4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Nyamuk Aedes sp
Aedes aegypti tersebar diseluruh negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara. Ia tersebar pada garis lintang 40
N dan 40 S. Selain itu, distribusi
nyamuk ini terbatas pada ketinggian 1000-1500 meter dari permukaan laut. Adapun Aedes albopictus tersebar luas hingga Amerika Selatan, Afrika, dan
Eropa Selatan.
7
Nyamuk Aedes aegypti sendiri lebih banyak tersebar didaerah perkotaan dengan penyebaran telur pada penampungan air, gelas, dan
bak mandi.
13
Namun hal berbeda ditunjukkan oleh spesies Aedes albopictus, nyamuk ini lebih sering berada pada daerah pedesaan atau hutan. Nyamuk ini
biasanya berkembangbiak di alam luar pada tempat yang sempit dan terbatas, misalnya: pot bunga, ban, talang hujan yang tersumbat.
13, 14, 15
2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes sp
16
2.2.1. Aedes aegypti
Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Aedes aegypt
5
2.2.2. Aedes albopictus
Kedudukan nyamuk Aedes albopictus dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Albopticus
2.2.3. Morfologi Nyamuk Aedes sp
Nyamuk Aedes aegypti memiliki ukuran yang bervariasi, kebanyakan nyamuk betina yang sering diidentifikasi morfologinya. Struktur kepala berbentuk
globular, dengan clypeus perisai yang memiliki tanda putih keabu-abuan pada betina dan polos pada nyamuk jantan. Adapun bentuk depan dari perisai ada yang
lurus dan ada yang menonjol. Pada bagian tengah dari vertex puncak terdapat sisik datar berwarna putih. Selain itu, nyamuk Aedes aegypti juga memiliki
proboscis yang berwarna hitam, panjang, lurus, ramping, yang berbentuk silinder. Adapun maxillary palpi yang menempel pada ujung proboscis berwarna putih
keabu-abuan yang terbagi menjadi 5 segmen pada nyamuk jantan, sedangkan 4-5 segmen pada betina dengan panjang 0.76 ± 0.04 mm. Nyamuk Aedes aegypti
juga memiliki antena yang berbeda ukurannya pada setiap nyamuk.
6
Adapun toraks pada nyamuk Aedes aegypti berwarna coklat atau hitam dengan luas yang berbeda antara jantan dan betina. Betina memiliki toraks yang
lebih luas, dengan panjang ± 0.08 mm dan lebar 0.35 ± 0.07 mm. Adapun pada jantan, panjangnya hanya 0.41 ± 0.06 mm dan lebar 0.29 ± 0.02 mm.
Nyamuk ini juga memilki tiga pasang kaki , dengan bagian coxa, trochanter, femur, tibia, dan
tarsal. Adapun tarsal paling ujung langsung menempel dengan cakar. Abdomen dari nyamuk ini terbagi menjadi 8 segmen dengan corak hitam putih. Pada betina,
segmen yang kedelapan sangat pendek.
17
Sumber: Ananya Bar, J. Andrew. Morphology and Morphometry of Aedes aegypti Adult Mosquito. SCIENCEDOMAIN international. 2013 February 6; 31: 1-21,
2013
Gambar 2.2: Abdomen nyamuk Aedes aegypti perbesaran 28 kali Gambar 2.1: Kepala nyamuk Aedes aegypti perbesaran 108 kali
Sumber: Ananya Bar, J. Andrew. Morphology and Morphometry of Aedes
aegypti Adult Mosquito. SCIENCEDOMAIN international. 2013 February 6; 31: 1-
21, 2013
Abdomen nyamuk Aedes aegypti jantan
Abdomen nyamuk Aedes aegypti betina
7
Adapun nyamuk Aedes albopticus sendiri mempunyai ciri tubuh yang hitam diselingi garis-garis putih yang mencolok serta garis tunggal pada
punggung belakang. Seperti nyamuk pada umumnya, ia memiliki bentuk badan yang ramping, sepasang sayap yang sempit, tiga pasang kaki, dan belalai yang
panjang yang digunakan untuk makan.
14, 15
Gambar 2.3: Nyamuk Aedes albopictus
WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. New Delhi: World Health Organization, Regional Office for
South-East Asia; 2011
Gambar 2.4: Perbedaan punggung nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
The Ecology and Biology of Aedes aegypti L and Aedes albopictus Skuse DIPTERA: CULICIDAE AND RESISTANCE STATUS OF Aedes albopictus FIELC
STRAIN AGAINST ORGANOPHOSPHATES IN PENANG, MALAYSIA
8
2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes sp
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus memiliki 4 siklus utama, yaitu: telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa.
7
Pertumbuhan nyamuk sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti temperatur, kelembapan, nutrisi.
18
1. Stadium Telur
Nyamuk Aedes sp mempunyai bentuk lonjong hitam dan tidak mempunyai juntai. Kedua spesies memiliki bentuk permukaan yang sama . Telur
biasanya terdeposit pada bawah permukaan air. Proses perkembangan embrionik biasanya akan selesai pada 48 jam dalam suhu hangat dan
lembab. Ketika proses embrionik telah selesai, maka telur dapat bertahan dalam jangka lama dalam bentuk dorman. Telur akan menetas saat telur
terbasahi.
19 20
Gambar 2.5: Telur nyamuk Aedes sp
The Ecology and Biology of Aedes aegypti L and Aedes albopictus Skuse DIPTERA: CULICIDAE AND RESISTANCE STATUS OF Aedes albopictus FIELC
STRAIN AGAINST ORGANOPHOSPHATES IN PENANG, MALAYSIA
9
2. Larva
Waktu yang dibutuhkan dari awal menetas hingga menjadi dewasa sekitar 10 hari.
21
Sama seperti nyamuk lainnya, Aedes sp mempunyai 4 instar pada stadium larva yang mana setiap instarnya diakhiri dengan
pergantian selubung. Adapun salah satu tanda larva akan mengalami perubahan adalah terdapatnya garis gelap pada toraks.
Pada instar 1, larva Aedes sp memilki panjang 1 mm, kemudian ia berkembang hingga mencapai 2 mm. Kemudian seteleh selubung terlepas
maka larva masuk kedalam instar 2. Panjang dari larva pada tahap ini mencapai 3mm, ukuran kepala larva makin besar dan badan semakin
membengkak. Trakea juga mulai membesar dan terdapat taenidia. Serta ujung ujung siphon yang mulai membengkak. Pada instar 3, struktur yang
paling menonjol adalah tail comb-spine. Pada instar 4, larva terlihat lebih gemuk yang diakibatkan oleh penumpukan lemak pada tubuh.
19
3. Pupa
Pada tahap pupa, nyamuk masih berada di air. Adapun bentuknya menyerupai “koma”. Pada tahap ini, pupa biasanya lebih sering berada
dipermukaan air. Ia terdiri dari dua bagian yaitu cephalothorax kepala dan toraks dan abdomen. Pada tahap ini dilakukan pembentukan mulut,
Gambar 2.6: Larva nyamuk Aedes sp
Sumber: http:medent.usyd.edu.auphotosaedes_aegypti_larvae.jpg
siphon toraks
5mm m
10
ekstremitas, dan sayap di dalam selubung yang menyelubungi cephalothorax.
22
4. Nyamuk Dewasa
Setelah menjadi nyamuk dewasa, Aedes sp akan mulai menghisap darah dalam 24-36 jam. Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik, namun
terkadang nyamuk juga menghisap darah hewan. Nyamuk betina akan menghisap darah pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini dapat bersembunyi
pada tempat yang gelap, hangat, dan tersembunyi.
7
Sedangkan Aedes albopictus lebih sering bersembunyi diluar rumah, kebun, atau hutan.
Gambar 2.7: Pupa nyamuk Aedes sp
Gambar 2.8: Nyamuk Aedes aegypti dewasa
Sumber: http:entomology.ifas.ufl.educreaturesaquaticaedes_aegypti.htm The Ecology and Biology of Aedes aegypti L and Aedes albopictus Skuse
DIPTERA: CULICIDAE AND RESISTANCE STATUS OF Aedes albopictus FIELC STRAIN AGAINST ORGANOPHOSPHATES IN PENANG, MALAYSIA
11
2.3 Pengendalian Vektor Demam Berdarah
7
Salah satu program untuk mengendalikan DBD adalah pengendalian vektor DBD. Ini didasarkan pada belum ditemukannya vaksin untuk DBD. Program ini
bertujuan untuk menekan sumber larva dan nyamuk. Ada beberapa metode yang dipakai untuk menekan nyamuk, yaitu:
a. Manajemen Lingkungan
Pola pengendalian ini meliputi: Enviromental modification: hal ini meliputi transformasi fisik
jangka panjang yang meliputi tanah, air, dan tanaman yang bertujuan untuk menekan habitat dari vektor namun tidak
berimplikasi negatif terhadap lingkungan dan dan kualitas kehidupan.
Enviromental manipulation : meliputi gabungan kegiatan yang berulang yang menimbulkan perubahan temporer pada habitat
vektor. Changes to human habitation or behavior : Pengendalian ini
dilakukan dengan cara menekan kontak antara manusia-vektor- virus.
b. Pengendalian biologis
Pengendaian ini dengan menempatkan agen biologis seperti bakteri, ikan supaya dapat memberi efek pengurangan larva nyamuk Aedes aegypti.
c. Pengendalian Kimiawi
Sistem pengendalian seperti ini telah dilakukan sejak awal abad 20 di Kuba dan Panama. Ketika salah satu larvasida kimia yaitu DDT
dichlorodiphenyltrichloroethane ditemukan, langsung menjadi salah satu bagian yang utama dalam rangka eradikasi nyamuk Aedes aegypti. Adapun
yang sering digunakan adalah:
12
Larvasida kimia, ini merupakan pilihan yang paling baik untuk mengatasi pertumbuhan nyamuk Aedes pada daerah yang memiliki
resiko tinggi terjadi wabah DBD. Adapun pilihan larvasida kimia meliputi temephos 1, pyriproxyfen, Bacillus thuringiensis H-14.
Obat semprot, merupakan salah satu cara untuk membunuh nyamuk dewasa.
2.4 Tumbuhan dan Islam