Determinasi Tanaman Bahan yang akan Diuji Analisis dan Interpretasi Data

24 adalah 750 larva Aedes sp. Sedangkan pada uji utama konsentrasi berjumlah lima konsentrasi dan satu kontrol negatif. Kemudian dilakukan pengulangan percobaan sebanyak empat kali. Sehingga jumlah sampel total yang diperlukan adalah 600 larva Aedes sp. 38

3.3.2.4 Cara pengambilan sampel

Sampel diambil secara simple random sampling. Larva Aedes sp telah bersifat homogen. Kemudian, sampel dirandomisasi.

3.4 Determinasi Tanaman

Identifikasi atau determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI Bogor Jawa Barat.

3.5 Bahan yang akan Diuji

Bahan yang akan diuji adalah tanaman serai dapur Cymbopogon citratus yang diekstraksi.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Ember, toples besar, kotak besar, jaring kelambu, kertas saring, selotip, wadah kecil, kapas, kaca pembesar, pH meter, penggaris, pipet, nampan gelas plastik, gelas ukur, pengaduk, neraca digital, AC Air cooler, termometer ruangan. 3.6.2 Bahan Penelitian Air sumur, air aquades, gula, ekstrak serai dapur, larva Aedes sp.

3.7 Variabel Penelitian

3.7.1. Variabel bebas

Pada penelitian ini variabel bebas adalah konsentrasi ekstrak dan serai dapur. 3.7.2. Variabel tergantung Pada penelitian ini variabel tergantung adalah mortalitas larva Aedes sp.

3.8 Cara Kerja

3.8.1 Rearing Nyamuk Aedes sp

25

3.8.1.1 Penangkapan Larva dipping methods

39  Lampu kamar mandi dan siapkan ember.  Secara perlahan ember dicelupkan kedalam air, lalu dengan cepat diangkat  Larva yang tertangkap, dipindahkan ke wadah lain  Langkah diatas dilakukan berulang kali hingga mendapatkan jumlah larva yang diinginkan.

3.8.1.2 Penangkaran nyamuk Aedes sp

 Larva yang sudah ditangkap, dipelihara dengan memberikan fish food dan mengganti air setiap hari.  Larva yang sudah menjadi pupa dipisahkan kedalam wadah yang berada dalam kandang.  Setelah pupa berubah menjadi nyamuk, maka nyamuk diberi makanan berupa kapas yang telah basahi dengan larutan gula untuk nyamuk jantan, untuk nyamuk betina diberikan makanan berupa darah manusia.  Kapas basah diganti setiap hari, sedangkan darah diberikan dua kali setiap hari.  Selain itu, diletakkan juga kertas saring sebagai tempat untuk telur nyamuk  Ketika sudah didapatkan telur F0, maka dilanjutkan dengan penetasan telur tersebut.

3.8.2 Penetasan telur Aedes sp

 Telur yang sudah didapatkan, divalidasi menggunakan mikroskop di Laboratorium Parasitologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.  Penetasan dimulai dengan mencelupkan telur kedalam air yang diletakkan dalam nampan.  Setelah dua jam, pindahkan telur ke wadah lain.  Larva diberi makan dengan fish food selama pengembangan.  Dilakukan pengulangan langkah selanjutnya seperti pada subbab Penangkaran nyamuk Aedes sp. 26  Setelah didapatkan larva dari telur keturunan F3, maka larva dipelihara hingga instar 3 atau 4 yang ditentukan dengan panjang larva yang lebih dari 3 mm dan umur larva 5-7 hari.

3.8.3 Aklimatisasi Hewan Uji

Aklimatisasi pada penelitian ini tidak dilakukan.

3.8.4 Uji Eksplorasi

Uji eksplorasi dilakukan guna mengetahui konsentrasi dari larutan perlakuan yang menyebabkan kematian sebanyak 50 pada hewan coba yang digunakan dalam penelitian. Kriteria mati pada larva yaitu jika larva tidak bergerak dan tidak bereaksi tidak disentuh.  Ekstrak serai dapur ditimbang untuk membuat larutan induk. Adapun larutan induk pada penelitian ini adalah 13.000 ppm  Kemudian, larutan induk diencerkan menjadi 12.500 ppm, 10.000 ppm, 7.500 ppm, 5.000 ppm, 2.500 ppm.  Hasil pengenceran dimasukkan ke dalam gelas plastik.  Larva yang sudah sesuai untuk digunakan dimasukkan kedalam gelas plastik dengan jumlah 25 ekor.  Larva yang sudah berada didalam gelas plastik disaring menggunakan saringan teh, kemudian dimasukkan kedalam larutan ekstrak.  Kemudian dilakukan pengamatan setelah 24 jam.

3.8.5 Uji Utama

 Timbang ekstrak serai dapur untuk membuat larutan induk yaitu 2500 ppm. Adapun pelarut yang dipakai adalah aquades.  Kemudian, aduk ekstrak dan aquades menggunakan stirer, lalu ambil setengah larutan yang sudah dibuat dan tambahkan lagi aquades  Lakukan pengulangan poin diatas, sehingga didapatkan larutan dengan kosentrasi 2500ppm, 1250 ppm, 625 ppm, 312,5 ppm, 156 ppm.  Hasil pengenceran dimasukkan ke dalam gelas plastik. 27  Larva yang sudah sesuai untuk digunakan dimasukkan kedalam gelas plastik dengan jumlah 25 ekor.  Larva yang sudah berada didalam gelas plastik disaring menggunakan saringan teh, kemudian dimasukkan kedalam larutan ekstrak.  Kemudian, dilakukan pengamatan pada jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, ke-12, ke -24.

3.9 Analisis dan Interpretasi Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa mortalitas larva nyamuk, maka dilakukan penghitungan secara statistik berupa: 1. Uji Normalitas Data yang telah didapatkan dari uji utama akan dimasukkan ke dalam program SPSS 16.0 untuk di uji normalitas data. Jika data yang ditemukan normal, maka dapat dilakukan uji One Way Annova. Jika ternyata data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan transformasi data. 2. Uji Varian Data Data yang telah didapatkan dari uji normalitas akan dimasukkan ke dalam program SPSS 16.0 untuk di uji homogenitas varians data. Jika data yang ditemukan ber varians normal, maka selanjutnya dapat dilakukan uji One- Way Annova. 3. Uji One-Way Annova Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah kematian larva pada setiap konsentrasi ekstrak. Namun, syarat agar dapat dilakukan pengujian ini adalah data terdistribusi normal atau data terdistribusi normal setelah dilakukan transformasi data dan bervarians normal. Jika ternyata data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji alternatif Kruskal Wallis. 4. Uji Uji Least Significance Difference LSD Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan mean antar variabel. 5. Uji Kruskal Wallis 28 Uji ini dilakukan jika data yang ditemukan tidak normal baik distribusi atau varians nya. Uji ini bertujuan untuk membandingkan mean lebih dari 2 kelompok. 6. Uji Mann Whitney Uji ini dilakukan untuk menegetahui mean antar 2 kelompok merupakan post-hoc dari Uji Kruskal Wallis. 7. Analisis Probit Uji ini dilakukan untuk mengetahui LC 50 dari perlakuan. 29

3.10 Alur penelitian