunyai bisnis ataupun pendapatan yang besar. Tapi kesalahan yang dilakukan adalah ternyata sepeda motor tersebut digunakan atas nama orang lain, yang pada akhirnya konsumen tidak dapat membayar angsuran tepat waktu. Oleh karena itu perlu ditambahkan siapa pemakai sepeda motor tersebut dalam menentukan parameter kelayakan kredit.

Parameter kelayakan ini sangat membantu dalam menentukan kelayakan konsumen untuk dibiayai, tapi kelak juga berguna dalam mengatasi timbulnya kredit macet akibat adanya keterlambatan pembayaran angsuran oleh konsumen hanya karena salah menentukan layak atau tidaknya konsumen tersebut. Dalam hal ini peran surveyor sangat diandalkan untuk mengumpulkan informasi dan data


(70)

yang sesungguhnya guna menghindari kesalahan dalam menganalisis kelayakan, sebab jika dari awal analisis sudah salah, maka nantinya akan beresiko dalam hal pembayaran angsuran di waktu yang akan datang. Jika hal ini terjadi maka hal tersebutlah yang kelak menimbulkan kerugian bagi perusahaan dalam hal terciptanya piutang tak tertagih.


(1)

b) Dapat dilihat dari table bahwa penanganan account receivable yang mengalir sudah dapat ditangani dengan baik, tetapi jumlah kredit yang tak tertagih semakin tinggi pula setiap bulannya. Agar dapat memotivasi dan merangsang konsumen membayar angsurannya tepat waktu maka PT. FIF memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mendapat kupon undian setiap kali melakukan pembayaran tepat waktu. Selain itu perusahaan memberikan surat somasi atau surat peringatan kepada konsumen jika telah melewati batas waktu pembayaran. Sehingga diharapkan agar konsumen tahu akan kewajibannya dalam membayar angsuran, sehingga piutang usaha yang mengalir dapat dikontrol dengan lebih baik.

c) Jumlah kredit yang membutuhkan penanganan khusus oleh perusahaan setiap bulannya juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena piutang yang dibiayai terus bertambah tiap bulannya. Jika hal ini terus berlanjut akan dapat memberikan kerugian besar bagi perusahaan, karena kredit macet tersebut memiliki pengaruh negative bagi piutang usaha. Dilihat dari table jumlah kredit macet bulan Februari dan Maret mengalami kenaikan yang paling signifikan yaitu lebih dari 2%. Kredit macet ini harus dapat diselesaikan dengan baik dan dengan waktu seminim mungkin, karena jika tidak akan menimbulkan piutang yang tak tertagih, dan kemungkinan penambahan kredit macet untuk bulan yang akan datang dapat meningkat lagi. Jika jumlah krdit macet semakin lama semakin besar dan tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka hal ini menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan dengan pihak bank selaku pemberi dana, yang mana perusahaan akan dikenakan denda jika


(2)

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan modal kreditnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Jika dilihat dari analisis-analisis yang telah diuraikan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa system kebijakan kelayakan kredit yang dipakai oleh perusahaan dapatlah dikatakan belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah piutang usaha yang mengalir dan jumlah kredit macet yang telah disebutkan diatas. Dengan kata lain proses analisis kelayakan kredit yang dilakukan pertama sekali kepada calon konsumen tidak dilakukan secara efektif atau salah dalam memberikan penilaian kepada calon konsumen.

Di dalam lima parameter menentukan kelayakan pemberian pembiayaan sepeda motor yang digunakan PT. FIF, yang paling banyak terdapat kesalahan penilaian adalah dalam menentukan parameter kelayakan angsuran vs pendapatan. Pada umumnya surveyor akan merasa yakin memberikan persetujuan kredit jika calon konsumen tersebut mempunyai bisnis ataupun pendapatan yang besar. Tapi kesalahan yang dilakukan adalah ternyata sepeda motor tersebut digunakan atas nama orang lain, yang pada akhirnya konsumen tidak dapat membayar angsuran tepat waktu. Oleh karena itu perlu ditambahkan siapa pemakai sepeda motor tersebut dalam menentukan parameter kelayakan kredit.

Parameter kelayakan ini sangat membantu dalam menentukan kelayakan konsumen untuk dibiayai, tapi kelak juga berguna dalam mengatasi timbulnya kredit macet akibat adanya keterlambatan pembayaran angsuran oleh konsumen hanya karena salah menentukan layak atau tidaknya konsumen tersebut. Dalam hal ini peran surveyor sangat diandalkan untuk mengumpulkan informasi dan data


(3)

yang sesungguhnya guna menghindari kesalahan dalam menganalisis kelayakan, sebab jika dari awal analisis sudah salah, maka nantinya akan beresiko dalam hal pembayaran angsuran di waktu yang akan datang. Jika hal ini terjadi maka hal tersebutlah yang kelak menimbulkan kerugian bagi perusahaan dalam hal terciptanya piutang tak tertagih.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Di dalam menganalisis kelayakan pemberian kredit kepada konsumen, selain menggunakan analisis 5C perusahaan juga menggunakan lima parameter kelayakan utama dalam menganalisis layak atau tidaknya konsumen dibiayai kreditnya, hal ini membuktikan bahwa perusahaan telah melakukan persetujuan kredit sesuai dengan prosedur.

2. Pembagian tugas dan pemisahan fungsi yang tepat merupakan pengendalian internal perusahaan yang merupakan salah satu kunci dalam meminimalkan saldo piutang tak tertagih yang merupakan sasaran utama perusahaan. Pada PT. FIF ini, masih terdapat sistem pembagian tugas di beberapa daerah operasional yang kurang seimbang.

3. Prosedur persetujuan kredit harus benar-benar dilakukan karena mempengaruhi resiko kerugian piutang tak tertagih. Apabila prosedur tidak dilakukan secara efektif maka dapat dipastikan akan terjadinya peningkatan jumlah kredit macet dalam perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan :

1. PT. Federal International Finance yang khusus bergerak dalam bidang pembiayaan harus benar-benar memperhatikan pengelolaan kredit yang


(5)

diberikan. Hal ini disebabkan karena berpotensi memberikan kontribusi dan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh.

2. Menekankan prinsip kehati-hatian dalam memberikan fasilitas pemberian kredit. Karena kredit macet membutuhkan penanganan yang lama dan biaya yang besar.

3. Hakekat dari pengamanan kredit adalah memperkecil resiko kerugian berupa biaya kredit tak tertagih. Setiap kredit pasti mengandung resiko, maka hal yang perlu dilakukan perusahaan adalah :

a. Penanganan preventif adalah pencegahan kemacetan kredit.

Caranya dengan benar-benar menerapkan prosedur persetujuan kredit secara efektif.

b. Penanganan represif adalah langkah-langkah pengamanan untuk menyelesaikan kredit yang tidak lancar atau macet.

Caranya dengan melakukan prosedur penagihan piutang yang telah ditetapkan perusahaan dan juga memanfaatkan prosedur remedial perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Kelima, Universitas Muhammadiyah, Malang

Budisantoso, A.Totok, 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Gito Sudarmo, Indryio, 1995. Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Irmayanto, Juli, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan , Edisi Revisi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta

Jusuf, Jopie, 2005. Analisa Kredit Untuk Account Officer, Cetakan Keenam, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Niswonger, Rollin C et al, 1999. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilan belas, Buku Satu, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta. Siamat, Dahlan, 2001. Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

Skousen, K.Fred, Stiece, James D., 2001. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Ketiga Belas, Buku satu, Dian Mas Cemerlang, Jakarta.

Suryabrata, Sumadi, 2003. Metodologi Penelitian, Edisi keempat belas, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.